Akuntansi Istishna’
Disusun oleh:
Kelompok 2
Dosen Pengampu:
1443/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dankarunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Tidak lupa pula
penulis ucapkan sholawat dan salam kepada junjungan umat manusia yakni nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan yang diridhoi Allah SWT, agar
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penulisan makalah tentang “Akuntansi Istishna’” ini diajukan untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Baik dari
segi isi maupun penyajian makalah yang belum sempurna. Penulis mengucapkan maaf
apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak ditemukan berbagai kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang mendukung agar
penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun
yang membaca danterutama bagi penulis sendiri.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Akad Istishna’?
2. Apa saja jenis akad istishna’?
3. Apa dasar Syariah akad istishna’ ?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi (PSAK 104) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengertian akad istishna’
2. Agar mengetahui jenis akad istishna’
3. Agar mengetahui dasar Syariah akad istishna’
4. Agara mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi (PSAK 104)
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Perbedaan Salam dengan Istishna’:
Subjek Salam Istishna’ Aturan dan Ketentuan
Pokok Muslim fiih Mashnu’ Barang ditangguhkan
Kontrak dengan spesifikasi
Harga Dibayar saat Boleh saat kontrak, boleh Cara penyelesaian
kontrak diangsur, boleh pembayaran merupakan
dikemudian hari perbedaan utama antara
salam dan istishna’
Sifat Mengikat secara Mengikat secara ikutan Salam mengikat semua
kontrak asli (thabi’i) (thaba’i) pihak sejak semula,
sementara istishna’
dianggap mengikat
berdasarkan pandangan
para ahli fiqih demi
kemaslahatan, serta tidak
bertentangan dengan
aturan Syariah.
Kontrak Salam parallel Istishna’ paralel Baik salam paralel
paralel maupun istishna’ parallel
sah asalkan kedua kontrak
secara hukum adalah
terpisah
Keterangan:
(1) Melakukan akad istisna
(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
2. Istisna’ paralel adalah suatu bentuk akad Istisna’ antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
3
istisna dengan pihak lain (abkontraktur) yang dapat memenuhi aset yang dipesan
pemesan. Syaratnya akad istisna pertama (antara penjual dan pemesan) tidak
bergantung pada istishna kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad
antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah
dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.
Keterangan:
(1) Melakukan akad istishna’
(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
C. Dasar Syariah
1. Sumber Hukum Akad Istishna’
Masyarakat telah mempraktikkan istishna’ secara luas dan teras-menerus tanpa
ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna’ sebagai kasus ijmak
atau konsensus umum. Istisna’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan
kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan syariah, Segala sesuatu
yang memiliki kemaslahatan atau kemanfaatan bagi umum, serta tidak dilarang
syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah
dipraktikkan secara umum atau tidak.
2. Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’
a. Rukun istisna ada tiga, yaitu:
1) Pelaku terdiri atau pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual
(pembuat/shani').
2) Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istisna yang
berbentuk shani.
3) Ijab kabul/serah terima.
4
a) Ketentuan tentang pembayaran, adalah sebagai berikut:
(1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang. Atau manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya.
(2) Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan
tetapi, apabila setelah akad ditandatangani pembeli mengubah
spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan
ini menjadi tanggung jawab pembeli.
(3) Pembayaran dilakukan sesuai kekesepakata.
(4) Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang
b) Ketentuan tentang barang, adalah sebagal berikut.
(1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu)
sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari.
(2) Barang pesanan diserahkan kemudian.
(3) Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
(4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
(5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
(6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad.
(7) Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnya Mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak
dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesuai
kesepakatan.
3) Ijab Kabul
Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Berakhirnya Akad Istishna’
Kontrak Istisna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut.
a) Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedi belah pihak
b) Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak
c) Pembatalan hukum kontrak, Hal ini dilakukan jika muncul sebab yang masuk
akal untuk dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing
pihak bisa menuntut pembatalannya.
5
a. Beban pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai
beban istishna’ jika akad disepakati. Jika akad tidak disepakati maka, biaya
tersebut dibebankan pada periode berjalan.
Contoh: Beban Pra-Akad
Penjual mengeluarkan biaya sebesar Rp250 secara tunai untuk melakukan
survei Saat dikeluarkan biaya pra-akad, jurnal yang dicatat adalah:
6
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Asset Istishna’ dalam Penyelesaian 1.000
Persediaan, kas, utang, dll 1.000
d. Dalam metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok, dan
keuntungan sampai pekerjaan telah dilakukan. Pendapatan diakui pada periode
dimana pekerjaan telah selesai dilakukan.
Contoh: Pengaluan Pendapatan Istishna’ Akad Selesai
Jurnal yang dibuat untuk pengakuan pendapatan dan beban saat proses
pembangunan selesai adalah:
7
*Nilai Margin= Nilai Akad-Total Biaya
8
Beban Istishna’(sebesar biaya 400
yang telah dikeluarkan)
g. Untuk metode persentase penyelesaian, harga pokok istisna diakui sebesar biaya
istisna yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
Contoh: Pengakuan Pendapatan Istishna’ Metode Persentase Penyelesaian-
Tahun 2
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan pada periode kedua
adalah:
h. Jika besar kemungkinan bahwa total biaya perolehan istisna akan melebihi
pendapatan istisna maka, taksiran kerugiannya harus segera diakui.
Contoh: Pengakuan Kerugian.
Jika ternyata pada periode pertama diketahui bahwa biaya produksi
menjadi Rp1.250, lebih tinggi dari pendapatan atau nilai kontrak maka, dibuat
jurnal pengakuan kerugiannya adalah:
i. Pada saat penagihan, baik metode persentase penyelesaian maupun akad selesai,
akan menggunakan akun Termin Istishna. Akun tersebut akan disajikan sebagai
akun pengurang dari akun Aset Istishna’ dalam Penyelesaian.
9
Contoh: Penerimaan Tagihan.
Dilakukan penagihan sebesar penyelesaian pada periode pertama (40%
x Rp1.200 =Rp480) Jurnal yang dibuat adalah:
l. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan transaksi istisna berikut ini dalam laporan
keuangan, tepat tidak terbatas pada:
1. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak
istisna
2. Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak
yang sedang berjalan
10
3. Rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas
piutang
4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Jika akad istisna dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka
pengakuan pendapatan dibagi menjadi 2 (dua) bagian sebagai berikut.
1. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung dari selisi
antara nilai tunai pada saat penyerahan dengan biaya yang dikeluarkan dan
diakui sesuai persentase penyelesaian.
2. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama
periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Walaupun terdapat 2 (dua) bagian tesebut, hanya ada satu harga yang
ditetap dalam akad (nilai akad).
Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal istishna’ tanggulan
dengan istisna yang dibayar tunai terletak pada 2 (dua) jurnal yang terdiri atas:
jurnal untuk pengakuan pendapat dan jurnal untuk pengakuan margin
keuntungan yang disebabkan pembayaran tangguh
11
Piutang Istishna’ 1.200
Termin Istishna’ 1.200
12
Kas 425
Pendapatan Istishna’ Tangguh 25
Piutang Istishna’ 425
Pendapatan Istishna’ 25
2. Pada saat aset istisna selesai dibangun maka, pembeli akan melakukan
pembayaran utang terakhir dan melaksanakan serah terima atas aset istisna’
13
Asset Istishna’ dalam penyelesaian 1.200
c. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan
spesifikasi dan belum memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah
dibayarkan kepada penjual maka, jumlah yang belum diperoleh kembali diakui
sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual, dan jika diperlukan dibentuk
penyisihan kerugian piutang.
Contoh: Penolakan Aset
Setelah periode pertama senilai Rp480 dilaksanakan, ternyata ditolak oleh
pembeli, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
14
Piutang jatuh tempo kepda penjual 480
Asset Istishna’ dalam penyelesaian 480
d. Jika pembeli menerima berang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi,
maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai
wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada
periode berjalan.
Contoh: Penerimaan Aset yang Tidak sesuai Akad
Nilai akad sebesar Rp1.200 dan nilal wajar aset istisna’ diasumsikan hanya
Rp1.050.
Contoh: Penyajian
Jika akad istisna memiliki nilai kontrak sebesar Rp1.200, biaya perolehan sebesar
Rp1.000, dan tingkat penyelesaian 40% maka, penyajian pada laporan posisi
keuangan adalah:
Aset:
Aset istisna dalam Penyelesaian Rp480
Liabilitas:
Utang Istishna' Rp480
15
3. Akuntansi Terkait dengan Garansi
Sebagai jaminan atas kualitas pesanan, maka penjual akan membuat bank
garansi dalam persentase tertentu atas nilai proyek. Misalnya, terjadi kelalaian atau
kesalahan oleh penjual sehingga barang yang diserahterimakan mengalami kerusakan
atau kesalahan spesifikasi pesanan dan mengakibatkan kerugian bagi pembeli.
Contoh:
Barang yang diserahkan kualitasnya tidak sesuai dan mengakibatkan pembeli rugi
sebesar Rp70. Jurnal yang dibuat adalah:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Penjual:
Beban Garansi 70
Kas 70
Pembeli:
Kas 70
Pendapatan lain-lain 70
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashmi) dan penjual (pembuat/shani”)-(Fatwa DSN MUI), Shani akan
menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati di
mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ paralel).
Masyarakat telah mempraktikkan istishna’ secara luas dan teras-menerus tanpa
ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna’ sebagai kasus ijmak
atau konsensus umum. Istisna’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan
kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan syariah, Segala sesuatu
yang memiliki kemaslahatan atau kemanfaatan bagi umum, serta tidak dilarang
syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah
dipraktikkan secara umum atau tidak.
Pengakuan untuk setiap aset tergantung dari akadnya. Jika proposal, negosiasi,
dan biaya serta pendapatan aset dapat diidentifikasi secara terpisah maka, akan
dianggap akad terpisah. Tidak, maka akan dianggap satu akad. Jika ada pesanan
tambahan dan nilainya signifikan dinegosiasikan terpisah, maka dianggap akad
terpisah.
B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis akan memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah
ini dengan berpedoman kepada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis
bisa menuliskan makalah dengan lebih baik lagi kedepannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sri Nurhayati, Wasilah. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Ferieka, Hendrieta. 2016. Pengantar Akuntansi. Depok: CV Media Damar Mandani
Muhammad. 2015. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
18