Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ANALISIS MATERI

PROBLEM BASED LEARNING


MATA KULIAH FIQIH

NAMA : MUHAMMAD RAFIK


NAMA SEKOLAH : SMK NEGERI KUNDUR KARIMUN
KECAMATAN : KUNDUR BARAT
KABUPATEN : KARIMUN

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita baik nikmat kesehatan jasmani, rohani dan yang
terpenting nikmat iman dan islam, sehingga sampai saat ini kita masih dalam keadaan islam.
penulis juga bersyukur dapat menyelesaikan Laporan Penyusunan Materi berbasis Problem
Based Learning pada mata kuliah Fiqh.
Laporan ini disusun sebagai persyaratan PPG dalam menyelesaikan tugas analisa materi
untuk mengikuti tes Akhir modul yang akan di selengarakan apabila telah menyelesaikan tugas
analisa materi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Materi Ajar berbasis Problem Based Learning ini
masih sangat jauh dari sempurna, baik dari segi materi, bahasa dan penulisannya. Hal ini
disebabkan keterbatasan kemampuan, pengetahuan yang penulis miliki.
Kemudian penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing ibu Media Aprilyanti,
S.Ag, M.S.I sebagai dosen pengampu modul Fiqh yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingannya
Akhirnya penulis berharap semoga penulisan dan penyusunan ini bermanfaat bagi
pembaca dan kemajuan pendidikan di masa mendatang..

Karimun, 29 Oktober 2022


Penulis

MUHAMMAD RAFIK, S.Pd.I.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI…………….. ........................................................................... ii

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………………………… 1

2. Rumusan Masalah................................................................... 2

3. Tujuang Analisis..................................................................... 2

PEMBAHASAN

1. Konsep Bunga dan Riba ......................................................... 3

2. Konsep Dasar Poligami........................................................... 6

PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………
2. Saran………………………………………………………..
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
a. Konsep Bunga dan Riba
Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti bunga. Bunga
adalah sejumlah uang yang dibayar atau tambahan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut
misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang berkaitan dengan itu
dan biasa dinamakan suku bunga modal.
Fuad Muhammad Fachruddin mendefinisikan bahwa rente ialah keuntungan yang
diperoleh perusahaan bank, karena jasanya meminjamkan uang untuk melancarkan
perusahaan orang yang meminjam. Berkat bantuan bank yang meminjamkan uang
kepadanya, perusahaannya bertambah maju dan keuntungan yang diperolehnya juga
bertambah banyak.
Secara bahasa, kata riba berarti tambahan. Dalam istilah hukum Islam, riba berarti
tambahan baik berupa tunai, benda, maupun jasa yang mengharuskan pihak peminjam untuk
membayar selain jumlah uang yang dipinjamkan kepada pihak yang meminjamkan pada
waktu pengembalian uang pinjaman, semakin lama waktu pembayaran semakin besar pula
tambahannya.
Hukum riba secara jelas adalah haram. Keharaman riba, pada hakekatnya adalah
penghapusan ketidakadilan dan penegakan keadilan dalam ekonomi. Penghapusan riba dalam
ekonomi Islam dapat dimaknai sebagai penghapusan riba yang terjadi dalam jual beli dan
hutang-piutang. Dalam konteks ini, berbagai transaksi yang spekulatif dan mengandung
unsur gharar harus dilarang.
Al-Quran dan hadist adalah dua sumber hukum Islam melarang keras adanya bunga
karena kezalimannya, akan tetapi ada yang berpendapat bahwa bunga yang dibayarkan pada
saat investasi dalam kegiatan produksi tidak bertentangan dengan hukum Al-Quran karena
hukum tersebut hanya mengacu pada riba, yaitu pinjaman yang bukan untuk produksi dimasa
pra Islam.
b. Konsep Dasar Poligami
Poligami adalah perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang istri dalam
waktu yang bersamaan. Lawan dari poligami adalah monogami. Dalam perspektif hukum
Islam, poligami dibatasi sampai maksimal empat orang isteri. Ada dua ayat pokok yang dapat
dijadikan acuan dilakukannya poligami, yakni QS. al-Nisa’ (4): 3 dan QS. al-Nisa’ (4): 129.
Poligami sudah berjalan seiring perjalanan sejarah umat manusia, sehingga poligami
bukanlah suatu trend baru yang muncul tiba-tiba saja. Para ulama berbeda pendapat
mengenai ketentuan dan hukum poligami. Di antara mereka ada yang menyetujui poligami
dengan persyaratan yang agak longgar dan ada yang mempersyaratkannya dengan ketat. Di
antara mereka juga ada yang melarang poligami, kecuali karena terpaksa (sebagai rukhshah)
dalam kondisi-kondisi tertentu.
Yang pasti hukum Islam tidak melarang poligami secara mutlak (haram) dan juga
tidak menganjurkan secara mutlak (wajib). Hukum Islam mengatur masalah poligami bagi
orang-orang yang memang memenuhi syarat untuk melakukannya. Pelaksanaan poligami,
menurut hukum Islam, harus didasari oleh terpenuhinya keadilan dan kemaslahatan di antara
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada analisis ini adalah sebagai berikut:
1. Apa bedanya bunga dan Riba?
Bila seseorang menabung ke bank 50 juta rupiah tahun ini apakah sama nilainya dengan
50 juta rupiah pada 7 tahun mendatang ? Jika tidak sama, dimana peran Bank Syariah
terhadap inflasi ?
2. Bagaimana konsep dasar poligami?
Bagaimana tanggapan terhadap sikap beberapa gadis remaja yang menawarkan diri untuk
menjadi istri kedua atau ketiga dengan alasan populasi wanita yang jauh lebih banyak dari
laki-laki. lalu kaitkan dengan fenomena tanggung jawab suami terhadap seluruh anak
kandungnya dari beberapa yang saat ini jauh panggang dari api.
3. Tujuan Analisis
Adapun tujuan analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan antara bunga dan riba?
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar poligami?
PEMBAHASAN

1. Konsep Bunga dan Riba


a. Bunga
Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti bunga. Bunga
adalah sejumlah uang yang dibayar atau tambahan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut
misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang berkaitan dengan itu
dan biasa dinamakan suku bunga modal.
Secara sederhana bunga adalah balas jasa atas pemakaian dana dalam perbankan
disebut dengan bunga. Dalam rangka balas jasa / bunga kepada kepada penyimpan
(penabung), maka bank akan meminjamkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat
yang membutuhkan tambahan modal usaha (bukan modal awal)untuk Investasi, Modal Kerja,
maupun Perdagangan. Atas keuntungan usaha yang diperoleh debitur dengan memakai/
mempergunakan kredit dari bank, maka debitur menunjukkan tindakan yang terpuji dengan
memberikan balas jasa / bunga atas pemakaian dana tersebut kepada bank yang
bersangkutan. Selisih bunga yang diterima bank dari debitur dengan bunga yang dibayarkan
kepada penyimpan dana di Bank, itulah yang menjadi keuntungan Bank, inilah yang
dipergunakan membiayai operasional bank secara keseluruhan.
b. Riba
Secara bahasa, kata riba berarti tambahan. Dalam istilah hukum Islam, riba berarti
tambahan baik berupa tunai, benda, maupun jasa yang mengharuskan pihak peminjam untuk
membayar selain jumlah uang yang dipinjamkan kepada pihak yang meminjamkan pada
waktu pengembalian uang pinjaman, semakin lama waktu pembayaran semakin besar pula
tambahannya.
Secara harfiah riba bermakna penambahan. Dalam konteks syari’ah riba didefinisi
sebagai perolehan yang tidak halal yang di dapatkan dari ketidaksamaan kuantitas dari nilai
yang dipertukarkan dalam sebuah transaksi.
Riba adalah istilah yang barangkali sudah tak asing lagi di telinga. Dalam hukum
syariah Islam, hukum dari riba adalah haram.
Hukum riba adalah haram. Dikutip dari Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1
Tahun 2004 tentang Bunga, riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi
karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjajikan sebelumnya. Riba jenis ini yang
kemudian disebut dengan riba nasi'ah.
Jenis-jenis riba
1. Riba fadhl
Pada riba fadl, riba adalah kegiatan transaksi jual beli maupun pertukaran barang-barang
yang menghasilkan riba, namun dengan jumlah atau takaran berbeda.
Contoh fadl riba adalah menukar uang satu lembar pecahan Rp 100.000 dengan uang
pecahan Rp 10.000 berjumlah 11 lembar alias nilainya Rp 110.000, sehingga ada
kelebihan Rp 10.000.
2. Riba yad
Pada jenis ini, riba adalah hasil transaksi jual-beli dan juga penukaran barang yang
menghasilkan riba maupun non ribawi. Namun, waktu penerimaan serah terima kedua
barang tersebut mengalami penundaan.
Contoh yad riba adalah ketika seorang membeli mobil secara tunai dihargai sebesar Rp
100 juta, namun saat seorang memutuskan membelinya secara kredit harganya menjadi Rp
120 juta.
3. Riba Nasi'ah
Dalam nasi'ah, riba adalah kelebihan yang didapatkan dari proses transaksi jual-beli
dengan jangka waktu tertentu. Adapun transaksi tersebut menggunakan dua jenis barang
yang sama, namun terdapat waktu penangguhan dalam pembayarannya.
4. Riba Qardh
Pada jenis qardh, riba adalah tambahan nilai yang dihasilkan akibat dilakukannya
pengembalian pokok utang dengan beberapa persyaratan dari pemberi utang.
5. Riba jahilliyah
Dalam jahiliyah, riba adalah tambahan atau kelebihan jumlah pelunasan utang yang telah
melebihi pokok pinjaman.
Riba merupakan salah satu praktek ekonomi yang dilarang dalam syariat Islam.
Sebagaimana firman Allah dalam beberapa surat di bawah ini :
Surah Al-Baqarah ayat 175
c. Perbedaan BungaDan Riba
Bunga bank dan riba keduanya sama- sama bermakna tambahan atau kelebihan.
Perbedaanya, riba sistemnya menggandakan untuk pribadi alias rintenir, sedangkan bunga
bank sistemnya untuk membantu masyarakat dengan keuntungan dibagi hasil kepada nasabah
dan sah menurut hukum (legal).
Peran Bank Syariah terhadap inflasi ? 
Bank syariah sangat berperan dalam mengendalikan inflasi, karena basic utama bank
syariah bukan nilai uang tetapi dari hasil dari kerjasama dengan nasabah, jadi ketika nilai mata
uang turun, di bank syariah nilai mata uang tetap dan stabil. Karena nilai mata uang
menyesuaikan dengan inflasi. 

Analisis SWOT Perbankan Syari’ah


a. Kekuatan
 Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk.
 Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7 Tahun
1992 tentang perbankan, menunjukkan pengakuan Bank Indonesia akan keberadaan
Bank Islam dan Bank Konvensional
 Dukungan dari lembaga keuangan di seluruh dunia .
 Adanya Bank Islam yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam adalah sangat
penting untuk memelihara umat Islam dari hal-hal yang menjerumuskan kepada yang
haram
 Konsep yang melekat (build in concept) pada bank syariah sangat sesuai dengan
kebutuhan pembangunan, baik masa kini maupun dimasa yang akan dating.
 Kekuatan Yang Dimiliki Perbankan syariah memiliki karakteristik yang menjadi
keunggulan perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Keunggulan-keunggulan tersebut menjadi kekuatan yang mampu menggerakkan
perbankan syariah di Indonesia untuk berkembang ke arah lebih baik dalam rangka
memperluas market share perbankan syariah.
b. Kelemahan
 Masih terdapatnya berbagai kontroversi tehadap keberadaan dan sistem operasional
Bank Islam diantara kelompok masyarakat dan bankir syariah, seperti :
- Kontroversi tentang bank dan riba
- Kontroversi tentang sistem akuntansi berbasis kas dan akrual
- Kontrovesri tentang perhitungan bagi hasil atas dasar profit and loss sharing dan
revenue sharing
- Kontroversi tentang penghitungan margin harga jual bank pada akad murabahah,
bai’ bithaman ajil, salam, istishana, ijarah, dll.
- Dari hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia di Daerah Istimewa Yogyakarta,
menunjukkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang produk dan manfaat
perbankan Islam (rata-tara 11%).
- Jaringan pelayanan Bank Islam jumlahnya masih terbatas dan belum mencapai
semua sentral-sentral kegiatan ekonomi.
- Sistem bagi hasil memerlukan perhitungan-perhitungan yang tepat terutama dalam
menghitung bagian laba nasabah yang kecil-kecil dan yang nilai simpanannya tidak
pernah tetap.
- Karena Bank Islam membawa misi bagi hasil yang adil, maka Bank Islam lebih
memerlukan tenaga-tenaga profesional yang handal daripada bank konvensional.
- Karena Bank Islam masih baru dioperasikan di Indonesia, maka kemungkinan masih
diperlukan perangkat peraturan pelaksanaan untuk pembinaan dan pengawasannya.
c. Peluang
- Peluang karena kepercayaan masyarat tentang bank syari’ah sudah semakin
meningkat
- Adanya peluang ekonomi bagi keberadaan Bank Islam
2. Konsep Dasar Poligami
a. Poligami dalam Ajaran Islam
Secara kebahasaan yang lebih tepat adalah poligini yang dalam kamus bahasa Indonesia
diartikan sebagai “Sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa
wanita sebagai isterinya di waktu yang bersamaan”
Secara etimologis, istilah poligami berasal dari bahasa yunani terdiri dari dua pokok
kata, yaitu Polu dan Gamein. Polu berarti banyak, Gamein berarti kawin. Jadi Poligami
berarti perkawinan yang banyak.
Yusuf Qardhawi menjelaskan kondisi darurat yang dengannya seorang laki-laki
dibolehkan berpoligami adalah sebagai berikut: pertama, ditemukan seorang suami yang
menginginkan keturunan, akan tetapi ternyata isterinya tidak dapat melahirkan anak
disebabkan karena mandul atau penyakit. Kedua, Di antara suami ada yang memiliki
overseks, akan tetapi isterinya memiliki kelemahan seks, memiliki penyakit atau masa
haidhnya terlalu panjang sedangkan suaminya tidak sabar menghadapi kelemahan isterinya
tersebut. Ketiga, jumlah wanita lebih banyak dibanding jumlah laki-laki, khususnya setelah
terjadi peperangan.
Adapun dalam istilah kitab-kitab fiqih poligami disebut dengan ta’addud al-zaujat yang
berarti banyak isteri, sedangkan secara istilah diartikan sebagai kebolehan mengawini
perempuan dua, tiga, atau empat, kalau bisa berlaku adil. Jumhur ulama membatasi poligami
hanya empat wanita saja.
Dalil yang dijadikan landasan kebolehan poligami sesuai Firman Allah pada surat An-
Nisa’ ayat 3.

Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

 Sikap beberapa gadis remaja yang menawarkan diri untuk menjadi istri kedua atau ketiga
dengan alasan populasi wanita yang jauh lebih banyak dari laki-laki. Muhammad Abdul
mengingatkan kepada semua orang bahwa siapapun yang menggunakan akalnya, maka
pastilah mereka tidak akan beristri lebih dari satu. Berarti gadis remaja yang menawarkan
diri untuk menjadi istri kedua perlu dipertanyakan alasannya karna di zaman sekarang ini
banyak wanita yang ingin nikahi atau relah dijadikan istri kedua tapi dalam hatinya dia
menikah dengan laki-laki itu bukan karna Allah tapi karna diimingi uang atau harta yang
banyak, sehingga mereka rela dijadikan istri simpanan tanpa status yang jelas dalam
Negara.
 Kaitan dengan fenomena tanggung jawab suami atau ayah terhadap seluruh anak
kandungnya dari beberapa yang saat ini jauh panggang dari api. Banyak fenomena
tanggung jawab suami terhadap seluruh anak kandungnya dari beberapa istrinya jauh dari
tujuan pernikahan, karna di zaman sekarang ini banyak laki-laki menikahi banyak
perempuan hanya memenuhi nafsu birahinya bukan karna sunah dan bahkan mereka tega
melantarkan anaknya dan tak bertanggung jawab atas kebutuhan anaknya.
Analisis SWOT Pada Poligami
1. Kekuatan
 Dasar hukum poligami tercantum dalam pasal 3 ayat (2) UU Perkawinan yang
mengatur secara jelas bahwa : Pengadialndapat memberin izin kepada seorang
suami untuk beristri lebih dari saeorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak
yang bersangkutan.
 Khusus bagi yang beragama islam, dasar hukum poligami diatur pula dalam pasa
55 ayat (1) KHI : suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus
mendapatkan izin dari pengadilan agama.
2. Kelemahan
Praktek poligami di Indonesia banyak menimbulkan problem dan permasalahan
karna mereka menikah banyak diam-diam tak minta restu kepada istrinuya dan
banyakan karna dengan praktek poligami yang dilakukan dizaman sekarang ini
banyak menimbulkan masalah terjadi pertengkaran, perceraian dan bahkan terjadi
perbuatan KDRT dalam rumah tangga.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam istilah hukum Islam, riba berarti tambahan baik berupa tunai, benda, maupun
jasa yang mengharuskan pihak peminjam untuk membayar selain jumlah uang yang
dipinjamkan kepada pihak yang meminjamkan pada waktu pengembalian uang pinjaman,
semakin lama waktu pembayaran semakin besar pula tambahannya.
Kontroversi bunga Bank konvensional masih menjadi wacana di masyarakat,
dikarenakan bunga Bank yang diberikan oleh Bank konvensional merupakan sesuatu yang
diharamkan MUI, sehingga pada tahun 2003 lalu, lahirlah fatwa yang dikeluarkan oleh MUI
mengenai larangan riba. Untuk mendudukkan kontroversi bunga bank dan riba secara tepat,
diperlukan pemahaman yang mendalam, baik tentang seluk beluk bunga maupun dari akibat
yang ditimbulkan karena berlakunya sistem bunga dalam perekonomian dan dengan
membaca tanda–tanda serta arah yang dimaksud tentang riba dalam Al-Qur’an dan hadist.
Bunga bank dan riba keduanya sama- sama bermakna tambahan atau kelebihan.
Perbedaanya, riba sistemnya menggandakan untuk pribadi alias rintenir, sedangkan bunga
bank sistemnya untuk membantu masyarakat dengan keuntungan dibagi hasil kepada nasabah
dan sah menurut hukum.
Poligami adalah relasi pernikahan yang terdiri dari satu orang laki-laki dengan dua orang
perempuan atau lebih. Di Indonesia, poligami seringkali diidentikkan dengan agama Islam. Dalam
relasi pernikahan sendiri baik secara monogami maupun poligami seringkali ditemukan persoalan
seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dari hasil penelitian mengenai poligami juga ditemukan kasus serupa dalam pernikahan
poligami bahwa kecenderungan yang terlihat adalah adanya sistem ketertundukkan perempuan
terhadap laki-laki, ketergantungan secara ekonomi dan adanya manipulasi data terkait prosedur
poligami. Kecenderungan tersebut diindikasikan memicu terjadinya kekerasan di dalam keluarga
poligami karena kecenderungan tersebut juga sering terjadi di masyarakat Muslim.

2. Saran
Sebagai seorang muslim wajib taat pada aturan yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun
hadis maka dengan adanya hukum riba diharamkan dalam islam maka kita sebagai seorang
muslim wajib mentaatinya.
Kemudian terkait dengan poligami banyak masyarakat kita menganggap poligami itu
hal gampang padahal dari segi tanggung jawab dan pertanggung jawaban dihadapan Allah
lebih berat karna kita harus berlaku adil terhadap pasangan kita jangan sampai nantinya
pasngan kita tersakiti atau merasa terzholimi atas perlakuan kita yang tak mengerti tentang
poligami.
DAFTAR PUSTAKA

- https://money.kompas.com/read/2022/03/10/211250426/apa-itu-riba-pengertian-jenis-
contoh-dan-hukumnya-dalam-islam?page=all.
- Saleh, 1986 :13
- Chapra, 1985 : 56 – 57
- file:///C:/Users/compac/Music/document%20(7).pdf
- Bibit Suprapto, Liku-Liku Poligami (Yogyakarta : Al Kautsar, 1990), h. 11
- Supardi Mursalim , Menolak Poligami Studi tentang Undang Undang Perkawinan dan
Hukum Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h. 16
- Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah dan Asbabun Nuzul, Cetakan Kesepuluh
(Banjar Sari Surakarta : CV. Al Hanan, 2009), h. 77

Anda mungkin juga menyukai