Anda di halaman 1dari 4

NAMA : TRI ANDI PRASETYO

NIM :195231055

KELAS : PBS 5H

PRODUK DASAR PENYALURAN DANA

Bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip dasar sayariah. Dalam perbankan
memiliki produk-produk.

Apa Itu Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah?

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah pemberian dana untuk mendirikan,


menjalankan, atau melakukan sesuatu berdasarkan prinsip syariah. Dalam perbankan,
terdapat istilah prinsip syariah. Hal ini merujuk kepada produk perbankan yang cara kerjanya
berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah ini merujuk kepada ketetapan hukum Islam
dalam tata cara pengelolaan bidang perbankan. Penerapan prinsip syariah pada perbankan
diatur oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) lewat fatwa yang dikeluarkannya. Dalam prinsip
syariah biasanya tidak menerapkan bunga dalam segala transaksi agar tidak riba.

Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah dalam Perbankan

Dalam dunia perbankan, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah ada 2 macam, yaitu
pembiayaan untuk modal usaha dan pembiayaan dengan skema jual beli.

 Pembiayaan Modal Kerja Syariah

Pembiayaan modal kerja syariah diperuntukan kepada pengusaha atau calon pengusaha yang
akan mengembangkan bisnisnya. Lembaga pembiayaan akan memberikan modal usaha
berupa dana segar kepada pengusaha. Modal kerja syariah diberikan kepada pengusaha
dengan prospek bisnis bagus dan tidak melanggar syariah. Maksudnya, usaha yang dilarang
Islam tidak diperbolehkan mendapatkan modal kerja syariah.

 Pembiayaan dengan Skema Jual Beli


Pembiayaan ini juga sama dengan pembiayaan modal kerja, bedanya hanya skemanya saja.
Dalam pembiayaan dengan skema jual beli, lembaga pembiayaan akan memberikan modal
berupa harga pokok ditambah margin keuntungan bank syariah. Jadi, dari awal bank sudah
ditentukan keuntungan bank dalam akad.

Murabahah sendiri berasal dari kata ribh [arab: ‫ ]ربـح‬yang atinya keuntungan. Dalam fiqh


muamalah, cara menetapkan harga dalam jual beli ada dua,
1. Penjual tidak memberi tahu harga kulakan. Dia hanya menjual barang ke pembeli
tanpa memberi tahu berapa harga kulakannya atau berapa nilai untung yang dia
dapatkan. Dan inilah bentuk jual beli yang banyak dipraktekkan di masyarakat. Ketika
ditawar terlalu rendah, penjual hanya menyatakan, ‘Belum dapat’, artinya belum
dapat untung. Para ulama menyebutnya dengan ba’i al-Musawamah.
2. Penjual memberi tahu berapa harga kulakanya atau memberi tahu berapa nilai untung
yang dia dapatkan. Para ulama menyebutnya dengan ba’i amanah. Disebut jual beli
amanah karena dalam transaksi ini bergantung pada kejujuran penjual ketika
menyebutkan harga.

Adapun salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua


transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan antara nasabah dengan
bank, sedangkan transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.

Musyarakah

Adalah kerjasama 2 (dua) pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dan atau karya/keahlian dengan kesepakatan keuntungan dan
resiko menjadi tanggungan bersama sesuai kesepakatan.

Akad

Akad yang digunakan adalah Musyarakah, yaitu kerjasama antara Bank dengan Nasabah
untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah disepakati.

Manfaat
 Dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja usaha.
 Sistem bagi hasil sesuai hasil proyek/usaha.
 Pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan cash-flow.
 Jangka waktu pembiayaan sesuai jadwal penyelesaian proyek

Istishna’

"Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan."
Otoritas Jasa Keuangan

Apa itu Istishna’?

Dalam lembaga keuangan syariah, istilah Istishna acap kali digunakan. Lalu apakah yang
dimaksud dengan istishna? Istishna adalah akad pemesanan suatu barang dari pihak 1
(pemesan) ke pihak 2 (produsen). Adapun dalam Istishna, pemesan memiliki kriteria sendiri
untuk dibuatkan barang tersebut oleh produsen. Singkat kata, produsen harus membuatkan
barang pesanan sesuai dengan keinginan pemesan.

Akad istishna sudah dikenal sejak dahulu kala di zaman Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.
Di salah satu riwayatnya, Rasulullah diceritakan memesan cincin dari perak. Bentuk
pemesanan barang tersebut masuk ke dalam akad istishna. Lalu, akad ini pun di zaman-
zaman selanjutnya disepakati oleh ulama sebagai salah satu akad perdagangan yang sesuai
dengan syariat islam.

Contoh Transaksi dengan Akad Istishna

Pada dasarnya akad istishna adalah kegiatan pemesanan suatu produk kepada produsen
produk tersebut. Kalau didengar sekilas, mungkin Anda akan membayangkan istishna berlaku
untuk barang kerajinan saja, namun sebenarnya banyak juga transaksi akad istishna yang ada
tanpa disadari.

 Rumah. Rumah apabila dipesan sesuai dengan keinginan Anda, termasuk dalam akad
istishna. Misalnya, ingin rumah dengan 3 kamar, desainnya minimalis, dan ada kolam
renangnya. Untuk memenuhi keinginan ini, Anda bisa memesan rumah KPR di perbankan
syariah yang menyediakan fasilitas tersebut.

 Pakaian. Apabila Anda ingin pakaian kustom sesuai dengan selara, juga termasuk
dalam istishna. Misalnya, Anda ingin memesan jersey sepak bola dengan desain sendiri untuk
40 orang. 

 Sepatu. Apabila ukuran sepatu Anda jarang ada di pasaran, Anda pastinya akan
memesan ukuran tersebut ke tukang sepatu. Apabila melakukan transaksi tersebut
berdasarkan syariat islam, hal tersebut termasuk akad istishna.

Syarat-syarat Akad Istishna

 Kesepakatan kriteria barang disebutkan di awal

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perselisihan nantinya saat barang atau produk
pesanan sudah jadi. Oleh sebab itu, kriteria barang harus jelas dideskripsikan oleh pemesan
kepada produsen sejak awal.

 Waktu penyerahan barang tidak ditentukan

Dalam akad istishna disebutkan bahwa barang penyerahan barang yang sudah selesai
dipesan tidak ditentukan. Apabila ditentukan, akadnya akan berubah menjadi akad salam. Akan
tetapi, hal tersebut diperdebatkan oleh ulama. Menurut tradisi, sebenarnya penentuan
penyerahan barang boleh dilakukan. 

 Barang yang dipesan sudah biasa menggunakan akad istishna

Ada pendapat yang menyatakan bahwa barang yang bisa ditransaksikan dengan akad
istishna adalah barang yang sejak dulu sudah ditransaksikan dengan akad tersebut. Namun
pendapat ini tidaklah kuat, menurut dalil-dalil tentang akad istishna dalam Alquran dan As
Sunnah, tidak ada batasan barang yang bisa menggunakan akad istishna.

Anda mungkin juga menyukai