Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI AKAD RAHN, HIWALAH, DAN JIALAH

DALAM PRESPEKTIF EKONOMI ISLAM

Deny Nuril Hakim1, Mayada Fatatul Fitroh2


1,2
Fakultas Agama Islam Univeritas KH. A. Wahab Hasbullah
*Email: dennypps520@gmail.com1 , mayadaff123@gmail.com2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan bahwa dalam hukum ekonomi Islam hampir semua aspek hukum bersangkutan
dengan fiqih. Ekonomi syariah merupakan alternatif yang dapat dipilih oleh masyarakat yang
menginginkan setiap muamalah yang dilakukan bebas dari unsur-unsur yang dilarang agama Islam.
Umat Islam di Indonesia sudah semakin menyadari bahwa urusan bermuamalah khususnya dalam
bidang ekonomi juga ada aturan-aturan serta rambu-rambu yang harus dipatuhi demi keselamatan dunia
dan akherat.Maka dalam bermuamalah, umat Islam berusaha menggunakan akad-akad yang
diperbolehkan menurut aturan agama Islam. Dan dalam praktik muamalah kali ini bahwasannya akad
rahn, hiwalah, dan jialah erat kaitannya dengan hutang piutang, yang lumrah dengan manusia, dan
memiliki batasan-batasan tetentu.

Kata kunci : Rahn, Hiwalah, dan Jialah

PENDAHULUAN masalah ekonomi sangat besar. Ayat yang


Islam sebagai ad-din mengandung terpanjang dalam Al-Quran justru berisi tentang
ajaran yang komprehensif dan sempurna masalah perekonomian, bukan masalah ibadah
(syumul). Islam mengatur seluruh aspek (mahdhah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang
kehidupan manusia, tidak saja aspek ibadah, itu ialah ayat 282 dalam surah Albaqarah, yang
tetapi juga aspek muamalah, khususnya menurut Ibnu Arabi ayat ini mengandung 52
ekonomi Islam. Al- Qur’an secara tegas hukum/malasah ekonomi)
menyatakan kesempurnaan Islam tersebut Dalam pembahasan kali ini kami akan
dalam banyak ayat, antara lain Kesempurnaan membahas tentang jialah, rahn dan hiwalah,
Islam itu tidak saja diakui oleh intelektual selain itu Untuk mengetahui kejelasan dari
muslim, tetapi juga para orientalist barat, di bentuk-bentuk yang berkaitan dengan hutang
antaranya H.A.R Gibb yang mengatakan, “ piutang maka diperlukan kajian yang seksama.
Islam is much more than a system of theology Untuk itu, ingin memaparkan beberapa
it’s a complete civilization. penjelasan dari ulama-ulama fiqh mengenai
Salah satu ajaran Islam yang mengatur akad-akad yang digunakan dalam kerjasama
kehidupan manusia adalah aspek ekonomi tersebut.
(mua’malah, iqtishodiyah). Ajaran Islam
tentang ekonomi cukup banyak, baik dalam Al- METODE
quran, Sunnah, maupun ijtihad para ulama. Hal Metode yang digunakan dalam
ini menunjukkan bahwa perhatian Islam dalam penelitian ini adalah kajian Pustaka. Adapun

1
metode penelitian kajian Pustaka atau studi jadikan jaminan harus berupa barang yang
kepustakaan yaitu berisi masalah dengan bernilai sehingga memiliki nilai manfaat.
penelitian. Adapun masalah tersebut adalah Suatu barang di ukur berharga ketika
hukum rahn, hiwalah, dan jialah. Metode kemungkinan memperoleh nilai manfaat
Penelitian ini mengumpulkan berbagai sumber dari barang itu.
adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Serta berdasarkan definisi rahn yang di
sumber data sekunder, yaitu sumber data yang paparkan bahwa para ulama di atas
berasal dari dokumen dan tulisan-tulisan yang menyimpulkan yang dimaksud dengan rahn
erat kaitannya dengan pembahasan penelitian itu adalah suatu akad perjanjian
ini, baik berupa buku, artikel dan lain-lain yang menyerahkan barang sebagai jaminan atas
berhubungan dengan pembahasan penulis. hutang seseorang hingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil hutangnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Maka dari itu fungsi dari suatu barang yang
A. RAHN menjadi jaminan yaitu untuk memberikan
1. Pengertian Rahn kepercayaan,,
Dalam hukum Islam gadai diartikan ketenangan, dan keamanan atas hutang yang
dengan istilah rahn. Kata al-rahn berasal dari dipinjamkan
Bahasa Arab “…………. “ yang artinya 2. Landasan Hukum Rahn
ditetapkannya sesuatu. Secara Bahasa rahn a. Al-Qur’an
adalah al-tsubut wa al-dawam yang artinya Dasar hukum rahn terdapat dalm Q.S. Al-
tepat dan kekal. Menurut pendapat Taqiy al-din Baqarah ayat 283..
Abu Bakar Al Husaini al-rahn adalah al-tsubut Artinya: “Dan apabila kamu dalam
yaitu sesuatu yang pas. Al-ihtibas yaitu perjalanan sedangh kamu tidak memperoleh
menahan sesuatu seorang penulis, maka hendaknya da barang
Menurut ulama Syafi’iyah rahn yaitu:.. tanggungan yang di pegang. (Al-Baqarah:283)
Menjadikan barang yang dapat di jual b. Hadist
sebagai bentuk atas jaminan hutang di Dasar hukum rahn juga terdapat dalam hadits
penuhi dari hartanya, jikalau yang berhutang yang menyatakan:.. “sesungguhnya Rasulullah
tidak bisa membayar hutangnya. SAW pernah membeli makanan dengan cara
Demikian dengan beberapa pengertian berhutang dari seseorang Yahudi dan
rahn tersebut dapat kita pahami rahn (gadai) Rasulullah SAW menggadaikan baju
menjadikan suatu barang sebagai pengikat besinya”.(H.R. Bukhari dan Muslim).
dalam hutang yang di mungkinkan pihak
yang berhutang untuk mengambil hutang 3. Ijma’
dengan cara mengambi hak guna dari barang Sejumlah ulama bersepakat bahwa
jaminan tersebut. Bagi barang yang hukum rahn (gadai) diperbolehkan, tetapi itu
dijadikan jaminan jenis barang yang di

2
tidak diwajibkan sebab barang gadai hanya 5. Syarat Rahn
sebagai jaminan saja jika kedua belah pihak a) Syarat bagi orang yang berhutang dan
tidak saling percaya maka hendaklah orang orang yang menerima barang gadai yang
yang dipercayai menunaikan amanatnya yang telah sah dalam akad jual beli
(membayar hutang) dengan baik. yakni berakal dan mumayyiz gadai tidak
Alasan para jumhur ulama menyepakati boleh dilakukan oleh orang yang hilang
kebolehan atas status hukum mengenai akal, gila, bodoh, anak kecil belum
gadai berdasarkan pada kisah Nabi baligh.
Muhammad SAW yang menggadaikan baju b) Syarat marhun bih yaitu berupa hutang
besinya untuk mendapatkan makanan dari yang tetap dan dapat digunakan, hutang
orang Yahudi. Sejumlah ulama juga harus tetap pada waktu akad, jelas dan
mengambil dalil/referensi dari contoh Nabi diketahui oleh kedua belah pihak.
Muhammad SAW tersebut ketika beliau c) Syarat bagi marhun yaitu barang dapat
beralih dari yang biasanya bertransaksi diperjualbelikan, bermanfaat, milik
kepada para sahabat yang kaya raya kepada rahin. Oleh karenai itu tidak sah jika
seorang yahudi, bahwa hal itu tidak lebih rahin menggadaikan barang orang lain,
sebagai sikap Nabi Muhammad SAW yang dapat diserahkan tidak bersatu dengan
tidak mau memberatkan para sahabat yang barang orang lain, dikuasi oleh rahin,
enggan mengambil ganti ataupun harga yang harta yang tetap dan dapat dipindahkan.
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW d) Syarat shighat yaitu ada beberapa
kepada sahabatnya. pendapat para ulama, diantaranya adalah
pendapat ulama Hanafiyah yang
4. Rukun Rahn mengemukakan bahwa shighat bukan
a) Ar-Rahin yaitu seseorang yang dikaitkan dengan syarat tertentu.
mengadaikan barangnya untuk jaminan Menurut mereka akad gadai sama
atas hutang. dengan akad jual beli dalam hal harus
b) Al-Murtahin yaitu seseorang yang dipenuhi secara langsung.
menerima atas barang yang menjadi Kelompoksyafi’iyah memungkinkan
jaminan gadai. adanya syarat yang diduga kuat
c) Al-Marhun yaitu barang yang di memiliki maslahah bagi orang yang
gadaikan ataupun barang sebagai melakukan akad, dan adapun juga
jaminan agar memperoleh utang. kelompok Malikiyah menekankan
d) Al-Marhun Bih, yaitu sejumlah uang bahwa syarat itu jangan dilakukan
yang diberikan murtahin kepada rahin karena bertentangan dengan tujuan akad
atas besarnya marhun rahn seperti syarat bagi barang agunan
e) Shighat atau ijab qabul

3
itu tidak boleh dijual, meskipun waktu selesai. Begitu pula pada perjanjian akad
pembayarannya sudah jatuh tempo gadai namun mengenai batalnya hak gadai
berbeda dengan hak lainnya.
6. Macam-macam Rahn Asy Syekh bin Qosim AlGhazy
Rahn yang di atur menurut prinsip Muhammad menuturkan Menurut ulama
syariah ada dua macam yaitu diantaranya: fiqih berpendapat bahwasanya akad dapat
1) Rahn Iqar atau rahn resmi merupakan selesai jika terjadi hal-hal yang misalnya
bentuk gadai yang dimana barang yang menyatakan akad itu telah berakhir seperti
menjadi jaminan gadai hanya dapat adanya jatuh tempo, pembatalan atas akad
dipindahkan hak kepemilikannya. tetapi yang dilakukan oleh seseorang yang berakad
barangnya sendiri masih dapat dikuasai jika akadnya mengikat dan terjadi kerusakan
dan digunakan oleh orang pemilik gadai. (fasid), khiyar syarat, khiyar ’aib salah satu
Misalnya Salsa mempunyai hutang pada pihak tidak melaksanakan akad, tujuannya
Dandi sebesar Rp. 12.000.000 sebagai sudah tercapai dengan baik, serta pihak yang
jaminan gadai atas pelunasan uang berakad ada yang wafat namun akad boleh
tersebut, Salsa menyerahkan BPKB diteruskan ahli warisnya agar tidak adanya
Motornya dan KTP pada Dandi, maka pihak yang saling dirugikan.
secara rahn iqar motornya masih bisa
digunakan oleh Salsa. B. HIWALAH
2) Rahn Hiyazi ini persis seperti konsep 1. Pengertian Hiwalah
gadai baik dalam hukum adat maupun Kata hawalah dengan dibaca fathah
dalam ius constitum. Jadi sangat huruf ha’ dan dibaca kasrah, menurut bahasa
berbeda dengan rahn iqar yang hanya arinya mengalihkan. Sedangkan menurut syara’
saja menyerahkan hak kepemilikan atas ialah memindahkan hak dari tanggungannya
barang gadai, maka pada Rahn Hiyazi orang yang mengalihkan kepada oarang yang
barangnya dikuasi oleh penerima gadai. dilimpahi tanggungan. Kata Hiwalah menurut
Misalnya Dani memiliki utang kepada bahasa berarti pindah/beralih. Menurut istilah,
Sari sebesar Rp.15.000.000 sebagai artinya adalah pengalihan utang-piutang dari
jaminan atas pelunasan hutang. Dani tanggungan seseorang menjadi tanggungan
memberikan motornya pada Sari sccara orang lain.
Rahn Hiyazi. Sebenarnya Hiwalah itu merupakan
penukaran suatu piutang dengan piutang yang
7. Berakhirnya akad rahn lain, menurut kaul yang ashah. Namun, tidak di
Dalam suatu perjanjian tidak adanya kategorikan dalam masalah jual beli karena
yang bersifat tetap artinya dalam suatu akad kebutuhan masyarakat sangat mendesak.
perjanjian pasti ada masanya berakhir atau

4
Menurut bahasa, Hiwalah artinya Utang muhal alaih kepada muhil. f) Sigat (lafaz
“mengalihkan”. Sedangkan menurut syara’ akad).
ialah memindahkan hak dari tanggungannya 4. Syarat Hiwalah
orang yang mengalihkan kepada orang yang di a) Kerelaan Muhil. Adapun Muhil ialah orang
limpahi tanggungan. yang mempunyai tanggungan hutang. Tidak
Akad Hiwalah ialah memindahkan disyaratkan atas orang yang dibebani
utang dari tanggungan seseorang kepada pemindahan hutang, karena sesungguhnya
tanggungan orang lain. Hiwalah ini merupakan memang tidak ada syarat kerelaan orang
system yang unik yang sesuai untuk di yang dibebani pemindahan hutang (Muhal
adaptasikan kepda manusia. Hal ini karena ‘alaihi) menurut pendapat yang lebih shaleh.
hiwalah sangat erat hubungan nya dengan Dan tidak boleh akad Hiwalah atas orang
kehidupan manusia. Hiwalah sering berlaku yang tidak mempunyai hutang.
dalam permasalahan hutang piutang. Maka b) Adanya qabul oleh Muhtal. Adapun Muhtal
salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ialah orang yang hak piutangnya
hutang piutang dalam muamalah adalah dipindahkan atas Muhil (orang yang
hiwalah. Hiwalah bukan saja di gunakan untuk mempunyai tanggungan hutang).
menyelesaikan masalah hutang piutang akan c) Hak yang dipindahkan itu tetap berada
tetapi bisa juga digunakan sebagai pemindah dalam tanggungan. Adapun memberikan
dana dari individu kepada individu yang lain. qayyid dengan kata “tetap” adalah sesuai
2. Dasar Hukum Hiwalah dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Dasar di pebolehkannya Hiwalah Imam Rafi’i tetapi Imam Nawawi didalam
adalah ijmak ulama dan hadist nabi Muhammad kitab Raudlah telah menyusuli pendapat
SAW yang di riwayatkan Imam Bukhori dan tersebut bahwa yang di tetapkan sebagai
Imam Muslim bahwa Nabi Muhammad SAW hutang adalah yang ada dalam pemindahan
bersabda: Artinya: “Penundaan pembayaran itu saja, atau hutang yang baru akan menjadi
oleh orang kaya adalah suatu kedzaliman tanggungan.
(penganiayaan), apabila utang seseorang d) Adanya penyesuaian tanggungan hutang si
terhadap orang kaya di alihkan menjadi Muhil (orang yang mempunyai tanggungan
tanggunganmu, maka turutlah!” (H.R. bukhori hutang) dan Muhal ‘alaih (orang yang
dan Muslim). dibebani pemindahan hutang) dalam hal
3. Rukun Hiwalah jenis perkiraannya, macamnya, kontan atau
Adapun rukun hiwalah diantaranya : a) tempo dan masih utuh atau sudah pecah.
Muhil (orang yang berhutang dan
berpiutang).b) Muhtal (orang yang 5. Macam macam Hiwalah

berpiutang).c) Muhal alaih (orang yang Madzhab Hanafiyah membagi Hiwalah

berutang).d) Utang muhil kapada muhtal.e) kepada 2 macam, yaitu:

5
a) Al-hiwalah al Muqayyadah (Pemindahan kepada B, tidak lagi kepada A.
Bersyarat) Yaitu pemindahan sebagai ganti Memindahkan utang dengan cara ini tidak
dari pembayaran utang dari pihak pertama ada halangannya, dengan syarat “keadaan C
kepada pihak kedua. Contoh: Samkhun mampu membayar utangnya, dan dengan
berpiutang kepada Isman sebesar satu juta ridha kedua-nya (A dan B).
rupiah, sedangkan Isman juga berpiutang
pada Fahmi satu juta rupiah. Isman C. JUALAH
kemudian memindahkan haknya untuk 1. Pengertian Jualah
menagih piutangnya yang terdapat pada Menurut bahasa ialah artinya
Fahmi kepada Samkhun mengupah. Secara syara’ sebagaimana
b) Al-hiwalah al-Muthlaqah (Pemindahan dikemukakan oleh Sayyid Sabiq : “sebuah akad
Mutlak) Yaitu pemindahan yang tidak di untuk mendapatkan materi (upah) yang diduga
tegaskan sebagai ganti pembayaran utang kuat dapat diperoleh”. Istilah jualah dalam
pihak pertama kepada pihak kedua. Contoh; kehidupan sehari-hari diartikan oleh fukaha
Isman berhutang kepada samkhun sebesar yaitu memberi upah kepada orang lain yang
satu juta rupiah. Karena Fahmi juga dapat menemukan barangnya yang hilang atau
berhutang kepada Isman sebesar satu juta mengobati orang yang sakit atau menggali
rupiah. Isman mengalihkan utangnya kepada sumur sampai memancarkan air atau seseorang
Fahmi sehingga Fahmi berkewajiban menang dalam sebuah kompetisi. Jadi, jialah
membayar utang Isman kepada Samkhun, bukan hanya terbatas pada barang yang hilang
tanpa menyebutkan bahwa pemindahan namun dapat setiap pekerjaan yang dapat
utang itu sebagai ganti utang Fahmi kepada menguntungkan seseorang.
Isman 2. Rukun Jialah
6. Cara pelaksanaan Rukun pengupahan (ju’alah) adalah
Umpamanya A (muhil) berhutang sebagai berikut:
kepada B (muhtal) dan ia (A) berpiutang a) Lafal (akad). Lafal itu mengandung arti izin
kepada C (muhal alaih). Jadi, A adalah orang kepada yang akan bekerja dan tidak
yang berutang dan berpiutang, B hanya ditentukan waktunya. Jika mengerjakan
berpiutang, dan C hanya berutang. jialah tanpa seizin orang yang menyuruh
Kemudian A dengan persetujuan B (punya barang) maka baginya tidak berhak
menyuruh C membayar utangnya kepada B, memperoleh imbalan jika barang itu
tidak kepada (A); setelah terjadi akad ditemukan. Ada 2 orang yang berakad dalam
hiwalah, terlepaslah A dari utangnya kepada jialah yaitu :
B dan C tidak berutng lagi kepada A, tetapi 1) Ja'il yaitu orang yang mengadakan
utangnya kepada A telah berpindah kepada sayembara. Disyaratkan bagi ja'il itu
B; berarti C harus membayar utangnya itu

6
orang yang mukallaf dalam arti baligh, praktek sihir, atau praktek haram lainnya.
berakal, dan cerdas Kaidahnya adalah, setiap asset yang boleh
2) 'Amil adalah orang yang melakukan dijadikan sebagai obyek transaksi dalam
sayembara. Tidak disyaratkan 'amil itu akad ji’alah
orang-orang tertentu (bebas). d) Kompensasi (materi) yang diberikan harus
b) Orang yang menjanjikan memberikan upah. jelas diketahui jenis dan jumlahnya
Dapat berupa orang yang kehilangan barang (ma'lum), di samping tentunya harus halal
atau orang lain.
c) Pekerjaan (sesuatu yang disyaratkan oleh 4. Pelaksanaan jualah
orang yang memiliki harta dalam sayembara pelaksanaan jialah dapat dilakukan
tersebut). dengan dua cara, yaitu :
d) Upah harus jelas, telah ditentukan dan a) Ditentukan oleh orangnya. Misalnya : si
diketahui oleh seseorang sebelum Andia dengan sendirinya mencari barang
melaksanakan pekerjaan (menemukan yang hilang.
barang). b) Secara umum, artinya orang yang diberi
3. Syarat Jialah yaitu : pekerjaan mencari barang bukan satu
a) Pihak-pihak yang berji'alah wajib memiliki orang, tetapi bersifat umum yaitu siapa
kecakapan bermu'amalah (ahliyyah al- saja. Misalnya : seseorang berkata “Siapa
tasharruf), yaitu berakal, baligh, dan rasyid saja yang dapat mengembalikan barangku
(tidak sedang dalam perwalian). Jadi ji'alah yang hilang maka akan aku beri upah
tidak sah dilakukan oleh orang gila atau sekian”.
anak kecil. Pembatalan Jialah Madzab Malikiyah
b) upah (ja’il) yang dijanjikan harus menyatakan, akad ji’alah boleh dibatalkan
disebutkan secara jelas jumlahnya. Jika ketika pekerjaan belum dilaksanakan oleh
upahnya tidak jelas, maka akad ji’alah pekerja (‘amil). Sedangkan menurut Syafi’iyah
batal adanya, karena ketidak pastian dan Hanabilah, akad ji’alah boleh dibatalkan
kompensasi. Seperti, barang siapa yang kapanpun, sebagaimana akad-akad lain, seperti
menemukan mobil saya yang hilang, maka syirkah dan wakalah, sebelum pekerjaan
ia berhak mendapatkan baju. Selain itu, diselesaikan secara sempurna. Jika akad
upah yang diperjanjikan itu bukanlah dibatalkan di awal, atau di tengah
barang haram, seperti minuman keras. berlangsungnya kontrak, maka hal itu tidak
c) Aktivitas yang akan diberi kompensasi masalah, karena tujuan akad belum tercapai.
wajib aktivitas yang mubah, bukan yang Jika akad dibatalkan setelah dilaksanakannya
haram dan diperbolehkan secara syar’i. pekerjaan, maka ’amil boleh mendapatkan upah
Tidak diperbolehkan menyewa tenaga sesuai yang dikerjakan.
paranormal untuk mengeluarkan jin,

7
Pembatalan jialah dapat dilakukan oleh akan tetapi bisa juga digunakan sebagai
kedua belah pihak (orang yang kehilangan pemindah dana dari individu kepada individu
barang dengan orang yang dijanjikan jialah atau yang lain.
orang yang mencari barang) sebelum bekerja. sedangkan pengupahan (ju’alah)
Jika pembatalan datang dari orang yang bekerja menurut syariah, menyebutkan hadiah atau
mencari barang, maka ia tidak mendapatkan pemberian seseorang dalam jumlah tertentu
upah sekalipun ia telah bekerja. Tetapi, jika kepada orang yang mengerjakan perbuatan
yang membatalkannya itu pihak yang khusus, diketahui atau tidak diketahui. Dalam al
menjanjikan upah maka yang bekerja berhak -Qur’an dengan tegas Allah membolehkan
menuntut upah sebanyak pekerjaan yang telah memberikan upah kepada orang lain yang telah
dilakukan berjasa menemukan barang yang hilang. Hal itu
ditegaskan dalam al -Qur’an surat Yusuf ayat
KESIMPULAN 72.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu
bahwasanya akad gadai yaitu penyerahan
barang untuk jaminan atas hutang sehingga DAFTAR PUSTAKA
orang yang menggadaikan barangnya boleh a. Dari Buku

mengambil hutang. Dan boleh mengambil Hasbiyallah, Fiqih Buku Pembelajaran Fiqih,

kembali barang yang dijadikan jaminan jikalau Penerbit Grafindo Media

hutang sudah dapat dilunasi. Rahn ini Pratama, 2008.

diperbolehkan asalkan sesuai dengan hukum Nawawi, H. Ismail, Fikih Muamalah Klasik

syara’. Landasan hukum rahn terdapat dalam Al dan Kontemporer, Bogor: Galia

Qur’an, Hadits, dan Ijma’ serta rukun dan syarat Indonesia, 2012

dalam menjalankan akad rahn diantaranya ada Ghazaly,H. Abdul Rahman, Fiqh Muamalah,

ar-rahin (orang yang mengadaikan barangnya), Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

murtahin (pihak penerima barang jaminan 2010

gadai), marhun (barang yang menjadi jaminan


atas gadai).bb Marhun bih (sejumlah uang yang b. Dari jurnal

dihutang) dan shighat ijab dan qabul. Silvia Nur Febrianasari hukum ekonomi

Hiwalah ialah memindahkan utang dari islam dalam akad ijarah dan rahn

tanggungan seseorang kepada tanggungan (islamic economic law in the ijarah and

orang lain. Hiwalah juga sering berlaku dalam rahn contracts) jurnal qawanin vol. 4

permasalahan hutang piutang. Maka salah satu no. 2 juli - desember 2020.

cara untuk menyelesaikan masalah hutang Afriani,Ahmad Saepudin Implementasi

piutang dalam muamalah adalah hiwalah Akad Ju’alah Dalam Lembaga

dikarnakan hiwalah bukan saja di gunakan Keuangan Syariah Eksisbank Vol. 2

untuk menyelesaikan masalah hutang piutang No. 1 Desember 2018.

8
Fasiha, Pengalihan Utang Dalam Ekonomi
Islam Journal Of Islamic Economic
Law September 2016, Vol.1, No. 1
Fedry Saputra, Pemahaman Masyarakat
Tentang Mudharabah (Qiradh),
Hiwalah, Dan Syirkah Dalam Islam
MAQASIDI: Jurnal Syariah dan
Hukum Vol. 1, No. 1, Juni 2021.
Bernevi Almy, Mhd. Rasidin , Azhar,
Pengertian, Dasar Hukum, Syarat Dan
Rukun, Serta Berakhitnya Akad Rahn,
Journal Of Islamic Law Volume 01
Nomor 01 Juni 2020.

c. Dari Website
Harian Muslim, “pengertian rahn dan
penjelasan nya menurut
ulama”,https://harianmuslim.c
om/transaksi/produk-bank
syariah/pengertian rahn-dan-
penjelasannya-menurut ulama/
diakses 12 desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai