Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TUTORIAL KE-2

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

NAMA : RIZALDO
NIM : 042388572

Nama Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Syariah


Kode Mata Kuliah : EKMA 4482
Jumlah sks : 3 sks
Nama Pengembang : Toyyibatun Naziroh, S.Pd., M.Si
Nama Penelaah : Dian Sugiarti, S.Pd., M.Si.
Status Pengembangan : Baru/Revisi*
Tahun Pengembangan : 2022
Edisi Ke- : 1

Sumber Tugas
No Tugas Tutorial Skor Maksimal
Tutorial
1 Sebutkan rukun dari transaksi murabahah! 20 Modul 5 KB 1
2 Sebutkan ketentuan yang perlu 20 Modul 5 KB 2
diperhatikan dalam transaksi salam!
3 Jelaskan definisi akad isthisna’ dan 20 Modul 5 KB 3
sebutkan rukun transaksi Isthisna’!
4 Sebutkan dan jelaskan metode distribusi 20 Modul 6 KB 1
bagi hasil menurut fatwa DSN
No.15/DSN-MUI/IX/2000?
5 Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis 20 Modul 6 KB 2
Musyarakah!
Total Skor 100

* coret yang tidak sesuai


JAWAB :
NO 1. Sebutkan rukun dari transaksi murabahah!
Rukun dan Syarat Akad Murabahah
 
Rukun dan syarat sah akad murabahah diatur dalam pasal 22 KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah) yang meliputi subjek akad (al ‘aqidain), objek akad (mahallul ‘aqad), tujuan akad
(maudhu’ul aqad), dan kesepakatan atau Ijab dan Kabul (sighat al-’aqad).
Secara rinci, rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam Akad Murabahah adalah:
1. Pihak yang berakad (Al-’aqidain)
 Penjual (Bank)
 Pembeli (Nasabah)
 Pemasok
2. Objek akad (Mahallul ‘Aqad)
 Adanya wujud barang yang diperjualbelikan
 Harga barang
3. Tujuan Akad (Maudhu’ul Aqad)
4. Akad (Sighat al-’Aqad)
 Serah (Ijab)
 Terima (Kabul)
Sementara itu syarat agar akad Murabahah sah antara lain, penjual harus jujur
menginformasikan harga pokok kepada kembeli; dilakukan sesuai rukun dan prinsip Islam;
bebas riba; serta adanya transparansi antara penjual dan pembeli.

NO 2. Sebutkan ketentuan yang perlu diperhatikan dalam transaksi salam!

Rukun Akad Salam

Terdapat empat rukun akad salam, yakni sebagai berikut.

1. Pihak yang terlibat


Rukun akad salam pertama adalah adanya dua belah pihak yang terlibat dalam suatu transaksi,
yaitu:

 Muslim (pihak pemesan barang atau disebut dengan pembeli)


 Muslam (pihak yang memberikan barang atau penjual)
Untuk memenuhi akad di atas, kedua belah pihak wajib memenuhi syarat akad ba’i atau jual
beli. Persyaratannya termasuk baligh, berakal dan ber-ikhtiar dalam artian akan berusaha untuk
memenuhi tanggung jawab dalam transaksi dan tidak terpaksa maupun sedang dalam kondisi
keuangan yang kurang baik.
2. Ijab kabul

Rukun akad salam berikutnya adalah ijab kabul atau shighat. Untuk memenuhi rukun ijab kabul
ini, kedua belah pihak wajib berada pada majelis akad yang sama dan cocok antara ijab dan
qabulnya.
3. Uang panjar

Rukun akad salam urutan ketiga adalah adanya uang panjar atau ra’sul maal. Artinya adalah
bahwa uang yang diserahkan sesuai perjanjian harus jelas jumlahnya seperti 10.000 rupiah,
atau jika tidak dalam bentuk uang, jelas ukurannya. Contohnya apabila membayar dengan
beras menjadi 500gr beras.
4. Muslam fih

Terakhir, rukun akad salam adalah adanya komoditi barang pesanan atau muslam fiih. Apa itu
rukun muslam fiih? Rukun ini berarti kejelasan mengenai barang yang akan ditukar dalam akad
jual beli. Sifat-sifat yang perlu ditekankan contohnya seperti ukuran, jumlah, model dan warna.
Tujuannya adalah mencegah potensi barang tertukar dan meminimalisir konflik.
Syarat-Syarat Akad Salam

Agar setiap akad jual beli bermanfaat bagi pihak penjual dan pembeli, beberapa syarat perlu
ditangguhkan. Mengutip dari Saprida (2016: 125), syarat-syarat akad salam adalah sebagai
berikut:
 Melaksanakan pembayaran saat perjanjian jual beli
 Penjual memiliki hutang berbentuk barang yang telah dibayar oleh pembeli
 Barang akan diberikan dalam tenggat waktu sesuai perjanjian
 Keterangan jelas mengenai barang (ukuran, jumlah, wujud) untuk menghindari
kesalahpahaman
 Menyebutkan alamat dimana barang akan diterima
 

Praktik masyarakat modern sebagai contoh akad salam adalah belanja online, dimana pembeli
membayar sebelum menerima produknya. Selain itu, produk pun diberikan kejelasan mengenai
wujudnya. Lalu, produk akan dikirim dalam beberapa hari.

NO 3. Jelaskan definisi akad isthisna’ dan sebutkan rukun transaksi Isthisna’!

Contoh Transaksi dengan Akad Istishna

Pada dasarnya akad istishna adalah kegiatan pemesanan suatu produk kepada produsen
produk tersebut. Kalau didengar sekilas, mungkin Anda akan membayangkan istishna berlaku
untuk barang kerajinan saja, namun sebenarnya banyak juga transaksi akad istishna yang ada
tanpa disadari.

 Rumah. Rumah apabila dipesan sesuai dengan keinginan Anda, termasuk dalam akad
istishna. Misalnya, ingin rumah dengan 3 kamar, desainnya minimalis, dan ada kolam
renangnya. Untuk memenuhi keinginan ini, Anda bisa memesan rumah KPR
di perbankan syariah yang menyediakan fasilitas tersebut.

 Pakaian. Apabila Anda ingin pakaian kustom sesuai dengan selara, juga termasuk dalam
istishna. Misalnya, Anda ingin memesan jersey sepak bola dengan desain sendiri untuk
40 orang. 
 Sepatu. Apabila ukuran sepatu Anda jarang ada di pasaran, Anda pastinya akan
memesan ukuran tersebut ke tukang sepatu. Apabila melakukan transaksi tersebut
berdasarkan syariat islam, hal tersebut termasuk akad istishna.

Syarat-syarat Akad Istishna

 Kesepakatan kriteria barang disebutkan di awal

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perselisihan nantinya saat barang atau produk pesanan
sudah jadi. Oleh sebab itu, kriteria barang harus jelas dideskripsikan oleh pemesan kepada
produsen sejak awal.

 Waktu penyerahan barang tidak ditentukan

Dalam akad istishna disebutkan bahwa barang penyerahan barang yang sudah selesai dipesan
tidak ditentukan. Apabila ditentukan, akadnya akan berubah menjadi akad salam. Akan tetapi,
hal tersebut diperdebatkan oleh ulama. Menurut tradisi, sebenarnya penentuan penyerahan
barang boleh dilakukan.

 Barang yang dipesan sudah biasa menggunakan akad istishna

Ada pendapat yang menyatakan bahwa barang yang bisa ditransaksikan dengan akad istishna
adalah barang yang sejak dulu sudah ditransaksikan dengan akad tersebut. Namun pendapat ini
tidaklah kuat, menurut dalil-dalil tentang akad istishna dalam Alquran dan As Sunnah, tidak ada
batasan barang yang bisa menggunakan akad istishna.

NO 4. Sebutkan dan jelaskan metode distribusi bagi hasil menurut fatwa DSN
No.15/DSN-MUI/IX/2000?

1.)  Prinsip wadi'ah

Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening
giro. Wadiah dhamananh  berbeda dengan wadia'ah amanah. Dalam wadia'ah amanah,  pada
prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi'ah
yad dhamanah,  pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia
boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.

Ketentuan umum dari produk ini adalah :

Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang
pemilik dana  tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan
bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tiak boleh
diperjanjikan di muka.

Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang
disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.

Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat menggunakan penggantibiaya administrasi untuk sekedar
menutupi biaya yang benar-benar terjadi.

Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak
bertenatangan dengan prinsip syariah.

2.)  Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan atau deposan bertindak sebagai shahibul


maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk
melakukan murabahah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan
nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua, maka
bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.

Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada pemilik dana, ada usaha yang dibagihasilkan,
ada nisbah, dan ada ijab Kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka
dari deposito berjangka.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua
yaitu:

Mudharabah mutlaqah

Mudharabah Muqayyadah

a)     Mudharabah Mutlaqah

Dalam mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang
dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apadana yang
disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun
mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh
untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungnkan.

Dari penerapan mudharabah mutlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito, sehingga


terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah dana deposito mudharabah.

Ketentuan umum dalam produk ini adalah:

Bank wajib memeberitahukan kepada pemilik mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan
keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan
dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan,
serta kartu ATM dan atau penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib
memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuia dengan perjanjian yang
disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negative.

Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.
Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sma seperti deposito baru, tetapi
bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.

Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabugan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
 

b)    Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (Restricted Investment) dimana pemilik dana dapat
menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh pihak bank. Misalnya disyaratkan
digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan
digunakan untuk nasabah tertentu.

Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:

Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank dan wajib membuat
akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.

Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan
keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara risiko yan dapat ditimbulkan dari penyimpanan
dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana
ini dari rekening lainnya.

Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertitifikat atau tanda penyimpanan (bilyet)
dposito kepada deposan.

Mudharabah Muqayyadah of Balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana  usahanya,
di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan anatara pemilik dana
dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus daipatuhi
oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).

Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:


Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana
dari rekening lainnya. Simpanan khusus daicatat pada pos tersendiri dalam rekening administrative.

Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik
dana.

Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan
pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. 

b.    Penyaluran dana

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ked
lam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1) Pembiayaan dengan
prinsip jual-beli, 2) Pembiayaan dengan prinsip sewa, 3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,
4)Pembiayaan dengan akad pelengkap

NO 5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Musyarakah!

Jenis-jenis Syirkah/Musyarakah

Seperti diketahui, secara etimologis, apa itu musyarakah atau syirkah berasal dari akar kata
syirkatan (mashdar/kata dasar) dan syarika (fi'il madhi/kata kerja) yang berarti
mitra/sekutu/kongsi/serikat. Secara bahasa juga dapat bermakna al-ikhtilath yang berarti
penggabungan atau pencampuran. Maka, apa itu musyarakah berarti penggabungan,
pencampuran, atau serikat. Oleh karena itu, apa itu musyarakah dapat juga disebut syirkah atau
syarikah atau serikat atau kongsi.

 Syirkah Amlak

Syirkah amlak merupakan syirkah yang terjadi bukan karena akad, tetapi karena adanya
usaha (ikhtiari) tertentu atau terjadi secara alami/otomatis (ijbari). Oleh karena itu,
syirkah amlak dibagi lagi menjadi 2 macam, yaitu syirkah amlak ikhtiari dan syirkah
amlak ijbari.
1. Syirkah amlak ikhtiari
Syirkah amlak ikhtiari contoh hal akad hibah, wasiat, dan pembelian. Maka,
dalam apa itu musyarakah, syirkah amlak ikhtiari tidak terkandung akad wakalah
dan akad wilayah (penguasaan) dari salah satu syarik kepada syarik lainnya.

2. Syirkah amlak ijbari


Syirkah amlak ijbari dalam apa itu musyarakah yaitu syirkah antara dua syarik
atau lebih yang terjadi karena peristiwa alami secara otomatis seperti kematian.
Syirkah amlak ini disebut ijbari (paksa/mutlak) karena tidak ada upaya dari para
syarik untuk mewujudkan peristiwa atau faktor yang menjadi sebab terjadinya
kepemilikan bersama. Misalnya kematian seorang ayah merupakan faktor yang
menyebabkan terjadinya pembagian harta di antara ahli waris.

 Syirkah Uqud

Syirkah Uqud adalah dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk menggabungkan harta
guna melakukan kegiatan usaha/bisnis, dan hasilnya dibagi antara para pihak baik
berupa laba maupun rugi.

Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai nisbah yang disepakati di awal akad, misalnya
disepakati keuntungan dibagi 40:60. Artinya, untuk satu pihak mendapatkan 40% dan
pihak lainya mendapatkan 60%. Sedang Kerugian dibagi sesuai kontribusi yang diberikan
untuk usaha tersebut, jika berkontribusi dalam bentuk dana, maka kerugiannya dalam
bentuk dana. Jika berkontribusi dalam bentuk reputasi, maka reputasinya yang
dirugikan.

Sementara Ulama Hanafiah membagi syirkah uqud menjadi 6, yaitu: 

1. Syirkah amwal mufawadhah yaitu kemitraan modal usaha dari para syarik
dengan jumlah modal yang sama, 
2. Syirkah amwal inan yaitu kemitraan modal usaha dari para syarik dengan jumlah
modal yang berbeda,
3. Syirkah abdan mufawadhah yaitu kemitraan keterampilan dari para syarik
sebagai modal usaha dengan kualitas keterampilan yang sama,
4. Syirkah abdan inan yaitu kemitraan keterampilan dari para syarik sebagai modal
usaha dengan kualitas keterampilan yang berbeda, 
5. Syirkah wujuh mufawadhah kemitraan kredibilitas usaha atau nama
baik/reputasi (good will) dari para syarik sebagai modal usaha dengan kualitas
kredibilitas yang sama, dan
6. Syirkah wujuh inan kemitraan yaitu kredibilitas usaha atau nama baik/reputasi
(good will) dari para syarik sebagai modal usaha dengan kualitas kredibilitas yang
berbeda.

Sementara, ada pula beberapa syarat-syarat untuk melakukan apa itu musyarakah atau
syirkah uqud, di antaranya sebagai berikut :

7. Qabiliyat al-wakalah yaitu bahwa dalam syirkah uqud terkandung akad wakalah
sebab syirkah uqud bertujuan untuk melakukan bisnis (mu'awadhat) yang tidak
mungkin dilakukan kecuali jika terdapat akad kuasa dari masing-masing pihak
syarik.
8. Keuntungan yang diperoleh dalam syirkah uqud harus ditentukan nisbahnya bagi
masing-masing syarik.
9. Bagian keuntungan bagi masing-masing syarik tidak boleh dinyatakan dalam
jumlah tertentu yang pasti (seperti seratus juta atau satu milyar), tetapi
dinyatakan dalam nisbah misalnya 60:40, atau 55:45.

Anda mungkin juga menyukai