Disusun Oleh:
Dimas Hilmansyah
Lusiana
Habiburrahman
FAKULTAS SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nyakepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Perintah Al-Quran Untuk
Menjalankan Hukum Sesuai Dengan Ketentuan Allah .
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karenanya saya dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DATAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
Kesimpulan................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadilan adalah tujuan dari risalah-risalah Allah. Keadilan adalah salah satu dari norma-
norma Islam yang luhur. Ini lantaran penegakan kebenaran dan keadilanlah yang menebarkan
ketenteraman, menyebarkan keamanan, memperkuat hubungan antar individu-individu,
memperkuat kepercayaan di antara hakim yang mengadili dan pihak yang diadili, menumbuhkan
kemapanan, menambah kelapangan, dan menopang situasi yang kondusif sehingga tidak rentan
terhadap resistensi ataupun kekisruhan, masing-masing dari hakim yang mengadili dan pihak
yang diadili sama-sama mengarah pada tujuannya dalam bertindak, berkarya, dan memberikan
pelayanan kepada warga negara, tanpa ada hambatan di jalannya yang menghentikan
aktivitasnya, atau kendala yang menghalangi kebangkitannya.
Di antara sarana yang paling penting yang digunakan untuk mewujudkan keadilan, menjaga
hak, melindungi darah, kehormatan, dan harta, adalah penegakan hukum peradilan yang
ditetapkan oleh Islam dan dijadikan sebagai bagian dari ajaran-ajarannya serta salah satu misi
utamanya yang tidak dapat dilepaskan darinya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiama hadis tentang berperkara
2. Bagaimana hadis ijtihad hadis tentang berperkara
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hadis tentang berperkara
2. Untuk mengetahui hadis ijtihad tentang hadis berperkara
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hadis tentang berperkara
ِ ْطاهُ ُم اَأْلر
ض ثُ َّم قال عليه الصَّالة َ فأتوا النبي صلى هللا عليه وسلم فَاحْ رُوهُ فَا ْع،ض ٍة فَو مع بينهما بحاج َ فَ ِري
هggلى هللا عليggول هللا صg ِع َد َر ُسgصَ َيتُم قَالُوا تعب فgض ِ ْضيتُ ْم َأر
ِ إن خاطب االن وشعر هُم ال ُك ْم قَ ْد َر:والسالم
لىggال َرسُو ُل هللا صَ َ ق، َ فهم بهم المهاجرون، ال: از ميثم قالوا: معطب الثاني وذكر اقيعة وقال،وسلم البشر
وأخرجه، نعم: از حيثم؟ قَالُوا:ال َ َهللا عليه وسلم فََأ ْعطَاهُ ْم ثُم صعد العشر فخطب ثُ َّم ق
Mereka mengatakan bahwa berdasarkan hadis ini, jelaslah bahwa Nabi Saw., tidak
mengeluarkan keputusan berdasarkan pengetahuan Nabi Saw., sendiri.Pengertiannya,
tuduhan berikutnya dalam berpikir menjadi otoritas hakim. Fuqaha juga sepakat bahwa
tuduhan tidak baik itu mempunyai pengaruh pada ketetapan syarak. Misalnya antara lain,
jumhur fuqaha berpendapat bahwa orang yang membunuh secara sengaja tidak menerima
warisan dari orang yang dibunuhnya. Demikian pula penolakan fuqaha terhadap kesaksian
seorang ayah atas anaknya. Dan hal-hal lain yang sudah maklum dalam pendapat jumhur
fuqaha.
Sedang fuqaha yang membolehkan keputusan berdasarkan pengetahuan hakim berpegang
pada dalil sam‟i dan dalil logika. Dalil sam‟i tersebut adalah hadis Aisyah berkenaan dengan
kisah Hindun binti Utbah bin Rabi‟ah dengan suaminya, Abu Sufyan bin Harb. Ketika itu
Hindun mengadukan suaminya yang bernama Abu Sufyan itu kepada Nabi, lalu Nabi berkata
kepada Hindun:
Abu Hanifah dan para pengikutnya mengecualikan perkara yang dapat diputuskan
oleh hakim berdasarkan pengetahuannya. Menurut mereka dalam perkara hudud, hakim
tidak boleh memvonis perkara hudud itu berdasarkan pengetahuannya. Tetapi dalam
masalah lain itu dibolehkan
Abu Hanifah juga mengecualikan pengetahuan hakim yang dipakai untuk
memvonis. Ia mengatakan, hakim boleh memvonis perkara berdasarkan pengetahuan
yang ia peroleh pada saat mengadili, dan bukan berdasarkan yang ia ketahui sebelum
mengadili.
Dari Umar r.a., diriwayatkan bahwa ia mengeluarkan keputusan berdasarkan
pengetahuannya dengan mengalahkan Abu Sufyan dan memenangkan seseorang dari
kabilah Bani Makhzum.
Sedang menurut segelongan pengikut Malik, hakim boleh memvonis berdasarkan
pengetahuan yang ia peroleh dalam majelis peradilan. Yakni berdasarkan sesuatu yang ia
dengar, meski tidak ada seorang pun yang menyaksikan demikian dihadapannya. Dan
seperti telah kami katakana, ini adalah pendapat jumhur.
Pendapat al-Mughirah lebih sejalan dengan aturan-aturan pokok. Sebab, dasar
peradilan dalam syariat, seorang hakim tidak boleh memvonis perkara kecuali
berdasarkan dalil, meski dugaan kuat yang diperoleh dari
dalil tersebut lebih kuat daripada dugaan yang diperoleh berdasarkan dalil, meski
dugaan kuat yang diperoleh dari dalil tersebut lebih kuat daripada dugaan yang diperoleh
berdasarkan kejujuran dua orang saksi.
B. Ijtihad Hadis Tentang Berperkara