Anda di halaman 1dari 17

“AKAD SALAM”

Mata Kuliah: Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu : Tiara Reizsa

Disusun Oleh :

Reza Saputra Simamora 7201220007

Elsa A. Lumbanraja 7202520006

Rizal Siringoringo 7203520002

Adinda 7203520019

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Keuangan yang
membahas tentang “Akad Salam” ini dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang telah membimbing dan memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan
Penulis dan para pembaca.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu Penulis berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga isi makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan seluruh pembaca.

Binjai, 08 November 2021

Kelompok 3

i
AKAD SALAM

A. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Akad Salam

Pengertian akad salam

Akad Salam/Jual Beli Salam adalah jual beli yang penerimaan barangnya ditangguhkan
dengan pembayaran harga tunai. Penjualan yang karakteristik tanggungannya (barang) telah
terdiskripsikan diawal dengan harga atau modal kerja dibayarkan didepan. Dengan kata lain,
untuk membayarkan harga didepan dan pengiriman barang terspesifikasi untuk masa yang
akan datang yang telah ditentukan. Dua ulama mazhab yaitu Syafi’I dan Hambali
mendefinisikan akad salam adalah sebagai sebuah akad tehadap barang yang teridentifikasi
spesifikasinya yang akan dikirimkan pada waktu tertentu dengan penyerahan harga (uang)
ketika dalam sesi kontrak (majelis akad).

Adapun Maliki mendefinisikan salam adalah sebuah transaksi jual-beli yang dilakukan
dengan memberikan harga (uang) dimuka dan pengiriman/penyerahan barang pada waktu
tertentu di masa yang akan datang.

Tujuan akad salam

Akad salam biasanya digunakan untuk pemesanan barang tertentu. Dalam penerapana akad
salam di Lembaga keuangan syariah, akad salam menggunakan dasar PSAK 103 dijelaskan
alat pembayaran modal salam dapat berupa uang tunai, barang atau manfaat, tetapi tidak
boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain.
Oleh karena tujuan dari penyerahan modal usaha salam adalah sebagai modal kerja sehinnga
dapat digunakan oleh pembeli untuk menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat
memenuhi pesanan.

Manfaat akad islam

Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya hikmah dan manfaat yang
besar, dimana kebutuhan manusia dalam bermuamalat seringkali tidak bisa dipisahkan dari
kebutuhan atas akad ini. Kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli bisa sama-sama
mendapatkan keuntungan dan m anfaat dengan menggunakan akad salam. Pembeli (biasanya)
mendapatkan keuntungan berupa:

1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu
yang ia inginkan. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih

1
murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan kepada barang
tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar
dibanding pembeli.
2. Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-cara yang
halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus
membayar bunga. Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat
menggunakan uang pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.
3. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena biasanya
tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan berjarak cukup lama.

B. KARAKTERISTIK SALAM

Dalam PSAK 103 tentang Akuntansi Salam dijelaskan karakteristik salam sebagai berikut.

1. Bank syariah dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual dalam suatu transaksi
salam. Jika bank syariah bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak
lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam, maka hal ini disebut
salam paralel. 
2. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat:
a. Akad antara bank syariah (sebagai pembeli) dan produsen (penjual) terpisah
dari akad antara bank syariah (sebagai penjual) dan pembeli akhir; dan
b. Kedua akad tidak saling bergantung(ta’alluq).
3. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
Dalam hal bertindak sebagai pembeli, bank syariah dapat meminta jaminan kepada
penjual untuk menghindari risiko yang merugikan.
4. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan
karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan
yang dikirimkan salah atau cacat, maka penjual harus bertanggungjawab atas
kelalaiannnya.
5. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas, barang atau
manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati  dan tidak boleh dalam
bentuk pembebasan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain.

2
6. Transaksi salam dilakukan karena berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu
untuk memungkinkan penjual (produsen) memperoduksi barangnya, barang yang
dipesan memiliki spesifikasi khusus, atau pembeli ingin mendapatkan kepastian dari
penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat penjual menyerahkan barang kepada
pembeli.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli
Salam dijelaskan ketentuan salam sebagai berikut:

1. Ketentuan tentang Pembayaran


a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,
atau manfaat.
b. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
2. Ketentuan tentang Barang
a. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
b. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
c. Penyerahannya dilakukan kemudian.
d. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
e. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
f. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
3. Ketentuan tentang Salam Paralel Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat
akad kedua terpisah dari dan tidak berkaitan dengan akad pertama.
4. Penyerahan Barang Sebelum atau pada Waktunya
a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan
jumlah yang telah disepakati.
b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual
tidak boleh meminta tambahan harga.
c. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan
pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga
(diskon).

3
d. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia
tidak boleh menuntut tambahan harga.

Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki
dua pilihan :

a) membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya,


b) menunggu sampai barang tersedia.
5. Pembatalan Kontrak
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua
belah pihak. Sedangkan dalam PSAK 103 tentang Akuntansi Salam, dijelaskan
karakteristik salam (paragraf 5 s/d 10) sebagai berikut :
a. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual dalam suatu transaksi
salam. Jika entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak
lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam, maka hal ini
disebut salam paralel.
b. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat :
- akad antara lembaga keuangan syariah (pembeli) dan produsen (penjual)
terpisah dari akad antara lembaga keuangan Syariah (penjual) dan pembeli
akhir; dan
- kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq).
c. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di
awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama
jangka waktu akad. Dalam hal bertindak sebagai pembeli, lembaga keuangan
syariah dapat meminta jaminan kepada penjual untuk menghindari risiko yang
merugikan.
d. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus
sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual.
Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus
bertanggungjawab atas kelalaiannya.
e. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas,
barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati dan

4
tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau penyerahan piutang
pembeli dari pihak lain.
f. Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja
terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi
barangnya, barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus, atau pembeli
ingin mendapatkan kepastian dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada
saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli.

Jenis Akad Salam

Ada dua jenis dari akad salam :

1. Salam
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
2. Salam parallel
Salam paralel artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesanan
pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga
lainnya (melaksanakan transaksi Bai’ As-Salam antara bank dan nasabah dan antara
bank dan suplier atau pihak ketiga lainnya secara simultan).[4] Hal ini terjadi ketika
penjual tidak memilikibarang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan tersebut.

Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad yang
pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan
penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan. Beberapa ulama
kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel, terutama jika perdagangan dan
transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

C. Dasar Syariah Akad Salam


1. Sumber Hukum Akad Salam
a. Al Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar...”
(QS Al-Baqarah 2;282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS Al-Mai’dah5;1).
5
b. Al-Hadits
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
(HR.Bukhari Muslim)
“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah).
2. Rukun dan Ketentuan Akad Salam
Rukun salam ada 3, yaitu :
a. Pelaku, terdiri atas penjual (muslam illaihi) dan pembeli (al muslam).
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal salam
(ra’su maalis salam).
c. Ijab kabul/serah terima.
Ketentuan syariah,terdiri dari:
a. Pelaku mengerti hukum dan baligh.
b. Objek akad.
1) Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu:
- Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
- Modal salam berbentuk uang tunai.
- Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
merupakan pelunasan piutang.
2) Ketentuan syariah barang salam, yaitu:
− Barang tersebut harus dapat dibedakan/diidentifikasi mempunyai
spesifikasi dan karakteristik yang jelas seperti kualitas, jenis, ukuran
sehingga tidak ada gharar.
− Barang tersebut harus dapat dikualifikasi/ditakar/ditimbang.
− Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh
juga dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam waktu 6 bulan atau
musim panen disesuaikan dengan kemungkinan tersedianya barang yang
dipesan.
− Barang tidak harus ada di tangan penjual, tetapi harus ada pada waktu
yang ditentukan.

6
− Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, akad
menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu
sampai dengan barang yang dipesan tersedia atau membatalkan akad
sehingga penjual harus mengembalikan dana yang telah diterima.
− Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang
disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih
untuk menerima atau menolak.
− Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka
penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hak ini dianggap
sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
− Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh
memilih menolak atau menerimanya.
− Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh kedua
pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan harga.
− Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan
secara syariah.
− Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.
− Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.
c. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Berakhirnya Akad Salam
Hal-hal yang menyebabkan pembatalan/penyelesaian kontrak adalah:
a. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
b. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.
c. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,dan pembeli memilih untuk
menolak atau membatalkan akad.
d. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya.
e. Barang diterima.
D. Perlakuan Akuntansi Akad Salam

1. Akuntansi untuk Pembeli

7
Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi:

a. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam disajikan sebagai
piutang salam.
b. Pengukuran modal usaha salam.
Modal salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
Jurnal :
Dr.Piutang Salam xxx
Kr.Kas xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar, selisih antara
nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas yang diserahkan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
1) Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat.
Jurnal :
Dr.Piutang Salam xxx
Dr.Kerugian xxx
Kr.Aset Nonkas xxx
2) Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat.
Jurnal :
Dr.Piutang Salam xxx
Kr.Aset Nonkas xxx
Kr.Keuntungan xxx
c. Penerimaan barang pesanan.
1) Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang
disepakati.
Jurnal:
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
2) Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih
tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka
barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad.
Jurnal :

8
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai
barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka barang pesanan yang
siterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima dan
selisishnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
Dr.Persediaan-Aset Salam xxx
Dr.Kerugian Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
3) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada
tanggal jatuh tempo pengiriman, maka:
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam
sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum
dalam akad dan jurnal atas bagian barang pesanan yang diterima:
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Piutang Salam xxx
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang
salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar
bagian yang tidak dapat dipenuhi dan jurnal:
Dr.Piutang Lain-lain Penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli
mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan
tersebut lebih kecil dari niali piutang salam, maka selisih antara niali
tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui
sebagai piutang kepada penjual (asumsi yang menjual barang jaminan
adalah pembeli).
Jurnal:

Dr.Kas xxx
Dr.Piutang Lain-lain penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx

9
Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang
salam maka selisihnya menjadi hak penjual.
Dr.Kas xxx
Kr.Utang Penjual xxx
Kr.Piutang Salam xxx
d. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
Jurnal:
Dr.Dana Kebijakan-Kas xxx
Kr.Dana Kebijakan-Pendapatan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan
kewajibannya tetapi sengaja tidak melakukannya lagi. Hal ini tidak berlaku bagi
penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur.
e. Penyajian.
1) Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang
salam.
2) Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang
salam.
3) Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila
nilai bersih yang dapat direalisasikan lebih rendah dari baiaya perolehan
maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
f. Pengungkapan.
1) Besarnya modal usaha salam,baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain.
2) Jenis dan kuantitas barang pesanan.
3) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

2. Akuntansi Untuk Penjual

10
a. Pengakuan kewajiaban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima
modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima disajikan sebagai kewajiban
salam.
b. Pengukuran kewajiban salam.
Jurnal:
Dr.Kas xxx
Kr.Utang Salam xxx
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
Jurnal:
Dr.Aset Nonkas xxx
Kr.Utang salam xxx
c. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan
barang kepada pembeli.
Jurnal:
Dr.Utang Salam xxx
Kr.Penjualan xxx
d. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar
oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan:
Dr.Aset Salam xxx
Kr.Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oleh pembeli
akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang pesanan.
Jurnal:
Dr.Utang Salam xxx
Dr.Kerugian Salam xxx
Kr.Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,jika jumlah yang dibayar oleh pembeli
akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan.
Jurnal:
Dr.Utang Salam xxx
Kr.Aset Salam xxx
Kr.Keuntungan Salam xxx

11
e. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi
salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
f. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban
salam.
g. Pengungkapan.
1) Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa.
2) Jenis dan kuantitas barang pesanan.
3) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Contoh :

Transaksi 1 (Penyerahan modal salam) :

13/3/2008 Diserahkan modal salam pada CV. BS uang tunai sebesar Rp 90 Juta dan Rp 10
Juta dalam bentuk mesin jahit yang dahulu dibeli oleh BMT KAF sebarga Rp 9,5 Juta.

Jurnal :

Piutang salam 100.000.000

Kas/ Rek CV.BS 90.000.000

Aktiva persediaan mesin jahit 9.500.000

Keuntungan penyerahan aktiva salam 500.000

Transaksi 2 (Penerimaan barang pesanan-nilai sesuai akad):

13/4/2008 bulan pertama diterima 400 pasang sepatu merk Perkasa dengan harga wajar Rp 20
Juta (Rp 50.000 perpasang) seperti harga kontrak.

Jurnal :

Aktiva persediaan sepatu salam 20.000.000

Piutang salam 20.000.000

(Diterima pesanan sepatu dari CV BS, akad salam)

12
Transaksi 3 (Penerimaan barang pesanan-nilai wajar lebih tinggi dari akad) :

13/5/2008 bulan kedua, diterima 400 pasang sepatu merk Perkasa dengan nilai wajar
perpasang sepatu Rp 51.000) (keseluruhan nilai wajar Rp 20,4 Juta).

Jurnal :

Aktiva persediaan sepatu salam 20.000.000

Piutang salam 20.000.000

(Diterima pesanan sepatu dari CV BS, akad salam) PSAK 59 paragraf 76, menyatakan bahwa
apabila barang pesanan nilai wajarnya lebih tinggi dari nilai akad, maka barang pesanan
diukur sebesar nilai akad.

Transaksi 4 (Penerimaan barang pesanan-nilai wajar lebih rendah dari akad) :

13/6/2008 bulan ketiga, diterima 400 pasang sepatu merk Perkasa dengan nilai wajar
perpasang sepatu Rp 49.500) (keseluruhan nilai wajar Rp 19,8 Juta).

Jurnal :

Aktiva persediaan sepatu salam 19.800.000

Kerugian penyerahan aktiva salam 200.000

Piutang salam 20.000.000

(Diterima pesanan sepatu dari CV BS, akad salam)

Transaksi 5 (Penerimaan barang pesanan-kekurangan barang-waktu diperpanjang) :

13/7/2008 bulan keempat, terjadi keterlambatan penerimaan pesanan sepatu. Keterlambatan


pengiriman ini dimengerti oleh BMT, waktu diperpanjang. Tgl 15/7/2008 Diterima pesnan
400 pasang sepatu yang harusnya diterima pada tgl 13/7/2008 dengan nilai wajar sama
dengan nilai akad.

Jurnal :

Aktiva persediaan sepatu salam 20.000.000

Piutang salam 20.000.000

(Diterima pesanan sepatu dari CV BS, akad salam)

13
Transaksi 6 (Penerimaan barang pesanan-kekurangan barang pesanan-akad
dibatalkan) : 13/8/2008 bulan kelima belum menerima pesanan sepatu dari CV. BS, pada
saat ini BMT memilih untuk membatalkan akad salam.

Jurnal :

Piutang CV. BS 20.000.000

Piutang salam 20.000.000

(Dibatalkan pesanan salam dari CV BS)

Transaksi 7 (Penjualan jaminan salam-jaminan lebih besar dari piutang nasabah) :

20/8/2008 jaminan sebuah mobil dijual untuk melunasi piutang nasabah dengan harga Rp.50
Juta. Jurnal :

Kas 50.000.000

Piutang CV. BS 20.000.000

Rekening CV. BS 30.000.000

(Diterima hasil penjualan jaminan salam CV BS)

Transaksi 8 (Penjualan jaminan salam-jaminan lebih rendah dari piutang nasabah) :

20/8/2008 jaminan sebuah mobil dijual untuk melunasi piutang nasabah dengan harga
Rp.17,5 Juta.

Jurnal :

Kas 17.500.000

Piutang CV. BS 17.500.000

(Diterima hasil penjualan jaminan salam CV BS)

DENDA SALAM :

26/8/2008 Atas keterlambatan pengiriman pesanan sepatu oleh CV. BS, maka sesuai
kesepakatan setelah melewati batas 12 hari akan dikenakan dendan sebesar 1/100 per hari
dari piutang salam jatuh tempo.

Jurnal : 1/100 x Rp 20 juta = Rp 200.000

14
Kas 200.000

Wadiah – dana kebajikan 200.000

(Denda keterlambatan penyelesaian kontrak dari CV. BS)

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa salam adalah akad jual beli muslam
fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan
pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai
dengan syarat-syarat tertentu. Terdapat dua jenis akad salam yaitu salam dan salam paralel.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Entitas
dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual daam transasksi salam. Ketentuan syariah yang
lain terkait dengan akad salam diantaranya adalah bahwa spesifikasi dan harga barang
pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual diawal akad.

15

Anda mungkin juga menyukai