Anda di halaman 1dari 12

LARANGAN KORUPSI DAN KOLUSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Hadis

Dosen: Hj. Khaerun Nisa Nuur, S.S., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Kelompok VII

Andi Baso Dirgantara (40400121050)

Nurul Qoriyah (40400121045)

Fitriani (40400121061)

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.

Makalah ini merupakan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Ilmu Hadist. Adapun tujuan
dari makalah ini agar kami dan pembaca dapat mengetahui tentang apa saja Larangan Korupsi dan
Kolusi dan kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Khairun Nisa Nur, S.S., M.Pd.I, selaku dosen
pengampu mata kuliah hadist yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
kami ini. Akhir kata saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak dan teman kelompok saya yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, semoga Allah Swt. senantiasa meridhai segala
urusan kita. Aamiin.

Samata , 20 April 2022

Kelompok 8

ii
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR IS...................................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
A. Pengertian Korupsi dan Kolusi.........................................................................................................2
B. Larangan Menyuap (RISYWAH)........................................................................................................2
C. Larangan Bagi Pejabat Untuk Menerima Hadiah.............................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................................8
PENUTUP.....................................................................................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi biasa kita kenal di kalangan pejabat publik baik politikus politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya orang
yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang telah diamanahkan atau
dipercayakan kepada mereka.
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan ketidakefisienan yang tinggi.
Adapun pengertian kolusi adalah sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan
secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan atau perjanjian tertentu yang diwarnai dengan
pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi mudah dan
lancar.
Berbicara tentang korupsi dan kolusi di negeri tercinta kita ini sudah sangat dikenal dan
sering disorot oleh media massa seolah-olah korupsi dan kolusi adalah makanan sehari-hari bagi
para pejabat di tingkat daerah maupun di tingkat nasional. Terlepas dari kenyataan itu bahwa ada
lembaga negara yang sangat besar yang menangani korupsi secara eksklusif, banyak dari mereka
yang tetap tenang dan memakan dana haram tersebut. Adapun hukum Islam, sudah jelas
hukumnya haram dan dijelaskan di dalam banyak hadits.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tentang korupsi dan kolusi?


2. Bagaimana larangan menyuap?
3. Bagaimana larangan pejabat menerima hadiah ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang korupsi dan kolusi.


2. Untuk mengetahui larangan menyuap.
3. Untuk mengetahui larangan pejabat menerima hadiah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

D. Pengertian Korupsi dan Kolusi

Korupsi merupakan suatu bentuk perbuatan yang dilarang, karena korupsi merusak jiwa
dan moral suatu bangsa yang dapat dikenakan sanksi pidana. Sedangkan kolusi adalah
persekongkolan antara dua pihak untuk suatu perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan
pihak lain. Misalnya, seorang pegawai yang berwenang memutuskan pemenang tender bersepakat
dengan salah satu penawar agar tender dimenangkan, maka kesepakatan itu disebut
“persekongkolan”. Demikian pula, para hakim di pengadilan berkonsultasi dengan para pihak
untuk memenangkan kasus tersebut.
Matan Hadis

ِ ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َؤ سلَّ َم لَ َع ْن هللاُ الر‬


‫ّاش َى‬ َ – ِ‫َع ْن اَبِى هُ َري َْرةَ قا َ َل َرسُو ُل هللا‬
)‫َو ْال ُمرْ تَ ِس َى فى ْال ُح ْك ِم ( َر َواهُ اَحْ َم ُد‬
Terjemahan 1424. Dari Abi Hurairah. la berkata: Rasulullah saw. mela'nat orang yang memberi
suapan dan yang menerima suapan di tentang hukum. Diriwayatkan-dia oleh Ahmad dan Empat,
dan dishahkan dia oleh Tirmidzi dan dishahkan-dia oleh Ibnu Hibban.

E. Larangan Menyuap (RISYWAH)

‫حدثنا قتيبة حدثنا ابوا عوانة عن عمربن ابي سلمة عن ابيه َعنْ اَ ِبى‬
ِ ‫ َل َعن رسول‬: ‫ض َقال‬.‫ير َة ر‬
‫هللا صلى هللا عليه االسلم الرَّ اشِ ىى‬ َ ‫ه َُر‬
‫المُرْ َتشِ ى فِى الح ُْك ِم‬
(‫)نیل االوطار( )رواه ابو داود‬.
"Menceritakan kepada kami quthaibah, menceritakan kepada kami abu 'uwanah dari umar bin abi
salamah dari bapaknya dari abi hurairah berkata: melaknat Rasulullah akan orang yang menyuap
dan orang yang di suap dalam urusan hukum". [riwayat: Abu Daud] [Nailul Authar 8: 276]¹¹

‫ لعن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الراشي والمرتشي‬:‫عن ثوبان قال‬
‫والرائش يعنى الذي يمشي بينهما‬
"Dari tsaubana berkata: rasulullah melaknat orang-orang yang menyuap dan orang-orang yang
disuap, dan juga orang yang menjadi perantara diantara keduanya."
[HR. Ahmad] [Nailul Authar 4: 276]

2
‫عن بريدة عن أبيه عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال من استعمله على‬
]‫عمل فررشاة رزها فما أخذ بعد تليك فهو غول [رواه• أبو داود‬
Artinya: "Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Buraidah dari ayahnya dari Nabi saw. beliau bersabda:
Barangsiapa yang telah kami angkat sebagai pegawai dalam suatu jabatan kemudian kami berikan
gaji, maka sesuatu yang diterima di luar gaji itu adalah korupsi. "[HR. Abu Daud] [Nailul Author
4: 232].

، َ‫م ا ْستَ ْع َم َل َعا ِمال‬٠‫ُول هللاِ ص‬ َ ‫ َأ َّن َرس‬، ِّ‫־ حد يث َأبِى ُح َم ْي ٍد السَّا ِع ِدى‬١٢٠٢
.‫لى‬
ِ ‫ى‬ َ ‫ َو ٰه َذا ُأ ْه ِد‬، ‫ارسُوهللاِ ! ِهَ َذالَ ُك ْم‬ َ َ‫ ي‬:‫ال‬َ َ‫ فَق‬، ‫فَ َجا َءهُ ْال َعا ِم ُل ِحي َْن فَ َر َغ ِم ْن َع َملِ ِه‬
َ‫ك َأ ْم ال‬
َ َ‫ت َأيُ ْه َدى ل‬ َ ْ‫ك فَنَظَر‬ َ ‫ْك َوُأ ِّم‬
َ ‫ت َأبِي‬
ِ ‫ت فِى بَ ْي‬ َ ‫ ˶ َأفَالَ قَ َع ْد‬:ُ‫ال لَه‬
َ َ‫ فَق‬ˁ ˵ ‫ثُ َّم قَا َم‬
‫ ثُ َّم‬، ُ‫ فَتَ َشهَّ َد َوَأ ْثنَى َعلَى هللاِ بِ َما هُ َو َأ ْهلُه‬، ‫صالَ ِ•ة‬ َّ ‫ بَ ْع َد ال‬،ً‫م َع ِشيَّة‬.‫َرسُو ُل هللاِ ص‬
•‫ َو ٰه َذا‬، ‫ فَ َما بَا ُل ال َعا ِم ِل نَ ْستَ ْع ِملُهُ فَيَْأتِ ْينَا فَيَقُو ُل ٰه َذا ِم ْن َع َملِ ُك ْم‬، ‫ ˶ َأ َّم بَ ْع ُد‬: ‫ال‬ َ َ‫ق‬
َ‫ت َأبِ ْي ِه َوُأ ِّم ِه فَنَظَ َر هَلْ يُ ْه َدى لَهُ َأ ْم ال‬ ِ ‫ َأفَالَ قَ َع َد فِى بَ ْي‬، ‫ى لِى‬ َ ‫ ُأ ْه ِد‬ˁ ُ‫فَ َوالَّ ِذى نَ ْفس‬
‫مح َّم ٍد‬
َ
‫ ِإ ْن‬، ‫بِيَ ِد ِه ! الَ يَ ُغلُّ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْنهَا َش ْيًأ ِإالَّ َجا َء ِب ِه يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة يَحْ ِملُهُ َعلَى ُعنُقِ ِه‬
ْ َ‫ َوِإ ْن َكان‬، ‫ت بَقَ َرةً َجا َء بِهَا لَهَا ُخ َوا ٌر‬
‫ت‬ ْ َ‫ َوِإ ْن َكان‬، ‫ان بَ ِع ْيرًا َجا َء بِ ِه لَهُ ُر َغا ٌء‬ َ ‫َك‬
ُ ‫ فَقَ ْد بَلَّ ْغ‬، ‫˵ َشاةً َجا َء بِهَا تَ ْي َع ُر‬.
‫ت‬
‫م يَ َدهُ َحتَى ِإنَّا لَنَ ْنظُ ُر ِإلَى ُع ْف َر ِةِإب ِْط ْي ِه‬.‫ثُ َّم َرفَ َع َرسُو ُل هللاِ ص‬: ‫ال َأبُو ُح َم ْي ٍد‬
َ َ‫فَق‬.
‫ باب كيف كانت يمين‬-٣ :‫ كتا ب اﻷيمان والنذور‬-٨٣ :‫أخرجه البخارى فى‬
‫م‬.‫النبى ص‬
Terjemah
1202. Abu Humaid Assa’idi r.a berkata: Rasulullah saw. mengangkat seorang aamil (pegawai)
untuk menerima sedekah/ zakat, kemudian sesudah selesai ia datang kepada Nabi saw. dan
berkata: Ini untukmu dan yang ini hadiah yang diberikan orang kepadaku. Maka Nabi saw.
bersabda kepadanya: Mengapakah anda tidak duduk saja di rumah ayah atau ibu, untuk melihat
apakah diberi hadiah atau tidak? Kemudian sesudah solat, Nabi saw. berdiri setelah tasyahhud
dan memuji Allah selayaknya, lalu bersabda: Amma ba’du, mengapakah seorang aamil yang

3
diserahi amal, kemudian ia datang lalu berkata: Ini hasil untuk kamu dan ini aku diberi hadiah,
mengapa ia tidak duduk saja di rumah ayah atau ibunya untuk mengetahui apakah diberi hadiah
atau tidak, demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, tiada seorang yang
menyembunyikan sesuatu (korupsi) melainkan ia akan menghadap di hari kiamat memikul di atas
lehernya, jika berupa onta bersuara, atau lembu yang menguak atau kambing yang mengembek,
maka sungguh aku telah menyampaikan. Abu Humaid berkata: Kemudian Nabi saw. mengangkat
dua tangannya sehingga aku dapat melihat putih kedua ketiaknya. (Bukhari, Muslim).
Kandungan Hukum Hadis

‫ لعن رسول هللا صلى‬:‫عن عبد هللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما قال‬
‫هللا عليه وسلم الراشي‬
)‫والمرتشي (رواه أبو داود والترمذي وصححه‬
"Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a. berkata Rasulullah melaknat penyuap dan yang diberi suap".
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadis tersebut diriwayatkan pula oleh Ahmad dalam kitab al-Qadha, oleh Ibnu Majah
dalam al-Ahkam, dan oleh At-Tabrani dalam as-Shagir. Kata al Haitami, para perawinya orang-
orang yang terpercaya. Penyusun kitab Subulussalam menyebutkan hadis ini dalam bab riba,
karena sesungguhnya kutukan kepada orang tersebut memberikan pengertian bahwa pengambilan
harta orang lain itu menyerupai riba. Kata suap yang dalam bahasa Arab disebut "Rishwah" atau
"Rasyi", secara bahasa bermakna "memasang tali, ngemong. mengambil hati"
Banyak yang memberikan definisi tentang suap ini sehingga menurut istilah dikenal beberapa
pengertian suap, diantaranya: suap adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang dengan syarat
orang yang menerima suap dapat membantu orang yang memberikan suap. Artinya, sesuatu dapat
diberikan kepada seseorang dalam bentuk uang atau harta benda untuk mencapai apa yang
diinginkan, berkat bantuan orang yang diberi; suap adalah sesuatu yang diberikan setelah
seseorang meminta pertolongan secara kesepakatan; suap adalah sesuatu yang diberikan untuk
memanfaatkan komoditas yang kekuatannya telah menjadi sia-sia, dan sebaliknya. Artinya
menyerahkan sesuatu kepada orang lain agar ia tertolong sekalipun dengan barang orang lain,
sekalipun dengan hal yang tidak masuk akal secara syara; suap adalah sesuatu yang diberikan
kepada seseorang agar penerima suap dapat memberikan hukuman atau kedudukan atau
melakukan sesuatu yang buruk dengan batil; suap adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang
kepada hakim atau lainnya supaya orang itu mendapatkan kepastian hukum atau memperoleh
keinginannya.
Mengenai penerimaan/gaji yang diperoleh Hakim terdapat empat macam yaitu, risywah,
hadiah, upah atau gaji, dan rezeki. Mengenai tindakan hakim yang menerima sogok atau risywah
terdapat khilafiyah, antara lain: haram mutlak, baik bagi yang memberi maupun yang menerima,
bila tujuannya melanggar hukum yang berlaku. Misalnya, seorang terpidana membayar suap
kepada hakim untuk membebaskannya, meskipun ia harus dijatuhi hukuman yang telah
ditentukan sebelumnya; haram atas hakimnya dan halal bagi terpidana. Umpama seorang
terpidana memberikan sogok kepada hakim agar ia tidak dijatuhi hukuman mati; halal atas

4
hakimnya dan haram atas terpidana. Umpama seorang terpidana memberikan sogok kepada
hakim yang mengadilinya agar membebaskan atau meringankan hukumannya, tetapi hakim tetap
menuntut hukum yang telah ditetapkan.
Mengenai hadiah diantaranya ada haram jika tidak ada kaitannya dengan perkara yang diadili
dan makhru jika ada kaitannya dengan perkara yang diadili. Mengenai upah ada haram jika hakim
menerima gaji negara dan mubah atau boleh jika tidak digaji oleh negara.

Penjelasan Hadis
Suap dalam masalah hukum adalah pemberian uang atau bentuk lain kepada aparat penegak
hukum untuk melindungi mereka dari ancaman hukum atau hukuman ringan. Praktek ini sangat
dilarang dalam Islam dan dianggap ilegal oleh para ulama. Aset yang diperoleh dari suap
diklasifikasikan sebagai aset yang diperoleh dengan batil. Suap sangat berbahaya bagi kehidupan
sosial karena merusak berbagai institusi di masyarakat, menyebabkan kecerobohan dan kesalahan
dalam membuat ketentuan hukum sehingga hukum bisa bermain dengan uang. Hasilnya adalah
kekacauan dan ketidakadilan. Karena menerima suap, banyak pelanggar hukum yang seharusnya
dihukum berat malah divonis ringan atau bahkan lolos dari jerat hukum. Di sisi lain, banyak
pelanggaran ringan yang dilakukan oleh orang-orang kecil dihukum berat karena tidak memiliki
uang untuk menyuap hakim.
Bagaimanapun, hakim yang disuap tidak mungkin memberikan keadilan. Dia akan
membatalkan hukum. Dan, jika undang-undang yang dia gunakan adalah buatan, dia dapat
dengan mudah mengutak-atiknya sesuka hati. Seiring berjalannya waktu, masyarakat, terutama
kelompok kecil, akan berhenti mempercayai penegakan hukum karena mereka selalu
diuntungkan. Jadi hukum rimba berlaku, yaitu siapa pun yang lebih kuat menang.

1. Unsur-Unsur Hadis
Penerima suap adalah seseorang yang menerima harta benda, uang atau jasa, dan lain-
lain, dari orang lain agar dapat melaksanakan permintaan suap, meskipun secara syara tidak ada
alasan untuk itu. Pembayar suap adalah seseorang yang menyerahkan properti, uang, atau layanan
untuk mencapai tujuan mereka.
2. Macam-Macam Suap
a. Suap untuk mengurangi hak atau membenarkan kebohongan halal sudah jelas. Haram itu
jelas. Kebenaran itu abadi, dan kesombongan adalah Sima. Syariat Allah swt adalah
cahaya yang menerangi kegelapan agar orang-orang yang beriman tertipu dan orang-
orang yang durhaka dilindungi dan dilindungi. Oleh karena itu, segala sesuatu yang
digunakan sebagai alat untuk membantu kebohongan tentang kebenaran adalah ilegal.
b. Suap untuk membela kebenaran dan mencegah kepalsuan dan ketidakadilan Orang
merasa secara naluriah terhadap interaksi sosial dan mencoba untuk berbuat baik.
Namun, orang membuat kesalahan dengan tidak mematuhi satu sama lain, membuat satu
sama lain melihat, menghalangi satu sama lain, mencegah satu sama lain untuk
menyentuh. , gunakan hak Anda dan beli. Menurut Abdullah bin Abd, suap (dengan
paksaan) dalam hal ini. Dalam hal ini, suap Mohsin masih dapat ditanggung
(diperbolehkan). Tapi dia harus bersabar menunggu Allah swt memberikan jalan
untuknya.

F. Larangan Bagi Pejabat Untuk Menerima Hadiah

5
‫حديث أبي حميد الساعدي أن رسول هللا صل هللا عليه و سلم استعمل‬
‫ هذا لكم‬،‫ يا رسول هللا‬:‫عامال فجاءه العامل حين فرغ من عمله فقال‬
‫ أفال قعدت في بيت أبيلك و أمينه فنظرت‬:‫و هذا أهدي لي فقال له‬
‫أيهدي لرلك أ م ؟ نم قام رسول هللا صل هللا عليه وسلم عشية بعد‬
‫ أم هذا من عملك‬:‫ ثم قال‬،‫الصالة فشهد و أنتى على هللا بمي هيو هليه‬
‫ فمابال‬.‫و هذا أهدي لي أقال قعود في بيت أبيه و أمره فنظر بعد‬
‫العامل نستعمله فيأتينا فيقول هل بهدي نه أم ال؟ فوالذي نفس محمد‬
‫بيده ال يعل أحدكم منها شيا إال جاء به يوم القيامة بحملة على عنقه‬
‫إن كان بعيرا جاء به نه رهاء و إن كانت بقرة جاء بها خوار وإن‬
‫كانت سان جراء بها تبعمر فقد بلغت فقال أبو حمید تم رفع رسل هللا‬
‫صلى هللا عليه وسلم بده حتى إذا• تننظر إلى عفرة إبطيه‬
"Abu Humasaid ra. berkata, Rasulullah SAW. Rasulullah SAW, mengangkat seorang
pegawai unatuk menerima sedekah / zakat kemudian setelah selesai ia datang kepada Nabi
SAW dan berkata "Ini untukmu dan yang ini untuk hadiah yang diberikan orang kepadaku".
Maka Nabi SAW bersabda kepadanya "Mengapakah anda tidak duduk saja di rumah ayah
atau ibu anda untuk melihat apakah diberi hadiah atau tidak (oleh orang)?". Kemudian
sesudah shalat, Nabi. SAW berdiri, setelah tasyahut memuji Allah selayaknya, lalu bersabda,
"Amma ba'du, mengapakah seorang pegawai yang diserahi amal, kemudian ia datang lalu
berkata, hasil untuk kamu dan ini aku beri hadiah, mengapa ia tidak duduk saja di rumah ayah
dan ibunya untuk melihat apakah di beri hadiah atau tidak. Demi Allah! Yang jiwa
Muhammad di tangan-Nya, tiada orang yang menyembunyikan sesuatu (korupsi), melainkan
ia akan menghadap di hari kiamat memikul di atas lehernya, jika berupa onta bersuara, antau
lembu yang menguak atau kambing yang mengembik, maka sungguh aku telah
menyampaikan. Abu Humaid berkata, kemudian nabi SAW. Menganngkat kedua tangannya
sehingga aku dapat melihat putih ketiaknya.

Penjelasan Hadits.
Hadits di atas adalah bukti bahwa pemberian ke dan dari pejabat dilarang. Itu
pengkhianatan karena dia mengkhianati posisi dan kekuasaannya. Dalam Islam, hadiah
dipandang sebagai salah satu cara untuk mempererat persaudaraan dan persahabatan,
sebagaimana tercantum dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Al-
Khurasany Muwatha:

)‫تصبا فحوايذهب الغل و اتهادوا• تحابوا وتذهب الشحناء ( رواه اإلمام مالك‬
6
"Saling bersalamlah kamu semua, niscaya akan menghilangkan kedengkian. saling memberi
hadialah kamu semua, niscaya akan saling mencintai, dan menghilangkan percekcokan."
(H.R. Imam Malik).
Bagi orang yang diberi hadiah, disunahkan untuk menerimanya meskipun hadiah
tersebut kelihatannya hina dan tidak berguna. Nabi bersabda:

‫ لو أهدي إلي كراع‬:‫ قال رسول هللا صلى عليه وسلم‬:‫عن أنس قال‬
)‫لقبلت(روه الترمذي‬
"Dari Anas r.a. bahwa nabi SAW. Bersabda, "kalau saya diberi hadiah keledai. pasti akan
saya terima" (H.R.Turmudzi). Hal ini dinyatakan dalam pula dalam hadis lain dari khalid bin
adi:

‫ من جاءه من أخيه‬:‫عن خالد بن عدي أن النبي صلى هللا عليه و سلم قال‬
‫معروف من غير إسراف وال مسكة‬
‫فليقبله وال يرده فإنما هو رزق ساقة هللا إليه‬
"Dari khalid bin adi bahwa Nabi SAW. Bersabda, "siapa yang mendapatkan dari saudaranya
suatu kebaikan (hadiah) tanpa belebih-lebihan dan (tanpa mendatangkan) masalah. maka
hendaklah ia menerimanya dan tidak boleh menolaknya. Hal ini merupakan rezeki yang
diturunkan allah kepadanya." Seperti yang bisa dilihat dari uraian di atas, umumnya baik
memberi hadiah kepada orang lain, dianjurkan untuk lebih meningkatkan rasa saling
mencintai. Demikian juga hadits bagi orang yang menerima hadiah.
Namun, Islam juga memberikan beberapa petunjuk dalam hal pemberian, baik pemberi
maupun penerima. Artinya, tidak semua orang bisa menerima hadiah, misalnya untuk pejabat
pemerintah dan pejabat pemerintah. Tampaknya bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Akibatnya, Islam melarang menerima atau menerima hadiah dari pejabat atau pejabat mana
pun, karena ini tidak pantas dan dapat menyebabkan fitnah.
Jadi, di masa lalu tidak ada pembelian dari pejabat atau otoritas, baik kecil maupun besar.
Apalagi pejabat yang menerima bingkisan itu berarti lebih dekat dengan persekongkolan,
nepotisme, dalam menjalankan tugas khususnya, seperti perjanjian tender, penempatan
pegawai, dan lain-lain, bukan menurut peraturan yang berlaku, melainkan atas dasar apa. itu
telah memberinya hubungan dekat dengan orang itu.

7
BAB III

PENUTUP

G. Kesimpulan

Untuk mengatasinya adanya korupsi harus dipahami dan kemudian diterapkan. Suap
untuk membatilkan yang haq atau membenarkan yang batil. Suap untuk mempertahankan
kebenaran dan mencegah kebatilan serta kedzaliman. Hadis nabi menerangkan bahwa haram
hukumnya bahwa memberi hadiah dan menerimanya terhadap seorang pejabat. Hal itu
merupakan pengkhianatan, karena ia berkhianat terhadap jabatan atau kekuasaannya.
Bahwa pada dasarnya memberikan hadiah kepada orang lain sangat baik dan di anjurkan
untuk lebih meningkatkan rasa saling mencintai. Begitu pula bagi yang diberi hadiah di sunahkan
untuk menerimanya. Akan tetapi, islam pun memberi rambu-rambu tertentu dalam masalah
hadiah, baik yang berkaitan dengan pemberi hadiah maupun penerimanya.
Dengan kata lain, tidak semua orang diperbolehkan menerima hadiah. misalnya bagi
seorang pejabat dan pemegang kekuasaan. Hal itu ditunjukan untuk kemashlahatan dalam
kehidupan manusia.

H. Saran

Makalah ini jauh dari kata sempurna bila terdapat kekeliruan dalam pembuatannya kami meminta
maaf sekiranya pembaca dapat memberikan kritik yang membangun agar kiranya pembuatan makalah
selanjutnya akan lebih baik dari sebelumya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta menambah pengetahuan bagi pembacanya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Terjemah Bulughul-Maram. Terj. A. Hasan. Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2001.

Abdul Haqi, Muhammad Fuad. Al-Lu'lu' wal Marjan. Terj. H. Salim Bahreisy. Surabaya: PT Bina Ilmu,
1990.

Bulughul Maram Jilid II. Terj. Kahar Masyhur. Jakarta: Rincka Cipta, 1992.

Anda mungkin juga menyukai