Anda di halaman 1dari 12

Akuntansi Lanjutan 1

“Akuntansi Transaksi salam dan salam paralel”

oleh :
Kelompok 2 / 7 AKB3
1. Umi Chabibah 152010300192
2. Edrina Khairun Nisa 142010300073
3. Nisfu Nur Fadilah 162010300175
4. M. Zainul Setiawan 162010300247
5. Nuriyati 162010300257
6. Silviana Rahmawati 162010300259
7. Yona Novia Nur 162010300266
8. Marduqi Badriyanto 162010300272

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO


FAKULTAS BISNIS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
PRODI AKUNTANSI
2019
BAB 10

AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Definisi dan Penggunaan Transaksi Salam dan Salam paralel

 Bai’ as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan pembelian barang yang
pembayarannya dilunasi di muka sedangkan penyerahan barang dilakukan di
kemudian hari.
 Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya.
 Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam
hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan bank,
sedang transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.

Penerapan transaksi salam dalam dunia perbankan masih sangat minim, bahkan sebagian
bank syariah tidak menawarkan skema transaksi ini. Hal ini dapat dipahami karena persepsi
masyarakat yang sangat kuat bahwa bank, termasuk bank syariah, merupakan institusi untuk
membantu masyarakat jika mengalami kendala likuiditas. Dengan demikian, ketentuan salam
yang mensyarakatkan pembayaran di muka merupakan suatu hal yang masih sulit untuk di
aplikasikan.

Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di Indonesia seiring
dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sector pertanian. Secara
khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan kemampuan akses pendanaan
petani, penggunaan skema salam relative lebih tepat dan lebih menguntungkan disbanding
skema lainnya. keuntungan skema salam antara lain:

1. Bagi Petani
skema salam dengan pembayaran di muka akan membantu petani dalam membiayai
kebutuhan petani dalam memproduksi barang pertanian. Dengan demikian, petani
memiliki kesempatan dan sorongan yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas
produksinya agar dapat menghasilkan prooduk pertanian.

2. Bagi Pemerintah
Penggunaan skema salam dengan cirri pembayaran di muka akan dapat mempercepat
pencapaian target-target pemerintah dalam mendorong peningkatan cadangan
penggandaan produk pertanian, keuntungan lainnya bagi pemerintah adalah dengan
tercapainya target cadangan penggandaan prodduk dengan dana yang terjangkau, maka
akan mempercepat peran serta pemerintah dalam dalam ekspor produk pertanian ke luar
negeri yang belakangan ini mengalami kenaikan.

3. Bagi Pengusaha
pengusaha, dalam hal ii berperan sebagai penjual produk pertanian baik untuk
konsumsi local maupun ekspor, akan dapat memiliki produk pertanian dari petani dengan
harga relative akan lebih rendah disbanding harga pasar mengingat pembayaran yang
dilakukan di muka. Adanya harga pembelian yang relative murah akan memberikan
keuangan untuk memperoleh margin yang menarik. selain itu juga adanya kepastian
memperoleh barang yang diinginkan.

4. Bagi Bank Syariah


Skema salam pada dasarnya sangat menguntungkan bagi bank syariah mengingat
pembeli sudah menyerahkan uangnya terlebih dahulu dimuka. Dengan demikian, risiko
kegagalan membayar utang tidak ada sama sekali. Walau transaksi ini menimbulkan
resiko baru, yaitu kegagalan menyarahkan bang. dengan pengalaman dan jaringan petani
yang dimiliki bank resiko ini mestinya tidak sulit untuk diatasi oleh bank syariah.

Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi dan Pengawasan Syariah Transaksi Salam dan
Salam parallel

Ketentuan Syar’i Transaksi Salam dan Salam Paralel

Landasan syar’i dibolehkannya transaksi salam adalah sebagaimanadisebutkan dalam


hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Abbas berikut:

“Barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”

Ketentuan syar’i transaksi salam diatur dalam fatwa DSN no 05/DSN-MUI/IV/2000


tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran, barang,
salam paralel, waktu penyerahan dan syarat pembatalan kontrak.

Rukun Transaksi Salam

Rukun-rukun salam meliputi:


(a) transaktor yakni pembeli (muslam) dan penjual (muslam ilaih);
(b) objek akad salam berupa barang dan harga yang diperjualbelikan dalam transaksi salam;
dan
(c) ijab dan kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli secara salam, baik
berupa ucapan atau perbuatan.

a. Transaktor

 Transaktor terdiri atas pembeli (muslam) dalam hal ini nasabah dan penjual (muslam
ilaih) dalam hal ini bank syariah.
 Kedua transakstor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan
memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan lain yang sejenis.
Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari
walinya.
 Terkait dengan penjual, fatwa DSN no 05/DSN-MUI/IV/2000 mengharuskan agar penjual
menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah
disepakati.
 Penjual diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak boleh
menuntut tambahan harga.
b. Objek salam

DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi
oleh barang yang diperjualbelikan dalam transaksi salam. Ketentuan tersebut antara lain:

1. harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang


2. harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3. penyerahannya dilakukan kemudian
4. waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
5. pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan

Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus diketahui
jumlah dan bentuknya. Alat bayar bisa berupa uang, barang atau manfaat. Pembayaran
harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.Pembayaran itu sendiri tidak boleh dalam
bentuk pembebasan utang.

c. Ijab dan Kabul

Ijab dan Kabul dalam salam adalah pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual (bank syariah) dan penerimaan yang
dinyatakan oleh pembeli (nasabah). pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan lisan,
isyarat, tindakan maupun tulisan, bergantung pada praktik yang lazim di masyarakat dan
menunjukkan keridhaan satu pihak untuk menjual salam dan pihak lain untuk membeli
barang salam. Dalam fatwanya, DSN menyatakan bahwa sepanjang disepakati oleh kedua
belah pihak dan tidak dipandang merugikan kedua belah pihak, kesepakatan salam dapat
dibatalkan. pembatalan ini sangat mungkin terjadi pada saat pihak penjual gagal
menghasilkan barang salam sesuai dengan criteria yang diinginkan.

Rukun Transaksi Salam Paralel

Berdasarkan fatwa DSN no 5 tahun 2000, disebutkan bahwa akad salam kedua (antara
bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus dilakukan terpisah dari akad
pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah. Rukun-rukun yang
terdapat pada akad salam pertama juga berlaku pada akad salam kedua.

Pengawasan Syariah Transaksi Salam dan Salam paralel

Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman yang diterapkan oleh Bank Indonesia dilakukan
untuk:

a) memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam;


b) memastikan bahwa pembayaran atas barang salam kepada pemasok telah dilakukan
diawal kontrak secara tunai sebesar akad salam;
c) meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI tentang salam dan
peraturan Bank Indonesia yang berlaku;
d) meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam paralel atau akad
salam biasa;
e) meneliti bahwa keuntungan bank syariah atas praktik salam paralel diperoleh dari selisih
antara harga beli dari pemasok dengan harga jual kepada nasabah/pembeli akhir.

Adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS menuntut bank syariah untuk hati-
hati dalam melakukan transaksi jual beli salam dengan para nasabah. Di samping itu, bank
juga dituntut untuk melaksanakan tertib administrasi agar berbagai dokumen yang diperlukan
DPS dapat tersedia setiap saat dilakukan pengawasan terhadap kesyariahan transaksi salam
yang dilakukan.

ALUR TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

1. Negosiasi dengan persetujuan kesepakatan antara penjual dengan pembeli terkait


dengan transaksi salam yang akan dilaksanakan.
2. Pembeli melakukan pembayaran terhadap barang yang diinginkan sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat.
3. Pada transaksi salam, penjual mulai memproduksi atau menyelesaikan tahapan
penanaman produk yang diinginkan pembeli. Setelah produk dihasilkan, pada saat
atau sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi
kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli.
Adapun transaksi salam paralel, yang biasanya digunakan oleh penjual (bank syariah)
yang tidak memproduksi sendiri produk salam, setelah menyepakati kontrak salam
dan menerima dana dari nasabah salam, selanjutnya secara terpisah membuat akad
salam dengan petani sebagai produsen produk salam.
4. Setelah menyepakati transaksi salam kedua tersebut, bank langsung melakukan
pembayaran kepada petani.
5. Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan bank, petani mengirim
produk salam kepada petani sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
6. Bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada nasabah dari petani.

CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Akuntansi salam diatur dalam PSAK Nomor 103 tentang Akuntansi Salam. Standar
tersebut berisikan tentang pengakuan dan pengukuran, baik sebagai pembeli maupun sebagai
penjual. Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengakuan dan pengukuran
salam adalah terkait dengan piutang salam, modal usaha salam, kewajiban salam, penerimaan
barang pesanan salam, denda yang diterima oleh pembeli dari penjual yang mampu, tetapi
sengaja menunda-nunda penyelesaian kewajibannya serta tentang penilaian persediaan
barang pesanan pada periode pelaporan.

TEKNIS PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSAKSI SALAM

Teknis perhitungan transaksi salam (kasus 10.1)

Transaksi Salam Pertama

PT. Thariq Agro Mandiri , membutuhkan 100 ton biji jagung hibryda untuk keperluan ekspor
6 bulan yang akan datang. Pada tanggal 1 Juni 20XA, PT. Thariq Agro Mandiri melakukan
pembelian jagung dengan skema salam kepada Bank Syariah Sejahtera. Adapun informasi
tentang pembelian tersebut adalah sebagai berikut:

Spesifikasi barang : Biji jagung manis hybrida kualitas no 2


Kuantitas : 100 ton
Harga : Rp 700.000.000 ( Rp 7.000.000 per ton)
Waktu penyerahan : dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (2 September dan 2
Desember 20XA)
Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

Transaksi Salam Kedua

Untuk pengadaan produk salam sebagaimana diinginkan oleh PT. Thariq Agro Mandiri, bank
syariah selanjutnya pada tanggal 2 Juni 20XA mengadakan transaksi salam dengan petani
yang bergabung dalam KUD. Tunas Mulia dengan kesepakatan sebagai berikut:

Spesifikasi barang : Biji jagung manis hybrida kualitas kualitas no 2


Kuantitas : 100 ton
Harga : Rp 650.000.000 (Rp 6.500.000 per ton)
Penyerahan modal : uang tunai sejumlah Rp 650.000.000
Waktu penyerahan barang :dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (1 September dan
1 Desember 20XA)
Agunan : Tanah dan kendaraan senilai Rp 700.000.000
Syarat pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

Denda kegagalan penyerahan karena kelalaian atau kesengajaan: 2% dari nilai produk yang
belum diserahkan.

Penjurnalan Transaksi Salam

a. Transaksi pada saat Akad disepakati

Pada saat akad disepakati, pembeli disyaratkan untuk sudah membayar produk salam
secara lunas. Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 17 disebutkan bahwa kewajiban salam
diakui pada saat penjual menerima modal usaha sebesar modal usaha salam yang diterima.

Berdasarkan kasus 10.1, pada saat bank syariah melakukan akad salam dengan PT.
Thariq Agro Mandiri (PT. TAM) dan menerima dana salam, maka jurnal transaksi tersebut
adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

5/6/XA Db. Kas/rekening pembeli – PT. TAM 700.000.000

Kr. Hutang salam 700.000.000

b. Penyerahan modal salam dari bank syariah kepada pemasok atau petani

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 11 disebutkan bahwa piutang salam diakui pada
saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan (PSAK no 103 paragraf 12).

Misalkan pada tanggal 1 Juni, bank syariah menyerahkan modal berupa uang
tunai sebesar Rp 650.000.000,- ke rekening KUD di bank maka jurnal saat penyerahan
modal salam oleh bank syariah kepada KUD adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


6/6/XA Db. Piutang salam 650.000.000
Kr. Kas/rekening nasabah penjual – KUD TM 650.000.000
c. Penerimaan barang pesanan dari pemasok atau petani

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 16 disebutkan bahwa barang pesanan yang


diterima diakui sebagai persediaan. Adapun waktu penerimaan produk salam dari pemasok
atau petani, dilakukan sesuai dengan tanggal kesepakatan.

Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi perbedaan antara kualitas
dan nilai wajar barang dengan kualitas dan nilai kontrak. Perbedaan tersebut antara lain
berupa;
a. Kualitas barang dan nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak;
b. Kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontrak;
c. Kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak;

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13a, disebutkan bahwa jika barang pesanan
sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati.

Misalkan pada tanggal 1 September 20XA dan 1 Desember 20XA, KUD TM


menyerahkan masing-masing 50 ton biji jagung manis hybrida kualitas no 2 sebagaimana
yang disepakati dalam perjanjian salam. Adapun nilai wajar produk tersebut pada saat
penyerahan sama dengan nilai kontrak yaitu Rp 325.000.000 (50 ton x Rp 6.500.000 per ton).
Jurnal untuk saat penyerahan produk salam dari KUD ke bank syariah adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/9/XA Db. Persediaan produk salam 325.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000

Ket: Penyerahan tahap pertama sebanyak 50 ton biji


jagung kualitas 2 dengan kualitas barang dan nilai
wajar barang sama dengan nilai kontrak.
1/12/XA Db. Persediaan produk salam 325.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000

Ket: Penyerahan tahap kedua sebanyak 50 ton biji


jagung kualitas 2 dengan kualitas barang dan nilai
wajar barang sama dengan nilai kontrak.

10.5.3 Variasi dalam Transaksi Salam

1. Penyerahan modal salam dengan menggunakan aset nonkas

1.1. Nilai wajar aset salam nonkas sama dengan dari nilai tercatatnya

Misalkan pada kasus di atas, bank syariah menyerahkan modal berupa uang tunai ke
rekening KUD di bank dan berupa mesin pertanian. Misalkan mesin pertanian yang
diserahkan memiliki nilai buku sebesar Rp 25.000.000, (harga perolehan Rp 30.000.000.000
dan akumulasi penyusutan Rp 5.000.000). Peralatan tersebut selanjutnya diserahkan kepada
KUD TM sebagai pembiayaan berwujud nonkas dan dihargai dengan nilai Rp 25.000.000.
Maka jurnal untuk transaksi penyerahan aset nonkas adalah sebagai berikut:

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Piutang salam 25.000.000

Db. Akumulasi penyusutan 5.000.000

Kr. Aset salam – mesin pertanian 30.000.000

2. Variasi dalam penerimaan barang pesanan dari pemasok atau petani

Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi perbedaan antara kualitas dan
nilai wajar barang dengan kualitas dan nilai kontrak. Variasi tersebut antara lain; (1) Kualitas
barang dan nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak; (2) Kualitas barang lebih rendah
dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontrak; (3) Kualitas barang dan nilai wajar
barang, lebih tinggi dari nilai kontrak;

2.1. kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai
kontrak

Misalkan pada tanggal 1 September 20XA, KUD TM hanya bisa menyerahkan 50 ton
biji jagung manis hybrida kualitas no 3. Adapun nilai wajar produk tersebut adalah Rp
300.000.000 (50 ton x Rp 6.000.000). Jurnal untuk saat penyerahan produk salam dari KUD
ke bank syariah adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/9/XA Db. Persediaan salam 300.000.000


– 50 ton biji jagung
kualitas 3
Db. Kerugian 25.000.000
penerimaan barang
salam
Kr. Piutang salam 325.000.000

2.2. kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak

Misalkan pada tanggal 1 September 20XA, KUD TM menyerahkan 50 ton biji jagung
manis hybrida kualitas no 1. Adapun nilai wajar produk tersebut adalah Rp 350.000.000 (50
ton x Rp 6.500.000). Jurnal saat penyerahan produk salam dari KUD ke bank syariah adalah
sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/9/XA Db. Persediaan salam – 50 ton biji jagung 325.000.000


kualitas 1
Kr. Piutang salam 325.000.000
3. Pemasok atau petani gagal menyerahkan seluruh atau sebagian produk salam pada
masa akhir kontrak.

Alternatif 1: Pembeli memperpanjang masa pengiriman

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13c(i) dinyatakan bahwa jika tanggal pengiriman
diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai
dengan nilai yang tercantum dalam akad. Dengan demikian, jika bank sebagai pembeli
memilih alternatif memperpanjang masa pengiriman, maka bank hanya melakukan revisi
terhadap kesepakatan jual beli salam dalam hal waktu penyerahan barang. Dalam hal ini tidak
ada transaksi yang harus dijurnal oleh bank.

Alternatif 2: Pembeli membatalkan pembelian barang yang belum dikirim

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13c(ii), disebutkan bahwa jika akad salam
dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi piutang yang
harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi. Dengan demikian, jika
pembeli membatalkan pembelian barang yang belum dikirim, maka diperlukan jurnal untuk
mengakui pembatalan tersebut

Jika pada kasus 10.1 di atas, KUD TM gagal menyerahkan sisa produk salam yang
disepakati dan bank memilih untuk membatalkan pembelian barang yang belum dikirim,
maka jurnal untuk mengakui pembatalan tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/12/XA Db. Piutang KUD TM 325.000.000

Kr. Piutang salam 325.000.000


– KUD TM

Selanjutnya untuk melunasi piutang KUD TM, terdapat beberapa alternatif yaitu
(1)dilunasi dengan dana kas KUD TM, (2)dilunasi dengan penjualan jaminan. Adapun
jurnalnya adalah sebagai berikut:
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Kas/rekening KUD TM 325.000.000

Kr. Piutang KUD TM 325.000.000

4. Pengenaan denda kepada penjual yang gagal menyerahkan produk salam bukan
karena force majeur

PSAK no 103 paragraf 15 menyatakan bahwa pembeli dapat mengenakan denda


kepada pemasok yang gagal menyerahkan produk salam jika pemasok tersebut pada dasarnya
mampu akan tetapi sengaja tidak melakukannya. Denda tidak berlaku bagi penjual yang tidak
mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur. Adapuin besar denda yang
dikenakan menurut PSAK no 103 paragraf 15 adalah sebesar yang disepakati dalam akad.
Denda yang diterima oleh bank sebagai pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan (dana
qardh) (PSAK no 103 paragraf 14).

Misalkan pada kasus 10.1, KUD TM gagal menyerahkan produk salam kepada bank
syariah senilai Rp 325.000.000 pada waktu jatuh tempo. Sesuai dengan kesepakatan KUD
dikenakan denda 2% dari nilai produk yang belum direalisir atau sebesar Rp 6.500.000.
Adapun jurnal penerimaan denda adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

1/12/XA Db. Kas/rekening – KUD 6.500.000


Kr. Dana kebajikan 6.500.000

Penyajian

Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 20 s/d 22, penyajian rekening yang terkait transaksi
salam dan salam paralel antara lain:

1. Piutang salam, yang timbul karena pemberian modal usaha salam oleh bank syariah.
2. Piutang, yang timbul karena penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi
salam. Rekening ini disajikan terpisah dari piutang salam.
3. Hutang salam, timbul karena bank menjadi penjual produk salam yang dipesan oleh
nasabah pembeli.

Pengungkapan

Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentang transaksi salam
dan salam paralel antara lain:
1. Rincian piutang salam (kepada pemasok) dan hutang salam (kepada pembeli) berdasarkan
jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang dan penyisihan kerugian piutang
salam.
2. Piutang salam dan hutang salam yang memiliki hubungan istimewa
3. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun yang dibiayai
secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain
4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.

Anda mungkin juga menyukai