Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARAREL

Dimas Aryo Pangestu


14423043

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen Pembimbing : Zein Muttaqin S.E.1., M.A.

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa shalawat serta salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa kami dari zaman gelap gulita menuju ke zaman yang terang
benerang.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Lembaga Keuangan Syariah yang membahas tentang Akuntansi istishna dan
istishna paraler . Dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan
berpikir dibidang terkait.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Desember 2016

Pemakalah
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan syariah di indonesia diawali oleh pendirian bank Muamalat


Indonesia pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh MUI , pemerintah dan ikatan
cendikiawan muslim (ICMI) serta beberapa pengusaha muslim. Sampai akhir
desember 2008 terdapat 5 bank syariah di indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri
dan Bank Syariah Bukpin terdapat 27 bank umum yang membuka unit usaha
syariah serta 131 BPR syariah1

Produk perbankan syariah yang mempunyai spesifikasi tersendiri seperti


akad jual beli uang terdiri dari Murabahah, salam, dan istishna, akad bagi hasil
yang terdiri dari, ijarah dan ijarah muntahiyyah bit tamlik. Disamping itu
perbankan syariah menggunajkan akad tabbaru untuk produk Qard, Qardul
hasan, wakalah, kafalah, Rahn

Mengakomodasi produk perbankan syariah maka Ikatan Akuntan


Indonesia (IAI) dengan merujuk Standar Akuntansi dan Auditing untuk lembaga
keuangan islam (Accounting and Auditing Standars for Islamic Financial
Institution ) lembaga regulasi keuangan islam internasional yang berkedudukan di
abu dhabi, maka IAI membuat Produk Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan
(PSAK) syariah nomor 59 yang disahkan 1 mei 2002 dan diberlakukan 1 januari
2003. Dalam perkembangannya PSAK 101 tentang penyajian pelaporan keuangan
syariah PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, PSAK 103 tentang akuntansi
salam, PSAK 104 tentang akuntansi istishna, PSAK 105 tentang akuntansi
Mudharabah, PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah.

1
firdaus furywardhana, SE.,SS., MSI,(2009)” Akuntansi syariah”. Yogyakarta: Pendidikan Dan
Pelatihan Perbankan Syariah Hal.5
Islam melalui Al-Qur’an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi
yang harus diikuti oleh para pelaku bisnis menekankan pada konsep
pertanggungjawaban atau akuntabilitas (accountability), sebagaimana telah
dijelaskan pada surah Al-Baqarah ayat 282. Disamping itu, akuntansi syariah
harus berorientasi sosial. Hal ini berarti, bahwa akuntansi tidak hanya sebagai alat
untuk menerjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi
juga sebagai metode untuk menjelaskan tentang bagaimana fenomena ekonomi itu
berjalan dalam masayrakat islam2

Sebagaimana kita ketahui, bahwa pada akhir tahun 1970an telah terjadi
perubahan-perubahan besar terhadap keberadaan ilmu akuntansi menuju proses
harmonisasi penerapan akuntansi.3 Islam sebagai suatu agama yang memiliki
ajaran menyeluruh, tentu saja tidak tinggal diam dalam membangun paradigma
ilmu yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Disamping itu, didalam unit bisnis
aspek yang cukup pennting peranannya adalah akuntansi. Mengapa? Sebab
akuntansi ini tidak saja akan mempengaruhi perilaku manajemen, pemegang
saham, karyawan, dan masyarakat sekelilingnya, tetapi juga organisasi yang
bersangkutan.

Faktor-faktor lain seperti sistem ekonomi, sosial, politik, peraturan


perundang-undangan, kultur, presepsi dan nilai yang berlaku dalam masyarakat
mempunyai pengaruh besar terhadap bentuk akuntansi. Hal ini membukikan
bahwa akuntansi adalah sebuah keutuhan atau entitas (entity) informasi yang tidak
bebas nilai

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kita untuk mengimplementasikan produk Akuntasi
Syariah (Istishna) pada Lembaga Keuangan Syariah

2
Drs.Muhammad (2002),” Pengantar akuntansi syariah”.jakarta: Salemba Empat ha.l4
3
Iwan Triyuwono(1996) loc. Cit. hal 15
C. Tujuan
1. Agar dapat memahami produk-produk Akuntansi Syariah dan
menerapkannya didalam Lembaga Keuangan Syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Akuntansi Istishna

Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) dan as-shani
(produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Bedasarkan akad tersebut,
pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan)
sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang
disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau
ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu4.

Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan


produsen/penjual diawal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad.

Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang


meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus
sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan
penjual/produsen. Jika barang yg telah dikirim salah atau cacat, maka produsen
/penjual bertanggung jawab atas kelalaiannya.

(1)Pesan
Nasabah Produsen
(pembeli)

(2)Jual (3)Bayar
Bank
(penjual)

4
Drs.muhammad pengantar(2002),”pengantar akuntansi syariah” .jakarta: Salemba Empat
hal.217
B. Istishna Pararel

Bank juga dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu
transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada
pihak lain (subkontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara
istishna maka hal ini disebut istishna pararel.

Istishna pararel dapat dilakukan dengan syarat :

1. Akad kedua antara bank dan subkontraktor terpisah dari akad pertama
antara bank dan pembeli akhir; dan
2. Akaad kedua dilakukan setelah akan pertama sah.

Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi


kondisi :

1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau


2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari
produsen/penjual atas:

1. Jumlah yang telah dibayarkan; dan


2. Penyerahan barang pesanan sesuai spesifikasi dan tepat waktu.

Produsen/penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan


bahwa harga yang disepakati akan dibayar tepat waktu. Perpindahan
kepemilikan barang pesanan dari produsen/penjual ke pembeli
dilakukan pada saat penyerahan sebesar yang telah disepakati.

C. Pendapatan Dan Keuntungan Istishna Dan Istishna Pararel


Pendapatan istishna adalah total harga uang disepakati dalam akad
antara bank dan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan. Margin
keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna dan harga pokok
istishna. Pendapaatan istishna diakui dengan menggunakan metode
persentase penyelesaian atau metode akad selesai5

Jika metode presentase penyelesaian digunakan, maka:

1. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah


diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna
pada periode yang bersangkutan;
2. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode
pelaporan ditambahkan kepada aktiva istishna dalam penyelesaian;
dan
3. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebagai biaya istishna
yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.

Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk


penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir
periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai
dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai pekerjaan tersebut


selesai;
2. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai pekerjaan tersebut
selesai;
3. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam
penyelesaian sampai pekerjaan tersebut selesai; dan

5
Ibid hal 219
4. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan keuntungan
dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.

D. Penyelesaian Awal
Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh
tempo dan bank memberikan potongan, maka bank menghapus sebagian
keuntungannya sebagai akibat penyelesaian awal tersebut.
Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal
piutang istihna dapat dilakukan sebagai :
1. Potongan secara langsung dan dikurangnkan dari piutang istishna
pada saat pembayaran; atau
2. Penggantian (reimbursement) kepada pembeli sebesar jumlah
keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran
piutang istishna secara keseluruhan.

E. Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan


Pengukuran perubahan pesanan dan klaim tambahan adalah sebagai
berikut:
1. Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh bank
dan pembeli akhir ditambahkan kepada pendapatan istishna dan biaya
istishna
2. Jika kondisi pengenaan klaim tambahan yang di persyaratkan
dipenuhi, maka jumlah biaya tambahan yang diakibatkan oleh setiap
klaim akan menambah biaya istishna, sehingga pendapatan istishna
akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat klaim
tambahan;
F. Ilustrasi Jurnal Istishna
1. Penerimaan uang muka pesanan dari nasabah

Db. Kas/rekening…
Kr. Kewajiban lainnya – Uang muka Istishna
2. Penerimaan barang dari supplier
a. Mekanisme uang muka
Pemberian uang muka

Db. Aset lainnya – Uang muka kepada supplier


Kr. Kas/rekening

Penerimaan sebagian barang pesanan dari supplier

Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian


Kr. Aset lainnya – Uang Muka kepada supplier
.
b. Mekanisme tagihan dari supplier
Menerima tagihan dari supplier

Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian


Kr. Kewajiban lainnya – Utang Istishna

Pembayaran kepada supplier

Db. Kewajiban lainnya – Utang Istishna


Kr. Kas/rekening

c. Penagihan termin kepada nasabah

Db. Piutang Istishna


Kr. Marjin Istishna ditangguhkan
Kr. Termin Istishna

d. Pembayaran oleh nasabah


Db. Kas
Kr. Piutang Istishna

G. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Istishna’


 Transaksi istishna’ pertama

Contoh kasus 11.1

Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr.Ursila


berencana menambah satu unit bangunan seluas 100m. Dr ursila menghubungi
Bank Berkah Syariah untuk menyediakan bangunan baru yang sesuai dengan
keinginannya. Setelah melakukan negoisasi dan survey bangunan. Pada tanggal
10 Februari 20XA ditandatanganilah transaksi istishna’ untuk bangunan. Adapun
kesepakatan antara dr.Ursila dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut.

Harga bangunan : Rp. 150.000.000


Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10juni)
Mekanisme penagihan : 5 termin sebesar 30 juta/termin mulai tanggal 10
agustus
Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan

 Transaksi istishna’ kedua


Untuk membuat bangunan yang sesuai dengan dr.Ursila, pada tanggal 12
Februari 20XA, Bank Berkah Syariah memesan kepada kontraktor PT. Kontruksi
dengan kesepakatan sebagai berikut.
Harga bangunan : Rp. 130.000.000
Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tanggal 25juni)
Mekanisme penagihan : tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%
kontraktor
Mekanisme pembayaran oleh : dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor bank

H. Penjurnalan Transaksi Istishna’


 Transaksi biaya pra-akad (bank sebagai penjual)
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 25, disebutkan bahwa biaya perolehan
istishna terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung
meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung untuk membuat
barang pesanan. Adapun biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk
biaya akad dan biaya praakad. Selanjutnya pada paragraf 26 disebutkan bahwa
biaya pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad disepakati.
Pada tanggal 5 Februari 20XA, untuk keperluan survey dan pembuatan
desain bangunan yang akan dijadikan acuan barang. Bank Berkah Syariah telah
mengeluarkan kas hingga Rp. 2.000.000. jurnal untuk mengakui transaksi ini
adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


05/02/XA Db. Beban pra-akad yang ditangguhkan 2.000.000
Kr. Kas 2.000.000

Dalam laporan keuangan, beban praakad disajikan dalam neraca pada


bagian aset lancar dengan perlakuan sebagai beban dibayar dimuka. Akan tetapi,
karena rekening ini bersifat sementara, biasanya saldo rekening ini adalah 0 dan
tidak disajikan dalam laporan keuangan.

 Penandatanganan akad dengan pembeli (bank sebagai penjual)

Pada saat akad ditandatangani antara bank dengan pembeli, tidak ada
jurnal yang harus dibuat untuk mengakui adanya jual beli istishna’. Tetapi adanya
kesepakatan jual beli istishna ini menyebabkan pengeluaran pengeluaran praakad
diakui sebagai biaya istishna’. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 26, dinyatakan
bahwa biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai
biaya istishna jika akad disepakati.

Misalkan kasus dr.Ursila dengan bank berkah syariah. Transaksi istishna


jadi disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan beban praakad
menjadi biaya istishna adalahsebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


10/02/XA Db. Biaya istishna’ 2.000.000
Kr. Beban praakad yang ditangguhkan 2.000.000

Dalam praktik perbankan, jika akad jadi disepakati, beberapa bank


memperlakukan bebas praakad sebagai piutang istishna’.

 Pembuatan akad istishna paralel dengan pembuat barang


(bank sebagai pembeli)

Berdasarkan PSAK 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan


istishna’ paralel terdiri dari:

1. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor


kepada entitas.
2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan
praakad
3. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya,jika ada.

Biaya perolehan istishna’ paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian
pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah
tagihan.
 Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual
(pembuat barang istishna)

Berdasarkan PSAK 104 paragraf 36 disebutkan bahwa pembeli mengakui


aset istishna sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual yang dalam hal ini
pembuat barang dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada pembuat barang
tersebut.

Disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga tahap


termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Realisasi tagihan
ketiga termin tersebut ditunjukan sebagai berikut.

No.termin Tingkat Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah


penyelesaian penagihan tagihan pembayaran pembayaran
1 20% 1 april 26.000.000 8 april 26.000.000
2 50% 15 mei 39.000.000 22 mei 39.000.000
3 100% 25juni 65.000.000 2 juli 65.000.000

Misalkan pada tanggal 1 april PT. Kontruksi menyelesaikan 20%


pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp. 26.000.000
(20% x Rp. 130.000.000) kepada bank berkah syariah. Jurnal pengakuan
penagihan pembayaran pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


01/04/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 26.000.000
Kr. Utang istishna 26.000.000

Misalkan pembayaran dilakukan pada tanggal 8 april, maka jurnal


pembayaran tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


08/04/XA Db. Utang istishna’ 26.000.000
Kr. Kas rekening nasabah pemasok 26.000.000

Jurnal sejenis juga dilakukan pada saat penerimaan tagihan dan


pembayaran kedua(penyelesaian 50% dan 100%)

Misalkan tagiahn kedua diterima pada tanggal 15 mei dan diikuti


pembayaran oleh bank pada tanggal 22 mei 20XA. Tagihan ketiga diterima
tanggal 25 juni 20XA dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk
transakti tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


15/05/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 39.000.000
Kr. Utang istishna 39.000.000*
*(50%-20%) x 130.000.000 – 39.000.000
22/05/XA Db. Utang istishna pembuat barang 39.000.000
Kr. Kas/ rekening nasabah pemasok 39.000.000
25/06/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 65.000.000
Kr. Utang istishna 65.000.000*
*(100%-50%) x 130.000.000 = 65.000.000
02/07/XA Db. Utang istishna pembuat barang 65.000.000
Kr. Kas/rekening nasabah pemasok 65.000.000

 Pengakuan pendapatan istishna’

Pada istishna’ paralel terdapat dua metode pengakuan pendapatan, yaitu


metode persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Pada metode akad
selesai, pengakuan pendapatan diakui setelah barang selesai. Pengakuan
pendapatan dibelakang berlaku juga untuk metode persentasi penyelesaian dimana
tidak terdapat alasan rasional yang kuat untuk mengukur persentasi penyelesaian.6

6
Yahya rizal, Erlangga, akuntansi perbankan syariah, hal 232
Pada metode persentase penyelesaian, pendapatan diakui sesuai persentase
penyelesaian dan menambah nilai aset istishna’ dalam penyelesaian. Dasar dari
pengakuan pendapatan adalah a;asan rasional yang terdokumentasi dimana bank
dapat menaksir persentase penyelesaian barang secara moneter untuk dijadikan
nilai harga pokok jual beli. Pengakuan pendapatan ini dapat dilakukan secara
periodik (bulanan, triwulan dll) atau pada periode tertentu sepanjang bank
memiliki dokumen persentase penyelesaian.7

Berdasarkan PSAK 104 paragraf 18, disebutkan bahwa jika metode


persentase penyelesaian digunakan maka,

1. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah


diselesaikan dalam periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna
pada periode yang bersangkutan.
2. Bagian margina keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan
ditambahkan ke[ada aset istishna dalam penyelesaian dan
3. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang
telah dikeluarkan sampai denga periode tersebut.

Dengan menggunakan metode persentasi penyelesaian, maka pendapatan


diakui sesua dengan persentase penyelesaian. Adapun perhitungan pendapatan
istishna’, harga pokok istishna dan keuntungan istishna adalah sebagai berikut.

 Pendapata istishna diukur sebesar bagian nilai akad yang sebanding


dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut.
Pendapatan istishna = persentase penyelesaian x nilai akad penjualan
Maka pada tanggal 10 april saat penyelesaian 20%, diakui pendapatan
sebesar Rp. 30.000.000 (20% x Rp. 150.000.000)
 Harga pokok istishna diakui sebesar persentase penyelesaian akad
istishna’.
Harga pokok istishna’ = persentase penyelesaian x nilai akad
pembelian

7
ibid
= 20% x Rp. 130.000.000
= 26.000.000
 Keuntungan istishna’ yang dimaksud adlah bagian margin keuntungan
istishna yang diakui selama periode pelaporan yang ditambahkan kepada
aset istishna dalam penyelesaian.
Keuntungan istishna’ = persentase penyelesaian x margin
keuntungan istishna
= 20% x (Rp. 150.000.000 – Rp. 130.000.000)
= 20% x Rp. 20.000.000
= Rp. 4.000.000
Dalam jurnal penyesuaian yang dibuat pengakuan keuntungan istishna
dilakukan dengan mendebit aset istishna dalam penyelesaian sebesar
4.000.000.

Secara keseluruhan jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan


pendapatan saat penyelesaian 20%, 50% dan 100% adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


10/04/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 4.000.000
Db. Harga pokok istishna 26.000.000
Kr. Pendapatan istishna 30.000.000
Ket :
Pendapatan margin = % penyelesaian x harga
jual
= 20% x 150.000.000
= 30.000.000
Harga pokok istishna = %penyelesaian x harga
beli
= 20% x 130.000.000
= 26.000.000
Aset istishna = %penyelesaian -
keuntungan dalam penyelesaian istishna
= 20% - 20.000.000
= 4.000.000
15/05/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 6.000.000
Db. Harga pokok istishna 39.000.000
Kr. Pendapatan istishna 45.000.000
Ket :
Pendapatan margin = % penyelesaian x harga
jual
= (50% - 20%) x
150.000.000
= 45.000.000
Harga pokok istishna = % penyelesaian x harga
beli
= (50% - 20%) x
130.000.000
= 39.000.000
Aset istishna = %penyelesaian –
keuntungan dalam penyelesaian istishna
= (50% - 20%) - 20.000.000
= 6.000.000
25/06/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 10.000.000
Db. Harga pokok istishna 65.000.000
Kr. Pendapatan istishna 75.000.000
Ket :
Pendapatan margin = % penyelesaian x harga jual
= (100% - 50%) x
150.000.000
= 75.000.000
Harga pokok istishna = %penyelesaian x harga
beli
= (100% - 50%) x
130.000.000
= 65.000.000
Aset istishna = %penyelesaian –
keuntungan dalam penyelesaian istishna
= (100% - 50%) -
20.000.000
= 10.000.000

Dasar dari pengakuan pendapatan adalah laporan teknis yang dijadikan


dasar perusahaan untuk mengakui adanya pendapatan. Laporan teknis ini berupa
laporan unit kerja produksi atau unit kerja teknis terhadap kondisi pekerjaan
kontruksi yang dilakukan. (unit kerja akuntansi tidak dapat menyusun sendiri
laporan teknis karena masalah teknis berada diluar domain legitimasi dari
akuntan).8

 Penagihan piutang istishna’ pembeli

Penagihan dilakukan penjual dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam


akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian pembuatan barang
pesanan (PSAK 104 paragraf 24). Berdasarkan PSAK paragraf 23 disebutkan
bahwa tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan
termin istishna pada pos lawannya. Karena istishna yang dilakukan adalah
istishnanya paralel, maka termin yang ada dibedakan antara termin bank pemasok
dengan termin bank nasabah. Keduanya tidak harus sama karena bergantung
kepada kondisi setiap pihak yang terlibat.

Penagihan oleh bank kepada pembeli akhir dilakukan dalam 5 termin


dalam jumlah yang sama, yaitu Rp. 30.000.000, setiap tanggal 10 mulai bulan
april. Maka, jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang istishna kepada
pembeli dan penerimaan pembayaran tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


10/04/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000

8
ibid, hal 235
Kr. Temin istishna 30.000.000
10/05/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Temin istishna 30.000.000
10/06/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Temin istishna 30.000.000
10/07/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Temin istishna 30.000.000
10/08/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Temin istishna 30.000.000

 Penerimaan pembayaran piutang istishna dari pembeli.

Pembayaran piutang istishna oleh nasabah dilakukan setelah menerima


tagihan istishna dari bank. Oleh karena itu termin istishna merupakan pos lawan
dari piutang istishna’. Maka pada waktu pembayaran piutang, bank sebagai
penjual perlu menutup termin istishna’. Pada saat yang sama bank juga
mengkredit aset istishna’ dalam penyelesaian untuk mengakui adanya pengalihan
aset kepada pembeli sebesar jumlah yang dibayar.

Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3 hari setelah menerima


tagihan dari bank sebagai penjual. Maka jurnal untuk mengakui 5 kali penerimaan
pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


13/04/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna 30.000.000
13/05/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna 30.000.000
13/06/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna 30.000.000
13/07/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna 30.000.000
13/08/XA Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna’ 30.000.000
Kr. Piutang istishna 30.000.000

Menurut PAPSI 2013, pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada
nasabah, bank melakukan jurnal balik atas rekening aktiva istishna’ dalam
penyelesaian dan termin istishna. Misalkan barang pesanan diserahkan pada
tanggal 13/08/XA, maka jurnal pada saat penyerahan barang tersebut adalah
sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit Kredit


13/08/XA Db. Termin istishna’ 150.000.000
Kr. Aset istishna’ dalam penyelesaian 150.000.000

I. Variasi Transaksi dan Kebijakan Akuntansi

1. Perlakuan akuntansi terdapat beban praakad jika transaksi tidak jadi


disepakati.
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 26 disebutkan kalau akad tidak
jadidisepakati, maka beban tersebut dibebankan pada periode berjalan.
Misalkan transaksi istishna’ pada kasus 11.1 tidak jadi disepakati, maka
jurnal pengakuan praakad yang ditangguhkan enjadi beban operasional
pada periode berjalan adalah sebagai berikut.

Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)


Db. Beban operasional 2.000.000
Kr. Beban Pra-akad yang 2.000.000
ditanguhkan
Beban akad yang diakui pada periode berjalan,disajikan dalam laporan
laba rugi bank syariah

2. Pengakuan pendapatan dengan metode akad selesai


Berdasarkan PSAK 104 paragraf 17, disebutkan bahwa pendapatan
ishtishna’ diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian
atau metode akad selesai. Dalam hal ini, penjuralan transaksi 11.1
menggunakan metode oersentase penyelesaian. Adapun metode akad
selesai, dapat digunakan jika metode estimasi persentase penyelesaian
akad dan biaya untuk metode penyekesaiannya tidak dapat ditentukan
dengan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan (PSAK 104
paragraf 19).
Akad dikataka selesai jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan
diserahkan kepada pembeli. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 19,
disebutkan bahwa pada metode akad selesai melekat beberapa
ketentuan berikut.
1. Tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaaan
tersebut selesai,
2. Tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan
tersebut selesai,
3. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’ dan
keuntungan dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan.
4. Pengakuan pendapatan istishna’ , harga pokok istishna’, dan
keuntungan dilakukan hanya saat penyelesaian pekerjaan.

Untuk kasus 11.1 dengan menggunakan metode akad selesai,


pendapatan, harga pokok istishna’ dan bagian keuntungan baru diakui
pada saat pekerjaan selesai dikerjakan 100%. Misalkan, pada tanggal
25 Juni 20XA, pemasok pemasok melaporkan bahwa pekerjaan telah
berhasil diselesaikan. Maka, jurnal pengakuan pendapatan dengan
menggunakan metode akad selesai pada saat pekerjaan selesai
dikerjakan oleh pemasok adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)


25/06/XA Db. Aset istishna’ dalam 20.000.000
penyelesaian
Db. Haraga pokok istishna’ 130.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 150.000.000

3. Pembayaran dengan cara tangguh


Berdasarkan PSAK 104 paragraf 20. Jika menggunakan metode
presentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalm periode
lebih satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, meaka
menggunakan pendapatan dibagi mennjadi dua bagian, tauitu :
a. Margin keuntunan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila
istishna’ dilakukan secara tunai, diakui sesuai presentase
penyelesaian, dan
b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui
selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayran. Proposal yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-5
PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah.

Kasus 11.2 istishna’ dengan Pembayaran Tangguh


Dengan mengacu oada Kasus 11.1, misalkan barang bangunan yang dipesan oleh dr. Ursila
disepakati untuk dibayar dalam masa 3 tahun. Dalam pembayaran tangguhan tersebut
disepakati nilai pembayaran secara angsuran selama 3 tahun adalah Rp 190.000.000. berikut
adalah ringkasan informasi tansaksi dengan pembayaran tangguh

Biaya perolehan bangunan : Rp 130.000.000

Margin keuntungan : Rp 20.000.000

Nilai tunai pada saat barang diserahkan : Rp 150.000.000

Nilai akad untuk pembayran secara angsuran selama 3 tahun : Rp 190.000.000

Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama 3 tahun : Rp. 30.000.000

Untuk hal-hal yang berkaitan dengan pemasok, pencatatan transaksi istishna’


dengan pembayaran tangguh pada dasarnya sama dengan pembayaran tunai
seperti yang dibahas pada kasus 11.1 berikut jurnal yang relevan dengan
transaksi tersebut:

1. Jurnal saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna’


Mengacu pada kasus 11.1 yang mendahului kasus 11.2, terdapat tiga kali
pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istisha’ sesuai dengan
tagihan dan pembayaran oleh bank kepda pemasok:

Rekening Debit(Rp) Keredit(Rp)


Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 26.000.000
Kr. Utang 26.000.000
Db. Utang 26.000.000
Kr. Kas/rekening 26.000.000
Ket: tagihan dan pembayaran pertama oleh bank kepada pemasok
Db. Aset istishna’ dan penyelesaian 39.000.000
Kr. Utang 39.000.000
Db. Utang 39.000.000
Kr. Kas/ rekening 39.000.000
Ket: tagihan dan pembayaran pertama oleh bank kepada pemasok
Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian 65.000.000
Kr. Utang 65.000.000
Db. Utang 65.000.000
Kr. Kas/rekening 65.000.000
Ket: tagihan dan pembayaran ketiga oleh bank kepada pemasok
sehingga keseluruhan tagihan dari pemasok adalah Rp 130.000.000
(Rp26.000.000+Rp39.000.000+Rp65.000.000)

2. Jurnal saat pengakuan pedapatan


sebagaimana pada istishna’ dengan pembayaran tunai, pengakuan
pendapatan pada istishna’ tangguh didasarkan pada metode persentase
penyelesaian atau metode akad selesai. Jika menggunakan metode
persentase penyelesaian, maka pengakuahn pendapatannya adalah
sebagimana yang dibahas pada kasus 11.1. pada metode tersebut
pengakuan istisha’, harga pokok istishna’ dan keuntungan istishna’
dilakukan seiring dengan tingkat presentase penyelesaian yang ditandai
dengan tagihan oleh pemasok. Adapun jika menggunakan metode akad
selesai, pengakuan pendapatan istishna’, harga pokok istishna’, dan
keuntungan istishna’ dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan
dengan jurnal sebagai berikut:
Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)
Db. Aset istishna’ dalam 20.000.000
penyelesaian
Db. Harga pokok istishna’ 130.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 150.000.000

3. Jurnal pada saat penagihan dan penyerahan aset istishna’ kepada


pembeli
Meskipun istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, penjual
harus menentukan nilai tunai istishna’ pada saat penyerahan barang
pesanan sebagai dasar untuk mengakui margin keuntungan. Selisih antara
nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode
pelunasan secara proporsional sesuia dengan jumlah pembayaran. Nilai
akad dalam istishna’ adalah harga yang disepakati antara penjual dan
pembeli akhir. Menurut PAPSI 2013 ( h. 4.18), pengakuan pendapatan
untuk transaksi istishna’ menggunakan metode sebagaimana pengakuan
pengakuan pada pendapatan transaksi murabahah. Adapun jurnal
penagihan pada saat penagihan bulanan pada kasus 11.2 adalah sebagai
berikut.
Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)
Db. Piutang istishna’ 150.000.00
Kr. Termin istishna’ 150.000.000
Kr. Margin istishna’ ditangguhakan 40.000.000

Jjj

Saat proyek diserahkan , maka dilakukan jurnal sebagi berikut:


Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)
Db. Termin istishna’ 150.000.000
Kr. Margin istishna’ ditangguhkan 150.000.000

4. Jurnal saat pembayaran oleh pembeli


Misalkan cicilan istishna’ dibayar perbulan selama 3 tahun (36 bulan),
maka pembayaran perbulan adalah:

𝑅𝑝190.000.000
Pembayaran per bulan =
36 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

Pembayaran per bulan = Rp5.227.778


Pada saat yang sama, pendapatan istishna’ yang ditangguhkan berubah
menjadi pendapatan istishna’ sebesar

𝑅𝑝40.000.000
Pendapatan per bulan =
36 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

Pendapatan per bulan = Rp1.111.111

Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)


Db. Kas/rekening nasabah 5.2777.778
Kr. Piutang istishna’ 5.2777.778
Db. Margin istishna’ ditangguhkan 1.111.111
Kr.pendapatan istishna’ 1.111.111

5. Jurnal pemberian potonganjika pembeli melunasi lebih awal


Berdasarkan PSAK 106 paragraf 31, disebutkan bahwa jika pembeli
melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual
memebrikan potongan tersebut diakui sebagi pengurang pendapatan
istishna’ akibat penyelesaian awal piutang istishna’ dapat diberlakukan
sebagai:
a. Potongan secara langsung dan dikut=rangkan dari piutang istishna’
pada saat pembayaran; atau
b. Penggantian reimbursement kepada pembeli sebesar jumlah
keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran
utang istishna’ secara keseluruhan.

Misalkann dalam kasus 11.2 , nasabah melunasi lebih awal pembiayaan


pada akhir tahun kedua saat sisa pembayaran sebesar Rp63.333.333. atas
pelunasan lebih awal tersebut, bank memberikan potongan sebesar
Rp10.000.000.

Alternatif I: potongan scara langsung dan dikurang dari piutang


istishna’ pada saat pembayaran.

Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)


Db. Kas 53.333.333
Kr. Potongan 10.000.000
Kr. Piutang istishna’ 63.000.000

Alternatif II: Penggantian reimbursement kepada pembeli sebesar


jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima
pembayaran utang istishna’ secara keseluruhan.

Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)


Db. Kas 63.333.333
Kr. Piutang istishna’ 63.333.333
Db. Pendapatan istishna’ 13.333.333
Kr. Kas/rekening nasabah 10.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 3.333.333
Ket: *saldo pendapatan istishna
tangguh pada akhir tahun kedua
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) dan


as-shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual). Bedasarkan akad
tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al-mashnu
(barang pesanan) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan
menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa
pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu
tertentu. Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi
kondisi: Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau Akad
batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.
DAFTAR PUSTAKA

Furywardhana ,Firdaus, SE.,SS., MSI, ” Akuntansi syariah” : Pendidikan Dan


Pelatihan Perbankan Syariah, Yogyakarta, (2009)

Drs.Muhammad ” Pengantar akuntansi syariah ” jakarta, (2002)

Yaya, Rizal. “ Akuntansi Perbankan Syariah ”: Teori dan Praktik Kontemporer.


Jakarta: 2014.

Anda mungkin juga menyukai