MAKALAH KELOMPOK 6
“Jual Beli Muka: Salam Dan Istishna”
DISUSUN OLEH:
Geofani Ananda (12020717131)
Prima Putri (12020726818)
KELAS IH I
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hukum
Perbankan Syariah, dengan pembahasan tentang Jual Beli Muka: Salam Dan Istishna.
Tugas ini ditulis untuk melengkapi tugas mata kuliah Hukum Perbankan Syariah
yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah ini di jurusan Ilmu Hukum, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2022. Tugas
ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi tambahan informasi bagi pembaca, terutama
bagi penulis sendiri. Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca agar tugas ini dapat
menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Nasrun Haroen, Fikh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.97.
orang itu adalah penghunipenghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.( Al-Baqarah
ayat 275)
Dari ayat diatas sudah jelas bahwasannya jual beli diperbolehkan sedangkan
riba diharamkan. Jual beli yang diperbolehkan dalam Islam adalah jual beli yang
sesuai dengan syari’at yang bebas dari maisir, ghoror, dan riba dan cara
memperolehnya harus dengan cara yang baik bukan dengan cara yang bathil. Jual beli
jika ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek ada tiga macam diantaranya yaitu
1. jual beli benda yang kelihatan,
2. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan
3. Jual beli benda yang tidak ada. Jika dilihat dari bentuk
1.3.Tujuan
1. Untuk Mengetahui Salam Dan Istishna
2. Untuk Mengetahui Subjek Salam Dan Istishna
3. Untuk Mengetahui Pembayaran Atas Harga: Modal Salam
4. Untuk Mengetahui Periode Dan Tempet Penyerahan
5. Untuk Mengetahui Fatwa DSN Tentang Jual Beli Salam Dan Istishna
6. Untuk Mengetahui Praktek Salam Dan Istishna Dalam Perbankan Syariah
7. Untuk Mengetahui Harga Dalam Istihna
8. Untuk Klausul Sanksi: Penundang Dalam Pemenuhan Kewajiban
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dimyauddin, Djuwaini. 2010. Pengantar Fiqh Muamalah. (Yogyakarta: Pustaka pelajar)
2.3. Pembayaran Atas Harga: Modal Salam
Jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli dengan
penjual. Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal akad,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Jual beli salam merupakan
akad jual beli yang diperbolehkan. Hal ini berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat
dalam Alquran. Rukun salam adalah penjual dan pembeli, ada barang dan uang, ada
sighat (lafaz akad). Sedangkan syarat jual beli salam menurut kesepakatan para ulama
ada lima, yaitu jenis obyek jual beli salam harus jelas, sifat obyek jual beli salam
harus jelas, kadar atau ukuran obyek jual beli salam harus jelas, jangka waktu
pemesanan objek jual beli salam harus jelas, asumsi modal yang dikeluarkan harus
diketahui masing-masing pihak.
3
Ibid, 2010, hal. 129.
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk ibra’ (pembebasan utang).
2. Ketentuan Barang
a. Harus jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai utang.
b. Penyerahan dilakukan kemudian.
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
d. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut
diterimanya (qabadh).
e. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
3. Ketentuan tentang Salam
Paralel Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat akad kedua
terpisah dari, dan tidak berkaitan dengan akad pertama.
4. Penyerahan Barang
a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan
kualitas dan kuantitas sesuai kesepakatan.
b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi,
maka penjual tidak boleh meminta tambahan harga sebagai ganti
kualitas yang lebih baik tersebut.4
5. Ketentuan Barang
a. Harus jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai utang.
b. Penyerahan dilakukan kemudian.
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
d. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut
diterimanya (qabadh).
e. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
6. Ketentuan tentang Salam
Paralel Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat akad kedua
terpisah dari, dan tidak berkaitan dengan akad pertama.
7. Penyerahan Barang
4
Rozalinda. 2016. Fiqih Ekonomi Syariah. (Jakarta: Raja Grapindo Persada) h. 94.
5
Ibid, 2010, hal. 131.
a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan
kualitas dan kuantitas sesuai kesepakatan.
b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi,
maka penjual tidak boleh meminta tambahan harga sebagai ganti
kualitas yang lebih baik tersebut.
Fatwa DSN Tentang Jual Beli Istishna
Istishnaâ, menurut Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000 adalah akad jual
beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashniâ) dan
penjual (pembuat, shaniâ). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsep jual
beli istishna menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, untuk mengetahui pelaksanaan
jual beli rumah dengan menggunakan akad istishna dan untuk mengetahui Tinjauan
Fatwa DSN No.06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang jual beli istishna terhadap jual beli
rumah di PT. Huqy Properti Syariah Jambi.5
5
Juhaja Pradja. 2012. Ekonomi Syariah. (Bandung : Pustaka Setia) h. 209.
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani').
6
Ibid, 2010. h. 134.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulam
Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain adalah penghimpunan
dana, penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas resiko serta kegiatan-
kegiatan lainnya. pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui
perpindahan kepemilikan barang. tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan
menjadi salah satu bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang. Secara garis besar,
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah terkait salam dan al-istishna. Salam
adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, pembayaran modal lebih
awal. Rukun dan syarat jual beli as-salam yaitu Mu’aqidain yang meliputi Pembeli
dan penjual, Obyek transaksi, Sighat ‘ijab qabul, dan alat tukar. Al-Istishna’ adalah
akad jual beli pesanan dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab
pihak produsen sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah atau
akhir. Rukun dan syarat istishna’ mengikuti bai’ as-salam. Hanya saja pada bai’ al-
istishna’ pembayaran tidak dilakukan secara kontan dan tidak adanya penentuan
waktu tertentu penyerahan barang, tetapi tergantung selesainya barang pada
umumnya. Adapun perbedaan salam dan istishna’ adalah cara penyelesaian
pembayaran salam dilakukan diawal saat kontrak secara tunai dan cara pembayaran
istishna’ tidak secara kontan bisa dilakukan di awal, tengah atau akhir.
3.2. Saran
Pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah memiliki
dampak positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return on 80 Equity bank
umum syariah di Indonesia yang ditunjukkan dengan memiliki pengaruh positif, oleh
karena itu sebaiknya bank umum syariah tetap mengelola pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah menjadi lebih baik dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian
untuk menghindari adanya pembiayaan bermasalah. Pembiayaan istisna tidak
berpengaruh signifikan terhadap return on equity sehingga diperlukan pengelolaan
yang lebih baik karena pembiayaan jenis ini merupakan pembiayaan yang digunakan
untuk mendapatkan keuntungan secara finansial.