Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan...........................................
1.1. Latar belakang....................................................
1.2. Rumusan masalah..............................................
1.3. Tujuan..................................................................
1.4. Manfaat................................................................
Bab 2 Pembahasan...........................................
Perkembangan hadis pada periode ketujuh (656 H
– sekarang)..............................................
Perkembangan pada masa pengumpulan dan
penulisan hadis..................................................
Bab 3 Penutup...........................................................
Daftar Pustaka...........................................................
Bab 1
Pendahuluan
1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat
diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, manfaat yang dapat kita
ambil adalah memberikan pengetahuan tentang
perkembangan hadis pada periode ketujuh dan
perkembangan pengumpulan dan penulisan hadis, serta
pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.
Bab 2
Pembahasan
Sejak penghancuran dan jatuhnya kota Baghdad, Irak, sebagai pusat pemerintahan
Khilafah Abbasiyah di tangan Tartar tahun 656 H menggeser kegiatan di bidang hadist
ke Mesir dan India . Sedangkan di Turki (Asia kecil) Daulah Utsmaniyah terus
berkembang wilayahnya, mereka dapat menaklukkan Konstantinopel dan
menjadikannya sebagai ibu kota. Daulah Utsmaniyah juga berhasil menaklukkan Mesir
dan menghilangkan Khilafah Abbasiyah.
Budaya periwayatan hadist secara syafahi pun mulai memudar dan digantikan
dengan ijazah dan penulisan. Para ulama pada periode ini ketika proses mendapatkan
sanad (isnad) lebih mementingkan mendapat barokahnya saja tanpa mengajarkannya.
Akan tetapi terdapat beberapa tokoh yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat
untuk duduk memberikan pengajaran yakni dengan imla’, dimana imla’-imla’ tersebut
akan ditulis oleh pengikut mereka.
Pada periode ketujuh ini masih meneruskan kegiatan masa sebelumnya, para ulama
hanya berkutat dengan kitab-kitab para pendahulu mereka. Kegiatan umum pada
periode ini ialah mempelajari kitab-kitab yang telah ada, kemudian melakukan
penyusunan ulang, merevisi, mensyarahinya, dan men-takhrij. Cara penyampaian hadist
pun berbeda-beda, sebagian besar metode-metode dan kitab-kitab hadist yang terkenal
berhasil dibukukan pada masa ini, antara lain :
(Pertama), Kutub az-Zawaid, semua karya dalam hadits tidak akan mencakup
semua hadits-hadits yang ada, karena hadits adalah lautan yang luas, oleh karena itu
kitab-kitab hadits berbeda-beda, ada yang panjang, singkat, sedikit, dan banyak.
Akan tetapi beliau meninggal sebelum menyelesaikan karyanya ini. Di dalam kitab
ini banyak mencangkup hadits-hadits dha’if dan maudhu’, dan disusun ulang oleh
Ala’uddin Ali bin Husam al-Hindi (w. 975 H.), dalam satu kitab yang diberi
nama Muntakhab Kanz al-Ummal, dan dicetak bersama dengan Musnad Ahmad di
Mesir, sebagaimana juga dicetak di India.
(Ketiga) adalah Takhrij terhadap hadits-hadits yang ada di dalam kitab-kitab ilmiah,
saat itu terdapat banyak hadits yang diposisikan sebagai istidlal atau istisyhad dan para
pengarang tersebut tidak memperhatikan takhrij hadits-hadits tersebut juga tidak
menjelaskan mana hadits yang shahih dan yang dha’if, maka sebagian ulama hafidz
hadits melakukan takhrij terhadap hadits-hadits tersebut lalu mengumpulkan dalam satu
kitab secara tersendiri.
(Keempat) adalah metode Kutub al-Athraf metode ini sudah diterapkan oleh ulama
periode sebelumnya, beberapa kitab al-Athraf antara lain:
1.) Athraf Musnad al-Imam Ahmad karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga, yang ia
pisahkan dari kitab Ittihaf al-Muhroh, dan dinamai dengan Athraf al-Musnad al-
Mu’tali bi athraf al-Musnad al-Hambali sebanyak dua jilid.
2.) Athraf al-Ahadits al-Mukhtarah karya Ad-Dhiya al-Maqdisi yang ditulis oleh
Ibnu Hajar al-Asqalani sebanyak satu jilid besar.
Kemudian berlanjut dengan melakukan pengumpulan hadits dalam jumlah yang lebih
banyak dan lebih luas di zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau yang
memerintahkan para ulama di masanya untuk mencari hadits-hadits Nabi kemudian
dituliskan pada lembaran-lembaran lalu dikumpulkan. Dan inilah awal mula
pengumpulan hadits-hadits dalam jumlah yang lebih banyak dan dilakukan secara
massif. Pengumpulan hadits ini lebih dikenal dengan pengumpulan hadits yang
dilakukan oleh Imam Muhammad bin Syihab az Zuhri
Bab 3
Penutup
Sebagai penutup kesimpulan yang dapat kita ambil di
atas, kita dapat mengerti bahwa bagaimana proses
perkembangan hadis pada masa atau periode ke tujuh.