Anda di halaman 1dari 11

KEGIATAN BELAJAR 4

ANALISIS DOKUMEN TRANSAKSI

Uraian Materi
A. Analisis Bukti Transaksi
Analisis bukti transaksi keuangan merupakan kegiatan yang dilakukan pertama kali
dalam siklus akuntansi. Transaksi keuangan yang timbul dari aktivitas bisnis akan
memunculkan bukti transaksi berupa dokumen yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam
pencatatan jurnal. Misalnya, pada saat penjualan barang maka entitas bisnis akan menerbitkan
formulir faktur penjualan dan untuk transaksi pengeluaran uang menerbitkan formulir bukti
pengeluaran kas. Hal tersebut berfungsi sebagai pengendalian bahwa tidak ada pencatatan
transaksi yang terjadi tanpa adanya bukti transaksi.
Mengingat tujuan proses akuntansi adalah menyediakan informasi keuangan bagi
pengguna dalam mengambil keputusan, maka catatan akuntansi harus dibuat berdasarkan data
yang dapat dipercaya. Data harus dapat dikonfirmasi kebenarannya sehingga laporan keuangan
sebagai produk akhir proses akuntansi dapat menyediakan informasi yang berguna. Oleh
karena itu, sebuah transaksi dapat dikatakan absah apabila telah melalui prosedur formal yang
ditunjukkan dengan adanya bukti transaksi yang sudah diotorisasi atau ditandatangani oleh
pihak yang memiliki kewenangan serta dapat ditentukan kebenaran penghitungan nilai
uangnya. Bukti transaksi yang telah dinyatakan abash baik secara formil maupun materiil
kemudian dapat dijadikan sebagai sumber pencatatan akuntansi. Bukti transaksi yang telah
dicatat tersebut kemudian dijadikan sebagai dokumen pencatatan.
Bukti transaksi dapat digolongkan menjadi bukti intern dan bukti ekstern. Bukti intern
adalah bukti transaksi yang dibuat dan dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan,
sehingga yang dijadikan sumber dan dokumen pencatatan oleh perusahaan biasanya adalah
lembar kedua sedangkan lembar satu atau lembar aslinya diserahkan kepada pihak luar yang
terkait. Bukti ekstern adalah bukti transaksi yang diterima perusahaan dari pihak luar yang
membuat dan mengeluarkan bukti transaksi yang bersangkutan. Kegiatan analisis bukti
transakasi meliputi:
1. Identifikasi (penentuan) keabsahan fisik bukti transaksi, artinya menentukan pihak
mana yang mengeluarkan (intern atau ekstern) serta meneliti kebenaran identitas
fisik bukti transaksi yang bersangkutan.
2. Identifikasi transaksi (transaksi apa) dan meneliti apakah transaksi dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu dengan meneliti tanda tangan pihak
yang terkait dengan terjadinya transaksi yang bersangkutan.
3. Menentukan kebenaran penghitungan nilai uang yaitu dengan meneliti
penghitungan yang dilakukan dan kebenaran penerapan metode yang digunakan
serta peraturan perpajakan yang berlaku (jika transaksi terkait dengan metode dan
peraturan perpajakan).
4. Menentukan akun-akun buku besar dan jumlah rupiah yang harus didebit dan
dikredit sebagai akibat terjadinya transaksi.

B. Jenis Bukti Transaksi


Berikut adalah beberapa contoh jenis bukti transaksi yang dapat digunakan sebagai
sumber pencatatan akuntansi:
1. Kuitansi
Istilah kuitansi berasal dari Bahasa Belanda kwitantie yang berarti tanda
pembayaran. Kuitansi dapat diartikan sebagai bukti transaksi penerimaan uang
untuk pembayaran sesuatu. Kuitansi dibuat oleh pihak yang menerima uang dan
diserahkan kepada pihak yang melakukan pembayaran. Seseorang yang namanya
tercantum dalam kuitansi dan kemudian menguasainya dianggap telah memenuhi
pembayaran yang diperintahkan oleh penandatangan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembuatan kuitansi antara lain yaitu nomor kuitansi, nama
lengkap dari pihak yang membayar, nama lengkap serta tandatangan ataupun cap
dari pihak yang menerima, tanggal transaksi, serta nominal uang yang ditulis
dengan angka dan huruf.
Berikut adalah contoh kuitansi:

2. Cek
Menurut Bank Indonesia, Cek merupakan surat perintah tidak bersyarat dari
nasabah kepada bank penyimpan dana untuk membayar suatu jumlah tertentu pada
saat ditunjukkan. Terdapat dua jenis cek yaitu Cek Atas Nama dan Cek Atas Unjuk.
Cek Atas Nama mencantumkan nama penerima dana dan bank akan melakukan
pembayaran kepada nama yang tertera pada Cek tersebut, sedangkan Cek Atas
Unjuk tidak mencantumkan nama penerima dan bank akan melakukan pembayaran
kepada siapa saja yang membawa cek tersebut. Cek memiliki masa kadalursa
dihitung enam bulan sejak mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu penawaran,
sedangkan tenggang waktu pengunjukan cek adalah 70 hari sejak tanggal penarikan.
Jika saat Cek ditunjukkan pada masa pengunjukan dananya tidak mencukupi, maka
Cek tersebut dikategorikan sebagai Cek Kosong. Cek harus memenuhi beberapa
syarat formal yaitu nama “Cek” harus termuat dalam teks, merupakan perintah tidak
bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu, nama terdapat pihak yang harus
membayar (tertarik), terdapat penunjukan tempat dimana pembayaran harus
dilakukan, tercantum pernyataan tanggal beserta tempat Cek ditarik, serta terdapat
tandatangan pihak yang mengeluarkan Cek (penarik).
Berikut adalah contoh Cek:

(Sumber: www.danamon.co.id)

3. Bilyet Giro
Bank Indonesia mendefinisikan Bilyet Giro sebagai surat perintah dari penarik
kepada bank tertarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana kepada
rekening penerima. Melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 18/41/PBI/2016,
Bank Indonesia merubah beberapa aturan mengenai Bilyet Giro. Jangka waktu
Bilyet Giro yang semula berlaku maksimal 70 hari ditambah 6 bulan, sejak 1 April
2017 berubah menhadi 70 hari saja. Selain itu, BI juga menetapkan besaran kliring
giro yang awalnya tidak terbatas menjadi maksimal Rp500.000.000,-. Cek berbeda
dengan Bilyet Giro karena Bilyet Giro tidak bisa dipindahtangankan. Dalam aturan
terbarunya, nama penerima pada Bilyet Giro wajib diisi. Apabila nama penerima
dikosongkan dan bank tetap memprosesnya maka bank yang bersangkutan akan
mendapatkan denda. Peraturan baru ini diterapkan untuk meminimalkan kejahatan
yang mungkin terjadi (fraud) atas transaksi Bilyet Giro seperti misalnya pemalsuan
tandatangan, pemalsuan authorized signature card untuk perusahaan, hingga
pemalsuan tanda pengenal.
Berikut adalah contoh Bilyet Giro:

(Sumber: www.danamon.co.id)

4. Faktur
Faktur (invoice) adalah perhitungan penjualan kredit yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli atau konsumen. Faktur merupakan tanda bukti yang
menyatakan bahwa barang yang tercantum di dalamnya telah diperjualbelikan.
Faktur biasanya dibuat sebanyak tiga rangkap. Lembar pertama atau lembar asli
diberikan kepada pembeli, lembar kedua (salinan) disimpan penjual setelah
ditandatangani pembeli yang akan dijadikan lampiran saat penagihan di kemudian
hari, dan lembar (salinan) ketiga disimpan di dalam bukti faktur. Faktur biasanya
memuat informasi mengenai pemesan (nama, alamat, nomor pemesanan), barang
(jumlah, jenis, model, kuantitas), harga satuan, jumlah harga, dan lain-lain.
Berikut adalah contoh faktur:

(Sumber: www.zahiraccounting.com)

5. Nota Kontan
Nota Kontan digunakan sebagai bukti transaksi untuk pembelian atau penjualan
secara tunai. Nota Kontan dibuat sebanyak dua salinan. Lembar pertama atau asli
diberikan kepada pembeli sedangkan lembar kedua yang merupakan salinan
disimpan oleh pihak penjual untuk dijadikan sumber pencatatan akuntansi
perusahaan. Berikut adalah contoh Nota Kontan:
6. Nota Kredit
Nota Kredit merupakan surat bukti terjadinya pengurangan piutang usaha
karena adanya pengembalian barang dagangan atau penurunan harga karena
terjadinya kerusakan atau ketidaksesuaian kualitas barang yang dikirim dengan
yang dipesan (retur penjualan). Nota Kredit dibuat dan ditandatangani oleh penjual
lalu dikirimkan kepada pihak pembeli. Nota Kredit dibuat sebanyak 2 salinan.
Lembar asli diberikan kepada pembeli sedangkan salinannya disimpan penjual
sebagai bukti telah terjadi retur penjualan. Berikut adalah contoh Nota Kredit:
7. Nota Debit
Nota Debit adalah surat bukti terjadinya pengurangan utang usaha karena
adanya pengembalian barang dagangan atau penurunan harga yang dibuat oleh
pembeli. Nota Debit dapat diartikan sebagai mendebit atau mengurangi utang usaha
pembeli yang harus dilunasi. Nota Debit dibuat setidaknya dua salinan. Lembar
pertama atau asli dikirimkan oleh pembeli kepada penjual bersamaan dengan
kembalinya barang yang dibeli. Sedangkan lembar kedua atau salinannya disimpan
oleh pembeli sebagai arsip dan bukti pencatatan.
Berikut adalah contoh Nota Debit:
8. Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan bukti transaksi yang dibuat oleh pimpinan sebuah
perusahaan atau orang yang memiliki wewenang untuk mencatat kejadian yang
terjadi di dalam internal perusahaan. Bukti memorial biasanya terjadi di akhir
periode seperti Memo untuk mencatat adanya gaji pegawai yang masih harus
dibayar, adanya pekerjaan jasa yang telah selesai tetapi belum diserahkan kepada
pemesan, pengakuan atas penyusutan aktiva tetap, dan transaksi internal lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim dkk, (2012). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4.
Jakarta: Salemba Empat.

Agus Riyanto. (2016). Mengapa Harus Tetap Menjadi Perusahaan Terbuka? Diakses melalui
http://business-law.binus.ac.id/2016/03/14/mengapa-harus-tetap-menjadi-perusahaan-
terbuka/ pada 23 April 2018 pukul 11.28 WIB

Al Haryono Jusup. (2014). Dasar-Dasar Akuntansi Jilid I Edisi Ke-7. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan STIE YKPN.

Arief S., Yanuari N. S., dan Synthia M. K. (2009). Akuntansi & Pelaporan Keuangan untuk
Bisnis Skala Kecil dan Menengah. Jakarta: Grasindo.

Carl S. Warren, dkk. (2016). Pengantar Akuntansi – Adaptasi Indonesia. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Cek dan Bilyet Giro Bank Danamon Desain Baru. Diakses melalui
https://www.danamon.co.id/id/Tentang-
Danamon/BeritaDanamon/Berita/2017/11/24/08/10/Penggunaan-Buku-Cek-dan-
Bilyet-Giro-Bank-Danamon-Design-Baru diakses pada16 April 2018 pukul 07.03 WIB

Contoh Faktur. https://zahiraccounting.com/id/contoh-faktur diakses pada 16 April pukul


21.05 WIB

Deddi Nordiawan (2006). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat

Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran. (2011). Mengenal Cek dan Bilyet Giro. Bank
Indonesia

Dwi Martani. http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

Elizabeth L. M., dkk. (2008). Akuntansi Dasar 1 Ringkasan Teori dan Soal. Jakarta: Grasindo.
Diakses melalui
https://books.google.co.id/books?id=NJQlNQbKgyoC&pg=PR8&dq=akuntansi+peng
antar&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjS0e3yjq_aAhWBp48KHes7CCk4ChDoAQgm
MAA#v=onepage&q=akuntansi%20pengantar&f=false

Enny S.M., dan Badingatus S. (2014). Profesionalisme Akuntan Pendidik: Perspektif atau
Triger Kualitas Lulusan Akuntansi di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jurnal
Akuntansi & Auditing. Vol. 11 No. 1 Hal. 103-119.
Hans Kartikahadi, dkk. (2016). Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Edisi
kedua Buku 1. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Hery. (2015). Pengantar Akuntansi Comprehensive Edition. Jakarta: Grasindo. Diakses


melalui
https://books.google.co.id/books?id=2eATkrMTn2gC&pg=PR7&dq=akuntansi+peng
antar&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiMjNb2kq_aAhXDMo8KHet-
Ark4FBDoAQgyMAM#v=onepage&q=akuntansi%20pengantar&f=false

Indra Bastian. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga. Penerbit Jakarta:
Erlangga

Khusnaini. (2014). Modul Pengantar Akuntansi dalam Diklat Teknis Substantif Dasar Pajak
II. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Pajak Kementerian
Keuangan RI.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten
atau Perusahaan Publik

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan


Nomor 01 atau PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Lampiran I.02 untuk
SAP Berbasis Akrual dan dalam lampiran II.02 untuk SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual.

Slamet Sugiri S. dan Bogat Agus R. (2016). Akuntansi Pengantar 1 Edisi Kesembilan.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Sony Warsono, Arif D., M.Arsyadi R (2009). Akuntansi Pengantar 1 Berbasis Matematika
Edisi 2. Yogyakarta: Asgard Chapter.

Sony Warsono dan Ratna Chandrasari. Dasar-dasar Akuntansi: TPA (Tes Potensi Akuntansi).
2013. Yogyakarta: AB Publisher.

Wibowo dan Abubakar A. (2008). Akuntansi Keuangan Dasar 1 (Ikhtisar Teori, Soal-Soal,
dan Materi Praktik). Jakarta: Cikal Sakti.

Anda mungkin juga menyukai