Dalam rangka menghindari pembayaran dan penerimaan riba atau bunga, maka dalam
melaksanakan kegiatan pembiayaan (financing), perbankan syariah menempuh mekanisme
bagi hasil (profit and loss sharing investment) sebagai pemenuhan kebutuhan permodalan
(equity financing) dan investasi berdasarkan imbalan (fee based investment) melalui
mekanisme jual beli sebagai pemenuhan kebutuhan pembiayaan (debt financing).2
Khususnya debt financing dilakukan dengan menggunakan teknik jual beli yang biasa
dilakukan dengan cara segera (cash) atau dengan tangguh. Adapun yang termasuk dalam
jenis ini adalah murabahah, ba’i bi saman ‘ajil, ba’i salam, ba’i istisna’i, ijarah atau sewa.
Yang pada kali ini kami membahas produk jual beli di perbankan Syariah
Murabahah
Dalam konteks ini perbankan Islam, mengajukan beberapa argumen untuk mendukung
keabsahan suatu harga yang lebih tinggi dalam penjualan dengan pembayaran di tunda : 1).
Bahwa teks syariah tidak melarangnya. 2). Bahwa berbeda antara cash yang ada di waktu
sekarang dengan cash yang ada pada masa mendatang karena menurut Ali al-Khafif, seorang
1
Jaka Susila, “FIDUCIARY DALAM PRODUK-PRODUK PERBANKAN SYARIAH” 1 (2016).
2
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet. 1 (Jakarta: AlvaBet, 2002).
ahli hukum kontemporer, “menurut kebiasaan (urf) cash yang diberikan segera (sekarang)
lebih besar nilainya dibandingkan cash yang diberikan pada waktu yang akan datang”. 3).
Bahwa penambahan (peningkatan) ini bukan untuk masa perpanjangan pembayaran, dan
karena itu, tidak sama dengan riba pada masa sebelum Islam yang dilarang dalam al-Qur’an.
4). Bahwa peningkatan ini diminta pada waktu penjual, bukan setelah penjualan terjadi. 5).
Bahwa peningkatan ini karena faktor-faktor yang mempengaruhi pasar seperti faktor demand
dan supply, dan kenaikan atau penurunan dalam pembelian nilai mata uang sebagai akibat
inflasi atau deflasi. 6). Bahwa penjual terlibat dalam kegiatan perdagangan yang diakui dan
produktif 7). Bahwa penjual boleh menentukan berapapun harga yang diinginkan.
Abdulah Saeed menyebutkan tiga alasan mengapa produk murabahah ini lebih diminati,
antara lain : pertama, murabahah merupakan suatu mekanisme investasi jangka pendek dan
lebih cocok daripada sistem bagi untung-rugi (PLS). Kedua, keuntungan (mark-up) dalam
murabahah dapat ditetapkan dalam suatu cara yang bisa menjamin bahwa bank dapat
memperoleh suatu keuntungan yang sebanding dengan bank yang menerapkan sistem bunga.
Ketiga, risiko ketidak-pastian sebagaimana terdapat pada usaha menggunakan sistem PLS,
dapat dihindari. Dan tidak diperbolehkan bagi pihak bank mencampuri manajemen usaha
karena bank bukan partner nasabah tetapi hubungan di antara mereka – dalam murabahah –
adalah secara berurut, hubungan antara si kreditur dan debitur3
Ba’i Salam
Salam sinonim dengan salaf. Dikatakan aslama ats-tsauba lilkhiyath, artinya iya
memberikan atau menyerahkan pakaian untuk dijahit. Dikatakan salam karena orang yang
memesan menyerahkan harta pokoknya dalam majelis. Dikatakan salam karena ia
menyerahkan uang terlebih dahulu sebelum menerima barang dagangannya. Salam termasuk
kategori jual beli yang sah jika memenuhi persyaratan keabsahan jual beli pada umumnya.
Ba’i salam adalah akad jual beli barang pesanan di antara pembeli (muslam) dengan
penjual (muslam ilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal
akad, sedangkan pembayaran dilakukan di muka secara penuh.
Ba’i Istisna’i
3
Abdullah Saeed, Islamic banking and interest : a study of the prohibition of riba and its contemporary
interpretation (Leiden : E.J. Brill, 1996).
Istishna’ adalah sebagai jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan. Itilah Istishna' dalam lembaga keuangan syariah sering kali digunakan. Istishna'
merupakan akad pemesanan suatu barang dari pihak 1 (pemesan) ke pihak 2 (produsen).
Adapun dalam Istishna', untuk dibuatkan barang tersebut oleh produsen pemesan memiliki
kriteria sendiri. Secara singkat, produsen harus membuatkan barang pesanan sesuai dengan
keinginan pemesan.
Akad istishna' sudah dikenal sejak dahulu kala di zaman Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW. Dalam satu riwayatnya, Rasulullah diceritakan memesan cincin dari perak. Bentuk
pemesanan barang tersebut masuk ke dalam akad istishna. Kemudian, di zaman-zaman
selanjutnya akad ini pun disepakati oleh ulama sebagai salah satu akad perdagangan yang
sesuai dengan syariat islam. Istishna’ merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani'). Istishna’ paralel merupakan
suatu bentuk akad Istishna’ antara pemesan (pembeli/mustashni’) dengan penjual
(pembuat/shani’). Kemudian, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’ untuk memenuhi
kewajibannya kepada mustashni’.
Pembiayaan Istishna' merupakan penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk
membeli barang sesuai dengan pesanan nasabah yang menegaskan harga belinya kepada
pembeli (nasabah) dan pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan Bank yang disepakati.
a) Pembiayaan Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah
keuntungannya.
b) Pembiayaan salam adalah transaksi jual beli dimana barang dijualbelikan belum ada.
c) Pembiayaan Istishna’ adalah produk istishna’ yang menyerupai salam tetapi istishna’
pembayaranya dapat dilakukan oleh bank beberapa kali (cicilan).
4
Rosyidah, Muhammad Nizar, and Khoirul Huda, “ANALISIS PENGETAHUAN NASABAH TENTANG PRODUK
PERBANKAN SYARIAH (Studi pada Bank Muamalat KCP Malang Kepanjen),” MALIA (TERAKREDITASI) 10, no. 2
(May 25, 2019): 163–80, https://doi.org/10.35891/ml.v10i2.1449.
Inovasi dalam rangka pengembangan produk dan jasa perbankan yang baru dinilai
penting karena masih banyak bentuk-bentuk layanan jasa keuangan yang perlu dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan masyarakat secara umum yang terus
berkembang.
Dalam rangka memastikan produk dan jasa baru yang akan dikeluarkan, bank syariah dan
Unit Usaha Syariah wajib menyampaikan rencana pengeluaran produk dan jasa baru tersebut
kepada Bank Indonesia melalui salah satu dari dua mekanisme yaitu laporan rencana
pengeluaran produk baru atau mengajukan permohonan persetujuan produk baru (izin).
Mekanisme pertama yaitu pelaporan produk diberlakukan untuk produk baru bank yang telah
ditetapkan dalam Buku Kodifikasi Produk Perbankan Syariah. Bank tidak perlu meminta izin
tetapi wajib melaporkan rencana pengeluaran produk tersebut kepada Bank Indonesia untuk
mendapatkan penegasan paling lambat 15 hari sebelum produk baru dimaksud dikeluarkan.
Berikut ini Produk dengan akad Jual Beli pada perbankan syariah di Indonesia hingga
saat ini yang dioperasikan ;5
Dalam rangka mendukung upaya inovasi produk yang dapat meningkatkan daya saing
perbankan syariah baik secara domestik, regional maupun kompetisi global di era pasar bebas
dengan antisipasi berbagai peluang dan tantangannya ke depan, Bank Indonesia pada tahun
5
Fahrur Ulum, “Inovasi Produk Perbankan Syariah di Indonesia” 17, no. 1 (2014).
2010 telah melaksanakan Kajian Pemetaan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI (DSN) dan
Identifikasi Kebutuhan Pasar Perbankan Syariah. Kajian ini dilakukan melalui survey kepada
pelaku industri untuk memetakan fatwa DSN yang terkait dengan produk perbankan syariah.
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi sejauh mana implementasi fatwa
yang ada dalam produk perbankan syariah, fatwa apa saja yang terkendala dalam
implementasinya dan produk apa saja yang diperlukan industri yang memerlukan fatwa
ataupun penegasan syariah yang belum difatwakan oleh DSN.
Dari hasil kajian disimpulkan bahwa Fatwa yang Terkendala dalam Implementasi
Produk Jual Beli Perbankan Syariah adalah:6
Selain fatwa-fatwa tersebut, kalangan industri juga membutuhkan beberapa fatwa lain dan
telah mempersiapkan rancangan produk serta telah menyampaikan rancangan tersebut kepada
Bank Indonesia untuk mendapatkan persetujuan. Fatwa yang digolongkan mendesak untuk
diterbitkan tersebut adalah:
1. Fatwa tentang Pembiayaan dengan Akad Murabahah Variasi. Produk ini sudah dalam
proses rancangan pelaku dan sudah diajukan ke BI. Kalangan industri menganggap
produk ini mendesak dan penting dengan alasan bahwa kebutuhan dan permintaan
masyarakat akan produk tersebut sangat tinggi.
2. Fatwa tentang Produk Pendanaan dengan Commodity Murabahah. Industri sudah
mengajukan permohonan fatwa ke DSN-MUI dan telah merancang produknya namun
belum diajukan ke BI. Fatwa ini dibutuhkan dengan alasan memiliki competitiveness
6
Ulum.
atau daya saing dengan produk pendanaan konvensional, bahkan bisa mengungguli
fitur yang ditawarkan bank konvensional.
C. PRODUK JUAL BELI DI BANK SYARIAH
Pada dasarnya, bank merupakan suatu entitas yang melakukan kegiatan penghimpunan
dana dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Terdapat dua macam sistem operasional perbankan dalam sistem
perbankan di Indonesia, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai UU Nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum Islam yang diatur dalam fatwa Majelis
Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan (‘adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim
dan objek yang haram.
Bank Syariah Indonesia adalah bank di Indonesia yang bergerak di bidang perbankan
syariah. Bank ini diresmikan pada tanggal 1 Februari 2021 pukul 13.00 WIB atau bertepatan
dengan tanggal 19 Jumadil Akhir 1442 H. Bank ini merupakan hasil penggabungan antara
Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah. Berikut produk dari Bank Syariah
Indonesia dengan Akad Jual Beli :
1. BSI OTO
7
Ahmad Juwaini, “Direktori Pembiayaan Syariah Untuk UMKM,” Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan
Syariah (KNEKS), 1.0, 2020.
Merupakan pembiayaan dari PT Bank Syariah Indonesia tbk (BSI), untuk memenuhi
kebutuhan pemilikan kendaraan nasabah. Pembiayaan BSI OTO menggunakan akad
murabahah dengan skema jual-beli sesuai syariah. Memiliki manfaat yaitu angsuran
ringan/kompetitif dan tetap, kemudahan pembayaran dengan fasilitas autodebet tabungan
BSI, proses pembiayaan mudah dan cepat secara online. Sedangkan untuk fitur
pembiayaannya sesuai syariah, proses cepat dan mudah, jangka waktu 1 s.d. 7 tahun,
pembiayaan bank maks. Rp 3 M.
2. BSI Griya
Permata Bank merupakan bank besar yang dikategorikan bank BUKU 3 dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International
Tbk mengambilalih Permatabank. Adapun Unit Usaha Syariah, Permata Bank Syariah,
tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai perbankan syariah nasional yang tumbuh
positif hingga kontribusi asetnya terhadap kinerja industri keuangan nasional semakin besar.
Berikut produk dari Bank Permata Syariah dengan Akad Jual Beli :
1. KTA IB MULTIGUNA
Merupakan pembiayaan untuk pembelian barang/jasa guna pemenuhan usaha, seperti sewa
ruko, beli mesin, dll. Menggunakan akad Murabahah dengan plafond Rp 5.000.000 - Rp
300.000.000 dan Tenor 1 - 3 tahun.
8
https://www.bankbsi.co.id/
Pengaturan pelaksanaan BPR yang menggunakan prinsip syariah tertuang pada surat Direksi
Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah tanggal 12 Mei 1999. Dalam hal ini pada teknisnya BPR syariah beroperasi layaknya
BPR konvensional namun menggunakan prinsip syariah.
Untuk mencapai tujuan operasional BPR Syariah tersebut diperlukan strategi operasional
yaitu: a) BPR Syariah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas
melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi/penelitian kepada usaha-usaha berskala
kecil yang perlu dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik, b)
BPR Syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek dengan
mengutamakan usaha skala menengah dan kecil, c) BPR Syariah mengkaji pangsa pasar,
tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan. 9 Berikut
produk dari BPR Syariah dengan Akad Jual Beli :
Tujuan dari pembiayaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan modal usaha atau dana usaha
untuk pembelian, pengadaan dan penyediaan barang (dagangan dan bahan baku) dalam
rangka perputaran usaha atau proses produksi. Segmen Utama nya adalah Usaha Menengah
Kecil dan Mikro. Menggunakan Akad Bagi Hasil dan Jual Beli. Untuk plafond dari Rp
1.000.000 - Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) dan tenor Maksimal 60 bulan.
2. Pembiayaan Konsumtif
9
Mahmudatus Sa’diyah, “PENGEMBANGAN PRODUK-PRODUK LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH” 2
(2014).
Untuk memenuhi kebutuhan keperluan perorangan (non usaha). Segmen Utama nya adalah
yang berpenghasilan formal dan informal. Menggunakan Akad Jual Beli, Sewa Beli /
Manfaat. Dengan plafond Rp 2.500.000 - Rp 500.000.000 dan tenor Konsumtif (umum)
maksimal 60 bulan.
Tujuan Pembiayaan ini untuk Memenuhi kebutuhan rumah. Segmen Utama nya ialah yang
Berpenghasilan formal dan informal. Menggunakan Akad Jual Beli, Bagi Hasil, Sewa Beli
dengan Plafond Rp 50.000.000 - Rp 500.000.000 dan Tenor Maksimal 120 bulan. Untuk
Agunan 1. Cash Collateral 2. Barang tidak bergerak (tanah dan/atau bangunan).
BMT adalah sebutan ringkas dari Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Maal wat
Tamwil atau Balai-usaha Mandiri Terpadu, sebuah lembaga yang memadukan kegiatan
ekonomi dan sosial masyarakat setempat. Baitul maal Wattamwil (BMT) adalah kelompok
swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas
ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan.
1. KSPPS AL HUDA
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan ini untuk pembelian barang. Segmen utamanya adalah Anggota KSPPS Al Huda
dengan akad wakalah dan murabahah. Dengan plafond dari Rp 500.000 - Rp 100.000.000 dan
tenor 36 bulan. Agunan nya adalah : 1. SHM 2. Kendaraan bermotor 3. Simpanan 4. Los
pasar untuk persyaratannya sebagai berikut : 1. Anggota KSPPS Al Huda 2. Mengisi formulir
pembiayaan 3. KTP pemohon (yang masih berlaku) 4. KTP suami/istri/pendamping (orang
tua/saudara) 5. Kartu Keluarga 6. Surat Nikah 7. Jaminan Asli dan fotokopi.
Pembiayaan Properti
Pembiayaan ini untuk pembelian properti. Segmen utamanya adalah Anggota KSPPS Al
Huda dengan akad murabahah. Memiliki plafond maksimal sesuai harga properti dan
kelayakan hasil survei dan tenor 10 tahun. Sedangkan agunan nya 1. Sertifikat tanah yang
dibeli 2. IMB (bagi retail tidak wajib) 3. SPPT
Pembiayaan Kendaraan
Pembiayaan ini untuk pembelian kendaraan. Segmen utamanya adalah Anggota KSPPS Al
Huda dengan akad murabahah. Plafond maksimal sesuai harga properti dan kelayakan hasil
survei dan tenor 36 bulan juga untuk Agunannya adalah Kendaraan yang dibeli.
Tujuan pembiayaan ini adalah bagi anggota yang ingin merenovasi rumah, membangun
rumah secara bertahap, dan pembelian rumah. Segmen utamanya yaitu anggota yang ingin
merenovasi, membangun, atau memiliki rumah. Menggunakan akad murabahah, istishna’,
salam, ijarah. Memiliki plafond maksimal Rp 100.000.000 dan tenor 36 bulan.
Tujuan pembiayaan ini adalah memenuhi kebutuhan anggota yang ingin memiliki kendaraan
bermotor jadi untuk segmen utama nya tentu anggota yang ingin memiliki kendaraan
bermotor. Menggunakan akad murabahah dan IMBT. Untuk plafond maksimal rp
100.000.000 dan tenor 36 bulan serta agunannya adalah SHM dan BPKB.
3. KSPPS Bismillah
Bismillah Mart
Tujuan pembiayaan ini yaitu pembelian barang yang dibutuhkan anggota tentu segmen utama
nya yaitu para pedagang. Menggunakan akad murabahah dengan plafond Rp 100.000 - Rp
2.000.000 dan tenor maksimal 10 bulan. Agunannya adalah barang yang dibeli dengan syarat
minimal usia usahanya 2 tahun.
Pembiayaan Murabahah
Tujuan nya adalah pembiayaan modal kerja usaha, investasi, dan konsumtif. Untuk segmen
utama nya itu pedagang, wirausaha, pegawai. Menggunakan akad bai’ dengan plafond Rp
1.000.000 - Maksimal Rp 250.000.000 (opsional) dan tenor maksimal 60 bulan. Agunan yang
digunakan itu surat tanah dan kendaraan. Syarat minimal usia usahanya 1 tahun. Berikut
persyaratannya : 1. Menjadi anggota 2. Mengajukan permohonan dengan lampiran identitas
diri, usaha, dan keuangan serta jaminan.
Tujuan pembiayaan ini adalah pembelian barang konsumtif, jadi segmen utama nya secara
umum. Dengan akad murabahah dan plafond Rp 1.000.000 - Rp 35.000.000 serta tenor 1 - 24
bulan. Agunan yang bisa digunakan ialah BPKB, SHM. Berikut Persyaratan nya : 1. Kartu
Anggota 2. KTP/ (Identitas diri) 3. Kartu Keluarga 4. Buku nikah 5. Agunan. Khusus
pembiayaan sebesar Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 tanpa agunan.
Tujuan Pembiayaan nya yaitu Permodalan, jadi Segmen Utamanya adalah Pemenang proyek
pemerintah, BUMN, swasta. Dengan Akad Murabahah bil Wakalah dan Plafond Rp
50.000.000 - Rp 300.000.000 serta Tenor 1 - 12 bulan. Agunan yang bisa digunakan adalah
BPKB, SHM. Persyaratannya : 1. Kartu Anggota 2. KTP/ (Identitas diri) 3. Kartu Keluarga 4.
Buku Nikah 5. Agunan
PT Permodalan Nasional Madani yang didirikan pada tanggal 1 Juni tahun 1999
merupakan lembaga keuangan khusus yang didirikan dengan tujuan untuk menyelenggarakan
jasa pembiayaan termasuk kredit program dan jasa manajemen untuk pengembangan
koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk kegiatan usaha lainnya guna menunjang
kegiatan usaha tersebut.
PNM mempunyai misi untuk meningkatkan nilai tambah secara berkelanjutan bagi Usaha
Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dengan meningkatkan kelayakan usaha
dan kemampuan wirausaha para pelaku bisnis UMKMK, membantu pelaku UMKMK untuk
mendapatkan dan kemudian meningkatkan akses pembiayaan UMKMK kepada lembaga
keuangan baik bank maupun non bank yang pada akhirnya akan meningkatkan kontribusi
dalam perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta
meningkatkan kreatifitas dan produktivitas karyawan untuk mencapai kinerja terbaik dalam
rangka pengembangan sektor UMKM.
PNM juga merupakan salah satu lembaga yang ditunjuk oleh Pusat Investasi Pemerintah
sebagai penyalur Pembiayaan Ultra Mikro dengan pola penyaluran secara langsung.
Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) adalah program fasilitas pembiayaan kepada Usaha Ultra
Mikro yang merupakan program tahap lanjutan dari program bantuan sosial menjadi
kemandirian usaha yang menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah, yang belum
bisa difasilitasi perbankan.
PNM melalui Unit Usaha Syariah, mempunyai dua produk syariah andalan yang
ditujukan untuk UMKM yaitu Mekaar Syariah dan Ulaam Syariah yang sudah sesuai dengan
ketentuan hukum Islam yang berdasarkan fatwa dan/atau pernyataan kesesuaian syariah dari
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Tujuan dari pembiayaan ini adalah untuk memberikan pembiayaan produktif kepada
UMKM sesuai syariat Islam dan juga dapat membantu mengembangkan pelaku UMKM
dengan pembinaan yang dilakukan melalui pelatihan, pendampingan, dan konsultasi bagi
pelaku usaha.
1. ULAMM SYARIAH
Tujuan dari pembiayaan ini adalah produktif, untuk investasi dan modal kerja. Segmen utama
nya adalah usaha mikro dan kecil. Menggunakan akad murabahah dengan plafond Rp
25.000.000 - Rp 300.000.000 dan tenor maksimal 36 bulan. Agunan yang digunakan yaitu
fixed asset dengan minimal usia usaha 1 tahun dengan catatan tambahan bahwa yang
termasuk yaitu seluruh sektor usaha yang tidak termasuk daftar negatif dan tidak melanggar
prinsip syariah. Persyaratannya ialah sid lancar.
2. MEKAAR SYARIAH
Tujuan pembiayaan ini adalah untuk membina ekonomi keluarga sejahtera, jadi segmen
utama nya adalah wanita prasejahtera usia 18 - 63 tahun. Pembiayaan ini menggunakan akad
wakalah, murabahah dengan plafond Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 dan tenor 25 minggu dan
50 minggu, tanpa agunan.
Tujuan dari pembiayaan ini adalah modal kerja untuk pengembangan usaha. Segmen utama
nya adalah nasabah pnm mekaar syariah yang sudah mengikuti pembiayaan maksimal 2
tahun dengan plafond minimal Rp 3.000.000 menggunakan akad wakalah dan murabahah.
plafond Rp 7.000.000 - Rp 9.000.000 dan tenor 1 tahun dan 2 tahun tanpa agunan.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Cet. 1. Jakarta: AlvaBet, 2002.
Juwaini, Ahmad. “Direktori Pembiayaan Syariah Untuk UMKM.” Komite Nasional Ekonomi
dan Keuangan Syariah (KNEKS), 1.0, 2020.
Saeed, Abdullah. Islamic banking and interest : a study of the prohibition of riba and its
contemporary interpretation. Leiden : E.J. Brill, 1996.
Ulum, Fahrur. “Inovasi Produk Perbankan Syariah di Indonesia” 17, no. 1 (2014).