Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI SALAM

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu: Dr.Nurlaila., S.E, M.A, CMA

Disusun Oleh:

Kelompok IV

Arfiany Sepyanty Putri Nst 0501212055

Evan Hamdani 0501211010

Rizkie Ragilita 0501212084

Yeprian Aji Ratukarangga 0501212080

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA (UINSU)

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayahnya kami
mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Akuntansi Salam.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah, makalah
ini yang diharapakan bisa menambah wawasan dan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
kami mengucapkan banyak terimaksih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
serta masih banyak kekurangan dan kesalahannya. oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu, kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan
mudah-mudahan makalah ini dapat mendorong kita untuk lebih giat dalam proses menimba
ilmu dengan sebaik-baiknya. Aminyarobbal ‘alamin..

Medan,10 Oktober 2022

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang...................................................................................................1

1.2. Tujuan................................................................................................................ 1

1.3. Rumusan Masalah .............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2

2.1. Pengertian Akuntansi Salam..............................................................................2

2.2. Ketentuan-ketentuan dalam Akuntansi Salam...................................................3

2.3. Perilaku Akuntansi Salam .................................................................................5

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 14

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................14
3.2. Saran................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembelimembayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnyajelas sedangkan barangnya baru
akan diserahkan pada saat tertentu di kemudianhari.Dengan demikian, akad salam dapat
membantu produsen dalampenyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk
sesuai dengan yangtelah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan
memperoleh barangtertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya
diawal.Akad salam biasanya digunakan untuk pemasaran barang pertanian.Kendati
demikian, masih banyak diantara kita yang belum mengenal yangnamanya akad salam,
maka dari itu dalam makalah ini akan di paparkanpembahasan yang akan membawa kita
untuk mengenal sedikit lebih dekatmengenai akad salam itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian dari Akuntansi Salam?


2. Ketentuan-ketentuan dalam Akuntansi Salam?
3. Perlakuan Akuntansi Salam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Akuntansi Salam
2. Untuk memahami Ketentuan-ketentuan dalam Akuntansi Salam
3. Untuk mempelajari Perlakuan Akuntansi Salam

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akuntansi Salam


Salam berasal dari kata As-salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya dimuka. Para fuqiha menamainya al-muhawi`ij (barang-barang
mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang
diperjualbelikan tidak ada di tempat. Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad
jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan dan
pembeli melakukan pembayaran di muka, sedangkan penyerahan barang baru dilakukan
dikemudian hari. Salam dapat didefinisikan sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam
fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu. Alat pembayaran modal salam dapat berupa uang tunai, barang atau manfaat, tetapi
tidak boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain.
Oleh karena tujuan dari penyerahan modal usaha salam adalah sebagai modal kerja. Sehingga
dapat digunakan oleh penjual untuk menghasilkan barang sehingga dapat memenuhi pesanan.

Beberapa istilah dan pengertian yang terkait dengan Akuntansi Salam, dinyatakan dalan
PSAK 103 tentang akuntansi salam sebagai berikut :

a. Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli
pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
b. Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur aset yang
dapat dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar yang melibatkan pihak-pihak
yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai.
Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa sebelum barang diserahkan kepada pemesan
(karena masih dalam proses produksi) harga barang harus dibayar lunas oleh pemesan atau
pembeli. Harga barang yang dibayar seluruhnya diawal merupakan bantuan modal kepada
produsen untuk memproduksi barang, oleh karena itu transaksi salam terkandung unsur
tolong menolong. Modal salam yang diberikan oleh pemesan kepada produsen dapat
berbentuk uang tunai (kas) atau barang (non kas) yang bermanfaat untuk memproduksi
barang tersebut.

2
Rukun dan Syarat Salam:

Rukun salam adalah:

1. Muslam/pembeli

2. Muslam ilaih/penjual

3. Muslam fiihi/barang atau hasil produksi

4. Modal atau uang

5. Shighat/Ijab Qabul

Syarat-syarat Salam (Wiroso, 2010) adalah :

1. Pihak yang berakad

2. Ridha dua belah pihak dan tidak ingkar janji

3. Cakap hokum

2.2 Ketentuan-ketentuan dalam Akuntansi Salam

Karakteristik prinsip salam yang tertuang dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor:
05 / DSN-MUI / IV / 2000 Tentang Jual Beli Salam dijelaskan ketentuan salam sebagai
berikut:

Pertama : Ketentuan tentang Pembayaran:

1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Kedua : Ketentuan tentang Barang


1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan

3
5. kesepakatan.
6. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
7. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

Ketiga : Ketentuan tentang Salam Paralel (‫ )ال ﻣﻮازي ال س ﻟﻢ‬, Dibolehkan melakukan salam
paralel dengan syarat, akad kedua terpisah dari, dan tidak berkaitan dengan akad pertama.

Keempat: Penyerahan Barang Sebelum atau pada Waktunya


1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah
yang telah disepakati.
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh
meminta tambahan harga.
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli rela
menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon).
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat
kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut
tambahan harga.
5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya
lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:
a. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya
b. Menunggu sampai barang tersedia.

Kelima : Pembatalan Kontrak, Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama
tidak merugikan kedua belah pihak.

Keenam : Perselisihan , Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka
persoalannya diselesaikan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.

4
2.3 Perlakuan Akuntansi Salam

a. Akuntansi untuk Pembeli (misal Bank sebagai pembeli)


PSAK No. 103 (2007) telah mengatur tentang pengakuan dan pengukuran salam dan salam
paralel untuk pembeli sebagai berikut:

1. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual.
2. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam
dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan
nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut. (Paragraf 11-12, PSAK
103,2007).

Dalam hal pembeli/bank menyerahkan modal salam kepada penjual untuk membayar
pesanan secara tunai, maka bank akan mencatat:
tanggal Piutang salam Rp xxx
Kas/Rekening penjual Rp xxx

Bila pembeli/bank menyerahkan modal salam kepada penjual untuk membayar pesanan
dengan aset nonkas dan nilai wajar aset nonkas lebih kecil dari nilai bukunya maka
selisihnya diakui sebagai kerugian; maka bank akan mencatat:
tanggal Piutang salam Rp xxx
Kerugian penurunan nilai aset nonkas Rp xxx
Aset Non kas (misal, pupuk) Rp xxx

Sedangkn bila pembeli/bank menyerahkan modal salam kepada penjual untuk membayar
pesanan dengan aset nonkas dan nilai wajar aset nonkas lebih besar dari nilai bukunya
maka selisihnya diakui sebagai keuntungan pembeli/bank; dengan demikian bank akan
mencatat;
tanggal Piutang salam Rp xxx
Keuntungan penurunan nilai aset nonkas Rp xxx

5
Aset Non kas (misal, pupuk) Rp xxx

3. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut. (paragraf 13, PSAK
103,2007)
a) Jika barang pesanan sesuai dengan akad diniali sesuai nilai yang disepakati.
Jurnal yang dibuat oleh pembeli/bank adalah sebagai berikut:

tanggal Persediaan barang salam Rp xxx


Piutang salam Rp xxx

b) Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:


1) Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengn nilai akad, jika nilai wajar dari
barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang
pesanan yang tercantum dalam akad.
2) Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima
dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai pasar dari barang pesanan lebih
rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.
tanggal Persediaan barang salam Rp xxx
Kerugian salam Rp xxx
Piutang salam Rp xxx

4. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka:
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar
bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan niali yang tercantum dalam akad.
Jurnal yang dibuat pada saat menerima sebagian barang salam, misal, baru 60 % dari
nilai akad:

tanggal Persediaan barang salam Rp xxx


Kerugian salam Rp xxx

Dengan demikian, nilai tercatat piutang salam adalah sebesar tinggal 40 % dari nilai
akadnya.

6
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya maka piutang salam berubah
menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat
dipenuhi.
Untuk kasus ini, pembeli/bank akan mencatat dalam jurnalnya sebagai berikut:

tanggal Piutang kepada penjual Rp xxx


Piutang salam Rp xxx

c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil pnjualan jaminan tersebut lebih kecil dari
nilai pitang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil
penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya,
jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam
maka selisihnya menjadi hak penjual.
Pencatatan yang dibuat pembeli/bank bila niali penjualan jaminan lebih kecil dari
nilai tercatat piutang salam

tanggal Kas Rp xxx


Piutang kepada penjual Rp xxx
Piutang salam Rp xxx

Bila nilai penjualan jaminan lebih besar dari pada nilai tercatat piutang salam maka bank
akan mencatat jurnalnya sebagai berikut:

tanggal Kas Rp xxx


Rekening penjual (supplier) Rp xxx
Piutang salam Rp xxx

Selisih lebih dari penjualan jaminan yang telah digunakan untuk melunasi piutang salam
diserahkan kepada supplier. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

tanggal Rekening Penjual Rp xxx


Kas Rp xxx

7
5. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual yang mampu menunaikan
kewajibannya, tetapi tidak memenuhinya dengan sengaja hal ini tidak berlaku bagi
penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur.
Denda yang diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dari dana kebajikan.
(paragraf 14-15, PSAK 103,2007)

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

tanggal Kas Rp xxx


Rekening wadiah – dana kebajikan Rp xxx

Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode pelaporan
keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah
biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih dapat direalisasi
lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. (paragraf 16
PSAK 103,2007).

Atas kerugian ini, bank akan membuat ayat penyesuaian pada akhir peride sebagai berikut:

tanggal Kerugian penurunan nilai persediaan barang salam Rp xxx


Penyisihan penurunan nilai persediaan barang Rp xxx
salam

Kerugian penurunan nilai akan dilaporkan dilaporan laba rugi sebaagai beban operasi,
sedangkan penyisihan penurunan nilai akan dilaporkan dineraca pembeli/bank sebagai
pengurang persediaan barang salam.

b. Akuntansi untuk Penjual (misal, bank syariah sebagai penjual)


PSAK 103 (2007) telah mengatur tentang peralakuan akuntansi salam untuk penjual, sebagai
berikut:

Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar
modal usaha salam yang diterima. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan

8
aset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterim,
sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. (nilai
yang disepakati antara pembeli dan penjual). (paragraf 17-18 PSAK 103, 2007).

Dalam hal ini penjual mencatat dalam pembukuannya sebagai berikut:

tanggal Kas/aset nonkas Rp xxx


Kewajiban salam Rp xxx

Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang


kepada pembeli. Jika penjual melakuka transaksi salam paralel, selisih antara jumalah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat pengiriman barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir. (paragraf
19, PSAK 103, 2007).

Mekanisme pencatatan dalam pembukuan penjual/bank sebagai penjual adalah sebagai


berikut:

1) Pada saat bank syariah menerima modal saham dari pembeli akhir, bank akan
mencatat dalam jurnalnya sebagai berikut:
tanggal Kas Rp xxx
Kewajiban salam Rp xxx

2) Pada saat bank memesan barang dan membayarnya kepada penjual


tanggal Piutang salam Rp xxx
Kas Rp xxx

3) Pada saat bank meerima barang pesanan dari supplier.


tanggal Persediaan barang salam Rp xxx
Piutang salam Rp xxx

9
4) Apabila biaya barang pesanan tidak sama dengan jumlah kas yang dibayarkan bank
kepada supplier maka akan mencatat pada saat penyerahan barang kepada nasabah
pembeli sebagai berikut:
tanggal Utang salam Rp xxx
Persediaan barang salam Rp xxx
Keuntungan salam Rp xxx

Jurnal ini dibuat apabila biaya barang yang dipesan lebih kecil dari pada jumlah yang dibayar
nasabah, sedangkan apabila biaya barang lebih besar dari jumlah yang dibayar nasabah maka
bank akan mencatat sebagai berikut:

tanggal Utang salam Rp xxx


Kerugian salam Rp xxx
Persediaan barang salam Rp xxx

Dalam PSAK 103 (2007), Penjual dan pembeli dalam transaksi salam dianjurkan
mengungkapkan berikut ini:

a) Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:

1) besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai
secara bersama-sama dengan pihak lain;

2) jenis dan kuantitas barang pesanan; dan

3) pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan


Syariah.

b) Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:

1) piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan
istimewa;

2) jenis dan kuantitas barang pesanan; dan

3) pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan


Syariah.

10
Contoh Soal :

Pada tanggal 1 April 2010, seorang petani Bapak Umar datang ke bank syariah untuk
mendapatkan pembiayaan. Dia memiliki sawah 2 hektar yang biasa ditanami padi. Dia
mengajukan dana sebesar Rp 10.000.000,00 untuk membiayai persiapan tanam bibit padi
rojolele, pemeliharaan, dan sebagainya. Perkiraan, hasil padi dari dua hektar sawah tadi
adalah 6 ton beras sudah digiling kualitas no. 1, bila dijual perkilonya Rp 4.000,00. Dia akan
menyerahkan beras setelah 3 bulan kemudian, yaitu setelah panen. Dalam hal ini bank akan
memberi pendanaan dengan akad as-salam. Akad salaam dengan pak Umar ditandatangani
pada 3 April 2010. Setelah itu, pada 4 April 2010 bank syariah membuat akad salam paralel
dengan Bulog. Dengan kesepakatan harga beras dijual bank ke Bulog adalah Rp 4.400,00 per
kg. Bank syariah menyerahkan modal usaha salam kepada bapak Umar pada 5 April 2010
sebesar Rp 10.000.000,00.

Jawab:

Bank akan mendapatkan beras sebanyak = Rp 10.000.000,00 / Rp 4.000,00 = Rp 2.500 kg.


Beras tersebut dapat dijual kepada pembeli berikutnya misalnya Bulog dengan harga Rp
4.400,00 sehingga total pendapatan dari penjualan beras tersebut adalah = 2.500 x Rp 4.400,00
= Rp 11.000.000,00. Jadi keuntungannya adalah = Rp 11.000.000,00 – Rp 10.000.000,00 = Rp
1.000.000,00.

1) Jurnal yang dibuat oleh bank syariah (akad salam paralel). Bank syariah
sebagai pembeli sekaligus sebagai penjual.
a) Pada 4 April 2010, bank syariah menerima kas dari Bulog:
4 April 2010 Kas Rp 11.000.000,-
Utang salam Rp 11.000.000,-

b) Saat bank syariah membayar pembiayaan kepada petani bapak Umar. (5 April 2010)
5 April 2010 Piutang salam Rp 10.000.000,-
Kas Rp 10.000.000,-

c) Pada saat bank syariah menerima barang beras rojolele 2.500 kg dengan harga Rp
4.000,00 per kg, total Rp 10.000.000,00 (misal, tanggal 7 Juli 2010):

11
7 April 210 Persediaan barang salam Rp 10.000.000,-
Piutang salam Rp 10.000.000,-

d) Pada saat penjualan/penyerahan kepada Bulog dengan harga Rp 4.400,00 per kg. Total
penjualan = Rp 11.000.000,-. Misalkan diserahkan pada 7 Juli 2010. Maka jurnalnya;
7 April 210 Utang salam Rp 11.000.000,-
Persediaan barang salam Rp 10.000.000,-
Keuntungan salam Rp 1.000.000,-

2) Penyajian di laporan keungan bank syariah


a) Laporan Laba Rugi
Dari transaksi salam tersebut maka laporan laba rugi bank syariah akan melaporkan
keuntungan salam sebesar Rp 1.000.000,00.

b) Neraca
Dengan selesainya pencatatan transaksi salam maka neraca bank syariah akan
terpengaruh seperti dalam persamaan neraca, sebagai berikut;

Kas bank syariah akan bertanbah Rp 1.000.000,- yang diseabkan oleh adanya
keuntungan salam sebesar Rp 1.000.000,-. Jadi, aset/aktiva Rp 1.000.000,00 = ekuitas
Rp 1.000.000,-.

3) Jurnal yang dibuat oleh bapak Umar (sebagai penjual).


a) Pada 5 April 2010, bapak Umar menerima kas dari bank syariah
5 April 2010 Kas Rp 10.000.000,-
Utang salam Rp 10.000.000,-

b) Pada saat bapak Umar menyerahkan barang beras Rojolele 2.500 kg dengan harga Rp
4.000,00 per kg. Total Rp 10.000.000,- dan harga pokok persediaan barang salam
(beras) bapak Umar adalah Rp 9.000.000,00 (misalkan, pada tanggal 7 Juli 2010):

12
7 April 2010 Utang salam Rp 10.000.000,-
Persediaaan barang salam Rp 9.000.000,-
Keuntungan salam Rp 1.000.000,-

13
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan dan pembeli melakukan pembayaran di
muka, sedangkan penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari. Karakteristik prinsip
salam yang tertuang dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 05 / DSN-MUI / IV / 2000
Tentang Jual Beli Salam dijelaskan ketentuan salam sebagai berikut: Ketentuan tentang
Pembayaran, Ketentuan tentang Barang, Ketentuan tentang Salam Paralel (‫ )ال ﻣﻮازي ال س ﻟﻢ‬,
Penyerahan Barang Sebelum atau pada Waktunya, Pembatalan Kontrak, Perselisihan.
Perlakuan Akuntansi Salam terdiri dari Akuntansi Penjual dan Akuntansi Pembelian

3.2.Saran

Demikianlah yang dapatpenulis kemukakan tentang Akuntansi Salam dalam


makalah ini, semoga bisa menjadi suatu bahan untuk menambah wawasan keilmuan kita
pada mata kuliah Akuntansi Syariah.

Akhir kata, kami menyadarimakalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kami membukakan peluang bagi pembaca agar bersedia memberikan
kritikan dan saran konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan untuk masa yang akan
datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Khadafi, M. (2016). Akutansi Syariah Meletakkan Nilai-nilai Syariah Islam dalam Ilmu
Akutansi. Medan: Madenatera.

Muammar,Dr.Khaddafi.,SE., M.Si dkk (2017). Akuntansi Syariah. Medan: Madenatera.

Universitas Padjadjaran. (2021). Akuntansi Berbasis Syariah . Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai