Anda di halaman 1dari 16

Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1270-1285

Konsep Riba Dalam Fiqih Muamalah Maliyyah dan Praktiknya Dalam Bisnis
Kontemporer
Elif Pardiansyah
Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
*Email korespondensi: elfardianzyah@untirta.ac.id

Abstrak
Riba secara etimoloogis berarti bertambah (al-ziyadah), tumbuh (an-numuw), meningkat (al-‘uluw). Secara
terminologis, riba adalah tambahan atas pokok utang yang diperjanjikan atau dipersyaratkan sebagai imbalan
atas masa pembayaran utang. Riba secara mutlak, tegas dan jelas hukumnya haram menurut al-Qur-an, As-
Sunnah, dan ijma ulama. Secara umum riba dibagi menjadi dua jenis, yakni riba dalam utang-piutang (riba
duyun/riba qardh) dan riba dalam jual-beli (riba buyu’). Maqashid (tujuan) diharamkannya riba: 1) menghindari
terjadi praktik kezaliman terhadap pelaku bisnis; 2) melanggar kaidah sifat dasar pinjaman/utang sebagai
transaksi kebaikan/sosial yang diubah menjadi transaksi bermotif bisnis; mencegah kezaliman yang dilakukan
pihak kreditur terhadap debitur dengan mengeksploitasi bunga atas utang; menghindari gharar dalam
pertukaran/jual-beli; dan agar uang tidak menjadi komoditas yang diperjualbelikan. Kriteria riba qardh yang
diharamkan manakala tambahan utang diperjanjikan di dalam akad atau hadiah/tambahan tersebut dibayarkan
sebelum pelunasan utang. Adapun riba buyu’ terjadi manakala melanggar dua kaidah riba jual-beli, pertukaran
barang ribawi sejenis harus memenuhi kriteria sama kualitas dan kuantitas, serta harus tunai, jika pertukaran
berbeda jenis maka syaratnya harus tunai dan boleh menetapkan margin di dlamnya. Dalam praktiknya, riba
qardh banyak terjadi dalam produk fintech, asuransi, pasar modal, perbankan konvensional dan bisnis
turunannya. Adapun praktik riba buyu’ terjadi dalam transaksi valuta asing, dalam pertukaran uang sejenis yang
marak terjadi secara daring.

Keywords: riba duyun, riba buyu’, maqashid riba, dhawabit riba, haram.

Saran sitasi: Pardiansyah, E. (2022). Konsep Riba Dalam Fiqih Muamalah Maliyyah dan Praktiknya Dalam
Bisnis Kontemporer. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 1270-1285. doi:
http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4751

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4751

1. PENDAHULUAN identifikasi dari boleh atau tidak-nya suatu transaksi


Tulisan ini mencoba untuk menguraikan secara yang dilakukan dalam bisnis dan keuangan Islam.
sederhana substansi riba yang dilarang menurut al- Artinya, apabila ada transaksi yang didalamnya
Qur’an, as-sunnah dan ijma ulama. Konsep riba yang ditemukan adanya unsur riba, maka transaksi tersebut
dimaksud dalam tulisan ini adalah makna riba baik terlarang (haram) dalam perspektif hukum Islam.
secara bahasa maupun secara istilah, dasar hukum Dengan demikian, fokus tulisan ini adalah
dilarangnya riba, maqashid dilarangnya riba, kriteria menjelaskan mengenai definisi riba, dasar hukum
riba yang diharamkan, kaidah riba dalam jual-beli, dan dilarangnya riba, tahapan pengharaman riba,
praktik riba dalam transasksi keuangan dan bisnis maqashid (tujuan atau target) diharamkannya riba,
Islam kontemporer. ragam dan macam-macam riba, substansi riba qardh
Riba merupakan bagian dari transaksi yang dan riba buyu’, dalil larangan riba, maqhashid
dilarang di dalam ajaran Islam. Dalam kajian fiqih larangan riba, kriteria atau batasan (dhawabit) riba
muamalah maliyah, kajian tentang riba merupakan qardh, kaidah atau rumusan riba buyu’, dan praktik
salah satu topik yang paling penting dan substansial riba qardh dan riba buyu’ dalam transaksi keuangan
untuk dibahas. Pembahasan riba menjadi bagian yang dan bisnis kontemporer.
urgen karena riba dapat menjadi salah satu alat

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1271
Tulisan ini berusaha mengurai substansi riba Secara terminologi ilmu fiqih, riba adalah tiap
yang dailarang di dalam ajaran Islam. Sering tambahan sebagai imbalan (‘iwadh) dari penangguhan
terjadinya salah faham dan faham yang salah tentang waktu tertentu, baik pinjaman itu untuk kebutuhan
riba memacu penulis untuk membuat kajian literatur konsumtif maupun untuk kebutuhan produktif
tentang riba yang dilarang, baik riba dalam utang- hukumnya tetap haram (Abu Zahrah, 1980). Sejalan
piutang maupun riba dalam jual-beli namun diuraikan dengan pendapat di atas, Abdul Rahman al-Jaziri
dengan pembahasan yang mudah difahami. mengatakan para ulama sepakat bahwa tambahan atas
Pertanyaaan yang sering ditanyakan dan harus sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu dibayar dalam
dijawab adalah terkait riba adalah: mengapa riba tenggang waktu tertentu, ‘iwadh (imbalan) tersebut
dilarang didalam ajaran Islam? Apakah semua adalah riba (Wasilul Chair, 2014). Adapun
tambahan yang timbul dari utang piutang adalah riba? Muhammad Ali As-Shabuni dalam Rawa’i al-Bayan
Apa kriteria atau batasan (dhawabit) riba utang- menjelaskan bahwa riba adalah kelebihan (atas pokok
piutang yang diharamkan menurut al-Quran dan as- utang) yang diambil oleh kreditur (orang yang
sunnah? Apa kaidah riba dalam jual beli? dan memberi utang) dari debitur (orang yang meminjam
bagaimana praktiknya dalam transaksi dan bisnis utang) sebagai imbalan atas masa pembayaran utang.
Islam? Definisi yang dikemukakan Abu Zahrah dan
Ashabuni mirip dengan definisi riba qardh atau riba
2. TINJAUAN LITERATUR duyun yaitu tambahan yang dipersyaratkan atas utang
2.1. Definisi Riba pokok, sedangkan definisi yang dijelaskan al-Jaziri
Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara lebih mendekati definisi riba jahiliyah, yaitu tambahan
etimologis berarti bertambah(al-ziyadah), tumbuh akibat penangguhan waktu atas pembayaran utang.
(an-numuw), meningkat/menjadi tinggi (al-‘uluw),
2.2. Dalil Larangan Riba
menjulang (al-rif’ah) dan bertambah (al-rima) (Jaih
2.2.1. Tahapan Pelarangan Riba dalam Al-Quran
Mubarok & Hasanudin, 2018). Sehubungan dengan
Tidak diragukan lagi, riba merupaka perbuatan
arti riba dari segi Bahasa tersebut, ada ungkapan orang
hukum yang dilarang secara tegas di dalam al-Quran
Arab kuno menyatakan sebagai berikut: “arba fulan
dan as-Sunnah (Chapra, 2007). Dalam surat al-
'ala fulan idza azada 'alaihi” (seorang melakukan riba
Baqarah (2) ayat 275 Allah SWT berfitman yang
terhadap orang lain jika di dalamnya terdapat unsur
artinya “… Allah menghalalkan jual beli dan
tambahan atau disebut liyarbu ma a’thaythum min
mengharamkan riba …”. Abu Zahrah menegeskan
syaiin lita’khuzu aktsara minhu (mengambil dari
bahwajual beli dihalalkan karena di dalamnya terdapat
sesuatu yang kamu berikan dengan cara berlebih dari
keseimbangan antara untung dan rugi (al-ghunmu bil
apa yang diberikan) (Nasution, 1996).
gurmi), sedangkan riba diharamkan karena melanggar
Shalih Muhammad al-Sulthan menjelaskan
kaidah diatas, melanggar keseimbangan antara untung
bahwa definisi riba secara terminologis diikhtilafkan
dan rugi, yaitu usaha menguntungkan tanpa
(diperselisihkan). Selanjutnya al-Sulthan
menanggung risiko rugi (Jaih Mubarok & Hasanudin,
mengemukakan dua pendapat ulama yang berkaitan
2018).
dengan definisi riba secara istilah:
Pelarangan (pengharaman) riba didalam al-
a. Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni
Qur’an dilakukan secara bertahap/ berangsur (tadrij)
menjelaskan riba secara istilah adalah
(Jaih Mubarok & Hasanudin, 2018). Di dalam
pertambahan atas (pertukaran) harta khusus, yakni
Alquran, riba disebut delapan kali dalam empat surah
harta yang diukur dengan timbangan dan takaran,
yang berbe- da, yakni satu kali dalam ayat 39 surah ar-
baik tambahan tersebut terjadi sesame harta yang
Rum, satu kali dalam ayat 161 surah al-Nisa, satu kali
ditakar atau ditimbang atau karena penangguhan
dalam ayat 130 surah Ali Imran, tiga kali dalam ayat
pembayaran atas pertukaran harta sejenis.
275 surah al-Baqarah, satu kali dalam ayat 276 dan
b. Menurut al-Syarbini, riba secara istilah adalah
ayat 278 surah al-Baqarah (Syarif, 2012). Keempat
melebihkan harta yang dipertukarkan dan
surah tersebut secara kronologis menggambarkan
penangguhan pembayaran atas harta sejenis yang
empat tahapan pengharaman riba dalam al-Quran
dipertukarkan.
(Chapra, 2007).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1272
Dalam Q.S ar-Ruum (30) ayat 39, Allah Swt harta riba (Chapra, 2007). Ayat ini juga menmberikan
berfirman: gambaran secara historis tentang perilaku pelanggaran
َ َ َ َ َ
َ ََٰ ْ َُْ
‫ٱّللۖ َو َما‬
‫اس فلا َي ْر ُبوا هعند ه‬ ‫َو َما َءاتيتم همن هر ًبا هل َي ْر ُب َوا هفى‬
orang Yahudi terhadap riba yang diharamkan Allah.
‫ه‬ ‫لن‬‫ٱ‬ ‫ل‬‫ه‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫أ‬
Dalam Q.S Ali Imran ((3) ayat 130 Allah Swt
َ ُ ْ ْ ُ َ ََٰٓ ُ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ َٰ َ َ َُْ
‫ٱّلل فأول هئك ه ُم ٱل ُمض هعفون‬
‫َءاتيتم همن زكوة ت هريدون وجه ه‬
berfirman:
َ ُ ُ َْ َ ُ َ َ َ َ َ َ
َ َ ‫اع َف ًةۖ َوَات ُقوا‬
‫اّلل‬
َ َ ُ ً َ ْ َ
‫الربا أضعافا مض‬ ‫وا‬‫ل‬ ‫يا أيُّها ال هذين آمنوا لا تأك‬
Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu ‫ه‬
َ ُ ْ ُ ُ ََ َ
‫لعلك ْم تف هلحون‬
berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda]
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
(pahalanya). (QS. Ar-Rum [30]: 39). mendapat keberuntungan. (QS. Ali Imran : 130).
Tahap pertama, al-Qur-an menolak anggapan Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan
bahwa riba pada zahirnya seolah menolong mereka atas suatu tambahan yang berlipat ganda. Menurut ahli
yang membutuhkan (Chapra, 2007). Ayat di atas juga tafsir, praktik riba pada saat itu (jahiliyyah) dengan
menginformasi-kan tentang perbandingan antara riba cara mengambil tambahan yang begitu tinggi
dan zakat. Riba secara empiris harta bertambah, (berlipat-ganda) (Chapra, 2007). Dalam ayat ini
tetapai dalam pandangan Allah tida bertambah. terdapat informasi larangan umat Islam untuk
Sedangkat zakat secara empiris harta berkurang, tetapi mengkonsumsi atau menjalankan riba berupa
dalam pandangan Allah sesungguhnya harta tersebut tambahan atas utang yang bersifat berlipat-lipat
bertambah. Substansi ayat di atas masih berifat (berlipat ganda). Pada tahap ini, riba telah diharamkan
informatif (khabari) (Jaih Mubarok & Hasanudin, bagi umat Islam, tetapi terbatas pada riba utang-
2018). piutang (riba jahiliyah) yang berlipat ganda.
Dalam Q.S an-Nisa (4) ayat 160-161 Allah Swt Keharaman riba pada tahap ini belum bersifat mutlak.
berfirman: Dalam Q.S al-Baqarah (2) ayat 275, 278-279 Allah
َ ْ َ ُ َ ََ َ َ ُ َ َ َ ْ ُ َ
‫ف هبظلم هم َن ال هذين هادوا حَر ْمنا عل ْي هه ْم ط هي َبات أ هحلت ل ُه ْم‬
Swt berfirman:
ُ ُ َ َ
َ ُ َ
ُ ‫ون إَلا ك َما َيق‬ َ ُ َُ َ َ َ ُ ُ َْ َ َ
َ َ ‫وم ال هذي َيتخَبطه‬ ‫ه‬ ‫وم‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫الر‬
‫ه‬ ‫ون‬ ‫ال هذين يأكل‬
ً ‫اّلل كث‬
‫يرا‬ َ ْ َ ْ َ َ
‫يل ه ه‬ ‫و هبص هد ههم عن س هب ه‬ ََ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ ُ ََ َ ََٰ ْ ُ َ ْ َ
َ َ َ ‫الر َباۗ َوأحل‬ ‫ل‬ ‫ث‬ ‫م‬
‫ه‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ب‬‫ال‬ ‫ا‬‫م‬‫ن‬ ‫إ‬‫ه‬ ‫وا‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ن‬ ‫أ‬‫ب‬‫ه‬ ‫ك‬ ‫ل‬
‫ه‬ ‫ذ‬ ۚ ‫س‬ ‫ه‬
َ ‫ان م َن ال‬
‫م‬ ‫الشيط ه‬
َ ْ َ َ َ ْ ْ ْ َ ُ ْ َ ُُ ْ ََ َ ُ ْ َ ‫ه‬
ۚ‫اط هل‬ ‫اس هبالب ه‬
‫الربا وقد نهوا عنه وأك هل ههم أموال الن ه‬ ‫وأخ هذ ههم ه‬
...‫الر َبا‬ َ ََ َ َ ْ َ ْ ُ َ
ً
َ َ
ً َ ْ ُ ْ َ َ ْ َْ َ ْ ََ ‫اّلل البيع وحرم ه‬
‫وأعتدنا هللك هاف هرين همنهم عذابا أ هليما‬
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba
Artinya: Maka disebabkan kezaliman orang-orang tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
Yahudi, kami haramkan atas (memakan orang yang kemasukan syaitan lantaran
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
(QS. An-Nisa: 160). Dan disebabkan mereka dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka jual beli dan mengharamkan riba.... (QS. Al-
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka Baqarah: 275).
memakan harta benda orang dengan jalan yang Tahap keempat, ayat di atas memberikan
batil. Kami telah menyediakan untuk orang- pemahaman tentang perbedaan antara perniagaan
orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang (jual-beli) dengan riba. Selain itu, ditegaskan juga
pedih. (QS. An-Nisa: 161). orang yang beriman dilarang untuk mengambil sisa-
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai susuatu sisa riba. Allah memberikan perintah hanya
yang buruk. Allah mengharamkan riba bagi orang- mengambil pokok hartanya yang dipinjamkan tanpa
orang Yahudi, dan mengancamnya akan memberikan adanya tambahan yang disyaratkan atau diperjanjikan
pembalasan yang keras kepada mereka yang memakan (Chapra, 2007). Pendapat Wahbah al-Zuhailiy dalam

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1273
Muamalat al-Maaliyah al-Mu’ashirah dengan adanya Artinya: Dari Jabir ra berkata, bahwa Rasulullah
Q.S al-Baqarah ayat 275, riba adalah haram SAW melaknat orang yang memakan (mengambil)
hukumnya, baik dengan jumlah banyak (berlipat riba, orang yang memberikannya (debitur), orang
ganda, maupun sedikit. yang menuliskannya, dan orang yang
ُْ ُ ْ َ َ
‫الر َبا هإن كنت ْم‬ ‫ن‬ َ َ ‫َيا أيُّ َها الذ َين آ َم ُنوا َات ُقوا‬
َ ‫اّلل َو َذ ُروا َما َبق َي م‬ menyaksikannya”. Beliau berkata, mereka semua
‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬
berstatus hukum sama. (HR. Muslim).
ْ َ َ ََُْ ُ َ َْ َ ْ َ َ ْ
‫ُمؤمه هنين © ف هإن ل ْم تفعلوا فأذنوا هبح ْرب هم َن ه‬
‫اّلل َو َر ُسوله ههۖ َو هإن‬
b. Hadist yang diriwayatkan sahabat Abu Hurairah
َ َُ ْ ُ ََ َ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ُ ُ ْ ُ َ َ ْ ُْ ُ ra
‫تبتم فلكم رءوس أموا هلكم لا تظ هلمون ولا تظلمون‬ َ َ َ ََ َ ْ َ َ ُ َ ََ َ
َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ََْ ُ َ
‫ررة ر هضي اّلل عنه عن النبي صلى اّلل عليهه وسلم قال‬ ‫ع ْن أ هبي ه ي‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah ‫ه ه‬
َ َ ُ َ َ ُ َ َ ُْ َْ َ ُ َ ْ
‫اّلل َو َما هَن قال‬
‫ات قالوا َيا َر ُسول ه‬
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang ‫وبق ه‬ ‫اجت هنبوا السبع الم ه‬
َْ ََُ َ َ َ َْ ُْ َ ْ َ ‫الش ْر ُك ب َ ه‬
‫السح ُر َوقتل النف هس ال هتي حَرم‬
beriman. (QS. Al-Baqarah: 278). Maka jika
‫اّلل هإلا هبالح هق‬ ‫اّلل و ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
َ َ
ُ ْ َ ْ َ َ َْ ََ َ َْ َ ‫َوأ ْك ُل الر َبا َوأ ْك ُل‬
‫الزح هف َوقذف‬
riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
‫يم والتوهلي يوم‬ ‫ه ه‬‫ت‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫ال‬‫ه‬ ‫م‬ ‫ه‬
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu َ َْ َ ْ ُْ َ َ ْ ُْ
)‫ات (متفق عليه‬ ‫ات الغ هافل ه‬ ‫ات المؤ همن ه‬ ‫المحصن ه‬
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya. (QS. Al-Baqarah: 279). Artinya: Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah
Ayat di atas diturunkan menjelang wafatnya SAW berkata, ‘Jauhilah tujuh perkara yang
Rasulullah Saw. Dan sekaligus sebagai ayat membinasakan !’ Para sahabat bertanya, ‘Apa
pamungkas yang diturunkan terkait riba. Berdasarkan saja tujuh perkara tersebut wahai Rasulullah?’
penjelsaan ayat ini, dengan jelas, tegas dan mutlak Beliau menjawab, ‘Menyekutukan Allah, sihir,
Allah mengharamkan riba dengan segala bentuknya, membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT
baik sedikit maupun banyak (Chapra, 2007). kecuali dengan jalan yang benar, memakan riba,
mamakan harta anak yatim, lari dari medan
2.2.2. Keharaman Riba Menurut Hadist Nabi
peperangan dan menuduh berzina pada wanita-
Muhammad SAW
wanita mu’min yang sopan yang lalai dari
Hadits yang diriwayatkan dari sahabat ‘Ubadah
perbuatan jahat. (Muttafaqun Alaih).
bin Shamit ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:
َ ُ َ َ ُ ْ ُّ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ َ
‫ير‬
‫الذهب هبالذه هب وال هفضة هبال هفض هة والبر هبالب هر والش هعير هب ه ه‬
‫ع‬ ‫الش‬ c. Hadist dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Rasulullah Saw
ْ ْ ْ ْ
ً ‫الت ْمر َوالمل ُح بالملح م ْثلاً بم ْثل َس َو‬
bersabda:
َ َ ً َ ُ َْ َ
‫اء هب َس َواء َيدا هب َيد ف هإذا‬ ‫هه‬ ‫ه ه ه ه‬ ‫ه‬ ‫والتمر هب‬ ََ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ
‫ه‬ ‫عن ْاب هن َم ْسعودع ْن النبي صلى اّلل عليهه وسلم قال ما أحد أكثر‬ ْ
َ َ ‫ه ه‬
ً َ َ َ ُْ ُ َ ُ َ َْ َ ْ َََ ْ َ
‫اختلفت ه هذ هه الأصناف ف هبيعوا ك ْيف هشئت ْم هإذا كان َيدا هب َيد‬ َ َ ُ َ َ َ َ
‫الر َبا هإلا كان ع هاق َبة أم هرهه هإلى هقلة‬
ْ
‫همن ه‬
ْ
Artinya: (Pertukarkanlah) emas dengan emas, perak
Artinya: Tidaklah seseorang yang memperbanyak
dengan perak, gandum dengan gandum, jawawut
riba, melainkan akhir perkaranya akan merugi
dengan jawawut, kurma dengan kurma, garam
(Ibn Majah, Bab Taglidh fir riba, No. 2270).
dengan garam secara sama jumlahnya dan
secara tunai. Apabila berbeda jenisnya, maka 2.2.3. Ijma Ulama Tentang Haramnya Riba
perjualbelikanlah sesuai kehendakmu, asalkan Seluruh ulama tanpa kecuali telah bersepakat
secara tunai (HR. jamaah ahli hadits, dengan /berkonsensus (berijma’) bahwa riba qardh dan riba
lafadz dari Muslim No. 1587). buyu’ itu diharamkan dalam Islam. Berdasarkan dalil-
a. Hadist yang diriwayatkan dari sahabat Jabir ra: dalil di atas yang shahih dan sharih (jelas dan tegas)
َ َ ََ َ ْ َ َ ُ َ ََ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ
‫الر َبا‬
menunjukan bahwa riba qardh (riba nasi’ah/riba
‫ه‬ ‫ل‬ ‫آك‬
‫اّلل صلى اّلل عليهه وسلم ه‬ ‫عن ج هابر قال لعن رسول ه‬
jahiliyyah) termasuk yang tsawabit dan qath’iyyah
ُ َ َ َ َ َ ُ َ ََ َُ ْ َُ
‫اهد ْيهه َوقال ه ْم َس َواء‬
(prinsipil dan fundamental) dalam agama Islam.
‫ومؤ هكله وك هاتبه وش ه‬

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1274
2.3. Macam-macam Riba Definisi riba pada kelompok pertama ini relevan
Menurut jumhur ulama, riba dibagi menjadi dua dengan arti riba secara harfiah, yakni tambahan
bentuk, yaitu sebagai berikut: (al-ziyadah).
a. Riba akibat utang-piutang disebut riba qardh atau b. Riba akibat jual-beli disebut riba buyu’ (jamak
riba duyun (jamak dari dayn) yaitu suatu manfaat, dari kata bai’) mencakup riba fadhl riba nasa’
tingkat kelebihan, atau tambahan (ziyadatul maal) (riba yad), dan riba nasi’ah yaitu pertukaran antar
tertentu yang disyaratkan atau diperjanjikan barang sejenis yang berbeda kuantitas, kualitas,
terhadap orang yang berhutang atau waktu penyerahannya dan barang yang
(muqtaridh/debitur) atas pokok utangnya, dan riba dipertukarkan termasuk dalam jenis barang ribawi
jahiliyah, yaitu tambahan yang dibayar diatas (al-amwaal al-ribawiyat) yaitu: emas, perak,
pokok utangnya akibat si peminjam (debitur) gandum, kurma, dan garam.
tidak mampu membayar utangnya tepat waktu.
Gambar 1.1 Skema Pembagian Riba

Riba

Riba qardh/duyun Riba buyu'

riba nasi'ah riba jahiliyah Riba fadhl Riba nasa' (yad) Riba nasi'ah

3. METODE PENLITIAN menjelaskan maqashid diharamkannya riba,


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian diantaranya:
ini adalah metode studi kepustakaan (library a. Menghindari terjadi praktik kezaliman terhadap
research). Metode studi pustaka berkaitan dengan pelaku bisnis. Di dalam riba qardh, untung
kajian teoritis dan beberapa referensi yang tidak akan (ghunmu) muncul tanpa adanya risiko (ghurmi)
lepas dari literatur-literatur ilmiah (Sugiyono, 2020). dan hasil usaha (kharaj) muncul tanpa adanya
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini biaya (dhaman). Al-ghunmu dan al-kharaj muncul
adalah pendekatan normatif yuridis. Adapun langkah- hanya dengan berjalannya waktu. Padahal bisnis
langkah penelitian kepustakaan yang akan dilakukan bersifat tidak pasti, selalu ada kemungkinan untuk
dalam penelitian ini, meliputi: pengidentifikasian untung, impas, atau rugi. Pertukaran kewajiban
secara sistematik, analisis dokumen-dokumen yang menanggung beban (exchange of liability) dapat
memuat informasi yang berkaitan dengan masalah menimbulkan tindakan zalimterhadap salah satu
kajian (Nasution, 2012). pihak, kedua pihak, atau pihak lainnya. Dengan
demikian, membebankan bunga terhadap
4. DISKUSI & PEMBAHASAN pinjaman merupakan suatu tindakan kezaliman
4.1. Tujuan atau Target (Maqashid) Haramnya karena membuat pasti sesuatu yang tidak pasti,
Riba oleh sebabnya diharamkan.
Allah menurunkan syariatnya memiliki maqashid b. Riba jahiliyah dilarang karena terjadi pelanggaran
atau tujuan yang terkandung di dalamnya. Sahroni dan kaidah “kullu qardhin jarra manfa’atan fahua
Karim (2015) dalam buku Maqashid bisnis dan riba” (setiap pinjaman yang mendatangkan
keuangan Islam: Sintesis fikih dan ekonomi manfaat kepada kreditor adalah riba). Memberi
pinjaman adalah transaksi kebaikan (tabarru)

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1275
sedangkan meminta kompensasi/imbalan (iwadh) Riba qardh bisa juga disebut riba nasi’ah dan riba
adalah transaksi bisnis (mu’awadhah/tijarah). duyun. Riba nasi’ah adalah penangguhan penyerahan
Sedangkan transaksi yang dari awal sifatnya atau penerimaan jenis barang ribawi yang
kebaikan/sosial dilarang diubah menjadi transaksi dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.
bermotif bisnis. Riba nasi’ah juga terdapat dalam riba buyu’ karena
c. Mencegah kreditur (pemberi pinjaman/utang) cakupan riba buyu memang lebih luas mencakup
berbuat zalim kepada penerima pinjaman benda yang bersifat uang (nuqud/tsamaniyah) dan
(debitur), karena di dalam praktiknya pemberi benda yang bersifat isti’mali (konsumtif/dipakai
pinjaman mengekploitasi penerima pinjaman berulang) dan istihlaki (habis pakai) sedangkan pada
dengan meminta kompensasi/bunga/ tambahan riba qardh mencakup sebagiannya saja, yaitu objek
atas utang yang diberikan. yang bersifat uang atau alat tukar (nuqud/tsamaniyah)
d. Maqashid haramanya riba buyu’ (riba jual-beli) (Jaih Mubarok & Hasanudin, 2018).
yaitu untuk menghindari ketidak jelasan (gharar) Jadi dalam riba nasi’ah untung (al-ghunmu)
dalam transaksi jual-beli. Karena jual beli atau muncul bersama tanpa adanya risiko (al-gurmi) dan
transaksi semacam ini mengandung gharar, yaitu hasil usaha (al-kharaj) muncul tanpa adanya biaya
ketidakadilan bagi kedua belah pihak atau salah (dhaman). Keduanya muncul karena berjalannya
satu pihak akan masing-masing nilai yang waktu. Padahal di dalam bisnis selalu ada
dipertukarkan. Ketidakjelasan ini dapat kemungkinan untung, impas, atau rugi. Memjadikan
menimbulkan tindakan zalim terhadap pihak- pasti sesuatu yang tidak pasti diluar wewenang
pihak yang terlibat. Selanjutnya tindakan zalim ini manusia adalah suatu kezaliman. Inilah yang terjadi di
dapat menimbulkan konflik dan permusuhan. dalam riba nasi’ah, yaitu memastikan(certaint)
Maqashid ini menggunakan metode saadz dzara’i sesuatu yang tidak pasti (uncertaint) atau pertukaran
atau menutup celah bahaya/kemadharatan. kewajiban menanggung beban (exchange of liability)
e. Maqashid lain diharamkan riba buyu’ adalah agar yang pada akhirnya akan menimbulkan kezaliman
uang tidak menjadi komoditas yang salah satu pihak. Dalam bisnis konvensional, riba
diperjualbelikan, sehingga uang menghasilkan nasi’ah dapat ditemui dalam produk deposito, kartu
uang dan tidak menghasilkan barang/jasa kredit, dan bunga kredit.
sebagaimana fungsi dan tujuan diciptakannya Riba qardh/riba duyun bisa juga disebut riba
uang. Adapun fungsi uang dalam pandangan jahiliyah yaitu utang yang dibayar melebihi pokok
Islam adalah sebagai alat tukar dalam sirkulasi pinjaman akibat peminjam (debitur) tidak mampu
barang dan jasa. mengembalikan dana pinjaman pada waktuyang telah
ditetapkan. Riba jenis ini dilarang karena melanggar
4.2. Riba Dalam Utang-Piutang (Riba Qardh) kaidah “kullu qardhhin jarri manfa’atan fahuwa riba”
4.2.1. Substansi Riba Qardh (setiap pinjaman yang memberikan manfaat [kepada
Riba qardh adalah tambahan (al-ziyadah) yang pemeberi pinjaman/kreditur] adalah riba).
diperjanjikan atau dipersyaratkan atas pinjaman uang Dari segi sifatnya, akad qardh atau memberi
(dinar/dirham/rupiah) yang wajib dikembalikan pada pinjaman /utang-utang untuk dikembalikan pokok
pada waktu yang disepakati (Jaih Mubarok & utangnya saja pada waktu yang telah disepakati
Hasanudin, 2018). Riba qardh terjadi pada transaksi termasuk akad kebaikan (akad tabarru’at/sosial),
utang-piutang yang tidak memenuhi kriteria untung yaitu akad yang bertujuan menolong pihak lain bukan
muncul bersama risiko (al-ghunmu bil ghurmi) dan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (bukan akad
hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharraj bi mu’awadhat). Jadi transaksi yang semula diniatkan
dhaman). Transaksi seperti ini mengandung untuk kebajikan tidak boleh diubah menjadi transaksi
pertukaran kewajiban menanggung beban hanya bermotif keuntungan.
karena berjalannya waktu (Karim & Sahroni, 2016).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1276
Gambar 1.2 Implikasi Akad Tabarru dan Akad Tijarah

Riba Jahiliyah Ribhu (Keuntungan)

Akad tabarru Akad tijarah

Keuntungan Keuntungan

Dilarang karena Dibolehkan karena hakikat


memperlakukan akad tabarru dari akad tijarah adalah
sebagai akad tijarah/tijari memperoleh keuntungan

4.2.2. Hukum Riba Qardh 4.2.3. Kriteria (Dhawabit) Riba Qardh


Riba qardh (riba nasi’ah dan riba jahiliyah) Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah
diharamkan menurut al-Quran dan ijma’ ulama. Oleh semua tambahan dalam utang piutang diharamkan?
sebab itu, seluruh ulama tanpa kecuali telah Apa batasan atau kriteria utang-piutang tersebut
bersepakat bahwa riba qardh itu diharamkan dalam dikatan sebagai riba qardh? Apabila mengacu pada
ajaran Islam (Karim & Sahroni, 2016). Terdapat definisi riba qardh di atas, maka yang termasuk
banyak dalil dalam al-Quran, al-Hadits dan ijma’ kategori riba qardh adalah jika transaksi utang-
ulama yang menegaskan tentang keharaman riba piutang tersebut diperjanjikan/dipersyaratkan/
qardh, sebagaimana dijelaskan pada sub bab 3 tentang disepakati dalam akad bahwa pihak peminjam
dalil diharamkannya riba. Menurut para ulama, riba (debitur) wajib membayar lebih (al-ziyadah) dari
yang dimaksud dalam Q.S al-Baqarah (2) ayat 275; pokok utang/pinjaman kepada pihak pemberi
Q.S al-Baqarah (2) ayat 278-279; dan Q.S Ali Imran pinjaman (kreditur).
(3) ayat 130 adalah riba qardh (riba nasi’ah dan riba Dengan demikian, yang diharamkan adalah
jahiliyah). Lafadz riba yang terdapat dalam ketiga ketika utang-piutang/ pinjaman tersebut
ayat di atas adalah riba yang terkait dengan utang- dipersyaratkan atau diperjanjikan di dalam akad.
piutang atau pinjam meminjam, bukan riba buyu’/ riba Adapun jika hadiah atau tambahan tersebut diberikan
jual-beli (Karim & Sahroni, 2016). secara sukarela oleh pihak peminjam saat melunasi
َ َْ َ َ َ
َ َ
Seperti pada ayat petama ...‫الر َبا‬ َ َ َ َْ ُ
‫ۗ وأحل اّلل البيع وحرم ه‬
pinjamannya, maka kelebihan/tambahan itu bukan
termasuk riba, melainkan hadiah, hibah, atau sedekah
riba yang dimaksud dalam ayat ini adalah riba qardh, sesuai dengan hadist Rasulullah Saw: “Dari Jabir rai a
karena jika yang dimaksud dengan riba di atas adalah berkata: aku mendatangi Rasulullah Saw yang
riba buyu’ maka akan terjadi pengulangan makna, mempunyai utang terhadapku, kemudian beliau
karena bai’ (jual-beli) telah disebutkan sebelumnya. membayar utangnya dan menambahnya”.
Begitupun dengan ayat 278 dan 279 surat al-Baqarah. Secara umum kelebihan pinjaman ini dapat
Para ulama telah berkonsensus (berijma’) bahwa riba dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
qardh itu diharamkan dalam Islam. Berdasarkan dalil- a. Kaidah satu, Menerima tambahan dari pinjaman
dalil di atas yang shahih dan sharih (jelas dan tegas) yang dipersyaratkan/ diperjanjikan.
menunjukan bahwa riba qardh (riba nasi’ah/riba Seluruh ulama telah berkonsensus (ijma’)
jahiliyyah) termasuk yang tsawabit dan qath’iyyah bahwa utang-piutang dengan tambahan yang
(prinsip dan fundamental) dalam agama Islam.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1277
dipersyaratkan adalah dilarang (diharamkan) Artinya: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata:
(Karim & Sahroni, 2016). Ibnu Qudamah berkata: “Nabi mempunyai utang kepada seseorang,
“para ulama sepakat, setiap pinjaman yang (yaitu) seekor unta dengan usia tertentu.
disyaratkan ada tambahannya itu diharamkan”. Orang itupun datang menagihnya. (maka)
Ibnu Munzir berkata: “para ulama telah beliaupun berkata, “Berikan kepadanya”
berkonsesus (ijma’) bahwa pihak yang kemudian mereka mencari yang seusia
meminjamkan jika memberikan syarat kepada dengan untanya, akan tetapi mereka tidak
pihak peminjam agar dibayar lebih dengan menemukan kecuali yang lebih berumur dari
tambahan atau hadiah, dan ia meminjam atas untanya. Nabi (pun) berkata: “Berikan
dasar itu, maka jika ia mengambil kelebihan kepadanya”, Dia pun menjawab, “Engkau
tersebut, hukumnya adalah riba”. telah menunaikannya dengan lebih. Semoga
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan Allah Swt. membalas dengan setimpal”.
urf’ (adat/kebiasaan) apakah sama dengan syarat? Maka Nabi Saw. bersabda, “Sebaik-baik
Maksudnya, apakah orang yang meminjam kalian adalah orang yang paling baik dalam
dengan kelebihan karena kebiasaan (‘urfi) itu memenuhi utangnya” (HR. Bukhari).
sama dengan disyaratkan? Para ulama berbeda 2) Hadist Rasulullah Saw.
َ
َ ُ َْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ
‫اّلل قال أتيت النبَى صلى اّلل عليه وسلم‬‫وع ْن ج هاب هر ب هن عب هد ه‬
pendapat tentang hal ini.
Pertama, menurut ulama malikiyah, sebagian ‫ه‬
َ َ َ َ َ َْ ََْ
َ َ ََ ْ َ ُ َ
ulama syafiiyah, dan sebagian ulama hanabillah,
‫ادنى‬ ْ َ
orang yang meminjam dengan dilebihkan Bungan ‫وهو هفى المس هج هد وكان هلى عليهه دين فقض هانى وز ه‬
karena adat kebiasaan itu sama dengan Artinya: Dari Jabir bin Abdullah ra ia
disyaratkan (tidak dibolehkan). berkata: “Aku mendatangi Nabi di masjid,
Kedua, menurut sebagian ulama Syafiiyah sedangkan beliau mempunyai hutang
dan sebagian ulama Hanabillah, orang yang kepadaku, lalu beliau membayarnya dam
miminjam dengan hungan karena adat kebiasaan menambahkannya”. (HR. Bukhari)
(‘urf) itu tidak termasuk disyaratkan, maka boleh 3) Perkataan Ibnu Umar ra
dilakukan bahkan termasuk khusnu qhada (Karim “Ibnu Umar ra berkata mengenai utang-
& Sahroni, 2016). piutang: selama tidak dipersyaratkan,
b. Kaidah dua, Menerima tambahan dari pinjaman membayar utang dengan yang lebih baik itu
tanpa dipersyaratkan (sukarela) boleh hukumnya” (Karim & Sahroni, 2016).
Terdapat banyak hadist, atsar, dan penjelasan 4) Ibnu Hazm
fuqaha (para ahli fikih) yang menegaskan bahwa Ibnu Hazm berkata: diriwayatkan dari Sufyan
memberi tambahan atas pinjaman tanpa bin Uyainah dari Ismail bin Khalid dari
disyaratkan dalam akad itu dibolehkan, bahkan bapaknya, ia berkata: Hasan bin Ali
termasuk husnul qadha (sebaik-baiknya membayar utangnya kepdaku dan dia
pelunasan) (Shiddiq ad-Dharir, 2003). menambahnya menjadi 80 dirham”.
Diantaranya hadist dan atsar tentang tambahan Hadist, atsar, dan pendapat para fuqoha di atas
atas pinjaman yang tidak disyaratkan adalah menegaskan bahwa melunasi utang dengan
sbagai berikut: tambahan hukumnya boleh jika tidak
1) Hadits Rasulullah Saw. disyaratkan di dalam akad, bahkan termasuk
َ
ُ ‫النبي َصَلى‬
َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ََْ ُ َ
‫ع ْن أ هبي ه ي‬
husnul qadha (sebaik-baiknya pengembalian
‫اّلل‬ ‫ررة ر هضي اّلل عنه قال كان هلرجل على‬
‫ه ه‬ utang).
َُ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ
‫اءه يتقاضاه فقال أعطوه فطلبوا‬ َ ‫َعل ْيهه َو َسل َم س ٌّن م ْن الإبل فج‬ c. Kaidah tiga, Memberikan hadiah/tambahan
‫ه هه‬ ‫ه ه‬ sebelum melunasi utang
َ َ ََُ ُ َ ََ ُ َ
َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ًّ
‫هسنه فل ْم هيجدوا له هإلا هسنا فوقها فقال أعطوه فقال أوفيت هني‬
Yang termasuk dalam kategori ini adalah
seorang peminjam (debitur) memberi hadiah
ُ َ
ْ‫اّلل َع َل ْيهه َو َسَل َم إَن خ َي َاركم‬
ُ َ ‫النب ُّي َصَلى‬َ َ َ َ َُ َْ
‫أوفى اّلل هبك قال‬
kepada pihak yang memberi pinjaman (kreditur)
‫ه ه‬ ‫ه‬ sebelum dilunasi utangnya tanpa disyaratkan di
َ
َ َ ْ ُ ُ َ ْ
ً ‫ض‬ dalam akad.
‫اء‬ ‫أحسنكم ق‬

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1278
1) Hadist Rasulullah Saw. hadiah. Hadist di atas dinilai para muhadistin
Dari Yahya bin Abi Ishaq, dia berkata,”Aku (ahli hadist) sebagai hadist dhoif (lemah)
pernah bertanya kepada Anas bin Malik RA (Karim & Sahroni, 2016).
mengenai seorang laki-laki dari kami yang
memberi pinjaman (qardh) kepada Perbedaan Antara kaidah 2 dan kaidah 3
saudaranya berupa harta, lalu saudaranya itu Perbedaan antara (hadiah/hibah/manfaat) yang
memberikan hadiah kepadanya. Berkatalah dibolehkan karena tidak dipersyaratkan (kaidah 2) dan
Anas bin Malik ra, “Telah bersabda hadiah/hibah/manfaat yang tidak dibolehkan karena
Rasulullah Saw, jika salah seorang kamu diberikan sebelum jatuh tempo (kaidah 3), walaupun
memberikan suatu pinjaman (qardh) lalu keduanya sama berupa hadiah/tambahan, tetapi
(penerima pinjaman) itu memberikan hadiah implikasi hukumnya berbeda.
kepadanya, atau dia menaikkannya ke atas Tambahan/hadiah yang tidak dibolehkan
tunggangannya, maka janganlah dia menaiki (terlarang) adalah tambahan yang terjadi sebelum
tunggangan itu, dan jangan pula dia menerima melunasi utangnya dan sebelum jatuh tempo.
hadiah itu. Kecuali hal itu sudah pernah Maqhashid dilarangnya kondisi kedua tersebut karena
terjadi antara dia dengan dia sebelumnya.” syubhat yang terjadi di dalamnya, yakni dengan
(HR Ibnu Majah, no 2432; Imam Syaukani, tambahan itu, peminjam berharap diberikan tambahan
Nailul Authar: 1088). waktu untuk membayar atau melunasi utangnya.
2) Hadist Rasulullah Saw. Praktik ini mirip dengan risywah (suap) (Shiddiq ad-
Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, beliau Dharir, 2003).
bersabda: ”idzaa aqradha fa-laa ya`khudz Sebaliknya, hadiah/tambahan yang diberikan
hadiyyatan [Jika seseorang memberi peminjam (debitur) kepada yang meminjamkan
pinjaman maka janganlah dia mengambil (kreditur) dibolehkan jika diberikan ketika melunasi
hadiah] (HR Bukhari, dalam kitab Tarikh- utangnya tanpa ada syarat atau kebiasaan bertahadi
nya. Imam Syaukani, Nailul Authar: 1088). (saling memberi hadiah) sebelumnya.
Hadist-hadist di atas menunjukan bahwa Dengan demikian, hadiah/hibah/tambahan yang
pihak yang meminjamkan tidak boleh tidak dibolehkan (dilarang) adalah tambahan yang
menerima hadiah dalam bentuk apapun dari terjadi sebelum melunasi utangnya atau sebelum jatuh
penerima pinjaman, karena praktik tersebut tempo. Tambahan/hadiah tersebut tergolong menjadi
termasuk riba. Beberapa fuqaha mengambil riba manakala diberikan sebelum utangnya lunas dan
pengecualian yang ada dalam hadist Anas bin tidak ada kebiasaan saling memberi hadiah (bertahadi)
Malik di atas, yakni mengecualikan satu diantara mereka sebelumnya dan/atau ada sebab yang
kondisi yang dibolehkan, yaitu ketika pihak mewajibkan adiah kepada pihak peminjam (debitur).
yang meminjamkan dan pihak pemberi Maksud hadiah tersebut diberikan karena terkait
pinjaman sudah terbiasa saling bertukar dengan pinjaman yang diterimanya.

Gambar 1.3 Skema Ruang Lingkup Riba Qardh


Ruang Lingkup Riba
Qardh

Jika menerima tambahan/


Jika menerima tambahan
Jika menerima manfaat/ hadiah atas utang/ pinjaman
dari pinjaman tanpa syarat
tambahan atas pinjaman yang sebelum jatuh tempo/
atau diperjanjikan di dalam
dipersyaratkan/ diperjanjikan di sebelum utangnya lunas
akad (sukarela) setelah
dalam akad, maka itu termasuk walaupun tanpa disyaratkan di
melunasi utangnya, maka
riba qardh dalam akad, maka praktik
menjadi hibah/hadiah
tersebut termasuk riba.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1279
4.2.4. Praktik Riba Qardh Dalam Bisnis
Kontemporer
Riba qardh terjadi dalam setiap produk keuangan
yang menggunakan sistem transaksi pinjaman kredit
berbunga, baik terjadi antar individu maupun dengan
lembaga keuangan dengan menggunakan nama dan
produk bermacam-macam (Karim & Sahroni, 2016).
Contoh praktik riba qardh kontemporer adalah:
a. Poduk perbankan konvensional, seperti
pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga
deposito.
b. Produk-produk lembaga finance konvensional, Gambar 1.4 Skema Transaksi Riba Dalam
seperti kredit pembiayaan kendaraan bermotor. Pinjaman Online
c. Praktik riba jahiliyah dapat ditemui dalam
pengenaan denda bunga pada produk kartu kredit 4.3. Riba Jual-Beli (Riba Buyu’)
yang tidak dibayar penuh tagihannya saat jatuh 4.3.1. Substansi Riba Buyu’
tempo. Riba jual beli (riba buyu’) adalah riba yang
d. Riba nasi’ah dapat ditemui dalam pembayaran muncul akibat pertukaran barang sejenis (harta ribawi/
bunga kredit, bunga deposito, dll. Bank sebagai amwal ribawiyat) yang berbeda kualitas (mistlan bi
kreditur memberikan pinjaman yang mistlin), kuantitas (sawaan bi sawain), atau waktu
mensyaratkan pembayaran bunga yang penyerahannya tidak tunai (yadan bi yadin). Secara
besarannya tetap dan ditentukan dahulu di awal prinsip jual-beli diperbolehkan, akan tetapi tidak
transaksi (fixed and predetermind rate). semua jenis perniagaan/ pertukaran tersebut
e. Dalam asuransi konvensional, dimana dana premi dibolehkan. Jika terdapat unsur ketidakadilan dan
dikeola di lembaga keuangan konvensional ekploitasi dalam transaksi amwal ribawiyat (nuqud
dengan fasilitas pinjaman berbunga. dan ath’imah) maka termasuk riba jual beli.
Dalam berbagai contoh di atas, lembaga Riba buyu’ disebut juga riba fadhl, riba
keuangan pemberi pinjaman mensyaratkan nasa’/riba yad, dan riba nasi’ah.
memberikan bunga yang sifatnya tetap dan ditentukan a. Riba fadhl adalah pertukaran benda ribawi sejenis
dahulu di awal transaksi/akad. Padahal nasabah yang nilai, jumlah, timbangan, atau takarannya
penerima pinjaman dalam mendapatkan hasil usaha tidak sama. Riba fadhl merupakan pelanggaran
tidak mendapatkan keuntungan yang fixed atau terhadap ketentuan yang berkaitan dengan harus
predetermind juga. Di dalam bisnis selalu ada samanya kualitas atau kuantitas objek yang
kemungkinan untung, impas, atau rugi yang dipertukarkan;
besarannya tidak dapat ditentukan di awal (Karim & b. Riba nasa’ atau riba yad adalah pertukaran benda
Sahroni, 2016). Jadi mengenakan tingkat bunga ribawi sejenis yang nilai/jumlah/
tertentu untuk suatu pinjaman merupakan tindakan takaran/timbangan sama, sedangkan salah satu
yang zalim, yang memastikan sesuatu yang tidak objek pertukaran diserahkan non-tunai (tangguh),
pasti, karena itu diharamkan (Adiwarman Karim, atau serah terima kedua obyek pertukaran
2010). dilakukan secara tangguh. Riba ini merupakan
Riba qardh juga terjadi dalam pinjaman online pelanggaran terhadap keharusan tunai dalam
(Pinjol), yakni pinjaman yang diselenggarakan oleh pembayaran harga (yadan bi yadin);
platform fintech (financial technology) secara daring c. Riba nasi’ah dalam jual beli adalah gabungan
dengan syarat-syarat tertentu. Dalam praktiknya antara riba fadhl dan riba yad. Menurut Rafiq
peminjam wajib mengembalikan pokok pinjaman Yunus al-Mishri (2012) riba nasi’ah dalam
disertai tambahan (bunga) yang diperjanjikan kepada konteks ini adalah pertambahan atas harta ribawi
pemberi pinjaman (kreditut) melalui fintech. Skema sejenis yang dipertukarkan serta penyerahannya
pinjaman online dapat dilihat dalam gambar berikut. dilakukan secara tangguh (non-tunai/ ta’jil).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1280
Gambar 1.5 Ruang Lingkup Riba Buyu’

Riba Buyu' (Riba Jual-beli)

Riba Fadhl Riba Yad/Nasa' Riba Nasi'ah


(Obyeknya mistlan bi mistlin (waktu bayar yadan bi yadin) (objek plus waktu bayar)
dan sawa-an bi sawa-in)

Untuk mempermudah memahami ketiga jenis ‘illat harta ribawi (amwal ribawiyat). Lalu apa dan
riba buyu’ di atas, Rafiq Yunus al-Mishri (2012) bagaimana batasan amwal ribawiyat ini menurut para
dalam Jaih Mubarok & Hasanudin (2018) ulama?
mengilustrasikan ketiga riba tesebut dalam contoh ‘Illat Awmal Ribawiyat (Harta Ribawi)
yang sederhana dan mudah difahami sebagai berikut: Sebelum menjelaskan panjang lebar mengenai
a. Riba Fadhl, contoh: pertukaran 100 gram emas harta ribawi (amwal ribawiyat), mari kita simak hadis
dengan 105 gram emas (cincin, kadar 75%) yang dari ‘Ubadah bin Shamit sebagai dasar hukum
dilakukan secara tunai (mu’ajjal) maka 5 gram dilarangnya riba buyu’ dan ‘illat harta ribawi, sebagai
emas tersebut merupakan riba fadhl karena berikut:
melanggar prinsip sama kualitas (mistlan bi Hadits yang diriwayatkan dari sahabat ‘Ubadah
mistlin) dan sama kuantitasnya (sawaan bi bin Shamit bahwa Rasulullah Saw bersabda:
sawain). َ ُ َ َ ُ ْ ُّ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ َ
‫ير‬
‫ه‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫الش‬ ‫ب‬
‫ه‬ ‫ير‬‫ع‬‫ه‬ ‫الش‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ب‬‫ال‬
‫ه ه‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ب‬‫ال‬‫و‬ ‫ة‬
‫ه‬ ‫ض‬ ‫ف‬
‫ه‬ ‫ال‬ ‫ب‬
‫ه‬ ‫ة‬ ‫ض‬‫ف‬‫ه‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ب‬
‫الذهب هبالذ ه‬
‫ه‬
b. Riba Yad/Riba Nasa’, contoh: pertukaran 100
ْ ْ ْ ْ
gram emas (cincin, kadar 75%) dengan 100 gram َ َ ً ً ‫الت ْمر َوالمل ُح بالملح م ْثلاً بم ْثل َس َو‬
‫اء هب َس َواء َيدا هب َيد ف هإذا‬
َ ُ َْ َ
‫والتمر هب‬
‫هه‬ ‫ه ه ه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
emas (kalung, kadar 75%) diserahkan pada saat
ً َ َ َ ُْ َ َ ُ َ ُ َ َْ َ ْ َََ ْ
‫اختلفت ه هذ هه الأصناف ف هبيعوا ك ْيف هشئت ْم هإذا كان َيدا هب َيد‬
akad (tunai), sedangkan 100 gram cincin
diserahterimakan di kemudian hari/ tangguh
(mu’ajjal), maka penangguhan tersebut termasuk Artinya: (Pertukarkanlah) emas dengan emas,
kriteria riba nasa’ karena melanggar prinsip harus perak dengan perak, gandum dengan gandum,
tunai. jawawut dengan jawawut, kurma dengan kurma,
c. Riba Nasi’ah, contoh: 100 gram emas (kalung) garam dengan garam secara sama jumlahnya dan
ditukar dengan 105 gram emas (cincin); 100 gram secara tunai. Apabila berbeda jenisnya, maka
emas kalung diserahkan pada saat akad, perjualbelikanlah sesuai kehendakmu, asalkan secara
sedangkan 105 gram cincin diserahkan di tunai (HR. jamaah ahli hadits, dengan lafadz dari
kemudian hari (tanggun/non-tunai/ mu’ajjal). Muslim No. 1587).
Praktik tersebut termasuk riba nasi’ah karena di Jika kita telaah, hadits di atas menjelaskan
dalamnya terdapat riba fadhl (100 gram emas tentang dua kelompok barang-barang ribawi (amwal
ditukar 105 gram emas) skaligus riba yad (kalung ribawiyat), kelompok pertama adalah uang/mata
diserahkan tunai, sedangkan cincin diserahkan uang, sedangkan kelompok kedua adalah makanan.
non tunai). Dalam hadits di atas terdapat enam barang/benda yang
jika dipertukarkan (dengan akad jaul-beli/barter)
4.3.2. Hukum dan ‘Illat Riba Jual-beli harus memenuhi kriteria sama kualitas dan
Jika riba qardh itu diharamkan dengan dalil yang kuantitasnya, juga dibayarkan secara tunai.
qaht’i (pasti) dilalahnya (makna nash-nya) dan Pertanyaanya, apakah semua benda yang
didukung dengan ijma’ para ulama, maka berbeda dipertukarkan harus sama dan tunai? Atau hanya
dengan status hukum riba buyu’. Para ulama berbeda benda-benda yang disebutkan secara tersurat di dalam
pendapat mengenai riba buyu’ ini, perbedaanya hadist di atas (emas, perak, gandum, jawawut, kurma,
bersumber dari perbedaan pendapat mereka tentang garam)? Ataukah termasuk benda-benda lain yang

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1281
selain yang disebutkan dalam hadist tersebut?. Rafiq
Yunus al-Mishri (2012) membuat matrik hadist di atas
dengan sangat bagus dan inovatif.
Tabel 1.1 Matrik Harta Ribawi
Uang (nuqud) Makanan (Tha’am/Ath’imah)
Emas Perak Gandum Jawawut Kurma garam
Uang Emas ❖
(Nuqud) Perak ❖
Gandum ❖
Makanan
Jawawut ❖
(Tha’am/
Kurma ❖
Ath’imah)
Garam ❖

Keterangan: a. Pertama, jika ada transaksi (jual-beli) antara satu


a. Emam harta dalam matrik di atas adalah harta sejenis barang ribawi, seperti rupiah dengan
ribawi rupiah, dolar dengan dolar, uero dengan uero,
b. Apabila harta sejenis (ribawi) dipertukarkan harus emas dengan emas, maka syaratnya harus sama
sama kualitas (mistlan bi mistlin), sama kuantitas kualitas dan kuantitasnya, juga harus lakukan
(sawaaan bi sawaain), dan secara tunai (yadan bi secara tunai.
yadin). b. Kedua, jika ada transaksi (pertukaran/jual-beli)
c. ‘illat hukum emas dan perak adalah uang atau antara dua jenis barang ribawi yang berbeda,
standar harga tsamaniyyah), sedangkan ‘illat seperti emas dengan perak, rupiah dengan dolar,
hukum gandum, jawawut, kurma, dan garam rupiah dengan ringgit, dll, maka syaratnya harus
adalah makanan (ath’imah). tunai (taqabudh) dan boleh menetapkan margin.
Penjelasannya, menurut Karim dan Sahroni c. Ketiga, jika ada transaksi (pertukaran/jual-beli)
(2016) maksud dari ‘illat jenis mata uang adalah antara mata uang dengan komoditas/barang, maka
tsamaniyyah (keberadaanya sebagai mata uang). tidak mesti tunai dan tidak wajib sama nilai, yang
Karena emas dan perak adalah dua benda/komoditas dirujuk adalah kesepakatan kedua belah pihak
yang pada saat itu, difungsikan sebagai alat bayar atau (Sahroni, 2019).
mata uang. Dengan demikian, mata uang selain emas Jika kita melihat rumus atau kaidah 1, kaidah 2
dan perak yang berlaku saat ini juga masuk kategori dan kaidah 3, nampak betapa adilnya Allah swt.
harta/benda ribawi seperti rupiah, dollar, real, rupe, Dalam transaksi jenis pertama, Allah Swt menutup
ringgit, dll. celah pintu bisnis, kenapa ditutup? Karena agar uang
‘Illat jenis makanan (ath’imah) maksudnya ini tidak dijadikan komoditas, uang tetap menjalankan
setiap jenis makanan walaupun bukan makanan fungsinya sebagai mata uang yang menghasilkan
pokok, seperti roti, beras, sagu, dll adalah termasuk barang dan jasa.
amwal ribawiyat. Pendapat ini sejalan dengan Pada rumus yang kedua, Allah Swt buka
pendapat jumhur ulama (imam Hanafi, imam Malik, kesempatan untuk menukar dan mengambil margin
imam Syafi’I, dan imam Ahmad bin Hanbal) yang yang penting syaratnya harus tunai, di sini ada celah
berpendapat bahwa harta ribawi yang pokok bisnis. Kenapa Allah buka celah bisnis dalam
berjumlah enam (emas, perak, gandum, jawawut, transaksi jenis kedua? Karena tidak semua orang bisa
kurma, dan garam), tetapi tidak terbatas pada enam memenuhi kebutuhannya dengan mata uang lokal.
macam benda tersebut karena terdapat ‘illat Seumpama kita umroh, haji, dinas ke luar negeri, studi
keharamannya sebagaimana di jelaskan di atas (Jaih ke luar negeri, tentu mata uang yang kita butuhkan
Mubarok & Hasanudin, 2018). adalah mata uang setempat (negara tujuan), oleh
4.3.3. Kaidah Riba Jual-beli sebabnya kita harus menukarkan. Dengan adanya
Terdapat tiga kaidah atau dua rumus dalam riba kebutuhan ini Allah Swt buka kebutuhan transaksi ini
jual beli (riba buyu’), yaitu: dengan syarat harus tunai.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1282
Adapun rumus ketiga, Allah Swt buka seluas- sama, berapa margin yang ditetapkan itu diserahkan
luasnya, anda mau berbisnis, mau bertukar, mau kepada para pihak yang bertransaksi. Untuk lebih
membeli, yang penting pertemuan antara mata uang jelasnya mengenai kaidah/ rumus riba jual beli adalah
dengan komoditas, maka boleh tidak tunai, boleh tidak terdapat pada gambar 1.6 di bawah ini.
Gambar 1.6 Rumus Riba Jual-Beli

Rumus Riba Buyu'


(Riba Jual-beli)

Rp vs Rp Rp vs $ Rp vs Komoditas
(Tunai dan Sama) (Tunai) (Kesepakatan)

4.3.4. Praktik Riba Buyu’ Dalam Bisnis dicetaknya spesial dan jumlahnya terbatas, uang jenis
Kontemporer ini dicari banyak orang, bahkan diperjualbelikan
Praktik riba buyu’ terjadi pada transaksi antar melalui berbagai platform e-commerce dan media
barang ribawi (amwal ribawiyat) yang tidak sosial (Tokopedia, Instagram, Facebook, dll) dengan
memenuhi syarat-syarat sebagaimana dijelaskan di harga jual yang fantastis.
atas. Dalam kehidupan sehari-hari, riba buyu’ Pertanyaanya pertama, apakah transaksi model
biasanya dapat kita temui menjelang hari raya idul ini termasuk riba jual beli?. Seperti yang dijelaskan
fitri, yaitu pertukaran uang sejenis (rupiah dengan pada rumus riba jual beli di atas, pertukaran antara
rupiah) yang tidak sama kuantitasnya serta mata uang yang sama harus dilakukan dengan dua
kualitasnya, contoh: 100 rupiah ditukar dengan 95 ribu syarat, yaitu: sama kualitas dan kuantitasnya, juga
rupiah. Uang yang ditukarkan dengan nominal 100 harus dibayarkan secara tunai. Sedangkan yang marak
ribu rupiah tidak sama atau tidak sepadan dengan uang saat ini, uang edisi khusus nominal 75 ribu rupiah
95 ribu rupiah, sehingga transaksi tersebut termasuk tersebut ditukarkan (deperjualbelikan) dengan
kategori riba jual beli. nominal rupiah yang berbeda, bisa 100 ribu rupiah,
Dewasa ini, di Indonesia dihebohkan dengan bahkan mencapai jutaan rupiah. Praktik tersebut satu
hadirnya uang baru nominal Rp 75.000 (tujuh puluh dari sekian banyak praktik riba jual beli yang ada di
lima ribu rupiah) edisi khusus untuk memperingati tengah masyarakat.
hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-75. Karena
Gambar 1.7 Contoh Transaksi Riba Jual Beli Kontemporer

Transaksi pertukaran mata uang jenis ini


adalah dilarang karena melanggar prinsip
harus sama kualitas dan kuantitasnya
(mistlan bi mistlin dan sawaan bi sawain)
serta melanggar prinsip dibayarkan
secara tunai (yadan bi yadin)

Pertanyaannya kedua, masuk kategori riba jual Bila diteliti secara seksama, model transaksi di
beli yang mana model transaksi ribawi di atas? Riba atas dapat dikategorikan kedalam dua jenis riba jual
fadhl, riba yad, atau riba nasi’ah?.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1283
beli, yakni riba fadhl dan riba nasi’ah dengan b. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian
ketentuan: atau penjualan valas dengan harga spot yang
a. Disebut riba fadhl jika pertukaran tidak dikombinasikan dengan pembelian antara
berimbang tersebut (antara uang 75 ribu rupiah penjualan valas yang sama dengan harga forward.
dengan uang 200 ribu rupiah) dilakukan secara Hukumnya haram, karena mengandung unsur
tunai/langsung, namun nominal atau obyek maisir (spekulasi);
pertukaran tidak sama; c. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk
b. Disebut riba yad apabila transaksi dilakukan memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak
melalui platform media sosial atau e-commerce untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
dengan pertukaran nominal/nilai yang sama yakni sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka
75 ribu rupiah, akan tetapi pembayarannya waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya
dilakukan secara tangguh, yakni pembeli haram, karena mengandung unsur maisir
membayar melalui rekening bank bersama e- (spekulasi).
commerce, begitupun uang 75 ribu edisi khusus
tersebut dibayarkan tidak tunai karena menunggu 4.3.5. Alternatif yang Halal
proses pengiriman. Hal ini melanggar prinsip Berdasarkan fatwa No. 28/DSN-MUI/III/2002
pertukaran harus dilakukan secara tunai (yadan bi tentang jual beli mata uang (al-sharf) transaksi jual
yadin); beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan
c. Disebut riba nasi’ah apabila transaksi dilakukan ketentuan sebagai berikut:
melalui platform media sosial atau e-commerce, a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
yakni pembeli membayar secara tidak tunai b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga
senilai 200 ribu rupiah karena melalui rekening (simpanan)
bank bersama e-commerce, begitupun uang 75 c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang
ribu edisi khusus tersebut dibayarkan tidak tunai sejenis maka nilainya harus sama dan secara
karena menunggu proses pengiriman. Hal ini tunai (taqabudh)
melanggar 2 prinsip sekaligus, yakni pertukaran d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan
tidak berimbang (kualitas dan kuantitasnya) juga dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat
dibayarkan secara tidak tunai. transaksi dilakukan dan secara tunai.
e. Poin 3 dan 4 di atas sesuai dengan rumus riba jual
Dalam transaksi keuangan, riba buyu’ dapat kita beli yang telah di bahas pada sub bab di atas,
temui dalam transaksi jual-beli valuta asing, yaitu yakni:
pertukaran antara mata uang berbeda dengan 1) Jika pertukaran mata uang sejenis, maka
pembayaran dilakukan secara tangguh (tidak tunai). harus diserahkan/ dibayarkan secara tunai
Hal demikian dijelaskan dalam fatwa DSN-MUI No. dan dengan nominal yang sama;
28/DSN-MUI/III/2002 tentang jual beli mata uang (al- 2) Jika pertukaran mata uang berbeda jenis
sharf). Menurut fatwa ini, jenis transaksi jual-beli maka cukup diserahkan secara tunai saja, dan
valas yang dilarang/diharamkan adalah sebagai dibolehkan berbeda harga nilai (mengambil
berikut: keuntungan di dalamnya);
a. Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian f. Jual beli mata uang dalam bentuk forward
dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat
saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang dihindari (lil hajah).
akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu Bagaimana dengan jual beli emas secara tidak
tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga tunai?
yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan Menurut fatwa DSN No. 77/DSN-MUI/v/2010
(muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di tentang jual beli emas secara tidak tunai, jual beli emas
kemudian hari, padahal harga pada waktu secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual
penyerahan tersebut belum tentu sama dengan beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, ja’iz)
nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi
bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang (uang).
tidak dapat dihindari (lil hajah);

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1284
Perlu diingat, jual beli tersebut dibolehkan Kriteria/ batasan (dhawabit) tambahan dalam
dengan ketentuan: utang piutang yang haram atau dilarang karena
a. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama termasuk kategori riba qardh adalah: 1) tambahan
jangka waktu perjanjian meskipun ada dipersyaratkan atau diperjanjikan di dalam akad; 2)
perpanjangan waktu setelah jatuh tempo; tambahan berupa hadiah atau hibah diberikan sebelum
b. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai jatuh tempo pelunasan atau sebelum utangnya lunas.
boleh dijadikan jaminan (rahn); Adapun tambahan yang tidak diperjanjikan di dalam
c. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana akad dan diberikan saat pelunasan secara sukarela
dimaksud dalam angka 2 tidak boleh dijualbelikan tidak termasuk riba. Bahkan termasuk sebaik-baiknya
atau dijadikan obyek akad lain yang menyebabkan pengembalian utang (husnul qadha) menurut hadist
perpindahan kepemilikan. Nabi Saw.
Kaidah rumusan riba jual beli menurut para
5. KESIMPULAN ulama fiqih merujuk dari hadits Nabi Saw yang
Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara diriwayatkan ‘Ubadah bin Shamit, adalah: 1) Jika ada
etimologis berarti bertambah(al-ziyadah), tumbuh transaksi (jual-beli) antara satu sejenis barang ribawi,
(an-numuw), meningkat/menjadi tinggi (al-‘uluw), maka syaratnya harus sama kualitas dan kuantitasnya,
menjulang (al-rif’ah) dan bertambah (al-rima). Secara juga harus lakukan secara tunai; 2) Jika ada transaksi
terminologi ilmu fiqih, riba adalah (pertukaran/jual-beli) antara dua jenis barang ribawi
tambahan/kelebihan atas pokok utang yang yang berbeda, maka syaratnya harus tunai (taqabudh)
diperjanjikan/dipersyaratkan sebagai imbalan atas dan boleh menetapkan margin; 3) Apabila ada
masa pembayaran utang. Riba secara mutlak, jelas dan transaksi (pertukaran/jual-beli) antara mata uang
tegas hukumnya haram, baik sedikit maupun banyak, dengan komoditas/barang, maka tidak mesti tunai dan
baik untuk kebutuhan konsumtif maupun untuk tidak wajib sama nilai, yang dirujuk adalah
kebutuhan produktif. kesepakatan kedua belah pihak.
Menurut jumhur ulama, riba terbagi menjadi dua
macam, yakni riba yang terjadi akibat utang-piutang 6. DAFTAR PUSTAKA
disebut riba qardh/ riba duyun, dan riba yang terjadi Buku
akibat jual-beli atau biasa disebut riba buyu’. As-Shabuni., M. Ali. (1980). Rawāiu'l Bayān Tafsīru
Adapun maqashid (target/tujuan) dilarangnya Āyāti al-Ahkām min al-Qurān. Damaskus:
riba menurut ulama fiqih adalah karena di dalam Maktabah Al-Ghazali.
Cahyani, D. I., & Sumadi, S. (2015). Alternatif Sistem
praktik riba mengandung unsur kezaliman, mencegah
Ekonomi Islam Untuk Indonesia Yang Lebih
ekpolitasi terhadap peminjam (muqtaridh), melanggar Sejahtera. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1(02).
kaidah al-ghunmu bil ghurmi dan kaidah al-kharaj bid Chapra, Umer. (2007). Haramkah Bunga Bank:
dhaman, melanggar sifat dasar akad utang-piutang Alasan dibalik haramnya bunga bank dalam
sebagai akad kebajikan (tabaru’at), menghindari tinjauan fikih dan ekonomi. Jakarta: Aqwam.
praktik gharar, dan menyalahi fungsi dan tujuan uang, Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
yakni sebagai alat tukar dan media menyimpan Indonesia (DSN-MUI)
Jumantoro, T., & Amin, S. M. (2005). Kamus Ilmu
nilai/harga.
Ushul Fikih Cet. I. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Jumhur ulama (imam Hanafi, imam Malik, imam Karim, Adiwarman. A., & Sahroni, O. (2015). Riba,
Syafi’I, dan imam Ahmad bin Hanbal) bersepakat Gharar dan Kaidah-Kaidah Ekonomi Syariah:
tentang harta ribawi (amwal ribawiyat) yakni enam Analisis Fikih dan Ekonomi. Jakarta: Raja
jenis barang yang disebutkan di dalam hadist Nabi Grafindo Persada.
Saw yang diriwayatkan ‘Ubadah bin Shamit, yakni: Karim, Adiwarman, A. (2010). Bank Islam: Analisi
emas, perak, gandum, jawawut, kurma, dan garam. Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Mubarok, Jaih., & Hasanuddin. (2018). Fikih
Adapun ‘illat jenis mata uang adalah tsamaniyyah Mu’amalah Maliyah: Prinsip-prinsip Perjanjian.
(keberadaanya sebagai mata uang/standar harga). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Sedangkan ‘illat jenis makanan (ath’imah) adalah Nasution. (2012). Metode Research (Penelitian
setiap jenis makanan walaupun bukan makanan Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
pokok, seperti roti, beras, sagu, dll adalah termasuk Qudamah, Ibnu (2007). Al-Mughni, terj. Ahmad Hotib
amwal ribawiyat. dan Fathurrahman. Jakarta: Pustaka Azzam.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1285
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Jurnal
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Ghofur, A. (2016). Konsep Riba dalam Al-Qur’an.
Sahroni, O., & Hasanuddin, M. (2016). Fikih Economica: Jurnal Ekonomi Islam, 7(1), 1-26.
Muamalah: Dinamika Teori Akad dan Naufal, A. (2019). Riba Dalam Al-Quran Dan Strategi
Implementasinya dalam Ekonomi Syariah. Menghadapinya. Al Maal: Journal of Islamic
Jakarta: Rajagrafindo Persada. Economics and Banking, 1(1), 100-116.
Sahroni, Oni. (2019). Fikih Muamalah Kontemporer. Syarif, Mujar Ibnu. (2011). Konsep Riba Dalam al-
Jakarta: Republika. Qur'an dan Literatur Fikih. Al-Iqtishad: Vol. III,
Sahroni, Oni. & Karim, A. A. (2015). Maqashid Bisnis No. 2, Juli.
dan Keuangan Islam: Sintesis Fikih Dan Kalsum, U. (2014). Riba dan Bunga Bank Dalam
Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers. Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya
Suhendi, Hendi. (2002). Fiqh Muamalah: Membahas Terhadap Perekonomian Umat). Al-'Adl, 7(2),
Ekonomi Islam Kedudukan Harta, Hak Milik, 97-83.
Jual Beli, Bunga Bank. Jakarta: RajaGranfindo Frastiawan, D., & Ghozali, M. (2016). Kajian
Persada. Keharaman Riba dalam Islam dan
Kecenderungan Memilihnya. Islamic Economics
Journal, 2(2).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

Anda mungkin juga menyukai