Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STUDI HADIS

“ SEJARAH KONDIFIKASI HADIS ”

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

STUDI HADIS

DOSEN PENGAMPUS :

ZAINAL ARIFIN, DRS., M.A

KELOMPOK 4
ANJELINA CINTIA (12320223990)
GILANG ALVIDO
(12320212128)
MUHSINUDDIN HASIBUAN (12320212465)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia serta
kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Kondifikasi Hadits
ini . Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para
Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Riki Arnaidi, S.Ag.,M.Ag. selaku dosen
mata kuliah Studi Hadits. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih
banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi
pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha
maksimal kami selaku para penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini para
pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang
membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 19 September 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................4

C. Tujuan makalah.........................................................................................................5

BAB II............................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. Latar Belakang Pembukuan Hadits...........................................................................2

B. Faktor-faktor Kondifikasi Hadits...............................................................................2

C. Periode Perkembangan Hadits...................................................................................2

BAB III..........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis merupakan salah satu pedoman umat islam dalam menjalankan agama
islam disamping Al-Quran. Maka dari itu, menjaga kemurnian hadis agar tetap
menjadi sumber ajaran islam yang mampu membawa pada kemaslahatan menjadi
tanggung jawab umat islam, terutama dari kalangan intelektual islam. Salah satu
persoalan dalam studi hadis yang senantiasa menjadi perdebatan adalah masalah
kodifikasi hadis. Masalah ini selalu menjadi pendebatan yang cukup hangat dan
menyita banyak energi di kalangan para sarjana keislaman, khususnya bagi mereka
yang menaruh minat yang sangat tinggi pada bidang keilmuan hadis. Masalah
kodifikasi hadis apabila ditinjau dari sejarahnya cukup memiliki berbagai macam
persoalan didalamnya, mulai dari munculnya kepentingan aliran, wafatnya para
penghafal hadis, hingga banyaknya hadis yang tercampur dengan pendapat para
sahabat serta tabiin, serta hal yang tak kalah pentingnya dibicarakan adalah kerangka
metologis kodifikasi (tadwin) hadis itu sendiri. Kasihan seputar metodologis dalam
kodifikasi tersebut tertunya akan mengungkap data tentang bagaimana prosen historis
tadwin hadis dibangun di atas landasan dan dasar dasar metodologis yang kokoh.
Berbagai macam persoalan kodifikasi tersebut tentunya perlu diluruskan untuk
kepentingan kemaslahatan bersama, khususnya umat islam.

B. Rumusan Masalah

Sebagai pemaparan diatas, maka disini dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
yang akan dijawab, antaralain:
1. Bagaimanakah sejarah kodifikasi hadis serta dinamika yang ada didalamnya?
2. Faktor-faktor apasajakah yang mendorong dilakukannya kodifikasihadis?
3. Kebijakan kebijakan apa sajakah yang memiliki peran cukup penting dalam proses
kondifikas ihadis?
4. Bagaimanakah metodologis yang dikembangkan oleh ulama hadis dalam proses
kodifikasi hadis.

C. Tujuan makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
antaralain:

 Mendeskripsikan sejarah kodifikas ihadist sertadinamika-dinamika yang ada di


dalamnya.
 Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mengenai kodifikasi hadis dimasa
lampau.
 Mengetahui kebijakan-kebijakan apa sajakah yang memiliki peran cukup penting
dalam proses kodifikasi hadis.
1
 Mengetahui metodologis yang dikembangkan oleh ulama hadis dalam proses
kodifikasi hadis.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pembukuan Hadits

Sejarah penulisan hadist merupakaan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadist
dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan dan penghayatan dan pengamalan
umat dari generasi ke generasi. Secara resmi, kondifikasi hadist dilakukan dan
dimulai pada masa dinasti Umayyah yang dipimpin oleh Umar bin Abdul Aziz,
seorang khalifah yang terkenal adil dan wara’ hingga beliau disebut khulafaurrasyidin
yang ke lima. Beliau menetapkan dan memerintah ulam-ulama pada masanya untuk
memerintah ulama-ulama pada masanya untuk melakukan kondifikasi hadits
disebabkan karena kesadaran beliau atas banyaknya para perawi hadits yang semakin
lama semakin banyak yang meninggal. Sehingga beliau khawatir jika hadits tidak
segera dibukukan maka akan hilang dan lenyap.

B. Faktor-faktor Kondifikasi Hadits

Upaya pembukuan hadits secara resmi ini dilatar belakangi oleh beberapa faktor, di
antaranya:

a. Al-Qur’an telah dibukukan dan tersebar luas, sehingga tidak dikhawatirkan lagi
akan bercampur dengan hadits.

b. Para perawi hadits telah banyak yang meninggal. Jika hadits tidak segera ditulis
dan dibukukan, maka lama kelamaan hadits akan hilang bersama dengan
meninggalnya perawi hadits.

c. Daerah kekuasaan Islam semakin luas dan peristiwa-peristiwa umat Islam


semakin kompleks, sehingga memerlukan petunjuk dari hadits sebagai sumber
agama.

d. Pemalsuan hadits semakin merajalela. Jika kejadian tersebut dibiarkan, maka


akan mengancam kemurnian dan kelestarian hadits.

C. Periode Perkembangan Hadits

M. Hasbi Asy-Shidieqy membagi perkembangan hadis menjadi tujuh periode,sejak


periode Nabi saw hingga sekarang, yaitu sebagai berikut:

2
I. Periode Pertama : Perkembangan Hadis pada Masa Rasulullah saw.

Periode ini disebut ‘`Asr al-Wahyi wa at-Takwin (masa turunnya wahyu dan
pembentukan masyarakat Islam). Sehingga pada awal-awal kemajuan Islam
Rasulullah SAW melarang para shahabatnya untuk menulis hadits, karena disamping
akan bercampurnya hadits dengan Al-Qur’an juga agar umat Islam lebih fokus pada
Al-Qur’an. Akan tetapi dengan berjalannya waktu tidak sedikit di antara para
shahabat banyak yang berinisiatif menulis hadits-hadits Nabi SAW. Hal tersebut
dikarenakan selain melarang, Rasulullah di lain waktu juga membolehkan para
sahabatnya untuk menulis hadits. Sehingga banyak di antara para sahabat yang
memiliki shahifah hadits, di antaranya: Abdullah bin Amr bin ‘Ash, Jabir bin
Abdullah Al-Anshari, Abdullah bin Abi Aufa, Samurah bin Jundab, Ali bin Abi
Thalib, Abdullah bin Abbas, dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada periode inilah, hadis
lahir berupa sabda. (aqwal), perbuatan (af’al), dan takrir Nabi yang berfungsi
menerangkan aI-Qur’aN untuk menegakkan syariat Islam dan membentuk masyarakat
Islam.

II. Periode Kedua : Perkembangan Hadis pada Masa al-Khulafa’


Ar-Rasyidin (11 H40 H)

Periode ini disebut ‘Asr at-Tasabbut wa al-Iqlal min al-Riwayah (masa membatasi
dan menyedikitkan riwayat). Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan
hadis tersebar secara terbatas. Penulisan hadis pun masih terbatas dan belum
dilakukan secara resmi. Bahkan, pada masa itu, Umar melarang para sahabat untuk
memperbanyak meriwayatkan hadis, dan sebaliknya, Umar menekankan agar para
sahabat mengerahkan perhatiannya untuk menyebarluaskan al-Qur’an. Usaha para
shahabat dalam membatasi periwayatan hadits dilatar belakangi oleh rasa khawatir
akan terjadinya kekeliruan. Hal ini dikarenakan suasana pada waktu itu tidak
kondusif, bahkan terjadi perpecahan dan fitnah di dalam umat Islam itu sendiri, di
antaranya munculnya nabi palsu, terbunuhnya Umar, Usman, dan Ali, banyak
shahabat yang tidak suka kepada Usman, munculnya Syi’ah, dll. Sehingga para
shahabat sangat berhati-hati dalam menerima kegiatan periwayatan hadits. Para
shahabat pada periode ini meriwayatkan hadits melalui dua cara, yaitu bilafdzi dan
bilmakna.

III. Periode Ketiga : Perkembangan pada Masa Sahabat Kecil dan Tabiin

Periode ini disebut ‘Asr Intisyar al-Riwayah ila al-Amslaar’ (masa berkembang dan
meluasnya periwayatan hadis).Periode ketiga adalah masa penyebaran hadits ke
berbagai wilayah yakni ke negeri Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan pada tahun
93 H, meluas sampai ke Spanyol. Para sahabat kecil dan tabiin yang ingin mengetahui
hadis-hadis Nabi saw. diharuskan berangkat ke seluruh pelosok wilayah Daulah
Islamiyah untuk menanyakan hadis kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar
di wilayah tersebut sampai pada akhir abad 1 Hijriyah. Pada periode ketiga ini
jugalah mulai muncul usaha pemalsuan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab. Hal ini terjadi setelah wafatnya Sahabat Ali r.a. Pada masa ini, umat Islam
mulai terpecah-pecah menjadi beberapa golongan.

3
IV. Periode Keempat : Perkembangan Hadis pada Abad II & III Hijriah

Periode ini disebut Asr al-Kitabah dan al-Tadwin (masa penulisan dan pembukuan).
Maksudnya, penulisan dan pembukuan secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh
atau atas inisiatif pemerintah. Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal abad
II H, yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz tahun 101 H,
Sebagai khalifah, Umar Ibn Abdul Aziz sadar bahwa para perawi yang menghimpun
hadis dalam hafalannya semakin banyak yang meninggal. Beliau khawatir apabila
tidak membukukan dan mengumpulkan dalam buku-buku hadis dari para perawinya,
ada kemungkinan hadis-hadis tersebut akan lenyap dari permukaan bumi bersamaan
dengan kepergian para penghafalnya ke alam barzakh.

Untuk mewujudkan maksud tersebut, pada tahun 100 H, Khalifah meminta kepada
Gubernur Madinah, Abu Bakr Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hazmin (120 H) yang
menjadi guru Ma'mar al-Laits, al-Auza'i, Malik, Ibnu Ishaq, dan Ibnu Abi Dzi'bin
untuk membukukan hadis Rasul yang terdapat pada penghafal wanita yang terkenal,
yaitu Amrah binti Abd. Rahman Ibn Sa'ad Ibn Zurarah Ibn `Ades, seorang ahli fikih,
murid Aisyah r.a. (20 H/642 M-98 H/716 M atau 106 H/ 724 M), dan hadis-hadis
yang ada pada al-Qasim Ibn Muhammad Ibn Abi Bakr asS}iddiq (107 H/725 M),
seorang pemuka tabiin dan salah seorang fukaha Madinah yang tujuh.

Di samping itu, Umar mengirimkan surat-surat kepada gubernur yang ada dibawah
kekuasaannya untuk membukukan hadis yang ada pada ulama yang tinggal di wilayah
mereka masing-masing. Di antara ulama besar yang membukukan hadis atas kemauan
Khalifah adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Muslim ibn Ubaidillah Ibn Syihab Az-
Zuhri, seorang tabiin yang ahli dalam urusan fikih dan hadis. Mereka inilah ulama
yang mula-mula membukukan hadis atas anjuran Khalifah Pembukuan seluruh hadis
yang ada di Madinah dilakukan oleh Imam Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab Az-
Zuhri, yang memang terkenal sebagai seorang ulama besar dari ulama-ulama hadis
pada masanya. Setelah itu, para ulama besar berlomba-lomba membukukan hadis atas
anjuran Abu Abbas As-Saffah dan anak-anaknya dari khalifah-khalifah ‘Abbasiyah.

V. Periode Kelima : Masa Mentashihkan Hadis dan susunan Kaidahnya

Abad ketiga Hijriah merupakan puncak usaha pembukuan hadis. Periode kelima
adalah periode pemurnian, penyehatan, dan penyempurnaan. Periode ini berangsung
sekitar pertengah awal abad ke III Hijriyah, atau tepatnya pada masa Dinasti
Abbasiyah yang dipimpin oleh Khalifah Al-Ma’mun sampai Al-Mu’tadir. Sesudah
kitab-kitab Ibnu Juraij, kitab Muwatta' al-Malik tersebar dalam masyarakat dan
disambut dengan gembira, kemauan menghafal hadis, mengumpul, dan
membukukannya semakin meningkat dan mulailah ahli-ahli ilmu berpindah dari suatu
tempat ke tempat lain dari sebuah negeri ke negeri lain untuk mencari hadis.

Pada awalnya, ulama hanya mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di kotanya


masing-masing. Hanya sebagian kecil di antara mereka yang pergi ke kota lain untuk
kepentingan pengumpulan hadis. Keadaan ini diubah oleh aI-Bukhari. Beliaulah yang
mula-mula meluaskan daerah-daerah yang dikunjungi untuk mencari hadis. Beliau
pergi ke Maru, Naisabur, Rei, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir,
Damsyik, Qusariyah, `Asqalani,dan Himsh. Imam Bukhari membuat terebosan
dengan mengumpulkan hadis yang tersebar di berbagai daerah.

4
Enam tahun lamanya al-Bukhari terus menjelajah untuk menyiapkan kitab Sahih-nya.
Para ulama pada mulanya menerima hadis dari para rawi lalu menulis ke dalam
kitabnya, tanpa mengadakan syarat-syarat menerimanya dan tidak memerhatikan
sahih-tidaknya. Namun, setelah terjadinya pemalsuan hadis dan adanya upaya dari
orang-orang zindiq untuk mengacaukan hadis, para ulama pun melakukan hal-hal
berikut:

a. Membahas keadaan rawi-rawi dari berbagai segi, baik dari segi keadilan, tempat
kediaman, masa, dan lain-lain.
b. Memisahkan hadis-hadis yang sahih dari hadis yang daif yakni dengan
mentashihkan hadis.

Ulama hadis yang mula-mula menyaring dan membedakan hadis-hadis yang sahih
dari yang palsu dan yang lemah adalah Ishaq ibn Rahawaih, seorang imam hadis yang
sangat masyhur. Sesudah Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, bermunculan imam lain
yang mengikuti jejak Bukhari dan Muslim, di antaranya Abu Dawud, at-Tirmidzi,dan
an-Nasa'i. Mereka menyusun kitab-kitab hadis yang dikenal dengan Sahih alBukhari,
Sahih Muslirn, Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi,dan Sunan anNasa'i. Kitab-
kitab itu kemudian dikenal di kalangan masyarakat dengan judul alUsul al-Khamsah.
Di samping itu, Ibnu Majah menyusun Sunannya. Kitab Sunan ini kemudian
digolongkan oleh para ulama ke dalam kitab-kitab induk sehingga kitab-kitab induk
itu menjadi sebuah, yang kemudian dikenal dengan nama al-Kutub alSittah. kitab
induk hadits (Kutubus Sittah), di antaranya :

1. Al-Jami’ Ash-Shahih karya Imam Al-Bukhari (194 – 252 H)


2. Al-Jami’ Ash-Shahih karya Imam Muslim (204 – 261 H)
3. Sunan Abu Dawud karya Abu Dawud (202 – 261 H)
4. Sunan At-Tirmidzi karya At-Tirmidzi (200 – 279 H)
5. Sunan An-Nasa’i karya An-Nasa’i (215 – 302 H)
6. Sunan Ibnu Majah karya Ibnu Majah (207 – 273 H)

VI. Periode Keenam : Dari Abad IV hingga Tahun 656 H.

Periode keenam ini dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu pada masa
Abasiyyah angkatan kedua. Periode ini dinamakan ‘Asr at-Tahzib wa at-Tartibi wa
al//-Istidraqi wa al-jami'. Setelah abad ke-3 berlalu, bangkitlah pujangga abad
keempat. Para ulama abad keempat ini dan seterusnya digelari Mutaakhirin.
Kebanyakan hadis yang mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan dari kitab-
kitab Mutaqaddimin, hanya sedikit yang dikumpulkan dari usaha mencari sendiri
kepada para penghafalnya. Di antara usaha-usaha ulama hadis yang terpenting dalam
periode ini adalah:

a. Mengumpulkan hadis al-Bukhari/Muslim dalam sebuah kitab. Di antara kitab


yang mengumpulkan hadis-hadis al-Bukhari dan Muslim adalahKitab Al-
Jami' Bain As-S ahihain oleh Ismail Ibn Ahmad yang terkenal dengan nama
Ibnu Al-Furat (414 H), Muhammad Ibn Nashr Al-Humaidy (488 H); Al-
Baghawi oleh Muhammad Ibn Abdul Haq Al-Asybily (582 H).

b. Mengumpulkan hadis-hadis dalam kitab enam. Di antara kitab yang


mengumpulkan hadis-hadis kitab enam, adalah Tajridu As-Sihah oleh Razin
Mu'awiyah, Al-Jami' oleh Abdul Haqq Ibn Abdul ArRahman Asy-Asybily, yang
terkenal dengan nama Ibnul Kharrat (582 H).

5
c. Mengumpukan hadis-hadis yang terdapat dalam berbagai kitab.
di antara kitab-kitab yang mengumpulkan hadis-hadis dari berbagai kitab adalah:

 Masabih as-Sunnah oleh al-Imam Husain Ibn Mas'ud al-Baghawi (516 H);
 Jami'ul Masanid wa al-Alqab, oleh Abdur Rahman ibn Ali al-Jauzy (597 H);
 Bakr al-Asanid, oleh al-Hafiz al-Hasan Ibn Ahmad al-Samarqandy (49I H).
 Mengumpulkan hadis-hadis hukum dan menyusun kitab-kitab Atraf.

VII. Periode Ketujuh : (656 H-Sekarang)

Periode ini adalah masa sesudah meninggalnya Khalifah Abasiyyah ke XVII al-
Mu'tas}im (w. 656 H.) sampai sekarang. Periode ini dinamakan ‘Ahdu As-Syarh}iwa
al-Jami' wa at-Takhriji wa al-Bah Periode ini juga adalah periode pensyarahan,
penghimpunan, dan pentakhrijan. Pada memperbaharui kitab-kitab mustkharij dengan
cara membagi-bagi hadits menurut kualitasnya. Para periode ini hanya sedikit ulama
hadits yang masih mampu menyampaikan periwayatan hadits beserta sanadnya secara
hapalan yang sempurna, di antaranya ulama yang masih menyampaikan hadits secara
hapalan sempurna adalah Imam Al-Iraqy (w.806 H), Ibnu Hajar Al-Asqalani (w. 852
H), As-Sakhawy (w. 902 H). Ketiganya mempunyai hubungan sebagai guru dan
murid.

6
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya,makadapat ditarik beberapa


Simpulan mengenai kodifikasi hadis dengan berbagai macam dinamikanya,yang
Antara lain adalah:
•Sejarah Kodifikasi hadis dengan pembabakan waktunya masing-masing memiliki
karakteristiknya masing-masing.Padaburuk kedua,,tetapi fatwa sahabat dan Tabi'in
juga dimasukkan kedalam kitab-kitab mereka Pada buruk ketiga. Hadis-hadis yang
dikumpulkan pada buruk keempat dan
Berikutnya kebanyakan dikutip atau dinukil dari kitab-kitab karya
Ulama mutaqaddimin..
 Faktor-faktor pendorong dilakukannya kondifikasi cukup beragam.Faktor inter
mulaidari menjaga autentisitas dan eksistensi hadis,semangat menjaga
Autentisitas dan eksistensi hadis sehingga banyaknya,hingga wafatnya
Penghafal hadis.
 Kebijakan-kebijakan dari pemerintah atau kholifah sangat tentukan proseskod
hadis, utamanya‘Umar ibn AbdAl-'Aziz,Abu Bakar Ibn Muhammad ibn Hazm
serta SyihabAl-Zuhri.
 Metodologis dalam kodifikasi antara lain adalah bagaimana sama-sama tiga unsur
kaidah kesahihan hadis:
 sanadnya bersambung;
 periwayat bersifat adil;dan
 Periwayat bersifat kebiasaan.Menurut ulama Sunni,kriteria sanad
bersambung,adalah tiap-tiap periwayat dalam sanad bersambung dari awal
hingga akhir (muttashil)dan sampai kepada Nabi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Amin Syaifullah, H. Fawaid Ahmad, Al-Qur’an Hadits, Jl. Lapangan Banteng Barat
No. 3-4 Lantai 6-7 Jakarta 10110, Direktorat KSKK Madrasah, Direktorat Jenderal,
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2020.

Factur Rahman. Ikhtisar Musthalahul Hadis. Al-Ma’rif, Bandung, 1985

Hasbi ash-Shidiqi, Tengku Muhammad, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Pustaka
Rizki
Putra, Semarang, 2009

Hudhari Bik, Tarikh At-Tasyri’ Al-Islami, (Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-
Qanaah),
1980,

Ismail, Muhammad Bakri, Dirasat fi Ulum al-Qur’an, Cet. II; Kairo: Dar al-Manar,
1999

Jalal al-Din ‘Abd al- Rahman ibn Abi bakr al-Suyuthi, Tadrib al-RAwi fi Syarh
Taqrib an-
Nawawi, jilid 1, Beirut: Dar al-Fikr

Abdul Hakim, Atang. 2003. Metodologi Studi Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Al-Qaththan, Manna’. 1994. Mabahis fi ‘Ulum Al-Hadits. Kairo: Maktabah Wahbah,


Cet. ke-II.

Hasbi Ash-Shiddieqy, 2009. Muhammad. Sejarah dan Pengantar Ilmu Qur’an dan
Tafsir. Semarang:Pustaka Rizki Putra, Ed. 3.

Muhajirin. 2016. Ulumul Hadits II, Palembang: NoerFikri Offset.

Nata, Abudin. 2000. Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: LISK.

Rahman, Fathur. 1974. Ikhtishar Musthalahul Hadits. Bandung: Al-Ma’arif.

Suparta, Munzier. 2010. Ilmu Hadits. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. ke-7.

Al-Ghazali, Syaikh Muhammad. Studi kritis Atas Hadis: Antara Pemahaman


Tekstual Dan Kontekstual. Bandung: Mizan, 1989.

Ash Shiddieqy, M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar ilmu Hadis. Jakarta: Bulan
Bintang, 1987.

At Tahhan, Mahmud. Metode Tahrij Dan Penelitian Sanad Hadis. Surabaya: Bina
ilmu, 1995

A. Hasjmy. Sejarah kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.


Idri. Studi Hadis. Jakarta : Kencana, 2013.
8
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2013.

LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengembangan Pemikiran


Terhadap Hadis.Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
1996.

Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadis. Bandung: Alma’arif, 1974.

Suparta, Munzier. Ilmu Hadis. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Saifuddin. Arus Tadwin Hadis dan Historiografi Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2011.

Qudsy, Saifuddin Zuhri.“Umar Bin Abdul Aziz Dan Semangat Penulisan Hadis”.
ESENSIA Vol. XIV No. 2 Oktober 2013.

Saifuddin. Tadwin Hadis Dan Kontribusinya Dalam Perkembangan Historiografi


Islam. Ilmu Ushuluddin Vol 12, No1, Januari 2013.

Anda mungkin juga menyukai