PEMBAHASAN
Menurut jumhur ulama fuqaha, bai alistishna merupakan suatu jenis khusus dari bai
assalam.Biasanya jenis ini dibidang manufaktur.Dengan demikian ketentuan istishna mengikuti
ketentuan dan aturan bai assalam. Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam
istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapakali pembayaran.
Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan no.104, Istishna adalah akad jual beli
dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani).
Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara pemesan (pembeli, mustashni)
dengan penjual (pembuat, shani), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni,
penjual memerlukan pihak lain sebagai shani.
Setelah terjadi kesepakatan, penjual mulai melakukan produksi barang. Setelah barang
dihasilkan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas
yang telah disepakati.
Sedangkan pada transaksi istishna paralel meiliki alur transaksi sebgai berikut:
Selam pengerjaan barang, pemasok melakukan tagihan kepada bank senilai tingkat
penyelesaian barang.
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan
penjual.Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung
jawab atas kelalaiannya.
Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika entitas
bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau kontraktor)
untuk membuat barang pesanan juga dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.
istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli akhir,
tidak bergantung (muallaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain. Pada dasarnya
istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:
Akuntansi transaksi istishna dari sudut pandang penjual antara lain sebagai berikut :
Penyatuan dan Segmentasi Akad
1) Bila suatu akad istishna mencakup sejumlah aset pengakuan dari setiap aset diperlakukan
sebagai suatu akad yang terpisah jika:
2) Suatu kelompok akad istishna, dengan satu atau beberapa pembeli harus diperlakukan
sebagai satu akad istishna jika:
3) Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah, tambahan aset tersebut
diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika :
a. Aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna awal dalam
desain,teknologi atau fungsi ; atau
b. Harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna awal
a. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam
periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan
b. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan
ditambahkan pada aset istishna dalam penyelesaian; dan
c. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
3) Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dengan
ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan maka digunakan metode akad
selesai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
b. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
c. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai
dengan pekerjaan tersebut selesai; dan
d. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan keuntungan dilakukan
hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.
1) Jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam
periode lebih dari satu tahun dari penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
2) Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih
dari satu tahun dari penyerahan barang pesanan maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
3) Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan termin istishna
(istishna billing) pada pos lawannya.
Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna dilakukan sesuai
dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian
pembuatan barang pesanan.
a. Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad
Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad disepakati. Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut dibebankan
pada periode berjalan.
2) Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aset
istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan
tidak termasuk dalam biaya istishna
a. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada
entitas;
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad
c. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya,
jika ada
2) Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat
diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Penyelesaian Awal
Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual
memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan istishna.
a. Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat pembayaran;
atau
b. Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan
tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna secara keseluruhan
Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna akibat
perubahan pesanan dan tagihan tambahan adalah sebagai berikut :
a. Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual dan pembeli
ditambahkan kepada pendapatan istishna dan biaya istishna;
b. Jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, maka
jumlah biaya setiap tagihan tambahan yang diakibatkan oleh setiap tagihan akan
menambah biaya istishna; sehingga pendapatan istishna akan berkurang sebesar
jumlah penambahan biaya akibat klaim tambahan
c. Perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna paralel, akan tetapi biaya
perubahan pesanan dan tagihan tambahan ditentukan oleh produsen atau kontraktor
dan disetujui penjual berdasarkan akad istishna paralel.
Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna akan melebihi
pendapatan istishna, taksiran kerugian harus segera diakui.
2. Akuntansi Pembeli
Akuntansi transaksi istishna dari sudut pandang pembeli antara lain sebagai berikut:
a) Pembeli mengakui aset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.
b) Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh
lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli
yang disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai
beban istishna tangguhan.
c) Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan hutang istishna.
d) Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan pejual dan
mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut melebihi
garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh
tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
e) Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan
spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan
kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang
jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk pentisihan kerugian piutang.
f) Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka
barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan
biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan
g) Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai
yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna. Selisih yang terjadi
diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
C. Penyajian
a. Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi
oleh pembeli akhir
b. Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah tagihan termin penjual
kepada pembeli akhir
a. Hutang istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi
b. Aset istishna dalam penyelesaian sebesar:
Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika
istishna paralel; atau
Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna.
D. Pengungkapan
1) Penjual mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas,
pada:
a. Pembuat/produsen
b. Pemesan/pembeli
3. Sigot
a. Serah (ijab)
b. Terima (qabul)
b. Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang
dialokasikan secara objektif;
2. Beban umum dari administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dari pengembangan tidak
termasuk dalam biaya istishna.
3. Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dari diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad ditandatangani, tetapi jika akad tidak ditandatangani, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan; dari
4. Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aktiva istishna
dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
c) Semua biaya akibat sub-kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada;
b. Biaya istishna paralel diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat
diterimanya tagihan dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan.
5. Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai piutang istishna dari
sebagai termin istishna (istishna billing) pada pos lawannya.
6. Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dari pembeli
akhir; termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan
istishna dari harga pokok istishna. Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode
persentase penyelesaian atau metode akad selesai.
a. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode
tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan;
b. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan
kepada aktiva istishna dalam penyelesaian; dari
c. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan
sampai dengan periode tesebut.
8. Jika estimasi persentase penyelesaian akad dari biaya untuk penyelesaian tidak dapat
ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad
selesai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
b. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
c. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai dengan
pekerjaan tersebut selesai; dari
d. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dari keuntungan dilakukan hanya pada
akhir penyelesaian pekerjaan.
9. Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dari bank
memberikan potongan, maka bank menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat
penyelesaian awal tersebut.
10. Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat
diperlakukan sebagai:
a. Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat pembayaran; atau
1. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual dari sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.
2. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkan kerugian bank,maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek
yang telah diserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek,
maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.
3. Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang
pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari biaya perolehan.
Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
4. Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai
dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah
antara nilai wajar dari harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada
periode berjalan.
5. Jika secara substansi terdapat transaksi bank syariah yang mengadakan/membeli barang
pesanan dengan cara istishna dan menjual dengan cara murabahah sehingga menimbulkan
tenggang waktu yang lama (lebih dari 1 tahun) antara waktu penyelesaian barang pesanan yang
dikonstruksi dan waktu pelunasan tagihan bank dari pembeli akhir maka pengakuan
pendapatannya mengikuti ketentuan transaksi murabahah.
JURNAL STANDAR
(Dr) Kas XX
(Cr) Piutang Istishna XX
Maka,tidak ada jurnal, karena metode ini mengakui pendapatan istishna hanya pada akhir masa
kontrak.
i. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode persentase.
j. Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode persentase.
k. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode akad selesai.
1. Akuntansi Pembeli
Kas xx
Hutang istishna xx
Hutang istishna xx
Kas xx
Persediaan xx
Piutang kontraktor xx
Kas xx
Kas xx
Beban pra-akad xx
Termin istishna xx
Hutang istishna xx
Kas xx
Persediaan xx
Piutang kontraktor xx
Kas xx
Persediaan xx
Kas xx
Piutang istishna xx
1. Bila aktiva istishna yang dipesan LKS kepada sub-kontraktor tidak sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan (LKS telah menerima aktiva) oleh pemesan akhir dan bank
harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi spesifikasi
Persediaan xx
Pendapatan istishna xx
Pendapatan istishna xx
Pendapatan istishna xx
Guna memulihkan kondisi masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah pasca musibah gempa bumi
yang mengguncang tahun 2006, salah satu LSM lokal yang berbentuk lembaga zakat bernama
Dompet Dhuafa Republika berencana membangun beberapa rumah bagi warga korban gempa di
wilayah Kabupaten Bantul dengan memilih salah satu lembaga keuangan syariah di Yogyakarta
yaitu BPRS Rizki Ilahi untuk mengkoordinir pembangunan rumah-rumah tersebut. Rencananya
akan dibangun sejumlah 500 rumah dengan Tipe 21 dengan harga yang disepakati Rp
20.000.000,- per unit. Inilah perlakuan akuntansinya sesuai dengan alur transaksi istishna paralel
oleh BPRS Rizki Ilahi:
10 Januari 2008: BPRS Rizki Ilahi menerima dana dari DD Republika sebesar Rp
10.000.000.000,- sebagai pembayaran keseluruhan pesanan 500 unit rumah
10 Februari 2008: BPRS Rizki Ilahi menyerahkan dana kepada CV. Griya Estetika
sebesar Rp 9.500.000.000,- sebagai pemesanan 500 unit rumah
1 November 2008: BPRS Rizki Ilahi menerima 300 unit rumah yang dipesan dari CV.
Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp 5.700.000.000,- (300 x
Rp 19.000.000,- per unit)
11 November 2008: BPRS Rizki Ilahi menyerahkan 300 unit rumah kepada DD
Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah Rp 6.000.000.000,- (300 x Rp
20.000.000,- per unit)
Hutang istishna Rp 6.000.000.000,-
Persediaan Rp 5.700.000.000,-
1 Desember 2008: BPRS Rizki Ilahi menerima 200 unit rumah yang dipesan dari CV.
Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp 3.800.000.000,- (200 x
Rp 19.000.000,- per unit)
21 Desember 2008: BPRS Rizki Ilahi menyerahkan 200 unit rumah kepada DD
Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah Rp 4.000.000.000,- (200 x Rp
20.000.000,-)
Persediaan Rp 3.800.000.000,-
Bila DD Republika menolak menerima rumah-rumah yang dipesan karena tidak sesuai
spesifikasi yang disepakati, maka rumah sebagai barang pesanan diukur dengan nilai
yang lebih rendah antara nilai wajar dari harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan. Misalnya penurunan nilai (nilai perolehan < nilai
wajar) disebabkan kesalahan spesifikasi sebesar Rp 500.000.000,-
Jika aktiva istishna yang dipesan BPRS Rizki Ilahi kepada sub-kontraktor CV. Griya
Estetika tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan (BPRS telah menerima aktiva)
oleh pemesan akhir dan BPRS harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi
spesifikasi
Kas Rp 100.000.000,-
PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna membahas tentang akuntansi istishna dan istishna paralel
dari sudut pandang LKS sebagai penjual dan pembeli. Dalam hal mengenai proses/alur tagihan
(billing) istishna adalah sub-kontraktor akan melakukan penagihan atas barang pesanan kepada
LKS dan selanjutnya LKS melakukan penagihan kepada pemesan atau pembeli akhir.
Sedangkan pada PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna bagian pengakuan dan pengukuran
akuntansi untuk penjual menjelaskan bahwa biaya perolehan istishna terdiri dari biaya langsung
dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk
membuat barang pesanan. Biaya tidak langsung terdiri dari biaya overhead, termasuk biaya akad
dan pra-akad.Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad disepakati.Tetapi bila akad tidak disepakati, maka biaya tersebut dibebankan di
periode berjalan.Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui
sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.Beban umum dan administrasi,
beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna.
Biaya perolehan istishna paralel terdiri dari biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan
produsen atau kontraktor kepada entitas; biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk
biaya akad dan pra-akad; dan semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajibannya, bila ada. Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai aset istishna
dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah
tagihan.
Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam
periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan;
Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan
kepada aset istishna palam penyelesaian;
Pada akhir periode harga pokok istishnadiakui sebesar biaya istishna yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
Dengan menggunakan kasus UJKS TIJARAH yang melakukan pesanan pembangunan SDIT
Anak Soleh.
Tahun pertama penyelesaian: Harga jual Rp. 750.000.000,-
Sesuai informasi diatas maka tahun pertama mengeluarkan biaya Rp. 200.000.000,- dan tahun
kedua Rp. 100.000.000,-, dengan begitu perhitungannya sebagai berikut:
Atas perhitungan diatas maka jurnal yang dibuat oleh UJKS TIJARAH adalah sebagai berikut:
Pada saat UJKAS TIJARAH menerima gedung yang selsesai dibangun, jurnalnya sebagai
berikut:
Pada saat penyelesaian akad dan penyerahan barang dari UJKS TIJARAH kepada SDTI Anak
Sholeh sebagai pembeli akhir, jurnal yang dibuat adalah:
Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna ndalam penyelesaian sampai
dengan pekerjaan tersebut selesai;
Pengakuan pendapatan istishna, harga poko istishna, dan keuntungan dilakukan hanya
pada akhir penyelesaian pekerjaan.
Jika menggunakan kasus UJKS TIJARAH maka metode akad selesai bisa digunakan untuk
melakukanperhitungan sebagai berikut:
2. Pada tahun kedua terdapat pengakuan biaya dan pendapatan pada saat selsainya akad yang
ditandai dengan penyelesaian barang pesanan. Jurnal yang dibuat UJKS TIJARAH adalah:
3. Perlakuan akuntansi transaksi Istishna paralel dengan cara pembayaran tangguh diatur
dalam PSAK 104 yaitu biaya perolehan istishna paralel terdiri dari: (a) biaya perolehan barang
pesanan sebesar tagihan produsen/kontraktor kepada entitas, (b) biaya tidak langsung adalah
biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad, (c) semua biaya akibat produsen/ kontraktor
tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada. Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai
aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen/ kontraktor sebesar
jumlah tagihan.
Contoh:
Trnsaksi istishna paralel antara UJKAS TIJARAH, SDIT Anak Sholeh dan CV. Bangun
Indonesia.
Atas perhitungan diatas maka jurnal yang yang dibuat UJKS TIJARAH adalah sebagai berikut:
a. Tahun I Tahun II
Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp. 200.000.000,- Rp. 100.000.000,-
Hutang Istishna Rp. 200.000.000,- Rp. 100.000.000,-
b. Tahun I Tahun II
Piutang Istishna Rp. 500.000.000,- Rp. 250.000.000,-
Termin Istishna Rp. 500.000.000,- Rp. 250.000.000,-
c. Tahun I Tahun II
Kas Rp. 450.000.000,- Rp. 300.000.000,-
Piutang Istishna Rp. 450.000.000,- Rp. 300.000.000,-
d. Tahun I Tahun II
Hutang Istishna Rp. 150.000.000,- Rp. 150.000.000,-
Kas Rp. 150.000.000,- Rp. 150.000.000,-
Ilustrasi 3.Perlakuan Akuntansi Istishna dengan Cara Pembayaran Setelah Penyerahan Barang.
PT. Mitra Sarana Sejahtera berencana membangun perumahan bagi PNS Guru di Magelang. PNS
dan Guru yang terdaftar sebagai pembeli adalah 500 orang. Mereka tidak memiliki dana tunai
untuk membeli rumah bertipe 45. PT. MSS segeramengajukan penawaran kepada Bank Syariah
KARISMA untuk memfasilitasi pembiayaan para PNS dan Guru tersebut.
Luas Bangunan : 45 m2
Genting : Asbes
Informasi tambahan:
1. Pada bulan ke-12 (Desember 2008), PT. MSS berhasil menyelesaikan 350 unit rumah yang
dipesan Bank dan segera diserahkan ke pada Bank 150 rumah berikutnya yang direncanakan
akan diterima bulan ke-18 (Juni 2009).
2. Pada waktu yang sama rumah tersebut segera diserahkan kepada para pembeli (PNS dan
Guru) sesuai nomor antrian pembelian rumah (1 350).
3. Tanggal 21 Desember 2008 PT MSS menyerahkan 350 unit rumah yang sudah siap pakai
kepada Bank dengan nilai persediaan (350 x 120.000.000 = Rp. 42.000.000.000,-).
4. Tanggal 28 Desember Bank menyerahkan 350 unit rumah kepada PNS dan Guru bernomor
urut 1 350.
5. Tanggal 22 Februari 2009 Bank menerima tagihan dan dilakukan pembayaran termin III
kepada PT. MSS sebesar Rp. 10.000.000.000,-
6. Tanggal 18 Juni 2009 MSS menyerahkan 150 unit rumah siap pakai kepada Bank dengan
nilai persediaan (150 x 120000.000 = Rp. 18.000.000.000,-)
7. Tanggal 25 Juni 2009 Bank menyerahkan 150 unit rumah siap pakai kepada PNS dan Guru
bernomor urut 351-500.
a. Penerimaan secara kas/tunai pembayaran angsuran oleh nasabah sebesar Rp. 2.600.000,- /
bulan (pokok Rp. 2.000.000 dan keuntungan Rp. 600.000)
b. Pengakuan pendapatan atas angsuran yang tidak diterima (menunggak) yang dilakukan
pada akhir bulan (jika menggunakan accrual basis)
1. Jika pada saat penyelesaian, BPRS AMWALUNA mengurangi piutang istishna dan
margin/pendapatan istishna.
Tuan Fajar memesanrumah melalui Bank Syariah AMWALUNA dengan akad Istishna senilai
Rp. 500.000.000,-. Pada akhir masa akad ternyata terdapat perubahan harga material sehingga
mengakibatkan nilai kontrak berubah dan hal tersebut sudah disepakati dalam akad. Nilai rumah
yang dipesan oleh Tuan Fajar menjadi Rp. 600.000.000,- sebagai akibat penyesuaian harga-harga
material meningkat. Maka Bank Syariah AMWALUNA mencatat klaim tambahan sesuai dengan
kesepakatan:
Biaya Istishna (klaim tambahan) Rp. 100.000.000,-
Pendapatan istishna Rp. 100.000.000,-
Dalam kasus ini, Bank tidak memperhitungkan tambahan margin sehubungan kenaikan harga
material walaupun harga pokok barang berubah.Hal ini sesuai dengan kesepakatan Tuan Fajar
dan Bank dimana perubahan harga-harga material diakomodasi namun tidak mempengaruhi
margin istishna yang diterima oleh Bank.
Dalam PSAK 104 khususnya paragraf 36 42 menjelaskan akuntansi Istishna dari sudut
pandang pembeli, antara lain:
1. Pembeli mengakui aset Istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.
2. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih
dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
istishna tangguhan.
3. Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan
hutang istishna.
4. Jika barang terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Pada saat yang sama, LKS juga mengajukan klaim kepada sub kontraktor selaku penjual dan
mencatat dalam jurnal sebagai berikut:
6. Jika pembeli menerima barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi maka barang tersebut
diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih
yang terjadi diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi LKS pada periode berjalan.
7. Dalam Istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi, maka barang akan dinilai rendah antara nilai wajar dan harga
pokok Istishna.Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Biaya perawatan dan jaminan dari barang pesanan dapat dicatat dengan menggunakan metode
berikut:
1. Accrual Basis, yaitu biaya perawatan dan jaminan yang diperkirakan akan terjadi untuk
masing-masing periode dihitung dan disesuaikan dengan pendapatan Istishna yang diakui
untuk periode yang sama. Ketika terjadi pengeluaran biaya perawatan dan jaminan, maka
biaya bisa dibebankan dengan menggunakan perkiraan Cadangan Perawatan dan
Jaminan.
2. Cash basis, yaitu perawatan dan jaminan yang dibebankan pada pendapatan Istishna
untuk periode berjalan laporan keuangan saat terjadinya transaksi.
Accrual basis dipilih transaksi Istishna karena memberikan perhitingan perkiraan lebih baik dari
pendapatan dan biaya. Sedaangkan Cash basis dipilih untuk kontrak Istishna paralel berdasar
prinsip materialitas karena terdapat biaya-biaya yang ditanggung sub kontraktor. Pada transaksi
Istishna, LKS dapat membentuk penyisihan sebesar perkiraan biaya pemeliharaan dan
penjaminan. Jurnal yang dicatat:
DAFTAR PUSTAKA