Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH KODIFIKASI HADIS PERIODE PERTAMA – KEEMPAT

Disusun oleh :

KELOMPOK 8

MISNA 40400121072
MUH. TAUFIQ HIDAYAT 40400121054
ST. NURHALISA APRIANTI 40400121049

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah Kodifikasi Hadis
Periode Pertama - Keempat” ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa kita
hanturkan kepada junjungan kita baginda Muhammad Saw yang telah kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat kelak.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Ilmu Hadis, yang selain itu juga bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kita pada Sejarah Kodifikasi Hadis Periode Pertama -
Keempat bagi para pembaca umumnya dan pada kawan-kawan khususnya.
Serta tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Hj. Khaerun
Nisa Nuur, S.S., M.Pd.I selaku dosen Ilmu Hadis yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami terhadap materi yang
bersangkutan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca dan teman-
teman untuk makalah ini agar makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Kami mohon
maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam makalah yang kami buat ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita semua.

Bone, 21 September 2021

KELOMPOK 8

2
DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
A. Pengertian Kodifikasi Hadis...............................................................................6
B. Hadis Pada Abad Pertama Hijriah......................................................................6
1. Hadis Pada Masa Rasulullah..........................................................................6
1.1..................................................................................................................Ca
ra Sahabat Menerima Hadis Pada Masa Rasulullah SAW......................6
1.2..................................................................................................................Pe
nulisan Hadis pada Masa Rasulullah SAW............................................7
2. Hadis Pada Masa Sahabat dan Tabi’in...........................................................9
2.1..................................................................................................................Pe
ngertian Sahabat dan Tabi’in..................................................................9
2.2..................................................................................................................Pe
meliharaan Hadis pada masa Sahabat dan Tabi’in.................................9
2.3..................................................................................................................M
asa Penyebarluasan Periwayatan Hadis..................................................10
C. Hadis Pada Abad Ke-2 Hijriah...........................................................................11
1. Faktor-faktor yang Mendorong Pengumpulan dan Pengkodifikasian Hadis...........11
2. Pemrakarsa Pengkodifikasian Hadis Secara Resmi dari Pemerinta.............12
3. Pelaksanaan Kodifikasi Hadis atas Perintah Umar ibn Abd al-Aziz............12
4. Ciri dan System Pembukuan Hadis pada Abad ke-2 H................................13
5. Perkembangan Hadis Palsu dan Gerakan Ingkar Sunnah.............................13
D. Hadis Pada Abad Ke-3 Hijriah...........................................................................13
1. Upaya Melestarikan Hadis...........................................................................13
2. Bentuk Penyusunan Kitab Hadis pada Abad ke-3 H...................................14
E. Hadis pada Abad Ke-4 H....................................................................................14

3
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTA..........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis atau sunnah adalah sumber hukum islam kedua setelah al-quran.
Hadis menjadi penjelas atas ayat-ayat al-quran yang tak sepenuhnya dipahami
oleh umat islam. Hal itu dimungkinkan karena al-quran tak hanya berisi ayat-
ayat yang qat’i (jelas), tetapi juga banyak yang zhanni (samar) sehingga
membutuhkan penjelasan terperinci. Salah satu contohnya adalah perihal sholat.

Banyak ayat al-quran yang mengungkapkan perinth sholat. Namun bagai


mana sholat itu dilakukan, hal itu tidak dijelaskan secara terperinci. Dari sini,
Nabi Muhammad SAW. menjelaskan bagaimana sholat harus dikerjakan.
“Sholatlah kalian sebagaimana melihat aku sholat.” (HR. Bukhari).

Rasulullah SAW. telah telah meninggalkan ‘warisan’ berharga bagi


umatnya, yakni berupa perkataan, perbuatan, atau pun ketaatan hukum yang
pernah beliau lakukan disemasa hidupnya, termasuk sifat-sifatnya.

sejak zaman kenabian, hadis adalah ilmu yang mendapat perhatian besar
dari kaum muslimin. Hadis mendapat tempat tersendiri di hati para sahabat,
tabi’in dan orang-orang yang datang setelah mereka. Diawal pertumbuhan ilmu
hadis ini, kaum muslimin lebih cenderung bertumpu pada kekuatan hafalan
tanpa menuliskan sebagaimana yang mereka lakukan dengan al-quran. Namun
setelah melewati beberapa dekade, kaum muslimin akhirnya mulai merasakan
pentingnya mengumpulkan dan menuliskan hadis-hadis Nabi.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kodifikasi hadis?

2. Bagaimana sejarah awal kodifikasi hadis?

3. Apa yang terjadi pada periode kedua pengkodifikasian hadis?

4. Bagaimana perkembangan kodifikasihadis periode ke-tiga?

5. Bagaimana hasil dari kodifikasi hadis periode keempat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui arti dari kodifikasi hadis


2. Untuk mengetahui sejarah awal kodifikasian hadis
3. Untuk mengetahui sejarah pengkodifikasian hadis pada periode kedua
4. Untuk mengetahui perkembangan kodifikasi hadis periode ke-tiga
5. Untuk mengetahui hasil dari kodifikasi hadis periode keempat

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kodifikasi Hadis

Kata kodifikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu codification yang secara
etimologi berarti penyusunan. Dalam bahasa Arab berarti al-Tadwin (taf’ii) yang
berarti mencatat, menulis dan menyusun. Jadi, kata kodifikasi atau tadwin
memiliki makna mencatat, menulis dan menyusun.

Secara terminology, kodifikasi hadis adalah penulisan hadis berdasarkan


perintah kepala Negara yang dilakukan secara resmi denga melibatkan beberapa
personel yang ahli dalam bidangnya.

Sebagai sumber kedua ajaran agama Islam, hadis telah melewati proses
sejarah yang sangat panjang. Oleh para ahli dikatakan bahwa sampai sekarang
hadis telah melewati sedikitnya tujuh masa Periodisasi penghimpunan.

Yang dimaksud dengan Periodisasi penghimpunan Hadis di sini adalah:


“fase-fase yang telah ditempuh dan dialami dalam sejarah pembinaan dan
perkembangan hadis, sejak Rasulullah SAW masih hidup sampai terwujudnya
kitab-kitab yang dapat disaksikan dewasa ini.1

B. Hadis pada Abad Pertama Hijriah


Periode ini dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu: pertama, masa Rasulullah
SAW; dan kedua, masa Sahabat dan Tabi’in.
1. Hadis pada Masa Rasulullah
a. Cara Sahabat Menerima Hadis Pada Masa Rasulullah SAW

1
Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Bandung: Angkasa, 1991). h. 69; T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy,
Sejarah Perkembangan Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 14.

6
1) Mendatangi majelis-majelis taklim yang diadakan Rasul
SAW.
2) Kadang-kadang Rasul SAW sendiri yang meghadapi
beberapa peristiwa tertentu,kemudian beliau menjelaskan
hukumnya kepada para sahabat.
3) Kadang-kadang terjadi sejumlah peristiwa pada diri para
Sahabat, kemudian mereka menanyakan hukumnya
kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW
memberikan fatwa atau penjelasan hukum tentang
peristiwa tersebut.
4) Kadang-kadang para sahabat menyaksikan Rasulullah
SAW melakukan sesuatu perbuatan, dan seringkali yang
berkaitan dengan tatacara pelaksanaan ibadah, seperti
sholat, puasa, zakat, haji,dan lainnya.

Setelah mendapatkan Hadis melalui cara-cara di atas, para


Sahabat selanjutnya menghafal hadis tersebut
sebagaimana halnya dengan al-quran. Akibat perbedaan
frekuensi mereka dalam menghadiri majelis taklim yang
diadakan Rasulullah SAW atau dalam mengikuti beliau,
maka terdapat pula perbedaan jumlah Hadis yang dihafal
atau dimiliki oleh para Sahabat.

b. Penulisan Hadis pada Masa Rasulullah SAW

Pada dasarnya pada masa Rasul SAW sudah banyak umat


islam yang bisa membaca dan menulis. Bahkan Rasul SAW
sendiri mempunyai sekitar 40 orang penulis wahyu di samping
penulis-penulis untuk urusan lainnya.2 Meskipun demikian,
kenyataannya, pada masa Rasul SAW keadaan Hadis berbeda
dengan Al-Quran yang belum ditulis secara resmi. Alasan
2
M. ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, h. 142.

7
mengapa Hadis belum ditulis secara resmi adalah karena pada
masa Rasul SAW, terdapat berbagai keterangan dan argumentasi
yang kadang-kadang satu dengan yang lainnya saling
bertentangan. Diantaranya, ditemukan hadis-hadis yang
sebagiannya memberikan atau bahkan mendorong untuk
melakukan penulisan Hadis Nabi SAW, disamping itu ada Hadis
lain yang melarang melakukan penulisannya.

1) Larangan Menuliskan Hadis


Salah satu Hadis yang melarang para Sahabat menuliskan
Hadis-hadis yang mereka dengar atau peroleh dari Nabi
SAW, yaitu:

dan siapa yang menuliskan sesuatu dariku selain Al-


Quran maka hendaklah ia menghapusnya.” (HR Muslim).3
Dari Hadis di atas dapat dipahami bahwa
Rasulullah SAW melarang Sahabat menuliskan Hadis-
hadis beliau dan bahkan beliau memerintahkan untuk
menghapus Hadis-hadis yang telah sempat ditulis oleh
para sahabat.
2) Perintah (Kebolehan) Menuliskan Hadis
Salah satu Hadis yang memerintahkan atau
membolehkan menuliskan sebuah Hadis adalah Hadis yang
berasal dari Rafi’:

3
Muslim ibn al-Hajjaj al-Naisaburi, Shahih Muslim (Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1993 M), juz 2, h. 710; Al-
Nawawi, Syarh Shahih Muslim (Mesir: Al-Maktabah al-Mishriyyah, 1347 H), jilid 18, h. 129.

8
Dari Rafi’ ibn Khudaij bahwa dia menceritakan, kami
bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya
kami mendengar dari engkau banyak Hadis, apakah (boleh)
kami menuliskannya?” Rasulullah menjawab, “Tuliskanlah
oleh kamu untukku dan tidan ada kesulitan.” 4(HR Khatib)

Hadis di atas menunjukkan bahwa Rasul SAW


membolehkan bahkan menganjurkan para Sahabat untuk
menuliskan Hadis-hadis beliau.

2. Hadis pada Masa Sahabat dan Tabi’in


a. Pengertian Sahabat dan Tabi’in

Kata sahabat menurut bahasa adalah musytaq (pecahab)


dari kata shuhbah yang berarti orang yang menemani yang lain,
tanpa ada batasan waktu dan jumlah.5 Pada prinsipnya ada dua
unsur yang disepakati oleh para ahli yang harus dipenuhi oleh
seseorang untuk dapat disebut sebagai sahabat., yaitu: pertama,
pernah bertemu dengan Rasulullah SAW; dan kedua, dalam
keadaan beriman dan Islam sampai meninggal dunia.

Tabi’in adalah orang yang pernah berjumpa dengan


Sahabat dan dalam keadaan beriman, serta meninggal dalam
keadaan beriman juga.6

b. Pemeliharaan Hadis pada masa Sahabat dan Tabi’in

Sejarah mencatat bahwa pada periode Khulafa’ al-


Rasyidin, khususnya masa Abu Bakar dan Umar, periwayatan
Hadis begitu sedikit dan lamban. Hal ini disebabkan
kecendrungan mereka secara umum untuk menyedikitkan riwayat

4
l-Baghdadi, Taqyid al-‘Ilm, h. 72-73
5
M. ‘Ajjaj al-Khitab, Al-Sunnah Qalb al-Tadwin (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), h. 387.
6
Mushthafa Amin Ibrahim al-Tazi, Muhadharat fi ‘Ulum al-Hadits (Kairo: Jami’at al-Azhar, 1971), h. 44.

9
(taqlil al-riwayat), di samping sikap hati-hati dan teliti para
Sahabat dalam menerima Hadis. Pada dasarnya mereka bersikap
demikian adalah karena khawatir akan terjadi kekeliruan (al-
khatha’) dalam meriwayatka Hadis, sebab Hadis merupakan
sumber ajaran Islam setelah Al-Quran.7

Sikap kesungguhan dan kehati-hatian Sahabat dalam


memelihara Hadis diikuti oleh para Tabi’in yang datang setelah
mereka. Hal ini terlihat sebagaimana yang dilakukan oleh para
Tabi’in di Basrah. Mereka menganggap perlu untuk
mengkonfirmasikan Hadis yang diterima dari Sahabat yang ada
di Basrah dengan Sahabat yabg ada di Madinah8. Jadi, sekalipun
suatu Hadis itu mereka terima dari Sahabat, para Tabi’in masih
merasa perlu untuk mencetak kebenaran suatu Hadis dari Sahabat
yang lain.

c. Masa Penyebarluasan Periwayatan Hadis

Setelah Nabi SAW wafat, yakni dalam periode Sahabat,


para Sahabat tidak lagi mengurung diri di Madinah. Mereka telah
mulai menyebar ke kota-kota lain selain Madinah. Sejalan dengan
itu dan dengan adanya tuntutan untuk mengajarkan ilmu agama
kepada masyarakat yang baru memeluk agama Islam, maka
khalifah Usman ibn Affan dan demikian juga Ali ibn Abi Thalib,
mulai memberikan kelonggaran dalam periwayatan Hadis.
Sehingga para Sahabat pun mulai mengeluarkan khazanah dan
koleksi Hadis yang selama ini mereka miliki, baik dalam bentuk
hafalan maupun tulisan. Mereka saling memberi dan menerima
Hadis antara satu dengan yang lainnya, sehingga terjadilah apa
yang disebut dengan iktsar riwayah al-Hadits (peningkatan
7
Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, h. 84
8
h. 129-130. Lihat juga Abu ‘Abdullah al-Hakim al-Naisaburi, Ma’rifat ‘Ulum al-Hadits (Madinah: Al-
Maktabat al-‘Ilmiyyah,1397 H/1977 M), h. 8-9.

10
kuantitas periwayat Hadis). Keadaan yang demikian semakin
menarik perhatian para penduduk di daerah setempat untuk
datang menemui para Sahabat yang berdomisili di kota mereka
masing-masing untuk mempelajari Al-Quran dan Hadis, dan
mereka inilah yang kemudian dikenal dengan generasi Tabi’in
yang berperan dalam menyebarluaska Hadis pada periode
berikutnya.9

C. Hadis pada Abad Ke-2 Hijriah (Masa Penulisan dan Pembukuan Hadis Secara
Resmi)
1. Faktor-faktor yang Mendorong Pengumpulan dan Pengkodifikasian
Hadis

Umar ibn al-Aziz, salah seorang khalifah sari dinasti Umayyah yang
mulai memerintahkan di penghujung abad pertama Hijriah, mengambil
inisiatif dan memerintahkan para gubernur dan pembantunya untuk
mengumpulkan dan menuliskan Hadis, karena:

Pertama, tidak adanya lagi penghalang untuk menulis dan


membukukan Hadis, yaitu kekhawatiran tercampurnya Hadis dengan Al-
Quran karena ketika itu Al-Quran telah dibukukan dan disebarluaskan.

Kedua, munculnya kekhawatiran akan hilang dan lenyapnya Hadis


karena banyaknya para Sahabat yang meninggal dunia akibat usia lanjut
atau karena seringnya terjadi peperangan.

Ketiga, semakin maraknya kegiatan pemalsuan Hadis yang


dilatarbelakangi oleh perpecahan politik dan perbedaan mazhab di
kalangan umat Islam.

9
Khudhari Bek, Tarikh Tasyri’ al- Islami (Kairo: Dar al-Fikr, 1967), h.110.

11
Keempat, karena telah semakin luasnya daerah kekuasaan Islam
disertai dengan semakin banyak dan kompleksnya permasalahan yang
dihadapi oleh umat Islam.

2. Pemrakarsa Pengkodifikasian Hadis Secara Resmi dari Pemerintah

Adalah Umar ibn ‘Abd al-Aziz yang dikenal secara umum dari
kalangan penguasa yang memprakarsai pembukuan Hadis Nabi SAW
secara resmi. Akan tetapi menurut ‘Ajjaj al-Khathib berdasarkan sumber
yang sah dari Thabaqat ibn Sa’d, kegiatan pembukuan Hadis ini telah
lebih dahulu diprakarsai oleh ‘Abd al-Aziz ibn Marwan (w.85 H), ayah
dari Umar in Abd al-Aziz sendiri, yang ketika itu menjabat sebagai
gubernur di Mesir. Ini adalah pertanda bahwa telah dimulainya
pembukuan Hadis secara resmi yang diprakarsai oleh penguasa, dan hal
tersebut terjadi pada tahun 75 H.

3. Pelaksanaan Kodifikasi Hadis atas Perintah Umar ibn Abd al-Aziz

Abu Bakar Muhammad ibn Amr ibn Hazm (w. 117 H), gubernur
di Madinah, adalah di antara gubernur yang menerima instruksi Umar
ibn Abd al-Aziz untuk mengumpulkan Hadis. Dalam instruksinya
tersebut, Umar memerintahkan ibn Hazm untuk menuliskan dan
mengumpulkan Hadis yang berasal dari:

a) Koleksi Ibn Hazm sendiri,


b) Amrah binti Abd al-Rahman (w. 98 H), seorang faqih dan
muridnya, Sayyidah Aisyah r.a.,
c) Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar al-Shiddiq (w. 107 H.),
seorang pemuka Tabi’in dan salah seorang dari Fuqaha yang
tujuh.10

Tugas yang serupa juga dilaksanakan oleh Muhammad ibn


Syihab al-Zuhri (w. 123 H.), seorang ulama besar di Hijaz dan Syam.
10
h. 177-178: Lihat juga Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, h. 102.

12
Dengan demikian, kedua ulama tersebut yang merupakan pelopor
dalam kodifikasi Hadis berdasarkan perintah Khalifah Umar ibn Abd
al-Aziz.

4. Ciri dan System Pembukuan Hadis pada Abad ke-2 H


a) Pada umumnya kitab-kitab Hadis pada abad ini menghimpun Hadis-
hadis Rasul SAW serta fatwa-fatwa Sahabat dan Tabi’in.
b) Himpunan Hadis pada masa ini masih bercampur baur antara
berbagai topic yang ada, seperti yang menyangkut bidang Tafsir,
Sirah, Hukum, dll, serta belum dihimpun berdasarkan topic-topik
tertentu.
c) Pada periode ini belum dijumpai pemisah antara hadis yang
berkualitas shahih, hasan, dha’if.
5. Perkembangan Hadis Palsu dan Gerakan Ingkar Sunnah
Pada abad ke-2 H kegiatan pemalsuan Hadis semakin
berkembang. Motif pemalsuan hadis pada masa ini tidak lagi hanya
untuk menarik keuntungan bagi golongannya dan mencela lawan
politiknya, tetapi sudah semakin beragam seperti yang dilakukan oleh
tukang-tukang cerita dalam rangka menarik minat orang banyak, kaum
zindik yang bertujuan untuk meruntuhkan Islam,dll.

D. Hadis pada Abad Ke-3 H (Masa Pemurnian dan Penyempurnaanya)


1. Upaya Melestarikan Hadis
a) Perlawatan ke daerah-daerah
b) Pengklasifikasian Hadis kepada: Marfu’ (Hadis yang disandarkan
kepada Nabi SAW), Mawquf (disandarkan kepada Sahabat), dan
Maqthu (disandarkan kepada Tabi’in).
c) Penyeleksian kualitas Hadis dan pengklarifikasiannya kepada:
Shahih, Hasan, dan Dha’if.
2. Bentuk Penyusunan Kitab Hadis pada Abad ke-3 H

13
a) Kitab Shahih

Bentuk penyusunannya adalah berbentuk mushannaf, yaitu


penyajian berdasarkan bab-bab masalah tertentu sebagaimana metode
kitab-kitab Fiqh. Hadis-hadis yang dihimpun adalah menyangkut
masalah Fiqh, Akidah, Sejarah, dan Tafsir. Ex: Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim.

b) Kitab Sunan
Kitab ini berisi Hadis-hadis Shahih dan Hadis Dha’if (tidak
terlalu lemah dan munkar serta dijelaskan sebab ke-dha’ifannya).
Bentuk penyusunannya berupa mushannaf dan terbatas pada masalah
fiqh (hukum). Ex: Sunan Abu Dawud, Sunan Al-Tirmidzi, Sunan Al-
Nasa’i, Sunan Ibn Majah, dan Sunan Al-Darimi.
c) Kitab Musnad
Di sini, Hadis-hadis di susun berdasarkan nama perawi pertama. Pada
umumnya di dalam kitab jenis ini tidak dijelaskan kualitas Hadis-
hadisnya. Ex: Musnad Ahmad ibn Hanbal, Musnad Abu al-Qasim al-
Baghawi, dan Musnad Utsman ibn Abi Syaibah.
E. Hadis pada Abad Ke-4 H

Pada abad ke-4 H ulama berlomba-lomba menghafal hadis sehingga


lahirlah gelar keahlian ilmu hadis seperti:

1. Amirul Mukminin fi al-Hadis


Orang-orang penyampai Hadis seteelah Khulafaur Rasyidin.
2. Al-Hakim
Gelar bagi imam penghafal seluruh Hadis yang diriwayatkan baik matan,
sanad, ta’dil dan tarjihnya. Mengetahui riwayat perawi, guru-gurunya dan
perjalanan hidupnya. Mereka harus hafal lebih dari 300.000 hadis.
3. Al-Hujjah

14
Gelar bagi imam penghafal seluruh hadis yang diriwayatkan baik mata,
sanad, ta’dil, dan tarjihnya. Mengetahui riwayat perawi, guru-gurunya dan
perjalanan hidupnya. Mereka harus hafal 300.000 hadis.
4. Al-Hafidh
Orang yang dapat mengshohihkan sanad dan matan serta menta’di dan
menjarah perawinya. Mereka hafal hadis shahih, mengetahui perawi wahm
(banyak prasangka), ‘illat hadis, dan istilah muhadditsin. Mereka hafal
100.000 hadis.
5. Al-Muhaddits
Orang yang mengetahui sanad-sanad, illat-illat, nama-nama rijal, hafal
1000 hadis.
6. Al-Musnid
Keahlian orang meriwayatkan hadis beserta sanadnya baik menguasai
ilmunya maupun tidak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
Kodifikasi hadis terus mengalami perkembangan di setiap masanya.
Bermula dari adanya larangan pengumpulan Hadis karena dikhawatirkan akan
tercampur atau bahkan melupakan al-quran sebagai kitab allah yang utama.
Hingga pada akhirnya kegiatan pengkodifikasian Hadis pun dimulai pada masa
pemerintahan Islam yang dipimpin oleh Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz
(Khalifah ke-8 Bani Umayah), melalui instruksinya kepada Abu Bakar bin
Muhammad bin Amr bin Hazm (gubernur Madinah) dan para ulama Madinah
lainya untuk mengumpulkan Hadis dari para penghafalnya. Beberpa factor yang
melatar belakangi pengkodifikasian Hadis yaitu; pertama, para ulama Hadis
telah tersebar ke berbagai negeri, dikhawatirkan Hadis akan hilang bersaam
dengan wafatnya mereka; kedua’ banyak berita yang diada-adakan oleh para
Bid’ah berupa Hadis-hadis palsu. Kemudian setelah mengalami proses yang
cukup panjang, pengkodifkasian Hadis akhirnya tiba pada masa abad ke-4 H
yang disebut dengan masa pemeliharaan, penerbitan, penambahan, dan
penghimpunan Hadis. Yang kemudian terus mengalami perkembangan hingga
abad ke-7 sampai sekarang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Republika.co.id
DR. Nawir Yuslem, MA. 1997. ULUMUL HADIS. Ciputat.
Alfiah, Fitriadi, Suja’i. 2016. Studi Ilmu Hadis. PENERBIT: Kreasi Edukasi.
Dr. Zarkasih, M.Ag. 2012. STUDI HADIS. Pekanbaru. Penerbit: Aswaja Pressindo

17

Anda mungkin juga menyukai