BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Riba
Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti tambahan
(azziyadah), riba adalah tambahan yang berasal dari usaha haram yang merugikan
salah satu pihak dalam suatu transaksi. Sehubungan dengan arti riba dari segi bahasa
tersebut, ada ungkapan orang Arab kuno menyatakan sebagai berikut: arba fulan 'ala
fulan idza azada 'alaihi (seorang melakukan riba terhadap orang lain jika di
dalamnya terdapat unsur tambahan atau disebut liyarbu ma a'thaythum min syai'in
lita'khuzu aktsara minhu (mengambil dari sesuatu yang kamu berikan dengan cara
dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu. Riba sering
juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai "Usury" dengan arti tambahan
uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang dilarang oleh syara', baik dengan
jumlah tambahan yang sedikit atau pun dengan jumlah tambahan banyak.2
Berbicara riba identik dengan bunga bank atau rente, sering kita dengar di
kalangan masyarakat bahwa rente disamakan dengan riba. Pendapat itu disebabkan
rente dan riba merupakan "bunga" uang, karena mempunyai arti yang sama yaitu
1
Abu Sura'i Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M. Thalib, al-Ikhlas,
Surabaya 2003, hal. 125.
2
Ibid.
9
atas jasanya yang telah meminjamkan uang kepada debitur dengan dalih untuk usaha
produktif, sehingga dengan uang pinjaman tersebut usahanya menjadi maju dan
lancar, dan keuntungan yang diperoleh semakin besar. Tetapi dalam akad kedua
belah pihak baik kreditur (bank) maupun debitur (nasabah) sama-sama sepakat atas
keuntungan yang akan diperoleh pihak bank. Timbullah pertanyaan, di mana letak
perbedaan antara riba dengan bunga? Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan
Secara leksikal, bunga sebagai terjemahan dari kata interest yang berarti
tanggungan pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dengan persentase dari uang
bahwa pengertian dari interest atau bunga adalah uang yang dikenakan atar dibayar
Jadi, uraian di atas dapat disimpulkan bahwa riba "usury" dan bunga
"interest" pada hakikatnya sama, keduanya sama-sama memiliki arti tambahan uang.
riba bahwa riba adalah tiap tambahan sebagai imbalan dari masa tertentu, baik
pinjaman itu untuk konsumsi atau eksploitasi, artinya baik pinjaman itu untuk
3
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, edisi revisi, Unit Penerbit dan Peretakan (UPP)
AMP YKPN, Yogyakarta, 2012, hal. 35.
10
tambahan atas sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu dibayar dalam tenggang waktu
tertentu 'iwadh (imbalan) adalaha riba.5 Yang dimaksud dengan tambahan adalah
tambahan kuantitas dalam penjualan asset yang tidak boleh dilakukan dengan
gandum, serta segala macam komoditi yang disetarakan dengan komoditi tersebut.
konsep bunga, berbeda dengan perbankan yang berbasis syariah yang memakai
prinsip bagi hasil (mudharabah) yang belakangan ini lagi populer dengan
1992. pada pasal 13 huruf C disebutkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat yang
Dalam kajian ini difokuskan pada kajian ulama tafsir, maka definisi riba
terbagi dua: Yaitu menurut ulama klasik dan kontemporer. menurut ulama klasik,
4
Muhammad Abu Zahrah, Buhūsu fi al-Ribā, cet.1, Dar al-Buhus al-Ilmīyah, Beirut, 1399 H/
1980 ), hal. 38-39.
5
Abd ar-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh 'ala al-Mazahib al-arba'ah, Dar al-Fikr, Beirut,
1972), juz. II, hal. 245
6
Lihat Undang-undang Perbankan, Undang-undang No. 10 Th. 1998 Tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal. 44 - 45.
11
seperti dalam al-Mughni karya Ibnu Qudamah, bahwa “Para ulama sepakat bahwa
setiap pinjaman yang disyaratkan ada tambahannya itu diharamkan”, kemudian Ibnu
al-Mundzir berkata “Para ulama telah sepakat bahwa pihak yang meminjamkan jika
memberi syarat kepada pihak peminjam agar dibayar lebih dengan tambahan atau
hadiah dan ia meminjam atas dasar itu, jika ia mengambil kelebihan tersebut, itu
termasuk riba.
dapat dikatakan riba jika bertambah dan berkembang, sedangkan menurut istilah:
bertambahnya harta dari modal awal yang tidak disertai dengan imbalan yang
dibenarkan. Jadi tidak semua tambahan dalam sebuah pinjaman itu haram, tetapi
tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syari’ah,
maksud transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersial
yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil seperti transaksi jual-beli,
Sehubungan dengan arti riba menurut bahasa, ada ungkapan orang Arab
kuno yang artinya “Seseorang melakukan riba terhadap orang lain jika didalamnya
7
Sayyid Muhammad Thantawi, Bunga Bank Halal?: Pandangan Baru Membongkar Hukum
Bunga Bank dan Transaksi Perbankan Lainnya, …, Hal. 91.
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari‟ah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani,
12
terdapat unsur penambahan atau mengambil sesuatu yang kamu berikan dengan cara
Sekilas memang tidak ada perbedaan dalam definisi ini, namun jika
1. Dalil Al Qur’an
larangan minum khamar. Dalam surat al-Baqarah merupakan ayat riba yang terakhir
dan para ahli hukum Islam dan ahli tafsir tidak ada yang membantahnya.
sebab turunnya kelompok ayat ini menyebutkan bahwa ayat tersebut merupakan
ketegasan atas praktek riba yang dilakukan antara penduduk Makkah dan penduduk
Thaif.
Ali-Imran, an-Nisa’ dan ar-Rum. Jika dilihat dari segi urutan turunnya ayat-ayat
tentang riba, maka yang pertama kali turun adalah surat ar-Rum yang turun di
Makkah. Sedangkan ayat terakhir tentang riba adalah ayat-ayat dalam surat al-
Baqarah. Bahkan ayat ini dinilai sebagai ayat hukum terakhir atau ayat terakhir yang
9
Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami: Sebuah Studi Atas Pemikiran M. Abduh,
Pustaka Pelajar Bekerjasama dengan Academia, Yogyakarta, 2016, hal. 37.
10
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
hal. 550
13
ُد وَنOOَو َم ٓا َء اَتۡي ُتم ِّم ن ِّر ٗب ا ِّلَيۡر ُبَو ْا ِفٓي َأۡم َٰو ِل ٱلَّناِس َفاَل َيۡر ُبوْا ِع نَد ٱِۖهَّلل َو َم ٓا َء اَتۡي ُتم ِّم ن َزَكٰو ٖة ُتِر ي
َٰٓل
٣٩ َو ۡج َه ٱِهَّلل َفُأْو ِئَك ُهُم ٱۡل ُم ۡض ِع ُفوَن
Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).11
١٦٠ َفِبُظۡل ٖم ِّم َن ٱَّلِذ يَن َهاُدوْا َح َّرۡم َنا َع َلۡي ِهۡم َطِّيَٰب ٍت ُأِح َّلۡت َلُهۡم َو ِبَص ِّد ِهۡم َعن َس ِبيِل ٱِهَّلل َك ِثيٗر ا
١٦١ َو َأۡخ ِذِهُم ٱلِّر َبٰو ْا َو َقۡد ُنُهوْا َع ۡن ُه َو َأۡك ِلِهۡم َأۡم َٰو َل ٱلَّناِس ِبٱۡل َٰب ِط ِۚل َو َأۡع َتۡد َنا ِلۡل َٰك ِفِر يَن ِم ۡن ُهۡم َع َذ اًبا َأِليٗم ا
160. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,
161. dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.12
130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
11
Departemen Agama RI., Al Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 2005, hal.
647.
12
Ibid., hal. 150.
14
keberuntungan.13
Dan pada tahap terakhir, yaitu terdapat pada surat al-Baqarah: 275-279.
ٱَّلِذ يَن َيۡأ ُك ُلوَن ٱلِّر َبٰو ْا اَل َيُقوُم وَن ِإاَّل َك َم ا َيُقوُم ٱَّلِذ ي َيَتَخَّبُط ُه ٱلَّش ۡي َٰط ُن ِم َن ٱۡل َم ِّۚس َٰذ ِل َك ِب َأَّنُهۡم
ة ِّم ن َّرِّبِهۦ َف ٱنَتَهٰى َفَل ۥُه َم اَٞقاُلٓو ْا ِإَّنَم ا ٱۡل َبۡي ُع ِم ۡث ُل ٱلِّر َبٰو ْۗا َو َأَح َّل ٱُهَّلل ٱۡل َبۡي َع َو َح َّر َم ٱلِّر َبٰو ْۚا َفَم ن َج ٓاَء ۥُه َم ۡو ِع َظ
َيۡم َح ُق ٱُهَّلل ٱلِّر َب ٰو ْا٢٧٥ َس َلَف َو َأۡم ُر ٓۥُه ِإَلى ٱِۖهَّلل َو َم ۡن َع اَد َفُأْو َٰٓلِئ َك َأۡص َٰح ُب ٱلَّن اِۖر ُهۡم ِفيَه ا َٰخ ِل ُد وَن
ِإَّن ٱَّل ِذ يَن َء اَم ُن وْا َو َع ِم ُل وْا ٱلَّٰص ِلَٰح ِت َو َأَق اُم وْا٢٧٦ َو ُيۡر ِبي ٱلَّص َد َٰق ِۗت َو ٱُهَّلل اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّف اٍر َأِثيٍم
َٰٓيَأُّيَه ا ٱَّل ِذ يَن٢٧٧ ٱلَّص َلٰو َة َو َء اَتُو ْا ٱلَّز َكٰو َة َلُهۡم َأۡج ُر ُهۡم ِع نَد َر ِّبِهۡم َو اَل َخ ۡو ٌف َع َلۡي ِهۡم َو اَل ُهۡم َيۡح َز ُنوَن
َفِإن َّلۡم َتۡف َع ُل وْا َف ۡأ َذُنوْا ِبَح ۡر ٖب ِّم َن٢٧٨ َء اَم ُنوْا ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َو َذ ُروْا َم ا َبِقَي ِم َن ٱلِّر َبٰٓو ْا ِإن ُك نُتم ُّم ۡؤ ِمِنيَن
َو ِإن َك اَن ُذ و ُع ۡس َر ٖة٢٧٩ ٱِهَّلل َو َر ُس و ۖۦِلِه َو ِإن ُتۡب ُتۡم َفَلُك ۡم ُر ُء وُس َأۡم َٰو ِلُك ۡم اَل َتۡظ ِلُم وَن َو اَل ُتۡظ َلُم وَن
٢٨٠ ر َّلُك ۡم ِإن ُك نُتۡم َتۡع َلُم وَنٞ َفَنِظ َر ٌة ِإَلٰى َم ۡي َسَر ٖۚة َو َأن َتَص َّد ُقوْا َخ ۡي
Artinya: 275 Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.14
Dengan turunnya ayat ini, khususnya ayat 278, diharamkan secara total dalam
berbagai bentuknya.15
13
Ibid., hal. 97.
14
Ibid., hal. 69 – 70.
15
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam
dalam Kehidupan Masyarakat, Mizan, Bandung, 1996, hal. 260.
15
Riba termasuk dalam kategori masalah yang dijelaskan dalam Al- Qur’an
Ahli-ahli tafsir menyebut di sini adalah kejadian pada Bani Amr bin Umar
dari suku Tsaqif dan Bani al-Mughirah dari suku Makhzum, ketika di masa
Jahiliyah terjadi hutang piutang riba, kemudian ketika Islam datang, suku Tsaqif
akan menuntut kekurangan riba yang belum dilunasi tetapi Bani al Mughirah
berkata, "Kami tidak akan membayar riba dalam Islam, maka gubernur Mekkah
Attab bin Usaid menulis surat kepada Rasulullah SAW, surat tersebut berisi
mengenai kejadian hutang piutang antara Bani Amr bin Umar dari suku Tsaqief
dengan Bani Mughirah dari suku Makhzum, maka turunlah ayat 278-279 dari
surat al-Baqarah ini, maka Bani Amr bin Umar berkata, “Kami tobat kepada
Orang yang memakan riba kelak dibangkit jadi kera dan babi
َو اَّلِذ ْى َنْفِسْى ِبَيِدِه َلُيَبِّيَتَن ُأَناٌس ِم ْن ُأَّمِتى َع َلى َأَش ٍر َو َبَطٍر َو َلْهٍو َو َلِعٍب: َقاَل َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم
َفِيْص َبُحْو اِقَر َد ًة َو َخَناِزْيَر ِباْس ِتْح اَل ِلِهُم اْلَم َح اِرَم َو اِّتَخاِذِهُم اْلَقْيَناٍت َو ُشْر ِبِهُم اْلَخ ْمَر َو ِبَأْك ِلِهُم الِّر َباَو ُلْبِسِهُم
اْلَح ِرْيَر.
16
Salim Bahreisy dan Said Bahriesy, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid. I, Bina
Ilmu, Surabaya, 1993, hal. 506-507.
16
kesombongan dan keangkuhan, kesia-siaan dan permainan. Maka pada pagi (ketika
dibangkitkan pada hari kiamat) mereka menjadi kera dan babi sebab mereka
menghalalkan barang-barang yang haram, dan sebab memanggil biduan, dan sebab
meminum khamar dan sebab makan riba dan memakai kain sutra.”
ِد ْر َهُم َر ًباَيْأُكُلُه الَّرُجُل َو ُهَو َيْع َلُم َأَشُّد ِم ْن ِس َّتٍة َو َثاَل ِثْيَن َزْيَنًة: َقاَل َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم
Artinya: Rasulullah ﷺbersabda, "Uang satu dirham dari riba yang dimakan
seorang lelaki padahal ia mengetahui itu lebih berat dosanya dari pada tiga puluh enam
riba. Riba termasuk salah satu dari tujuh dosa besar. Nabi SAW bersabda:
َو َقْتُل الَّنْفِس، َو الِّسْح ُر، َو َم ا ُهَّن َقاَل " الِّش ْر ُك ِبالَّلِه، َقاُلوا َيا َر ُسوَل الَّلِه." اْج َتِنُبوا الَّسْبَع اْلُم وِبَقاِت
َو َقْذ ُف اْلُم ْح َص َناِت، َو الَّتَو ِّلي َيْو َم الَّز ْح ِف، َو َأْك ُل َم اِل اْلَيِتيِم، َو َأْك ُل الِّر َبا،اَّلِتي َح َّر َم الَّلُه ِإَّال ِباْلَح ِّق
Artinya: "Jauhi tujuh hal yang membinasakan! Para sahabat berkata, "Wahai,
Rasulullah! apakah itu? Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan Allah tanpa haq, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari
dari medan perang dan menuduh wanita beriman yang Ialai berzina" (Muttafaq 'alaih).
17
َح َّد َثَنا ُمَح َّم ُد ْبُن الَّص َّباِح َو ُز َهْي ُر ْبُن َح ْر ٍب َو ُع ْثَم اُن ْبُن َأِبي َش ْيَبَة َق اُلوا َح َّد َثَنا ُهَش ْيٌم
َأْخ َبَر َن ا َأُب و الُّز َبْي ِر َع ْن َج اِبٍر َق اَل َلَع َن َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم آِك َل الِّر َب ا
Artinya: Dalam salah satu hadis Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Dari Jabir Ra. ia berkata: “Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam telah melaknat
orang-orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi
makan hasil riba), orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan
selanjutnya), Nabi bersabda, mereka itu semua sama saja.” (HR. Muslim).
Pada dasarnya riba terbagi menjadi dua macam yaitu riba akibat hutang
piutang yang telah dijelaskan tentang keharamannya dalam al- Qur'an, dan riba jual
beli yang juga telah dijelaskan boleh dan tidaknya dalam bertransaksi dalam as-
Sunnah.
berhutang (muqtarid), dan riba jahiliyah, yaitu hutang yang dibayar dari
2. Riba akibat jual-beli disebut Riba Fadl () فضل, yaitu pertukaran antar
barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda dan barang yang
17
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, cet. I,
Tazkia Institute, Jakarta, 1999, hal. 77-78.
18
عـن عبـادة بـن الصـامت قـال انى سمعـت رسـوالهللا صـلى اهللا عليـه وسـلم ينهـى
مثال. بالملح18
Maksud dari hadits di atas adalah seseorang menukar barang berupa emas
harus dengan emas pula yang sepadan dan beratnya juga harus sama, perak dengan
perak dan harus diserahterimakan secara langsung. Dan Riba Nasi’ah () نسئة, yaitu
penangguhan atas penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang diperlukan
dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasi’ah muncul dan terjadi karena adanya
perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang
diserahkan kemudian.19
perekonomian oleh masyarakat Arab sebelum datangnya Islam. Akan tetapi pada
zaman itu riba yang berlaku merupakan tambahan dalam bentuk uang akibat
pengambilan tambahan dalam transaksi jual beli maupun hutang piutang secara batil
larangan ayat ayat riba agar bisa memahami pengharaman riba secara mendasar.
18
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dalam kitab al-Musaqat, bab: Menjual emas
dengan perak secara kontan, nomor 1587, lihat juga Abu Daud dalam Sunannya nomor 3348,
diriwayatkan juga olwh an-Nasa'i nomor 4562, diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah Nomor, 2253-
2254.
19
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Op. Cit. hal. 39 - 40.
19
Tanpa mengetahui sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat ayat riba, akan
Secara historis ada beberapa versi (riwayat) yang menjadi latar belakang
turunnya ayat larangan riba, khususnya QS. al-Baqarah: 275-280 dan Ali Imran: 130-
131.
bahwa ayat QS. al-Baqarah: 275-279, khususnya ayat 275, turun disebabkan oleh
pengamalan paman Nabi Muhammad saw, Abbas bin Abdul Muthalib dan Khalid
bin Walid, yang bekerjasama meminjamkan uang kepada orang lain dari Tsaqif bani
Sumber lain mengatakan bahwa banu Amr ibn Umair ibn Awf mengambil
riba dari bani Mughirah. Apabila tiba waktu pembayaran yang telah dijanjikan, maka
utusan datang ke bani Mughirah untuk mengambil tagihan. Ketika pada suatu waktu
Bani Mungirah tidak mau membayar dan hal tersebut sampai kepada Rasulullah saw,
beliau bersabda, “Ikhlaskanlah atau kalau tidak siksa yang pedih dari Allah. 21
Sedangkan sebab turunnya QS. Ali Imran: 130-131, menurut satu riwayat dari Atha
Apabila tiba waktu pembayaran datang utusan dari banu Tsaqif untuk
menagih hutang. Kalau tidak membayar, disuruh menunda dengan syarat menambah
sejumlah tambahan.
zaman Jahiliyah berhutang kepada orang lain. Lalu yang berhutang (kreditur)
20
Muhammad Ali al-Shabuni, Rawa’i, al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, jilid 1,
Beirut: Dar al-Fikr, t.tt., hal. 385
21
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, juz III, Mesir: Mathba„ah Muhammad Ali Shahib wa
Awladih, 1374, hal. 103
20
berkata, “Akan saya tambah sekian jika kamu memberikan tempo kepadaku.” Maka
yang dengan pinjaman tertentu, orang yang meminjam tidak saja mengembalikan
sejumlah uang yang dipinjam, tetapi juga menambah dengan sejumlah tambahan
yang sesuai dengan masa pinjamannya. Kalau si peminjam mempunyai uang untuk
mengembalikan pinjaman dalam waktu cepat dan singkat, maka dia akan
tidak mempunyai uang untuk mengembalikan dengan cepat, maka bisa ditunda,
dengan syarat harus membayar uang tambahan yang lebih besar lagi Pada masa
Jahiliyah istilah riba juga telah dikenal, pada masa itu (Jahiliyah) riba mempunyai
Pertama: Riba Pinjaman, yaitu yang direfleksikan dalam satu kaidah di masa
jika ada seseorang mempunyai hutang (debitur), tetapi ia tidak dapat membayarnya
pada waktu jatuh tempo, maka ia (debitur) berkata: tangguhkan hutangku, aku akan
memberikan tambahan. Penambahan itu bisa dengan cara melipatgandakan uang atau
Tambahan itu adalah ganti dari rentang waktu. Allah SWT menghapusnya.
22
Ibid, juz IV, hal. 123
23
Abdullah al-Mushlih dan Shalah ash-Shawi, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam Alih Bahasa
Abu Umar Basyir, Jakarta, Darul Haq, 2004, hal. 350
21
Menurut Qatadah yang dimaksud riba pada masa jahiliyah adalah seorang
laki-laki menjual barang sampai pada waktu yang ditentukan. Ketika tenggang
waktunya habis dan barang tersebut tidak berada di sisi pemiliknya, maka ia harus
Menurut Mujahid (wafat tahun 104 H), menjelaskan tentang riba yang
dilarang oleh Allah SWT, di zaman Jahiliyah, seseorang mempunyai piutang dari
orang lain. Orang itu berkata kepadanya seperti itulah anda menangguhkannya dari
masyarakat Arab adalah berbentuk pinjaman uang dirham atau dinar yang dibayar
secara tertunda dengan bunganya dengan jumlah sesuai dengan jumlah hutang dan
perekonomian oleh masyarakat Arab sebelum datangnya Islam. Akan tetapi pada
zaman itu riba yang berlaku merupakan tambahan dalam bentuk uang akibat
transaksi jual beli maupun hutang piutang secara batil atau bertentangan dengan
Riba tidak hanya dikenal dalam Islam saja, tetapi dalam agama lain (non-
Islam) riba telah dikenal dan juga pelarangan atas perbuatan pengambil riba, bahkan
24
Syeikh Abul A'la al-Maududi, Berbicara Tentang Bunga dan Riba, Alih Bahasa Isnando,
Pustaka Qalami, Jakarta, 2003, hal. 114.
25
Abdullah al-Mushlih dan Shalah ash-Shawi, Op. Cit, hal. 351.
22
Sebenarnya praktek riba ini sudah ada sebelum Islam datang dan agama di
luar Islam tetap melarangnya walaupun kegiatan riba ini sangat popular di
masyarakat diantaranya:
uang.26
peminjam.27
dalam kitab sucinya, menurut kitab suci agama Yahudi yang disebutkan
dalam Perjanjian Lama ayat 25 pasal 22: "Bila kamu menghutangi seseorang
pemilik uang"28 Dan pada pasal 36 disebutkan: " Supaya ia dapat hidup di
antaramu janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba dari padanya,
melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup
26
Gedung Pusat Pengembangan Islam, Buku Pintar BMT Unit Simpan Pinjam dan Grosir,
Pinbuk Jawa Timur Surabaya, 122-124, hal. 11.
27
Ibid.
28
Karnaen Purwaatmaja, "Apakah Bunga sama dengan Riba"?, kertas kerja Seminar
Ekonomi Islam, LPPBS, Jakarta, 2007, dikutip oleh Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hal. 37.
23
sesama mereka tetapi menghalalkannya kalau pada pihak yang lain. Dan
perbuatan kaum Yahudi ini adalah riba yaitu memakan harta orang lain
dengan jalan batil, dan Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang
pedih.
memandang riba haram dilakukan bagi semua orang tidak terkecuali siapa
orang tersebut dan dari agama apapun, baik dari kalangan Nasrani sendiri
dalam perjanjian baru di dalam Injil Lukas ayat 34 disebutkan: "Jika kamu
Pengambilan bunga uang dilarang gereja sampai pada abad ke-13 M. pada
29
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Unit Penerbit dan Peretakan (UPP) AMP YKPN
Yogyakarta, 2002, hal. 39.
24
akhir abad ke-13 timbulbeberapa faktor yang menghancurkan pengaruh gereja yang
dianggap masih sangat konservatif dan bertambah meluasnya pengaruh mazhab baru,
maka piminjaman dengan dipungut bunga mulai diterima masyarakat. Para pedagang
karena bukan keuntungan dari hutang. Tetapi sikap pengharaman riba secara mutlak
dalam agama Nasrani dengan gigih ditegaskan oleh Martin Luther, tokoh gerakan
Protestan. Ia mengatakan keuntungan semacam itu baik sedikit atau banyak, jika
30
Gedung Pusat Pengembangan Islam, Op. Cit, hal. 12.