penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengatar...................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...............................................................................................
BAB II ISI
A.Pengertian Kodifikasi hadist.........................................................................
B.Latarbelakang munculnya usaha modifikasi ...............................................
C.sistematika kodifikasi hadist pada abad kedua............................................
D.masa pengembangan sistem modifikasi hadist............................................
E.masa penyempurnaan sistem kodifikasi hadist............................................
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu kajian terhadap teks-teks keagamaan seperti tafsir, fiqh dan tauhid,
hadits nampaknya terlahir sebagai sebuah kajian awal dalam diskursus keagamaan agama
Islam. Bahkan dalam tataran wacana, eksistensi kajian terhadap hadits sebagai salah satu
sumber hukum Islam yang berfungsi sebagai penjelas al-qur’an. Realitas tersebut jelas
menempatkan hadis sebagai sesesuatu yang inheren bagi eksistensi al-Qur’an. Oleh karena itu
dari masa-kemasa para sahabat nabi, tabi’in, dan tabi’in-tabi’in mencurahkan segenap
tenaganya untuk melestarikan dan menyebarkan kepada generasi selanjutnya.
Mengingat pentingnya hadis dalam dunia Islam, maka kajian-kajian atas hadis semakin
meningkat, sehingga upaya terhadap penjagaan hadis itu sendiri secara historis telah dimulai
sejak masa sahabat yang dilakukan secara selektif demi menjaga keotentikan hadis itu
sendiri. Oleh karena itu dalam pembahasan ini penulis akan menyajikan pembahasan singkat
tentang perkembangan hadis sebelum era kodifikasi dan sesudahnya, dilanjutkan dengan
pembahasan tentang pusat-pusat studi hadis dan para tokoh-tokohnya secara rinci.
Adapun metode yang akan dipakai dalam kajian ini adalalah termasuk kategori
penelitian literer atau study pustaka dengan objek berupa naskah-naskah utama (primer),
meski tidak menutup kemungkinan adanya referensi lain sebagai bahan rujuakan sebagai
sumber kedua (skunder) yang erat kaitannya dengan persoalan yang akan dibahas. Tujuan
tulisan ini adalah untuk memahami cara rasul, sahabat, tabi’in, dan tabi’in tabi’in dalam
memelihara hadis dengan sangat berhati-hati dan bijaksana sehingga dapat diturunkan kepada
generasi selanjutnya sebagai pusaka dari rasul untuk umatnya dalam mengarungi kehidupan.
BABII
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasa-pembahasan di atas dapat kita simpulkan beberapa hal diantaranya:
1. Adanya larangan dan perintah menulis hadis oleh nabi pada priode awal yang terkesan sangat
rancu dan bertolak belakang, bukanlah merupakan nash-nash yang saling bertentangan.
Sebenarnya larangan menulis hadis pada priode nabi bersifat umum, karena sabdanya
memang ditujukan kepada para sahabat pada umumnya. Namun diantara mereka ada yang
terpercaya, ada yang baik hafalannya, dan ada yang bagus tulisannya sehingga dalam waktu
yang bersamaan, rasulullah memberi izin khusus kepada sebagian sahabat-sahabatnya, karena
pertimbangan akan situasi, kondisi dan sifat pribadi sahabat.
2. Kegigihan para sahabat, tabi’in, dan tabi’in-tabi’in dalam menjaga, melestarikan, dan
menyebarkan dua wasiat yang diwariskan oleh nabi yang berupa al-qur’an dan hadis.
3. Dalam setiap perubahan dibutuhkan tahapan-tahapan untuk mencapai titik yang lebih
sempurna.
4. Tugas kita sebagai generasi penerus adalah menjaga dan melestarikan kedua pusaka itu dan
mengajarkannya kepada generasi-sesuadah kita.
B. Saran
Di penghujung tulisan ini kami berharap semoga kita semua mampu menjaga dan
mengamalkan perintah-perintah agama yang terkandung di dalamnya sehingga kita bisa
menjadi orang-orang yang beruntung dan mendapat petunjuk-Nya.
[1] Subhi as-Salih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terj. Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2007), hlm.34.
[2] Mustafa as-Siba’I, Al-Sunnah wa Makanatuha fii al-Tasyri’ al-Islami, (Kairo: Darussalam, 1998),
hlm. 104-105.
[3] H Mudasir, Ilmu Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 91-93.
[4] ‘Ajjaj Al Khatib, As- Sunnah Qabla Tadwin, (Kairo: Dar al-Fikr, 1981), hlm. 166.
[5] Muh. Zuhri, Hadis Nabi, Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003),
hlm. 42-43.
[6] Muhammad Mustafa Azami, Hadis Nabawi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006), hlm. 454.
[7] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1974), hlm. 55.