Anda di halaman 1dari 14

EKT 2 MUAMALAH ( HUKUM PERDATA ISLAM )

Disusun Oleh :

Jasmine Agnes Maitri (1902010006)

Dosen Pengampu :

Hasan Hamid Safri, S.H., M.H.

3C

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH- YUSUF

TANGERANG 12 DESEMBER 2020


EVALUASI KULIAH TERSTRUKTUR 2 (ETK 2)

1. Apa itu Salam, persyarikatan modal, barang, dan jatuh tempo


Jawab :
 Salam disebut juga dengan salaf, yaitu jual beli suatu barang secara pesanan
(indent) dengan pembayaran di muka atau disegerakan. Kalangan fuqoha (ahli fiqih)
menamakan salam dengan jual beli mahawij karena dialakukan sebab adanya desakan
kebutuhan bagi kedua belah pihak, dalam salam pembeli disebut al;-musallim atau
pemilik salam, penjual disebut al-musallam ilaih, barang pesanan desebut al-
musallam fih, dan harga yang dibayarkan disebut ra`su malil musallim.
 Persyarikatan Modal yaitu perkumpulan mempunyai modal bersama dan
memperoleh bagi hasil yang sama sudah ditentukan terlebih dahulu dan dijelaskan
secara spesifik , detail dan jelas keuntungannya masing-masing dibagi berapa persen
contohnya ½%, ¼% dan 1/3%, persyarikatan modal bersama harus saling percaya.
 Barang dalam akad salam disebut dengan objek, yaitu jual beli suatu barang dengan
cara pesanan, barang/objek disini dibayar secara dimuka atau disegerakan contohnya :
transaksi jual beli kursi, kursi disini sebagai barang/objek dari akad salam kursinya
bisa yang sudah jadi atau yang masih dalam pembuatan. Lalu dibayarkan dengan cara
dimuka sebelum diberikan barangnya/sebelum selesai pembuatan barangnya atau
disegerakan, saat kursi tsb sudah jadi dan diantar.
 Jatuh tempo, yaitu batas waktu pembayaran atau penerimaan sesuatu dengan yang
telah ditetapkan,sudah lewat waktunya atau kedaluwarsa. Contohnya, Diriwayatkan
oleh Al Bukhari dan Muslim bahwa Nabi Muhammad SAW tiba di Madina Al
Munawarah, penduduknya terbiasa melakukan transaksi (akad) jual beli salam atas
buah kurma dalam jangka waktu 2 (dua) atau 3 (tiga) tahun.
2. Apa dasar hukumnya akad Salam (jualal beli), sebutkan kedua dasar hukum
tersebut
Jawab :
 Dasar Hukumnya terdapat dalam :
1). Al-Qur'an.
Ibdnu Abbas membaca Q.S Al Baqarah :282 yang artinya “Hai orang-orang
beriman, apabila kalian bermuamalah tidak secara tunai, untuk waktu ditentukan,
hendaklah kalian menulisnya”. Dalam kaitan ayat tersebut Ibnu Abbas menjelaskan
keterkaitannya ayat tersebut dengan transaksi bai' as-salam. Dan beliau
mengungkapkan, "saya bersaksi bahwa salaf (salam) yang dijamin untuk jangka
waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya." Lalu ia
menyebutkan dalil tersebut diatas.
2). Al-Hadist
Ibnu abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Datang ke madiah dimana
penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (dalam jangka waktu)
dalam jangka waktu satu,dua,tiga tahun beliau bersabda:
"Barang siapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang
diketahui."
Dapat disimpulkan bahwa jual beli salam adalah diperbolehkan dengan syarat dan
rukun ketentuan yang berlaku, islam telah mengajarkan bahwa segala sesuatu yang
berkaitan dengan hutang hendaknya dilakukan pencatatan agar tidak terjadi
perselisihan dikemudian hari. Jual beli salam juga memiliki tujuan untuk memperoleh
kemudahan dalam menjalankan bisnis, karna barangnya boleh dirkirim belakangan.
3. Sebutkan syarat modal dalam akad Salam
Jawab :
 Syarat Modal dalam Akad Salam yaitu :
1). Jenis alat pembayaran harus jelas dan diketahuinya misalnya, (Rp, USD, Pound
Sterling, Euro,Saudi Real/SAR), dan lain-lain)
2). Kuantitas (Quantity) harus jelas dan diketahui misalnya (Rp 5.000.000 tunai atau
Chek, Bilyet Giro, transfer, dll)
3). Harus diserahkan di tempat tertentu (missalnya: tunai tempat tertentu, via chek,
bilyet giro, credit chard, transfer/kirim, dll).
4. Jelaskan syarat barang dalam akad Salam
Jawab :
 Syarat Barang (objek) dalam Akad Salam yaitu :
1). Pengadaannya/proses pemenuhan kebutuhan harus dijamin oleh penjual, misalnya
penjual kursi harus menjamin benar bahwa benar kursi yang ia buat bisa jadi dalam
batas tempo waktu 7 hari.
2). Harus disebutkan kuantitas dan jenisnya, kriteriananya (spesifik, detail, type, dll),
misalnya menjual kursi di informasikan mengenai kriteria kursi tsb terbuat dari
bahan apa, kuantitasnya bagaimana dan typenya apa kepada pembelinya.
3). Batas tempo atau waktu pengadaan dan penyerahan harus jelas dan diketahui,
misalnya kursi kayu ini bisa dikerjakan sampai batas tempo 7 hari.
5. Apa itu riba, jelaskan macam-macam riba
Jawab :

 Riba
Secara bahasa, riba artinya tambahan, maksudnya tambahan atas modal pokok yang
menjadi lebih sedikit atau lebih banyak. Allah SWT berforman dalam, Q.S Al
Baqarah :
279 yang artinya :
“Dan jika kalian bertaubat (daripengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu,
kalian tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya” Riba adalah sesuatu yang
diharamkan di semua agama samawi.
 Macam- Macam Riba :
1). Riba Nasai`ah
Riba Nasai`ah adalah tambahan yang sudah disyaratkan (ditentukan) di awal
transaksi,
yang diambil oleh pemberi pinjaman dari orang yang meminjam (penerima pinjaman)
sebagai imbalan, riba jenis ini secara mutlak dalam Al Qur`an, Sunah,dan Ijma ulama
(kesepakatan ulama).
2). Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah menukar uang dengan uang atau makanan dengan makanan
disertai
tambahan. Riba jenis ini juga diharamkan oleh Sunah dan Ijma` ulama, kaum
muslimin
karena merupakan pintu masuk menuju riba Nasi`ah
Dalam hadist ada 6 (enam) jenis barang yang diharamkan melakukan riba di
dalamnya,
ke enam barang tersebut adalah:
1. Emas
2. Perak
3. Gandum
4. Syair ( sejenis gandum)
5. Kurma, dan
6. Garam
Diriwayakan dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“(Boleh menukar) emas dengan emas, perak dengan perak, kurma dengan kurma,
gandum dengan gandu, terigu dengan terigu, dan garam dengan garam, secara
sebanding (sama), berarti dia telah melakukan riba. Yang menerima dan yang
memberi sama saja (H.R Al Bukhari). Keenam jenis barang yang disebutkan oleh
hadist tersebut diatas merupakan kebutuhan mendasar manusia yang tak terelakan,
jika praktek riba dilakukan di dalam keenamnya, maka hal tersebut membawa dampak
buruk bagi manusia dan menyebabkan kerusakan damalam muamalah. Oleh sebab itu
Islam melarang riba demi memberikan kerahmatan bagi umat manusia dan
melindungi kemaslahatan mereka.
6. Sebutkan dasar hukum Riba, salah satunya dosa besar
Jawab :
 Dasar Hukum Riba :
Riba adalah sesuatu yang diharamkan di semua agama samawi, yaitu:
1. Yahudi kitab : Taurat ke Nabi Isa AS
2. Nasrani kitab : Injil ke Nabi Isa AS
3. Islam kitab : Al Qur`an ke Nabi Muhammad SAW
Allah SWT berfirma dalam Q.S Al Baqarah : 278-279 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah SWT dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang mukmin, dan apabila kalian tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka permaklumkanlah bahwa Allah SWT
dan
Rasulnua Nya akan memerangimu, dan kalian bertaubat (dari pengambilan riba),
maka
bagimu pokok hartamu, kalian tidak menganiaya dan tidak dianiaya”.
Riba termasuk salah satu dosa besar, diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslimdari
Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya “Jauhilah oleh
kalian 7 (tujuh perkara) yang membinasakan, Ada sahabat yang bertanya Apa saja itu,
wahai Rasulullah SAW ? Beliau menjawab :
1. Berbuat syirik kepada Allah
2. Syihir
3. Membunuh jiwa yang diharaman oleh Allah ecuali alasan yang dapat dibenarkan
4. Memakan riba
5. Memakan harta anak yatim
6. Lari dari medan peperangan, dan
7. Menuduh zina wanita baik-baik yang tidak tahu menahu urusan zina dan beriman
kepada Allah SWT.
7. Jelaskan 4 (empat) hikmah (banyak manfaat) diharamkannya Riba
Jawab :
 Hikmah (Banyak Manfaat) diharamkan Riba
Hikmah diharamkannya riba yaitu:
1. Dapat menimbulkan permusuhan antara sesama dan menghilangkan semangat
saling
bantu membantu antara kreditur (rentenir, siberpiutang) dan debitur (siberutang)
2. Riba dapat menciptakan sekelompok orang malas dan tidak berbuat apa-apa (duduk
berpangku)
3. Riba adalah salah satu bentuk media penjajahan. Oleh karena itu, sebuah ungapan
“Penjajahan berjalan di belaang pedagang”
4. Setelah mengharaman riba, Islam menawaran alternative (pilihan) lain yaitu al
qardh
(pinjaman) Seseorang yang memberi pinjaman uang kepada saudaranya yang
membutuhan, aan diberi balasan pahala.
8. Jelaskan 2 (dua) macam Riba
Jawab :
 Macam- Macam Riba :

1). Riba Nasai`ah


Riba Nasai`ah adalah tambahan yang sudah disyaratkan (ditentukan) di awal
transaksi,
yang diambil oleh pemberi pinjaman dari orang yang meminjam (penerima pinjaman)
sebagai imbalan, riba jenis ini secara mutlak dalam Al Qur`an, Sunah,dan Ijma ulama
(kesepakatan ulama).
2). Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah menukar uang dengan uang atau makanan dengan makanan
disertai
tambahan. Riba jenis ini juga diharamkan oleh Sunah dan Ijma` ulama, kaum
muslimin
karena merupakan pintu masuk menuju riba Nasi`ah.
Dalam hadist ada 6 (enam) jenis barang yang diharamkan melakukan riba di
dalamnya,
ke enam barang tersebut adalah:
1. Emas
2. Perak
3. Gandum
4. Syair ( sejenis gandum)
5. Kurma, dan
6. Garam
Diriwayakan dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“(Boleh menukar) emas dengan emas, perak dengan perak, kurma dengan kurma,
gandum dengan gandu, terigu dengan terigu, dan garam dengan garam, secara
sebanding (sama), berarti dia telah melakukan riba. Yang menerima dan yang
memberi sama saja (H.R Al Bukhari). Keenam jenis barang yang disebutkan oleh
hadist tersebut diatas merupakan kebutuhan mendasar manusia yang tak terelakan,
jika praktek riba dilakukan di dalam keenamnya, maka hal tersebut membawa dampak
buruk bagi manusia dan menyebabkan kerusakan damalam muamalah. Oleh sebab itu
Islam melarang riba demi memberikan kerahmatan bagi umat manusia dan
melindungi kemaslahatan mereka.

9. Jelaskan jual beli Inah yang diharamkan itu


Jawab :
 Jual Beli Inah yang Diharamkan
Rasulullah S.A.W mengharamkan jual beli `inah karena menyerupai riba, meskipun
bentuknya jual beli, sebab seseorang menjual suatu barang dengan harga kredit
(cicilan), lalu membelinya lagi dari tangan pembeli tadi dengan harga lebih murah
secara tunai. Di sini keuntungan harga didapat ketika penjual membeli kembali
barangnya tersebut secara tunai, jual beli `inah diharamkan dan dianggap tidak sah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya: “Apabila
manusia menjadi kikir kerena dinar dan dirham (uang), dan mereka melakukan jual
beli inah, lalu mengikuti ekor-ekor sapi, dan meninggalkan jihad dijalan Allah,
niscaya Allah akan menurunkan bencana kepada mereka yang tidak akan dihilangkan
sebelum mereka kembali keagamanya” Hadist diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya.
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Para perawinya tsiqah”.
10. Jelaskan Qardh, bolehkah mensyaratkan tempo pembayaran dalam Qardh
Jawab :
Qardh adalah harta yang di berikan oleh pempberi pinjaman (muqridh) kepada
penerima pinjaman (muqtaridh) untuk dikembalikan lagi sesuai pokok harta yang
dipinjamkan. Menurut Malik , diperbolehkan mensyaratkan tempo pembayaran
(pengembalian) dalam qardh. Jika qardh disepakati oleh kedua belah pihak antara
muqridh (debitur/siberhutang) dengan muqtaridh, maka pemberi pinjaman
(kreditur/siberpiutang).
11. Islam sangat menganjurkan berbuat baikan (toyiban) dan tolong menolong
seperti firman Allah S.W.T dalam Q.S untuk memberikan tenggang waktu
(tempo) kepada orang yang kesulitan, dia atur di surat apa dan tulis artinya
Jawab :
Allah S.W.T berfirman, yang artinya :
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka I berilah tenggang
waktu
sampai dia memperoleh kelapangan (kelonggaran)” diatur dalam surat ( Q.S Al
Baqarah: 280).
12. Apa itu rahn, apa dasar hukumnya, sebutkan
Jawab :
 Rahn (gadai), adalah jaminan hutang suatu barang yang mempunyai nilai ekonomi.
Sementara penerima barang gadai (kreditur, siberpiutang) kemungkinan mengambil
barang itu sebagai ganti hutang. pemilik barang (debitur, siberuhutang) disebut rahim
(pengadai), pemberi hutang yang memegang barang gadai disebut mutahin (penerima
barang gadai), dan barang yang yang digadaiakan disebut rahn (gadai).
 Dasar Hukum Rahn :
Rahn diatur dalam firman Allah SW.T dalam Al Qur`an Surat (QS Al Baqarah: 283
yang artinya:
Jika anda dalam perjanjian (bermuamalah) tidak secara tunai sedangkan anda
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
(jaminan) yang dipegang (oleh yang berpiutang). Tetapi, jika sebagian anda
mempercayai amanatnya (hutangnya) dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah
S.W.T” Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan lainnya dari Aisyah (istri) berkata:
“Rasulullah S.A.W pernah membeli (bahan) makanan dari seorang Yahudi dengan
cara
berhutang, dan biliau mengadaikan baju kebesarannya”. Kalangan ulama juga telah
bersepakat tentang bolehannya praktek rahn meskipun ada perbedaan pendapat
seputar kebolehannya dalam keadaan safar (bepergian) menurut mayoritas ulama,
rahn tetap dibolehkan dalam keadaan tidak safar atas dasar praktek Nabi Muhammad
S.A.W saai itu bermukim di Madina Al Munawaroh. Adapun terkait pembatasan rahn
dalam keadaan safar pada ayat di Q.S Al Baqarah: 283 hanyalah mengikuti kebiasaan
yang umum di masyarakat, yaitu bahwa rahn biasa dilakukan dalam keadaan safar,
Mujahid, Adh Dhahhak.Lain halnya madzhab. Zhahiriyah bahwa; Praktik rahn tidak
disyaratkan kecuali dalam keadaan safar berdasarkan ayat di diatas dan hadist Nabi
S.A.W.
13. Sebutkan syarat-syarat Rahn
Jawab :
 Syarat-Syaray Rahn :
1. Berakal (cakap)
Orang yang cakap dalam hukum (Tidak gila)
2. Baligh (dewasa)
Orang yang sudah mengalami pubertas, untuk laki-laki sudah mimpi basah dan
untuk perempuan sudah menstruasi.
3. Barang gadai harus ada pada saat akad (transaksi) dilakukan, meskipun barang
milik bersama (syarikat, kongsi)
4. Barang gadai harus diterima oleh murtahin (penerima barang gadai) atau wakilnya
(kuasanya).
14. Bolehkah pemegang/penerima Rahn mengambil manfaat barang Rahn milik
rahin, Jelaskan
Jawab :
Transaksi rahn adalah transaksi yang dimaksudkan untukmeminta kepercayaan dan
untuk menjamin hutang, bukan mencari keuntungan dari hasil, selama masih seperti
itu murtahin (penerima barang gadai, si berpiutang) tidak boleh sedikitpuan
mengambil manfaat dari barang gadai meskipun pihak rahin (penggadai, si berhutang)
mengizinkannya. Sebab praktek semacam itu merupakan pinjaman yang
mendatangkan
keuntungan, sementara setiap pinjaman yang mendatangkan keuntungan adalah riba.
Akan tetapi ketentuan hukum seperti itu hanya berlaku ketika barang gadai bukan dari
jenis hewan yang bisa dikendarai atau hewan yang bisa diambil susunya. Jika barang
gadai termasuk hewan tunggangan atau hewan penghasil susu, maka penerima hewan
gadai boleh mengambil manfaat dari hewan terseut sesuai (sebanding) dengan biaya
pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pemegang barang gadai. Jika mengeluarkan
biaya
pemeliharaan , maka penerima barang gadai berhak mengambil manfaat dari barang
gadai, seperti menunggangi atau mengambil susu. Riwayat Asya Sya`bi dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah S.A.W bersabda yang artinya:
Susu binatang yang diperah boleh diminum sebagai imbalan atas makanannya,
bila sedang digadaikan. Orang yang menungganggi dan minum susu berkewajiban
memberi makan (pada hewan itu)” Abu Dawud mengatakan “Menurut kami, hadist
ini shahih dan diriwayatkan juga oleh sejumlah perawi, seperti Al Bukhari, Muslim,
At Tirmizi, dan ibnu Majah.
15. Apa itu Muzara`ah yang dilarang (diharamkan)
Jawab :
 Muzara`ah bermakna kerja sama mengelilola tanah dengan imbalan sebagai hasil
tanah tersebut, dalam istilah fikih, muzara`ah adalah memberikan sebidang tanah
kepada petani untuk dikelola dan memberinya bagian dari hasil tanah tersebut
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak yang dibuatnya.
 Muzara`ah yang dilarang (diharamkan)
Apabila bagian (upah) penggarap tanah telah ditentukan, seperti sudah ditentukan
kuantitas/jumlah (quantity) dari hasil tanah yang bila diambil oleh penggarap atau
sudah ditentukan luas tanah yang bisa diambil hasilnya dan sisanya adalah hak
pemilik tanah, maka muzara`ah seperti ini diharamkan, sebab hal ini mengandung
unsur pertaruhan atau untung-untungan (spekulasi) atau perjudian (gharar) dan dapat
menimbulkan pertikaian atau permusuhan (conflic).
16. Bagaimana perbedaan pendapat izin penguasa menghidupkan tanah tak
bertuan
(Ihya`al mawat)
Jawab :
Ihya`al mawat adalah mengelola tanah yang belum pernah digarap sebelumnya dan
mengelola membuatnya layak untuk dimanfaatkan, seperti dibut lahan, rumah,
ditanami dan sebagainya. Kalangan fiqoha sepakat bahwa mengelola tanah mati, tak
bertuan, menjadi sebuah kepemilikan (setelah lewat waktu tiga tahun). Namun, para
fuqoha berselisih pendapat seputar izin penguasa dalam pengelola tanah tersebut.
Menurut mayoritas ulama, mengelola tanah mati bisa menjadi sebab kepemilikan
meskipun tanpa izin penguasa (pemerintah). Dalilnya diriwayatkan oleh Abu Dawud
dari Said bahwa Rasulullah S.A.W bersabda Abu Hanifah berkata, “Mengelola tanah
mati bisa menjadi sebab kepenilikan, tetapi dengan syarat adanya izin dan penetapan
dari penguasa” Malik membedakan antara tanah yang bersebelahan dengan
pemukiman warga, dan tanah yang jauh dari pemukiman. Jika berselahan
pengelolaannya harus mendapat izin dari penguasa, tetapi jika jauh dari
pengelolaannya tidak wajib mendapat izin dari penguasa dan menjadi sebab
kepemilikan bagi pengelola atau penggarapnya.
17. Ijarah (sewa menyewa) apa arti Ijarah menurut Syariah Islam, apa bunyi
hadistnya, berikan contohnya
Jawab :
 Dalam syariah Islam Ijarah adalah transaksi atas suatu manfaat dengan adanya
upah. Adakalanya manfaatnya berupa barang seperti ketrampilan (jasa, skil) seperti
arsitek, atau tenaga ahli lainnya. Selama transaksi Ijarah masih berlangsung dan sah
musta`jir (penyewa) memiliki hak atas , dan mu`jir (yang menyewakan memiliki hak
upah. Sebab Ijarah adalah sejatinyanya transaksi pertukaran.
 Bunyi Hadistnya dan contohnya
Sewa menyewa (Ijarah)ditegaskan dalam Al Qur`an, sunnah, dan ijma ulama. Allah
S.W.T. Q.S Al Qashash:26-27 yang artinya “Salah seorang dari kedua wanita itu
berkata ”Wahai bapaku, ambilah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita) karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang anda ambil untuk bekerja (pada kita)
ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” Dia (Syuaib) berkata : Sesungguhnya aku
bermaksud, menikahkan anda dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar
anda bekerja denganku selama delapan tahun, dan jika anda cukupkan sepuluh tahun
maka itu adalah (suatu kebaikan) . Aku tidak hendak memberatkan anda dan anda
inya Allah akan mendapatiku termasuk orang yang baik. Nabi Muhammad SAW
pernah menyewa jasa seorang lelaki dari Bani Ad Dil bernama Abdullah bin Al
Uraiqith sebagai penunjuk jalan (H.R Al Bukhari). Pensyaratan Ijarah juga telah
menjadi kesepakatan umat muslim, dan tak ada satu pun yang menentangnya.
18. Apa rukun Ijarah
Jawab :
 Rukun Ijarah :
Transaksi Ijarah (sewa menyewa) menjadi sah ketika terdapat ijab dan qabul
dengan lafazh Ijarah, kira`(lafazh-lafazh yang lain yang merupakan derevatif
(turunan).
19. Jelaskan 3 (tiga) subyek transaksi menurut madzab As Safi`I dan Hambali
Jawab :
Musta`jir (penyewa) memiliki hak atas , dan mu`jir (yang menyewakan)
memiliki hak upah. Sebab Ijarah adalah sejatinyanya transaksi pertukaran, Kedua
pelaku transaksi Ijarah disyaratkan berakal dan mumayiyz (mengerti hitungan, harga,
takaran, dan timbangan. Madzhab Asy Syafi`I dan Hambali menambahkan syarat lain,
yaitu baligh (dewasa). Apabila suatu pekerjaan menjadi tanggung jawab ajir (pekerja
yang disewa), maka ajir tidak berhak menerima upah dengan rusaknya suatu barang
yang menjadi tanggung jawabnya, sebab ajir belum melalukan pekerjaan dengan
tuntas (klar), ini pendapat kalangan madzab Asy Syafi`I dan Hambali
20. Sebutkan syarat sahnya Ijarah
Jawab :
 Syarat Sahnya Ijarah :
Adapun sahnya suatu Ijarah adalah sebagai berikut:
1. Adanya keikhlasan dari kedua pelaku transaksi Ijarah
2. Adanya manfaat baran atu jasa yang disewakan harus diketahui secara jelas
3. Obyek Ijarah (ma`qud`alayh) harus bisa diambil manfaatnya
4. Obyek (barang) harus bisa diserahterimakan dan memiliki manfaamanfaat
barang harus sesuatu yang dihalalkan dan tidak diharamkant
5. manfaat barang harus sesuatu yang dihalalkan dan tidak diharamkan
6. imbalan yang diberikan harus berupa harta yang bernilai dan harus diketahui
kuantitasnya (quantity) dengan cara melihat atau mensifatinya. Sebab upah adalah
harga untuk manfaat yang telah didapatkan, sementara harga disyaratkan harus
diketahui secara jelas, hal ini didasrkan pada sabda Nabi Muhammad S.A.W yang
artinya “Barangsiapa yang akan mempekerjakan seseorang pekerja, maka dia harus
menginformasikan upahnya”
21. Jelaskan berakhirnya Ijarah
Jawab :
 Berakhirnya Ijarah :
1. Terjadinya cacat bari dari barang sewaan di tnggan musta`jir atau
munculnya kembali cacat lama pada barang
2. Rusaknya barang sewaan, seperti rumah menjadi runtuh atau hewan
menjadi mati atau sakit
3. Rusaknya barang yang diupahkan, seperti baju yang diupahkan untuk dijahit.
Sebab mustahil memenuhi pekerjaan setelah barang tersebut rusak
4. Terpenuhinya manfaat yang telah ditransaksikan
5. Menurut madzhab Hanafi, transaksi ijarah boleh dibatalkan secara sepihak
(oleh musta`jir) karena adanya alasan yang bisa dibenarkan.Misalnya
seorang menyewa toko utuk berdagang, tetapi barang-barang dagannya
kemudian terbakar, dicuri, atau dirampok, maka musta`jir dibolehkan
membatalkan transaksi.
22. Apa artinya Mudharabah, dan dalam Islamic Banking (IB) diartikan apa ?
Jawab :
 Mudharabah, adalah transaksi antara dua pihak, salah satu pihak memberi modal
kepada pihak lain untuk mengelola dengan ketentuan, membagi keuntungan sesuai
kesepakatan kedua belah pihak.
 Islamic Banking (IB), Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah
bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini
banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank
Islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba
(Lariba Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’a Bank). Sebagaimana akan dibahas
kemudian, di Indonesia secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam mempergunakan
istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan
Prinsip Syariah”.
23. Jelaskan rukun dan syarat Mudharabah
Jawab :
 Rukun Mudharabah :
adalah adanya ijab dan qabul dari orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan
transaksi, dan tidak disyaratkan lafazh tertentu dalam menyatakan kalimat ijab dan
qobul.
 Syarat Mudharabah :
Syarat mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Modal harus berupa satuan alat tukar uang (naqd)
2. Modal yang diserahkan harus jelas dan diketahui
3. Keuntungan antara pengelola dan pemilik modal harus ditentukan dan diketahui,
seperti ½= 50%, ¼= 45%, 1/3= 33,33% da seterusnya
4. Mudharabah harus bersifat tak terbatas (muthtaqah) artinya pemodal tidak
boleh membatasi pengelola modal dalam menjalankan perniagaannya (bisnisnya),
baik terkait tempat, jenis barang, dan waktu perniagaan. Adapun menurut madzhab
Abu Hanifah dan Ahmad, mudharabah tidak harus disyariatkan bersifat muthlaqah.

Anda mungkin juga menyukai