php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1270-1285
Konsep Riba Dalam Fiqih Muamalah Maliyyah dan Praktiknya Dalam Bisnis
Kontemporer
Elif Pardiansyah
Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
*Email korespondensi: elfardianzyah@untirta.ac.id
Abstrak
Riba secara etimoloogis berarti bertambah (al-ziyadah), tumbuh (an-numuw), meningkat (al-‘uluw). Secara
terminologis, riba adalah tambahan atas pokok utang yang diperjanjikan atau dipersyaratkan sebagai imbalan
atas masa pembayaran utang. Riba secara mutlak, tegas dan jelas hukumnya haram menurut al-Qur-an, As-
Sunnah, dan ijma ulama. Secara umum riba dibagi menjadi dua jenis, yakni riba dalam utang-piutang (riba
duyun/riba qardh) dan riba dalam jual-beli (riba buyu’). Maqashid (tujuan) diharamkannya riba: 1) menghindari
terjadi praktik kezaliman terhadap pelaku bisnis; 2) melanggar kaidah sifat dasar pinjaman/utang sebagai
transaksi kebaikan/sosial yang diubah menjadi transaksi bermotif bisnis; mencegah kezaliman yang dilakukan
pihak kreditur terhadap debitur dengan mengeksploitasi bunga atas utang; menghindari gharar dalam
pertukaran/jual-beli; dan agar uang tidak menjadi komoditas yang diperjualbelikan. Kriteria riba qardh yang
diharamkan manakala tambahan utang diperjanjikan di dalam akad atau hadiah/tambahan tersebut dibayarkan
sebelum pelunasan utang. Adapun riba buyu’ terjadi manakala melanggar dua kaidah riba jual-beli, pertukaran
barang ribawi sejenis harus memenuhi kriteria sama kualitas dan kuantitas, serta harus tunai, jika pertukaran
berbeda jenis maka syaratnya harus tunai dan boleh menetapkan margin di dlamnya. Dalam praktiknya, riba
qardh banyak terjadi dalam produk fintech, asuransi, pasar modal, perbankan konvensional dan bisnis
turunannya. Adapun praktik riba buyu’ terjadi dalam transaksi valuta asing, dalam pertukaran uang sejenis yang
marak terjadi secara daring.
Keywords: riba duyun, riba buyu’, maqashid riba, dhawabit riba, haram.
Saran sitasi: Pardiansyah, E. (2022). Konsep Riba Dalam Fiqih Muamalah Maliyyah dan Praktiknya Dalam
Bisnis Kontemporer. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 1270-1285. doi:
http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4751
DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4751
Riba
riba nasi'ah riba jahiliyah Riba fadhl Riba nasa' (yad) Riba nasi'ah
Keuntungan Keuntungan
Untuk mempermudah memahami ketiga jenis ‘illat harta ribawi (amwal ribawiyat). Lalu apa dan
riba buyu’ di atas, Rafiq Yunus al-Mishri (2012) bagaimana batasan amwal ribawiyat ini menurut para
dalam Jaih Mubarok & Hasanudin (2018) ulama?
mengilustrasikan ketiga riba tesebut dalam contoh ‘Illat Awmal Ribawiyat (Harta Ribawi)
yang sederhana dan mudah difahami sebagai berikut: Sebelum menjelaskan panjang lebar mengenai
a. Riba Fadhl, contoh: pertukaran 100 gram emas harta ribawi (amwal ribawiyat), mari kita simak hadis
dengan 105 gram emas (cincin, kadar 75%) yang dari ‘Ubadah bin Shamit sebagai dasar hukum
dilakukan secara tunai (mu’ajjal) maka 5 gram dilarangnya riba buyu’ dan ‘illat harta ribawi, sebagai
emas tersebut merupakan riba fadhl karena berikut:
melanggar prinsip sama kualitas (mistlan bi Hadits yang diriwayatkan dari sahabat ‘Ubadah
mistlin) dan sama kuantitasnya (sawaan bi bin Shamit bahwa Rasulullah Saw bersabda:
sawain). َ ُ َ َ ُ ْ ُّ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ َ
ير
ه ع ه الش ب
ه يرعه الش و ر بال
ه ه ب ر بالو ة
ه ض ف
ه ال ب
ه ة ضفه ال و ب
الذهب هبالذ ه
ه
b. Riba Yad/Riba Nasa’, contoh: pertukaran 100
ْ ْ ْ ْ
gram emas (cincin, kadar 75%) dengan 100 gram َ َ ً ً الت ْمر َوالمل ُح بالملح م ْثلاً بم ْثل َس َو
اء هب َس َواء َيدا هب َيد ف هإذا
َ ُ َْ َ
والتمر هب
هه ه ه ه ه ه ه
emas (kalung, kadar 75%) diserahkan pada saat
ً َ َ َ ُْ َ َ ُ َ ُ َ َْ َ ْ َََ ْ
اختلفت ه هذ هه الأصناف ف هبيعوا ك ْيف هشئت ْم هإذا كان َيدا هب َيد
akad (tunai), sedangkan 100 gram cincin
diserahterimakan di kemudian hari/ tangguh
(mu’ajjal), maka penangguhan tersebut termasuk Artinya: (Pertukarkanlah) emas dengan emas,
kriteria riba nasa’ karena melanggar prinsip harus perak dengan perak, gandum dengan gandum,
tunai. jawawut dengan jawawut, kurma dengan kurma,
c. Riba Nasi’ah, contoh: 100 gram emas (kalung) garam dengan garam secara sama jumlahnya dan
ditukar dengan 105 gram emas (cincin); 100 gram secara tunai. Apabila berbeda jenisnya, maka
emas kalung diserahkan pada saat akad, perjualbelikanlah sesuai kehendakmu, asalkan secara
sedangkan 105 gram cincin diserahkan di tunai (HR. jamaah ahli hadits, dengan lafadz dari
kemudian hari (tanggun/non-tunai/ mu’ajjal). Muslim No. 1587).
Praktik tersebut termasuk riba nasi’ah karena di Jika kita telaah, hadits di atas menjelaskan
dalamnya terdapat riba fadhl (100 gram emas tentang dua kelompok barang-barang ribawi (amwal
ditukar 105 gram emas) skaligus riba yad (kalung ribawiyat), kelompok pertama adalah uang/mata
diserahkan tunai, sedangkan cincin diserahkan uang, sedangkan kelompok kedua adalah makanan.
non tunai). Dalam hadits di atas terdapat enam barang/benda yang
jika dipertukarkan (dengan akad jaul-beli/barter)
4.3.2. Hukum dan ‘Illat Riba Jual-beli harus memenuhi kriteria sama kualitas dan
Jika riba qardh itu diharamkan dengan dalil yang kuantitasnya, juga dibayarkan secara tunai.
qaht’i (pasti) dilalahnya (makna nash-nya) dan Pertanyaanya, apakah semua benda yang
didukung dengan ijma’ para ulama, maka berbeda dipertukarkan harus sama dan tunai? Atau hanya
dengan status hukum riba buyu’. Para ulama berbeda benda-benda yang disebutkan secara tersurat di dalam
pendapat mengenai riba buyu’ ini, perbedaanya hadist di atas (emas, perak, gandum, jawawut, kurma,
bersumber dari perbedaan pendapat mereka tentang garam)? Ataukah termasuk benda-benda lain yang
Rp vs Rp Rp vs $ Rp vs Komoditas
(Tunai dan Sama) (Tunai) (Kesepakatan)
4.3.4. Praktik Riba Buyu’ Dalam Bisnis dicetaknya spesial dan jumlahnya terbatas, uang jenis
Kontemporer ini dicari banyak orang, bahkan diperjualbelikan
Praktik riba buyu’ terjadi pada transaksi antar melalui berbagai platform e-commerce dan media
barang ribawi (amwal ribawiyat) yang tidak sosial (Tokopedia, Instagram, Facebook, dll) dengan
memenuhi syarat-syarat sebagaimana dijelaskan di harga jual yang fantastis.
atas. Dalam kehidupan sehari-hari, riba buyu’ Pertanyaanya pertama, apakah transaksi model
biasanya dapat kita temui menjelang hari raya idul ini termasuk riba jual beli?. Seperti yang dijelaskan
fitri, yaitu pertukaran uang sejenis (rupiah dengan pada rumus riba jual beli di atas, pertukaran antara
rupiah) yang tidak sama kuantitasnya serta mata uang yang sama harus dilakukan dengan dua
kualitasnya, contoh: 100 rupiah ditukar dengan 95 ribu syarat, yaitu: sama kualitas dan kuantitasnya, juga
rupiah. Uang yang ditukarkan dengan nominal 100 harus dibayarkan secara tunai. Sedangkan yang marak
ribu rupiah tidak sama atau tidak sepadan dengan uang saat ini, uang edisi khusus nominal 75 ribu rupiah
95 ribu rupiah, sehingga transaksi tersebut termasuk tersebut ditukarkan (deperjualbelikan) dengan
kategori riba jual beli. nominal rupiah yang berbeda, bisa 100 ribu rupiah,
Dewasa ini, di Indonesia dihebohkan dengan bahkan mencapai jutaan rupiah. Praktik tersebut satu
hadirnya uang baru nominal Rp 75.000 (tujuh puluh dari sekian banyak praktik riba jual beli yang ada di
lima ribu rupiah) edisi khusus untuk memperingati tengah masyarakat.
hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-75. Karena
Gambar 1.7 Contoh Transaksi Riba Jual Beli Kontemporer
Pertanyaannya kedua, masuk kategori riba jual Bila diteliti secara seksama, model transaksi di
beli yang mana model transaksi ribawi di atas? Riba atas dapat dikategorikan kedalam dua jenis riba jual
fadhl, riba yad, atau riba nasi’ah?.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 2022, 1283
beli, yakni riba fadhl dan riba nasi’ah dengan b. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian
ketentuan: atau penjualan valas dengan harga spot yang
a. Disebut riba fadhl jika pertukaran tidak dikombinasikan dengan pembelian antara
berimbang tersebut (antara uang 75 ribu rupiah penjualan valas yang sama dengan harga forward.
dengan uang 200 ribu rupiah) dilakukan secara Hukumnya haram, karena mengandung unsur
tunai/langsung, namun nominal atau obyek maisir (spekulasi);
pertukaran tidak sama; c. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk
b. Disebut riba yad apabila transaksi dilakukan memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak
melalui platform media sosial atau e-commerce untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
dengan pertukaran nominal/nilai yang sama yakni sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka
75 ribu rupiah, akan tetapi pembayarannya waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya
dilakukan secara tangguh, yakni pembeli haram, karena mengandung unsur maisir
membayar melalui rekening bank bersama e- (spekulasi).
commerce, begitupun uang 75 ribu edisi khusus
tersebut dibayarkan tidak tunai karena menunggu 4.3.5. Alternatif yang Halal
proses pengiriman. Hal ini melanggar prinsip Berdasarkan fatwa No. 28/DSN-MUI/III/2002
pertukaran harus dilakukan secara tunai (yadan bi tentang jual beli mata uang (al-sharf) transaksi jual
yadin); beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan
c. Disebut riba nasi’ah apabila transaksi dilakukan ketentuan sebagai berikut:
melalui platform media sosial atau e-commerce, a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
yakni pembeli membayar secara tidak tunai b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga
senilai 200 ribu rupiah karena melalui rekening (simpanan)
bank bersama e-commerce, begitupun uang 75 c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang
ribu edisi khusus tersebut dibayarkan tidak tunai sejenis maka nilainya harus sama dan secara
karena menunggu proses pengiriman. Hal ini tunai (taqabudh)
melanggar 2 prinsip sekaligus, yakni pertukaran d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan
tidak berimbang (kualitas dan kuantitasnya) juga dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat
dibayarkan secara tidak tunai. transaksi dilakukan dan secara tunai.
e. Poin 3 dan 4 di atas sesuai dengan rumus riba jual
Dalam transaksi keuangan, riba buyu’ dapat kita beli yang telah di bahas pada sub bab di atas,
temui dalam transaksi jual-beli valuta asing, yaitu yakni:
pertukaran antara mata uang berbeda dengan 1) Jika pertukaran mata uang sejenis, maka
pembayaran dilakukan secara tangguh (tidak tunai). harus diserahkan/ dibayarkan secara tunai
Hal demikian dijelaskan dalam fatwa DSN-MUI No. dan dengan nominal yang sama;
28/DSN-MUI/III/2002 tentang jual beli mata uang (al- 2) Jika pertukaran mata uang berbeda jenis
sharf). Menurut fatwa ini, jenis transaksi jual-beli maka cukup diserahkan secara tunai saja, dan
valas yang dilarang/diharamkan adalah sebagai dibolehkan berbeda harga nilai (mengambil
berikut: keuntungan di dalamnya);
a. Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian f. Jual beli mata uang dalam bentuk forward
dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat
saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang dihindari (lil hajah).
akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu Bagaimana dengan jual beli emas secara tidak
tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga tunai?
yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan Menurut fatwa DSN No. 77/DSN-MUI/v/2010
(muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di tentang jual beli emas secara tidak tunai, jual beli emas
kemudian hari, padahal harga pada waktu secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual
penyerahan tersebut belum tentu sama dengan beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, ja’iz)
nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi
bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang (uang).
tidak dapat dihindari (lil hajah);