Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN FIQIH DAN MADZHAB FIQIH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih
Dosen Pengampu: Muhammad Insan Jauhari,M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 13

Ismail 2111018
Siti arjuna 2111031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN
SIDDIK BANGKA BELITUNG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT. Yanfg telah memberikan kemudahan kepada penulis
sehigga dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan cepat
waktu.sungguh,tanpa pertolongan-nya penilis mungkin tidak akan mampu untukk
menyelesaikan makalah ini dengansemestinya. Solawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabbi Muhammad SAW. Yang kita
nanti-nantikan syafaatnya beliau di akhirat nanti. Penulis sangat bersyukur kepada
Allah SWT. Atas limpah nikmat dan karunia-Nya baik berupa karunia keshatan fisik
maupun akalpikiran.sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah dari mata Kuliah “Fiqih” dengan judul “SEJARAH PERKEMBANGAN
FIQIH DAN MAZHAB FIQIH”.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta ekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapakan keritik serta saran dari para pembaca untuk makalah ini. Supaya
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian, apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-bsarnya. Penulis
juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah “Fiqih” Bapak Muhammad Insan Jauhari, M.Pd. telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk membuat makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Petaling, 27 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Sejarah Perkembangan Fiqih Pada Masa Rasulullah ........................................ 3


B. Perkembangan Pada Masa Sahabat ................................................................... 7
C. Perkembangan Pada Masa Imam Mazhab ........................................................ 8
D. Perkembangan Pada Masa Kontemporer ........................................................ 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 14

A. Kesimpulan .................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Fiqih merupakan salah satu bidang Studi Islam yang paling dikenal
oleh masyarakat. Hal ini antara Lain karena Fiqih terkait langsung dengan
kehidupan masyarakat. Dari sejak lahir sampai dengan meninggal dunia
manusia selalu Berhubungan dengan Fiqih. Fiqih merupakan sebuah cabang
ilmu, yang tentunya bersifat Ilmiyah, logis dan memiliki obyek dan kaidah
tertentu.Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum syara yang bersifat amaliyah
yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci.
Fiqih juga ilmu yang bertugas menentukan norma-norma dasar dan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW yang ada di dalam kitab-kitab hadis. Dalam mempelajari
fiqih, bukan sekedar teori yang berarti tentang ilmu Yang jelas pembelajaran
yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan Praktek. Belajar fiqih
untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus Dapat dilaksanakan,
bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau Dijauhi.ilmu fiqih
bermanfaat dalam perkembangan kehidupan dan penentuan hukum agama
islam terkhususnya didunia.
Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar
Dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok dan perkembangan ilmu fiqih
secara terperinci dan Menyeluruh, baik berupa dalil -dalil melaksanakan dan
Mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Perlu kita pahami
perkembangan fiqih sangat lah penting dalam kehidupan agar kita bisa
memahami ilmu fiqih tersebut.Dalam makalah ini akan Dibahas secara rinci
mengenai sejarah perkembangan fiqih yang mencakup, perkembangan fiqih
pada masa rasulullah, masa sahabat, masa imam mazhab dan masa kotemporer.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah yaituSebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan pada masa Rasulullah?
2. Bagaimana perkembangan pada masa Sahabat?
3. Bagaimana perkembangan pada masa Imam Mazhab fiqih?
4. Bagaimana perkembangan pada masa Kontemporer?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, adapun tujuan pernulisan adalah sebagai Berikut:
1. Untuk mengetahui bagaiman perkembangan pada masa Rasulullah
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pada masa Sahabat
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pada masa Imam Mazhab
Fiqih
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pada masa Kontemporer

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Fiqih Pada Masa Rasulullah


Sejarah fikih islam, pada hakekatnya, tumbuh dan berkembang dimasa
Nabi sendiri, karena Nabi lah yang mempunyai wewenang untuk
mentasyri‟kan hukum, dan berakhir dengan wafatnya Nabi. Dan yang
dimaksud masa kenabian yaitu masa dimana hidup Nabi Muhammad saw, dan
para sahabat yang bermula dari diturunkannya wahyu sampai berakhit dengan
wafatnya Nabi pada tahun 11H. Era ini merupakan masapertumbuhan dan
perkembangan fikih islam. Suatu masa turunnya syariat islam dalam pengertian
yang sebenarnya.
Turunnya syariat dalam proses munculnya hukum-hukum syariyah hanya
terjadi pada era kenabian ini Sebab syariat itu turun dari Allah dan itu berakhir
degan turunnya wahyu setelah nabi wafat. Nabi sendiri tidak punya kekuasaan
untuk membuat hukum-hukum syar‟iyah karena tugas seorang rosul hanya
menyampaikan hukum-hukum syar‟iyah itu kepada umatnya.
Turunnya syariat dalam proses munculnya hukum-hukum syariyah hanya
terjadi pada era kenabian ini Sebab syariat itu turun dari Allah dan itu berakhir
degan turunnya wahyu setelah nabi wafat. Nabi sendiri tidak punya kekuasaan
untuk membuat hukum-hukum syar‟iyah karena tugas seorang rosul hanya
menyampaikan hukum-hukum syar‟iyah itu kepada umatnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan sejarah perkembangan fikih islam
(tasyri‟) adalah ilmu yang membahas tentang keadaan fiqih islam pada masa
Rasulullah dan masa-masa sesudahnya, untuk menentukan masa-masa
terjadinya terjadinya hukum itu dan segala yang merupakan hukum, baik

3
berupa naskh, takhshis dan lain-lain, serta tentang keadaan fuqoha‟ dan
mujtahidin beserta hasil karya mereka terhadap hukum-hukum itu.1
Masa Mekkah dan Madinah Periode ini dimulai sejak diangkatnya
Muhammad SAW menjadi Nabi dan Rasul sampai wafatnya. Periode ini
singkat. Hanya sekitar 22 tahun dan beberapa bulan saja. Akan tetapi, sangat
menentukan. Pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu fiqh selanjutnya besar
sekali. Masa Rasulullah inilah yang mewariskan sejumlah nash-nash hukum
baik dari Al-Qur'an maupun Al-Sunnah, mewariskan prinsip-prinsip hukum
Islam baik yang tersurat dalam dalil-dalil kulli maupun yang tersirat dari
semangat Al-Qur'an dan Al-Sunnah. Periode Rasulullah ini dibagi dua masa
yaitu: masa Mekkah dan masa Madinah.
Pada masa Mekkah, diarahkan untuk memperbaiki akidah, karena akidah
yang benar inilah yang menjadi fondasi dalam hidup. Oleh karena itu, dapat kita
pahami apabila Rasulullah pada masa itu memulai da'wahnya dengan
mengubah keyakinan masyarakat yang musyrik menuju masyarakat yang
beraqidah tauhid,membersihkan hati dan menghiasi diri dengan al-Akhlak al-
Karimah, Masa Mekkah ini dimulai sejak diangkatnya Muhammad SAW.
2
Oleh sebab itu, wahyu pada Periode ini turun untuk memberikan petunjuk dan
arahan kepada manusia atas dua Perkara utama:
a) Mengokohkan aqidah yang benar dalam jiwa atas dasar iman kepada Allah, dan
bukan untuk yang lain, beriman kepada malaikat, kitab-Kitab, Rasul, takdir
Allah dan hari akhir.
b) Membentuk akhlak manusia agar memiliki sifat yang mulia dan Menjauhkan
dari sifat yang tercela.

1
Agus Muchsin, Ilmu Fiqih(Yogyakarta:2019) hlm. 2-3
2
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih Dan Ushul Fiqih, Rajawali Press, (Jakarta:2004)hlm 14

4
Pada masa madinah Rasul sampai hijrah ke Madinah yaitu dalam waktu kurang
lebih selama dua belas tahun lebih. Pada masa ini lebih menitikberatkan pada
aspek hukum-hukum partikal dan dakwah islamiyah pada fase ini membahas
akidah dan akhlak . Pada Madinah dapat pula disebut periode revolusi social
dan politik.3 Rekontruksisosial ini ditandai dengan penataan pranata-pranata
kehidupan masyarakat Madinah yang layak dan dilanjutkan dengan praktek-
praktek pemerintahan yang dilakukan oleh Nabi saw, sehinngga menampilkan
islam sebagai suatu kekuatan politik.
Di Madinah, -tanah air baru bagi kaum muslimin - kaum muslimin
bertambah banyak dan terbentuklah masyarakat muslimin yang menghadapi
persoalan-persoalan baru yang membutuhkan cara pengaturan-pengaturan baik
dalam hubungan antar individu muslim maupun dalam hubungannya dengan
kelompok lain dilingkungan masyarakat Madinah, seperti kelompok Yahudi
dan Nasrani. Oleh karena itu, di Madinah disyariatkan hukum yang meliputi
keseluruhan bidang ilmu figh.
Adapun sumber hukum pada masa Rasulullah
a. Al-Qur`an
Al-Qur`an diturukan kepada Rasulullah tidaklah sekaligus,
berbeda dengan turunnya Taurat kepada Nabi Musa. Al-Qur`an turun
sesuai dengan kejadian atau peristiwa dan kasus-kasus tertentu serta
menjelaskan hukum-hukumnya, memberi jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan atau awaban terhadap pemerintah fatwa.
b. Al-Sunnah
Al Sunnah berfungsi menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditegaskan dalam Al-Qur'ân. Seperti shalat dijelaskan cara-caranya

3
Amir Said Az-Zibari, Bagaimana Menjadi Ahli Fikih?(Jakarta: Pustaka Azzam, 2001)hlm.129.

5
dalam Al-Sunnah. Di samping itu juga menjadi penguat bagi hukum-
hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'ân. Ada pula Hadits yang
memberi hukum tertentu, sedangkan prinsip prinsipnya telah
ditetapkan dalam Al-Qur'ân.
Penjelasan Rasulullah tentang hukum ini sering dinyatakan dalam
perbuatan Rasulullah sendiri, atau dalam keputusan keputusannya dan
kebijaksanaannya ketika menyelesaikan satu kasus, atau karena
menjawab pertanyaan hukum yang diajukan kepadanya, bahkan bisa
terjadi dengan diamnya Rasulullah dalam menghadapi perbuatan
sahabat yang secara tidak langsung menunjukkan kepada
diperbolehkannya perbuatan tersebut.4
c. Ijtihad pada masa rasulullah
Pada zaman Rasulullah pun ternyata Ijtihad itu dilakukan oleh
Rasulullah dan juga dilakukan oleh para sahabat, bahkan ada kesan
Rasulullah mendorong para sahabatnya untuk berijtihad seperti
terbukti dari cara Rasulullah sering bermusyawarah dengan para
sahabatnya dan juga dari kasus Muadz bin Jabal yang diutus ke
Yunan. Hanya saja Ijtihad pada Zaman Rasulullah ini tidak seluas
pada zaman sesudah Rasulullah, karena banyak masalah-masalah
yang ditanyakan kepada Rasulullah kemudian langsung dijawab dan
diselesaikan oleh Rasulullah sendiri. Di samping itu Ijtihad para
sahabat pun apabila salah, Rasulullah mengembalikannya kepada
yang benar.5
Ijtihad Rasulullah dan pemberian izin kepada para sahabat untuk
berijtihad memberikan hikmah yang besar karena: “Memberikan
contoh bagaimana cara beristinbat dan memberi latihan kepada para
sahabat bagaimana cara penarikan hukum dari dalil-dalil yang kulli,
agar para ahli hukum Islam (para Fuqaha) sesudah beliau dengan

4
Djazuli,Ilmu Fiqih,(Jakarta:kencana Pranademedia grup,2005), hlm.140-143
5
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih,(Semarang :PT Pustaka
Riski Putra,1999), hlm.31

6
potensi yang ada padanya bisa memecahkan masalah-masalah baru
dengan mengembalikannya kepada prinsip prinsip yang ada dalam
Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

B. Perkembangan Pada Masa Sahabat


Dengan wafanya Nabi Muhammad SAW. sempurnalah turuny ayat-ayat
Al-Qur'an dan sunah Nabi, juga dengan sendirinya sudah terhenti. Kemudian
terjadi perubahan yang besar sekali dalam kehidupan masyarakat, karena telah
meluasnya wilayah Islam dan semakin kompleksnya kehidupan umat.
Keimanan umat yang sudah tinggi dan kepatuhannya akan perintah
agama, menuntut mereka untuk selalu menghubungkan tingkah lakunya sehari-
hari dengan nilai agama. Karena itu umat memerlukan jawaban hukum dalam
menghadapi setiap persoalan dalam kehidupannya. Ada tiga hal pokok yang
berkembang waktu itu sehubungan dengan hukum.
Pertama, begitu banyaknya muncul kejadian baru yang membutuhkan
jawaban hukum yang secara lahiriah tidak dapat ditemukan jawabannya dalam
Al-Qur'an maupun penjelasan dari sunah Nabi.
Kedua, timbulnya masalah-masalah yang secara lahir telah diatur
ketentuan hukumnya dalam Al-Qur'an maupun sunah Nabi, namun ketentuan
itu dalam keadaan tertentu sulit untuk diterapkan dan menghendaki pemahaman
baru agar relevan dengan perkembangan dan persoalan yang dihadapi.
Ketiga, dalam Alquran terdapat penjelasan terhadap suatu kajian secara
jelas dan terpisah. Bila hal tersebut berlaku dalam kejadian tertentu, para
sahabat menemukan kesulitan dalam menerapkan dalil-dalil yang ada. Ketiga
persoalan di atas memerlukan pemikiran mendalam atau nalar dari para ahli
yang disebut ijtihad. Dalam menghadapi hal tersebut berkembanglah pemikiran

7
para sahabat dalam merumuskan fikih, sehingga masa ini dapat disebut dengan
masa pengembangan fikih.6
1. Keistimewaan Fiqih Pada Sahabat
Pada masa Sahabat merupakan masa perkembangan fiqih yang
diistilahkan Sebagai masa muda remaja yang dimulai dari periode Sahabat. Ada
dua keistimewaan yang menonjol pada masa sahabat yaitu:
a. Kodifikasi ayat-ayat al-Qur‟an serta menyebarkannya yang
dimaksudkan Untuk mempersatukan umat Islam dalam satu wajah
tentang bacaan al-Qur‟an agar tidak ada perbedaan yang berakibat
perpecahan.
b. Pertumbuhan tasyri‟ dengan ra‟yu sebagai motivasi besar terhadap para
Fuqaha untuk menggunakan rasio sebagai sumber ketiga yaitu qiyas.
2. Contoh-contoh ijtihad yang dilakukan pada masa sahabat
Diantara beberapa contoh ijtihad yang dilakukan oleh sahabat, antara lain:
1. Memerangi orang yang tidak mau membayar zakat
2. Ahli waris
3. Hukuman diyat karena pengampunan salah seorang Wali
4. Pernikahan seorang wanita yang sedang dalam iddah

C. Perkembangan Pada Masa Imam Madzhab


Sesudah masa sahabat, penetapan fikih dengan menggunakan sunnah dan
ijtihad begitu berkembang dan meluas. Dalam kadar penerimaan dua sumber
itu terlihat kecenderungan mengarah pada dua bentuk. Pertama, delam
menetapkan hasil ijtihad lebih banyak menggunakan hadits Nabi Saw
dibandingkan dengan menggunakan ijtihad, meskipun keduanya tetap dijadikan
sumber. Kelompok yang menggunakan cara ini disebut dengan ahlul hadits
yang banyak tinggal di wilayah Hijaz, khususnya Madinah. Kedua, dalam

6
Amir Syarifuddin, Usul Fiqih Jilid 1(Jakarta:Kencana Prenadamedia group,2008), hlm.24-25

8
menetapkan fikih lebih banyak menggunakan sumber ra’yuatau ijtihad
ketimbang hadits, meskipun hadits juga banyak digunakan. Kelompok
inidisebut ahlu al-Ra’yi yang banyak tinggal di wilayah ‘Irak, khususnya Kufah
dan Basrah. Pada masa ini seluruh cara berijtihad yang kita kenal sudah
digunakan, meskipun para ulama di setiap daerah memiliki warna masing-
masing dalam berijtihadnya. Misalnya, Abu Hanifah dan murid-muridnya di
Irak selain Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma lebih menekankan penggunaan qiyas
dan istihsan, sedangkan Imam Malik di Hijaz selain Al-Qur'an, Sunnah, dan
Ijma lebih menekankan penggunaan al-maslahah al-mursalah. Pada masa ini
disebut juga periode pembinaan Dan pembukuan hukum islam. Pada masa ini
fiqih Islam mengalami kemajuan yang Sangat pesat sekali. Penulisan dan
pembukuan hukum Islam dilakukan dengan intensif,Baik berupa penulisan
hadits-hadits nabi, fatwa-fatwa, tafsir al-Qur‟an, kumpulan pendapat imam-
imam fiqih.
Adapun sebab-sebab berkembangnya ilmu fiqh dan gairahnya berijtihad
pada periode ini antara lain adalah:
Pertama: Wilayah Islam sudah sangat meluas ke Timur sampai ke
Tiongkok dan ke Barat sampai ke Andalusia (Spanyol sekarang) dengan jumlah
rakyat yang banyak sekali. Sudah tentu negeri yang sangat luas ini
membutuhkan pengaturan yang menjadi pegangan para hakim dan para
pemimpin pemerintah, serta fatwa yang dibutuhkan oleh rakyatnya, untuk
perundang-undangan dan fatwa ini tidak ada sumber lain kecuali syari'ah.
Kondisi yang semacam ini mendorong para ulama untuk berijtihad agar bisa
menerapkansyari'ah untuk semua wilayah yang berbeda-beda milieu
(lingkungan)nya dan bermacam-macam masalah yang dihadapinya.
Kedua: Para ulama pada masa itu telah memiliki sejumlah fatwa dan cara
berijtihad yang mereka dapatkan dari periode sebelumnya. Di samping Al-
Qur'an telah dibukukan dan telah tersebar di kalangan muslimin, demikian pula
Al-Sunnah sudah mulai dibukukan pada permulaan abad ketiga Hijriah.

9
Ketiga: Seluruh kaum muslimin pada masa itu mempunyai keinginan
yang keras agar segala sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan Syari'ah Islam
baik dalam ibadah mahdhah maupun dalam ibadah ghair mahdhah (muamalah
dalam arti luas). Mereka meminta fatwa kepada para ulama, demikian pula
halnya para hakim dan para pemimpin pemerintahan. Oleh karena itu, para
ulama menjadi sumber yang dibutuhkan oleh masyarakat dan diperlukan oleh
pemimpin masyarakat. Keadaan yang semacam ini mendorong para ulama
untuk berijtihad lebih keras lagi.
Keempat: Pada periode ini memang dilahirkan ulama-ulama yang
memiliki potensi untuk menjadi mujtahid. Seperti Imam Abu Hanifah dengan
murid-muridnya, Imam Malik dengan murid muridnya, Imam al-Syafi'i dengan
murid-muridnya, dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal dengan murid-
muridnya.Orang yang mempunyai potensi untuk menjadi mujtahid kemudian
hidup di lingkungan masyarakat yang mendukung untuk itu, sudah tentu akan
membuahkan hasil.
Setiap aliran fiqh tersebut mengembangkan paham dan metode
pemikirannya yang kemudian tersebar luas melalui murid-murid mujtahid dan
di kalangan para pengikutnya. Suatu hal yang patut dipahami dan digarisbawahi
bahwa mereka itu berbeda pandangan (pendapat) hanya dalam masalah furu'
(cabang, bukan pokok); dan mereka tidak berbeda dalam masalah pokok/inti
agama yang telah diterangkan Allah dalam Al-Qur'an secara jelas dan
pasti.Periode ini ditandai oleh beberapa kegiatan ijtihad yang meng hasilkan
fiqh dalam bentuknya yang mengagumkan.
Pertama, kegiatan menetapkan metode berpikir dalam memaham sumber
hukum. Untuk maksud ini para ulama menyusun kaidah-kaidal yang dapat
mengarahkan mereka dalam usaha mengistinbath-kan hukum dari dalil yang
sudah ada. Kaidah ini kemudian disebut Ush Figh. Dengan kaidah ushul ini
secara sistematis ulama mujtahid dapat memahami maksud Allah yang tertuang
dalam ayat-ayat hukum Perbedaan dalam penentuan kaidah ini pada dasarnya

10
menentukan perbedaan ulama dalam formulasi figh. Ushul fiqh yang telah
tersusun dalam bentuk ilmu yang sistematis muncul dalam karya Imam Syafi'i
yang bermanaAl-Risalah.
Kedua, kegiatan penetapan istilah-istilah hukum yang digunakan dalam
figh. Pada mulanya umat Islam dengan taat melaksanakan perintah-perintah
Allah dalam Qur'an atau suruhan Nabi yang tersebut dalam sunah-Nya,
meskipun belum mengenal istilah-istilah hukum. Demikian pula ketaatan
mereka dalam menjauhi semua yang dilarang syara'.Untuk memudahkan umat
Islam dalam memahami perintah dan Jarangan syara', ulama mujtahid mencoba
memberi istilah terhadap senap hukum syara' yang berkenaan dengan tingkah
laku mujtahid Pada waktu ini dipisahkan antara perbuatan yang wajib, sunah,
makruh, haram, dan mubah. Dikembangkan pula pengertian tentang syarat,
rukun, sebah, mani, shah, batal, halal, dan haram. Dengan demikian. setiap
umat dapat menempatkan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan
kepatuhan terhadap hukum syara' kepada istilah-istilah tersebut.
Ketiga, menyusun kitab fiqh secara sistematis, yang tersusun dalam bab
dan pasal; bagian dan sebagian yang mencakup semua masalah hukum, baik
yang berkenaan dalam hubungannya dengan Allah, maupun dalam
hubungannya dengan manusia dan alam ling kunganora; masing-masing sesuai
dengan metode dan cara berpikir am mujtahidnya.7

D. Perkembangan Pada Masa Kontemporer


Fiqh kontemporer tidak terlepas dari pengertian Masa`ilFiqhiyyah.
Masailfiqhiyah menurut pengertian Bahasa adalah permasalahan-permasalahan
baru yang Bertalian dengan masalah-masalah atau jenis-jenis hukum (fiqh) dan
dicari jawabannya.Dalam pengertian lain fiqh kontemporer juga Merujuk
kepada pengertian pada fiqhWaqi`, yaitu hasil Ijtihad yang bertolak dari

7
Amir Syarifuddin,Ushul Fiqih Jilid 1(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2008) hlm.36

11
kenyataan objektif kehidupan Manusia dan langsung diterapkan dalam
kehidupan sehari-Hari. Fiqh waqi` dilihat dari cara penerapannya berawal dari
Pemahaman terhadap suatu peristiwa, kejadian, persoalan Atau masalah yang
muncul dalam masyarakat. Setelah Masalah tersebut diteliti dan dikaji
secermatnya sehingga Ditemukan intinya, baru dilihat hukumnya di dalam Al-
Qur`an atau Sunah Rasululllah SAW. Dengan cara seperti Itu, akan ditemukan
suatu pemecahan masalah atau Keputusan hukum terhadap masalah tersebut.
a. Tujuan Fiqh Kontemporer
Yusuf Qardhawi dalam salah satu kitabnya secara implisit
mengungkapkan betapa perlunya fiqh kontemporer ini. Dengan adanya
kemajuan yang cukup mendasar itu, timbul pertanyaan bagi kita,
mampukah ilmu fight menghadapi zaman modren? Sebagai muslim,
akan menjawabnya. Hukum Islam mampu menghadapi zaman, dan
masih relevan untuk diterapkan. Tapi, untuk menuju kesana, perlu
syarat yang harus dijalani secara konsekuen. tujuan penciptaan fiqh
kontemporer tersebut Qardlawi menawarkan konsep ijtihad; Semua
pendapat yang harus di timbang dengan kriteria Al-Qur’an dan sunnah.
Dan semua manusia sesudah Rasulullah dapat berbuat keliru. Dalam
segala hal dimana tidak ada teks yang mengikat, maka pertimbangan
masalah sajalah yang mengikat; dan bahwa aturan demi maslahah dapat
berubah bersama perubahan keadaan dan masa terdahulu:Di mana ada
maslahah di sanalah letak jalan Allah.
b. Ruang lingkup Fiqh Kontemporer
Ruang lingkup Kajian fiqh kontemporer mencakup Masalah-
masalah fiqh yang berhubungan dengan situasi Kontemporer (modern)
dan mencakup wilayah kajian dalam Al-Qur‘an dan Hadits. Kajian fiqh
kontemporer tersebut Dapat dikategorikan ke dalam beberapa aspek:
1. Aspek hukum keluarga, seperti: akad nikah melalui Telepon,
penggunaan alat kontra sepsi, dan lain-lain.

12
2. Aspek ekonomi, seperti: system bunga dalam bank, zakat
Profesi, asuransi, dan lain-lain.
3. Aspek pidana, seperti: hukum pidana Islam dalam Sistem
hukum nasional
4. Aspek medis, seperti: pencangkokan organ tubuh atau Bagian
organ tubuh, pembedahan mayat, euthanasia, Ramalan genetika,
cloning, penyebrangan jenis kelamin.8

8
Nilfatri, dan Alisyah Fitri,Fiqih Kontemporer,(Jawa Tengah,Pena Persada,2021) hlm.1-9

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari keterangan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Sejarah
Perkembangan Fiqih dan Mazhab Fiqih di susun pada masa Rasulullah, masa
Sahabat, masa Imam Mazhab, dan masa Kontemporer. Pada masa Rasulullah
di bagi dua masa yaitu masa mekkah dan madinah, pada masa mekkah
diarahkan untuk memperbaiki akidah, karena akidah yang benar inilah yang
menjadi fondasi dalam hidup. Oleh karena itu, dapat kita pahami apabila
Rasulullah pada masa itu memulai da'wahnya dengan mengubah keyakinan
masyarakat yang musyrik menuju masyarakat yang beraqidah tauhid,
membersihkan hati dan menghiasi diri dengan al-Akhlak al-Karimah, Masa
Mekkah ini dimulai sejak diangkatnya Muhammad SAW. Oleh sebab itu,
wahyu pada Periode ini turun untuk memberikan petunjuk dan arahan kepada
manusia atas dua Perkara utama mengokohkan aqidah dan membentuk akhlak.
Pada masa Madinah Pada masa ini lebih menitikberatkan pada aspek hukum-
hukum partikal dan dakwah islamiyah pada fase ini membahas akidah dan
akhlak.
Pada masa Sahabat Keimanan umat yang sudah tinggi dan kepatuhannya
akan perintah agama, menuntut mereka untuk selalu menghubungkan tingkah
lakunya sehari-hari dengan nilai agama. Karena itu umat memerlukan jawaban
hukum dalam menghadapi setiap persoalan dalam kehidupannya.
Pada masa Imam Mazhab Sesudah masa sahabat, penetapan fikih dengan
menggunakan sunnah dan ijtihad begitu berkembang dan meluas. Dalam kadar
penerimaan dua sumber itu terlihat kecenderungan mengarah pada dua bentuk.
Pertama, delam menetapkan hasil ijtihad lebih banyak menggunakan hadits
Nabi Saw dibandingkan dengan menggunakan ijtihad, meskipun keduanya
tetap dijadikan sumber. Kedua, dalam menetapkan fikih lebih banyak

14
menggunakan sumber ra’yuatau ijtihad ketimbang hadits, meskipun hadits juga
banyak digunakan.
Pada masa kontemporer hasil Ijtihad yang bertolak dari kenyataan
objektif kehidupan Manusia dan langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-
Hari.

B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat. Tentunya masih banyak kesalahan
yang terdapat dalam makalah ini untuk menuju yang lebih baik lagi, keritik dan
saran penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Penulis
ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Amiin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agus Muchsin, Ilmu Fiqih (Yogyakarta:2019)


Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih Dan Usul Fiqih (Jakarta : Rajawali Press, 2004)
Amir Said Az-Zibari, Bagaimana Menjadi Ahli Fiqih (Jakarta: Pustaka Azam,
2001)
H.Amir Syarifuddin, Usul Fiqih (Jakarta:Kencana Prenadamedia Group, 2008)
Djazuli, Ilmu Fiqih (Jakarta: Kencana Pranademedia Group, 2005)
Nilfatri dan Alisyah Fitri, Fiqih Kontemporer (Jawa Tengah: Pena Persada,
2021)
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih (Semarang: PT
Pustaka Riski Putra, 1999)

Anda mungkin juga menyukai