Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSISYARIAH

AKUNTANSI SALAM DAN ISTISHNA

Makalah
Malakah ini diajukan untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Syariah Universitas Hasanuddin

Disusun Oleh

Syamsuddin Yunus A31114


Muh. Andry Hidayatullah A31115037
Moh Faris Arfandhy F A31115520

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah S.W.T., Tuhan yang menciptakan,
mengatur dan memelihara alam semesta yang menundukkan segala sesuatu untuk
kepetingan dan kemaslahatan semua makhluk ciptaannya, salam dan salawat
semogah terlimpah atau tercurah kepada junjungan Rasul-Nya Muhammad S.A.W.,
keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sunnah-nya sampai akhir
zaman.
Makalah ini disusun dan diselesaikan dalam waktu yang begitu singkat
sebagai upaya untuk memenuhi harapan dan tuntutan sebagai mahasiswa yakni
Mata Kuliah Akuntansi Syariah.
Makalah ini diberi judul Akuntansi Salam dan Istishna. Penyusun berharap
dengan selesainya makalah ini dapat menambah khazanah keilmuan dan sebagai
tolak ukur dosen dalam memberikan penilaian. Penyusun menyadari betul bahwa
makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga menjadi harapan Penyusun
kirannya kritik korektif yang bersifat kontruktif dalam proses revisi atau perbaikan
selanjutnya.
Pada akhirnya, hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri serta
berharap semoga bimbingan, pertolongan dan perlindungan tetap tercurah
untuk mendapat ridha-Nya.
Nasrum minAllah wathun qarib, Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Makassar, 02 Oktober 2017

Penyusun,
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

A. Salam (PSAK 103) ................................................................................. 2


B. Istishna (PSAK 104) .............................................................................. 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................ 13
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam qih
muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan
bahkan sampai puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga
jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan
modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah yaitu murabahah, as-salam, dan
al-istishna.
Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain adalah penghimpunan
dana, penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas resiko serta kegiatan-
kegiatan lainnya. Pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui
perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan
dan menjadi salah satu bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli
dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran-nya dan waktu penyerahan barang.
Pada makalah ini akan dibahas jenis pembiayaan salam dan istishna. Jual beli
dengan salam dan istishna ini, akadnya sangat jelas, barangnya jelas, dan
keamanannya juga jelas. Maka jual beli salam dan istishna wajar jika masih banyak
diminati.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
a. Akuntansi Salam
b. Akuntansi Istishna
BAB II
PEMBAHASAN
A. SALAM (PSAK 103)

1. Pengertian Akad Salam

PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan
(muslam fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi)
dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu

2. Jenis Akad Salam


a. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran dimuka
sedangkan penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari.
b. Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara
pemesan pembeli dan penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga
lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan
memesan kepada pihak lain untuk meyediakan barang tersebut. Salam paralel
dibolehkan asal melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan
dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus menerus, karena dapat
menjurus kepada riba. akad kedua tidak tergantung pada akad pertama, tetapi
beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika
perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus menerus,
karena dapat menjurus kepada riba.
3. Perlakuan Akutansi (PSAK 103)
a. Akutansi untuk Pembeli

Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam tarnsaksi secara akutansi:

1. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha
salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam
disajikan sebagai piutang salam.
2. Pengukuran modal usaha salam
Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan, modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar
nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha
tersebut.
a. Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
b. Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nila tercatat
3. Penerimaan barang pesanan
a. Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang
disepakati
b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau
lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad,
maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari
nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad; maka barang
pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat
diterima dan selisihnya dikaui sebagai kerugian.
c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada
tanggal jatuh tempo pengiriman, maka :
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang
salam sebesar sebagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai
tercantum dalam akad
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang
salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual
sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi
c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli
mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan
jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih
antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan
tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Jika hasil penjualan
tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya
menjadi hak penjual.
4. Denda yang diberlakukan dan diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian
dana kebajikan. Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu
menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal
ini tidak berlaku bagi pejual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya
karena force majeur.
5. Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang
salam
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari
piutang salam
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat diraelisasi.
Apabila nilai bersih yang apat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian
6. Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain;
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. Pengungkapan sesuai dengan PSAK NO. 101 tentang Laporan
Keuangan Syariah.
4. Akutansi untuk Penjual
1. Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima disajikan
sebagai kewajiban salam.
2. Pengukuran kewajiban salam, jika modal usaha salam dalam bentuk kas
diukur sebesar jumlah yang diterima, jika modal usaha salam dalam bentuk
aset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
3. Kewajiban salam dihentika pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
4. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan
oleh pehjual kepembeli akhir. Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,
jika jumlah yang dibayar oelh pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan
barang pesanan. Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah
yang dibayar oleh pembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang
pesanan
5. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui
transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nila
bersih yang dapat deralisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih
rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian
6. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai
kewajiban salam
7. Pengungkapan,
a. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa;
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.

5. Contoh Kasus Akuntansi Salam

Pada tanggal 1 april 2008, seorang petani datang pada bank syariah untuk
mendapatkan pembiayaan salam.dia memiliki sawah 2 ha yang bisa ditanami.Dia
mengajukan dana sebesar Rp. 10.000.000. yg digunakan untuk memebeli bibit padi
dan pemeliharaan. Perkiraan untuk 2 ha sawah, bisa menghasilkan 6 ton beras sudah
digiling, bila dijual per-kg nya Rp. 4000. dia akan menyerahkan beras 3 bulan lagi.
Jawab:

Bank akan mendapatkan beras Rp. 10.000.000/4.000=Rp. 2500kg. beras tersebut


dapat dijual kembali pada pihak ke 3 dengan harga Rp/4.400/kg. jadi total
pendapatan Rp. 4.400 x 2.500kg=Rp.11.000.000. Jadi keuntunganya: Rp.
11.000.000-Rp. 10.000.000= Rp. 1.000.000.

Dijurnal:

Saat bank membayarkan dana:

Piutang salam Rp. 10.000.000

Kas Nasabah Rp.10.000.000

Pada saat bank menerima beras 2500kg

Barang dagangan salam Rp.10.000.000

Piutang salam Rp. 10.000.000

Pada saat penjualan pada puhak ke 3

Kas Rp. 11.000.000

Barang dagangan salam Rp. 10.000.000

Keuntungan salam Rp. 1.000.000


B. ISTISHNA (PSAK 104)
1. Pengertian Akad Istishna
Akad Istishna adalah akad jual beli untuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/Mustashni) dan penjual (pembuat/Shani)- (fatwa DSN MUI). Shani akan
menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati
dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (Istishna Paralel).
Dalam PSAK 104 per 8 dijelaskan barang pesanan harus memiliki kriteria:
a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
b. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal dan
c. Harus diketahui karekteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi tekhnis, kualitas, dan kuantitasnya.
Dalam Istishna paralel, penjual membuat akad Istishna kedua dengan
subkontraktor untuk membantunya memenuhi kewajiban akad Istishna pertama
(antara penjual dan pemesan). Pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap
terletak pada penjual tidak dapat dialihkan pada subkotraktor karena akad terjadi
antara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan subkontraktor. Sehingga
penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a)
jumlah yang telah dibayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan
spesifikasi dan tepat waktu (PASAK 104 per 13). Begitu akad sudah disepakati
maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat
dibatalkan, kecuali :

a. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikanya; atau


b. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad (PSAK 104 per 12).
Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak sudah terpenuhi atau kedua
belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad.
2. Jenis Akad Istishna
a. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual.
Melakukan akad istishna
1. Barang diserahkan kepada pembeli
2. Pembayaran dilakukan oleh pembeli
b. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan , penjual melakukan
akad istishna dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset
yang dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna pertama (antara penjual dan
pemesan) todak bergantung pada istishna kedua (antara penjual dan
pemasok). selain itu akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara
penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya
keuntungan selama konstruksi.

3. Berakhirnya akad istishna


a. dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak
b. persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak
pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk
mencegah dilaksanakanya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-
masing pihak bisa menuntut pembatalanya

4. Contoh Kasus Akuntansi Istishna

Bank Syariah Insan Kamil mendapatkan pesanan pembangunan gedung untuk


perkantoran dengan nilai kontrak pembangunan sebesar Rp. 500.000.000, biaya
yang dikeluarkan Rp. 400.000.000termasuk biaya pra kontrak sebesar Rp.
15.000.000. Untuk pemesanan tersebut bank syariah menunjuk satu kontraktor
untuk mengerjakanya. Data yang diperoleh sehubungan dengan pembangunan
tersebut:
Tahun 1 Tahun 2

Total biaya Rp. 300.000.000 Rp. 400.000.000

Tagihan termin Rp. 285.000.000 Rp. 100.000.000

Penerimaan tagihan dari

Pembeli Rp. 230.000.000 Rp. 270.000.000

Jurnal-jurnal dari transaksi diatas:

Pembayaran beban pra akad:

1. Pada saat dikeluarkan biaya akad:


Beban pra akad istishna ditangguhkan Rp. 15.000.000

Kas Rp. 15.000.000

2. Pada saat ada kepastian penandatangan akad


Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp. 15.000.000

Beban pra akad istishna ditangguhkan Rp. 15.000.000

3. Bila akad tidak jadi ditandatangani


Beban pra akad istishna Rp. 15.000.000

Beban pra akad istishna ditangguhkan Rp. 15.000.000

Pembayaran untuk pembangunan gedung perkantoran bersangkutan tahun


pertama Rp. 300.000.000, diantaranya untuk material, tenaga kerja dll (termasuk
Rp. 15.000.000 beban pra akad).dan tahun kedua Rp. 100.000.000.

Dijurnal:

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 1 Rp. 285.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 2 Rp. 100.000.000

Kas tahun 1 Rp. 285.000.000

Kas tahun 2 Rp. 100.000.000


Penagihan bank syariah kepada pihak pembeli akhir untuk tahun 1 Rp.
230.000.000 dan tahun ke-2 Rp. 270.000.000.

Piutang Istishna tahun-1 Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun-2 Rp. 270.000.000

Termin Istishna tahun-1 Rp. 230.000.000

Termin Istishna tahun-2 Rp. 270.000.000

Penerimaan pembayaran dari pembeli akhir oleh bank syariah pada tahun 1 Rp.
230.000.000 dan tahun ke-2 Rp. 270.000.000

Kas tahun-1 Rp. 230.000.000

Kas tahun-2 Rp. 270.000.000

Piutang Istishna tahun 1 Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun 2 Rp. 270.000.000

Metode pengakuan pendapatan istishna dengan cara pembayaran tangguh:

Cara-1:

Metode penyelesaian prosentase

Tahun 1

300/400 X 100%= 75%

Penerimaan dari pembeli akhir 500.000.000 X 75%=Rp. 375.000.000

Pendapatan Rp. 375.000.000 Rp. 300.000.000= Rp. 75.000.000

Metode penyelesaian prosentase

Tahun 2

100/400 X 100%= 25%


Penerimaan dari pembeli akhir 500.000.000 X 25%= Rp. 125.000.000

Pendapatan Rp. 125.000.000 Rp. 100.000.000= Rp. 25.000.000

Jurnal:

Harga pokok Istisna tahun 1 Rp. 300.000.000

Harga pokok Istisna tahun 2 Rp. 100.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Th 1 Rp. 75.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Th 2 Rp. 25.000.000

Nilai kontrak Istishna tahun 1 Rp. 375.000.000

Nilai kontrak Istishna tahun 2 Rp. 125.000.000

Cara 2:

Metode akad selesai

Tahun 1 tidak ada perhitungan pendapatan karena belum selesai

Tahun ke-2

Harga pokok Istishna Rp. 400.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 100.000.000

Nilai kontrak Istishna Rp. 500.000.000

Perlakuan Akuntansi Istishna Paralel dengan cara pembayaran tangguh

Penerimaan tagihan termin dari subkontraktor, pada tahun 1 Rp. 300.000.000 dan
tahun ke-2 Rp. 100.000.000
Dijurnal:

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 1 Rp. 300.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 2 Rp. 100.000.000

Kas tahun 1 Rp. 300.000.000

Kas tahun 2 Rp. 100.000.000

Penagihan bank syariah kepada pihak pembeli akhir untuk tahun 1 Rp.
230.000.000 dan tahun ke-2 Rp. 270.000.000.

Piutang Istishna tahun-1 Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun-1 Rp. 270.000.000

Termin Istishna tahun-1 Rp. 230.000.000

Termin Istishna tahun-2 Rp. 270.000.000

Penerimaan pembayaran dari pembeli akhir oleh bank syariah pada tahun 1 Rp.
230.000.000 dan tahun ke-2 Rp. 270.000.000

Kas tahun-1 Rp. 230.000.000

Kas tahun-2 Rp. 270.000.000

Piutang Istishna tahun 1 Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun 2 Rp. 270.000.000

Pembayaran Termin kepada subkontraktor th-1 Rp. 290.000.000 dan th-2 Rp.
110.000.000.

Hutang Istishna th-1 Rp. 290.000.000

Hutang Istishna th-2 Rp. 110.000.000

Kas th-1 Rp. 290.000.000

Kas th-2 Rp. 110.000.000


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam qih
muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan
bahkan sampai puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga
jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan
modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah yaitu murabahah, as-salam, dan
al-istishna.
Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain adalah penghimpunan
dana, penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas resiko serta kegiatan-
kegiatan lainnya. Pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui
perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan
dan menjadi salah satu bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli
dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran-nya dan waktu penyerahan barang.

Anda mungkin juga menyukai