Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

(AKAD SALAM)
Dosen Pengampuh: Sulvariany Tamburaka, S.E., M.Si

OLEH:
KELOMPOK 1

KELAS A

AL FAHRAN B1C121004

ANISA ANGGRAENI B1C121013

DESTY WARDANI B1C121019

FITRA RAHMIANA B1C121026

ICHA AMELIA B1C121033

KOMANG MARTINI B1C121042

MUH. NUR IHSAN ASSAMBO B1C121049

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan rahmat,
karunia, dan ridha-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
yang berjudul “ Akad Salam ”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai salah
satu tugas kelompok pada mata kuliah “ Akuntansi Syariah ”.

Dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Dosen
Pengampuh yaitu Ibu Sulvariany Tamburaka, S.E., M.Si. Serta semua teman kelompok yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengarapkan kritik dan saran dari semua pihak terkait. Sehingga
kekurangan yang ada dalam makalah ini dapat diperbaiki dan di sempurnakan.

Dalam penyususnan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat sebagaimana baiknya, khususnya bagi teman-teman mahasiswa sekalian.

Kendari, November 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bisnis syariah dewasa ini mengalami perkembangan yang signifikan dan Menjadi tren
baru dunia bisnis dinegaranegara mayoritas berpenduduk muslim maupun nonmuslim
Perkembangan ini terutama terjadi disektor keuangan. Perbankan Syariah dan produk-
produknya telah beredar luas di masyarakat, Asuransi Syariah juga sudah mulai
bermunculan. Perkembangan bisnis syariah ini menuntut standard akuntansi yangsesuai
dengan karakteristik bisnis syariah sehingga transparansi dan akuntan bilitas bisnis syariah
pun dapat terjamin.

Oleh karena itu, lembaga keungan islam harus teliti dalam accounting yang bebas
bunga(riba) seperti akutansi mudharobah, musyarakah, ijarah, istishna’,salam dll .Dalam
makalah ini kami akan menjelaskan tentang akuntansi salam. Akad salam dapat membantu
produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan
yang telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang
tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad salam
biasanya digunakan untuk pemesanan barang pertanian.

Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di Indonesia seiring
dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sector pertanian.
Secara khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan kemampuan akses
pendanaan petani, penggunaan skema salam relative lebih cepat dan lebih menguntungkan
disbanding skema lainnya. Setelah mengikuti presentasi atau diskusi ini diharapkan
peserta(audiences) akan lebih memahami mengenai transaksi salam dan perlakuan
akuntansinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Akad Salam ?
2. Apa saja jenis-jenis Akad Salam ?
3. Bagaimana rukun dan syarat akad Salam ?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi pada akad pembiayaan Akad Salam ?
1.3 Tujuan
1. Mengerti apa yang dimaksud dengan murabahah
2. Mengetahui jenis-jenis murabahah
3. Memahami rukun dna syarat akad murabahah
4. Mengetahui perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKAD SALAM


Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya di muka. Para fuqaha menamainya al mahawi’ij (brang-barang
mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang
diperjualbelikan tidak ada di tempat. “Mendesak”, dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat
membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan.
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran
di muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. PSAK 103
mendefinisikan Salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslim fiih) dengan
pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam murabahah, kita kenal ada penjualan tangguh yang artinya barang diserahkan
terlebih dahulu sedangkan pembayaran kemudian. Salam merupakan kebalikannya, dimana
pembayaran dilakukan terlebih dahulu dan penyerahan barang dilakukan kemudian. Untuk
menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh meminta jaminan dari penjual.
Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah
selama jangka waktu akad. Apabila pembeli menerima barang sedangkan kualitasnya lebih
rendah maka pembeli akan mengakui adanya kerugian dan tidak boleh meminta
pengurangan harga, karena harga sudah disepakati dalam akad tidak dapat diubah.
Demikian juga jika kualitasnya lebih tinggi, penjual tidak dapat meminta tambahan harga
dan pembeli tidak boleh mengakui adanya keuntungan, karena kalau diakui sebagai
keuntungan dapat dipersamakan ada unsur riba ( kelebihan yang tidak ada iwad/faktor
pengimbang yang dibolehkan syariah).
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang
disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk
melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya.
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan pejual, dan dapat juga
dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: pembeli – penjual – pemasok yang disebut sebagai
salam paralel. Risiko yang muncul dari kasus ini adalah apabila pemasok tidak bisa mengirim
barang maka ia tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, risiko lain barang yang
dikirimkan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli sehingga
perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus mencari pembeli lain yang
berminat. Sedangkan ia tetap memiliki kewajiban pada pembeli dan pemasok.
Transaksi salam biasanya digunakan pada industri pertanian. Bahkan akad salam
dapat digunakan untuk membantu petani dengan tiga strategi pendekatan yang dilakukan
pemerintah (Syafi’i Antonio, 1999), antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah membentuk perusahaan pembiayaan syariah, untuk sektor pertanian
secara khusus dalam bentuk BUMN nonbank. Perusahaan ini bertanggung jawab untuk
menyalurkan pembiayaan pada petani, dan kemudian menjual hasil pertanian yang
didapat kepada publik atau pemerintah dengan kata lain memperluas peran Bulog,
dimana bulog difungsikan pula sebagai lembaga pembiayaan petani. Hal yang
terpenting lembaga ini haruslah amanah.
2. Pemerintah membentuk bank pertanian syariah. Namun demikian, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara bank untuk menyimpan hasil pertanian, mengingat
ia akan menerima dalam bentuk produk dari petani dan bukan dalam bentuk uang.
Untuk itu, perlu ada modifikasi dari skema salam, dimana bank dapat menunjuk petani
yang bersangkutan untuk menjualkan hasil pertaniannya ke pasar, dan kemudian
mengembalikan sejumlah uang kepada bank. Petani dapat diberikan komisi tambahan
oleh bank karena telah bertindak sebagai agennya.
3. Melalui penerbitan sukuk. Daerah-daerah surplus pangan dapat menerbitkan sukuk
berbasis salam dan daerah-daerah yang kekurangan pangan dapat menginvestasikan
dananya untuk membeli sukuk. Daerah surplus pangan akan memiliki modal tambahan,
dan daerah minus pangan akan mendapat kepastian supply pangan.

2.2 JENIS AKAD SALAM


1. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang diperjualbelikan belum ada ketika
transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan penyerahan
barang baru dilakukan dikemudian hari.

Skema Salam

Barang/Modal
Pembeli/
penjual Pembeli
Salam
Uang

2. Salam Paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan dan
penjual antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini
terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan tersebut.
3. Salam Paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad
pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antara
pembeli dan penjual.
Beberapa ulama kontemperor melarang transaksi salam paralel terutama jika
perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat
menjurus kepada riba.

Skema Salam Paralel


Barang/Modal Barang/Modal
Pembeli/ Pembeli/
penjual Pembeli
penjual
Salam 2 Salam 1

Uang Uang

Salam Forward Future


Penentuan harga Saat kontrak di Saat kontrak di Saat kontrak di
dan kuantitas buat buat buat
produk yang akan
di kirimkan

Pengiriman Di masa depan Di masa depan Tidak harus ada


barang sesuai dengan sesuai dengan pengiriman
kontrak kontrak karena pembeli
atau penjual
dapat menutup
kewajibannya
dengan bertukar
posisi. Misalnya,
Tn A menjual
1.000 kg beras
untuk pengiriman
3 bulan kemudian.
Setelah kontrak
berjalan 2 minggu
penjual dapat
menutup posisi
awal dengan
menjadi pembeli
beras 1.000 kg.
Pembayaran oleh Saat kontrak di Saat barang saat melaukan
pembeli buat, pembeli diterima dimasa pembelian atau
harus seluruh nilai depan sesuai penjual, investor
kontrak yang di dengan kontrak harus menyimpan
disetujui uang di clearing
house dan setiap
hari akan proses
mark-to-the-
market
Barang yang Barang yang halal Sesuai dengan Barang yang
menjadi objek dan harus mudah kehendak pembeli ditransaksikan
kontrak di temui di dan penjual yang distandarisasikan.
pasar(fungible). menbuat kontrak Umumnya future
Umumnya salam forward memperjual
digunakan dalam komoditas dan
kontrak jual-beli aset keuangan
produk pertanian.
Tujuan di buatnya Memberikan Lindungi nilai dan Lindungi nilai dan
kontrak modal kerja spekulasi spekulasi
kepada penjual
untuk
memproduksi

2.3 Sumber Hukum Akad Salam


 Al-Quran
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar....” (QS al-
Baqarah: 282)

“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS 5:1)


 Al-Hadits
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula. Untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari
Muslim).

Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh muqaradhah
(mudharabah), dam mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).

2.4 Rukun dan Ketentuan Akad Salam


Rukun salam ada tiga, yaitu:
1. Pelaku, terdiri atas penjual (muslam illaihi) dan pembeli (al muslam).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal salam (rasu
maalis salam).
3. Ijab kabul/serah terima.

Ketentuan syariah, terdiri:


1. Pelaku adalah cakap hukum dan baligh
2. Objek akad
 Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu:
a. Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
b. Modal salam berbentuk uang tunai.
c. Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
merupakan piutang.
 Ketentuan syariah barang salam, yaitu:
a. Barang tesebut harus dapat dibedakan/diidentifikasi mempunyai spesifikasi dan
karakteristik yang jelaas seperti kualitas, jenis, ukuran dan lain sebagainya
sehingga tidak ada gharar.
b. Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi.ditakar/ditimbang.
c. Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh juga
dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6 bulan atau musim panen
disesuaikan dengan kemungkinan tersedianya barang yang dipesan.
d. Barang tidak harus ada di tangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang
ditentukan.
e. Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, akad
menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai
dengan barang yang dipesan tersedia atau membatalkan akad sehingga penjual
harus mengembalikan dana yang telah diterima.
f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang memilih untuk
menerima atau menolak.
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual tidak
boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai pelayanan
kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh memilih
menolak atau menerimanya. Apabila pembeli menerima maka pembeli tidak
boleh meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh kedua pihak
dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan
tidak boleh menuntut penambahan harga.
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan
secara syariah.
k. Penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.
3. Ijab Kabul
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern.
2.5 Berakhirnya Akad Salam
Dari penjelasan diatas, hal-hal yang dapat membatalkan kontrak adalah:
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang di tentukan.
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang di sepakati dalam akad.
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk
menolak atau membatalkan akad.
4. Barang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimnya.
5. Barang diterima.

Apabila barang yang dikirim tidak sesuai kualitasnya dan pembeli memilih untuk
membatalkan akad, maka pembeli berhak atas pengembalian modal salam yang
diserahkannya. Pembatalan dimungkinkan untuk keseluruhan barang pesanan, yang
mengakibatkan pemgembalian semua modal salam yang telah dibayarkan. Dapat juga
pembatalan sebagian penyerahan barang pesanan dengan pemgembalian sebagian
modal salam.

2.6 Akuntansi Untuk Pembeli

Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi:

1. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha salam
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam disajikan sebagai
piutang salam.
2. Pengukuran modal usaha salam
Modal salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan
Jurnal:
Piutang Salam xxx
Kas xxx

Modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar, selisih antara
nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
a. Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
Jurnal:
Piutang Salam xxx
Kerugian xxx
Aset Nonka xxx

b. Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat


Jurnal:
Piutang Salam xxx
Aset Nonkas xxx
Keuntungan xxx

3. Penerimaan barang pesanan


a. Jika barang pesanan sesuai akad, maka dinilai sesuai nilai yang disepakati
Jurnal:
Aset Slam xxx
Piutang Salam xxx

b. Jika pemesanan berbeda kualitasnya


1) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari
nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka barang pesanan yang
diterima diukur sesuai dengan nilai akad.
Jurnal:

Aset Salam xxx


Piutang salam xxx

2) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang
pesanan yang tercantum dalam akad, Maka barang pesanan yang diterima diukur
sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai
kerugian.
Jurnal:

Persediaan-Aset Salam (diukur pada nilai wajar) xxx


Kerugian Salam xxx
Piutang Salam xxx
c. Jika pebeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka:
1) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar
bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad, dan
jurnal atas bagian barang pesanan yang diterima:
Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima) xxx
Piutang Salam xxx
2) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam
berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang
tidak dapat dipenuhi dan jurnal:
Aset Lain-lain-Piutang pada Penjual xxx
Piutang salam xxx
3) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil
dari nialai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan
hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Jurnal:
Kas xxx
Aset Lain-Piutang pada Penjualan xxx
Piutang Salam xxx
Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nialai tercatat piutang
salam maka selisihnya jadi hak penjual.
Kas xxx
Utang Penjual xxx
Piutang Salam xxx

4. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan.
Jurnal:
Dana Kebajikan-Kas xxx
Dana Kebajikan-Pendapatan Denda xxx

Denda hanya booleh dikenakan kepada penjual yang mampu meneyelesaikan


kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal ini tidak berlaku bagi penjual
yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur

5. Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari pitang salam.
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah
biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian.

6. Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;
b. Jenis dan kualitas barang pesanan; dan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK NO. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

2.7 Akuntansi Untuk Penjual

1. Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima
modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima disajikan sebagai kewajiban
salam.
2. Pengukuran kewajiban salam, jika modal usaha salam dalam benuk kas diukur
sebesar jumlah yang di terima.
jurnal:

kas xxx
utang salam xxx
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar
jurnal:

Aset nonkas (nilai wajar) xxx


utang salam xxx

3. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerhan


barang kepada pembeli
jurnal:

utang salam xxx


Penjualan xxx

4. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar
oleh pembeli akhir dan biaya porolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan
dan kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
jurnal ketika membeli persedian:

aset salam xxx


Kas xxx

Pencatatan ketika menyerahkan persedian, jika jumlah yang dibayar oleh pembeli
akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan.
hutang salam xxx
Aset salam xxx
Keuntungan salam xxx

5. Pada akhirnya periode pelaporan keuagan, persedian yang diperoleh melalui


transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

6. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban
salam.
7. Pengungkapan
a) Piutang salam kepada produsen (dalam salam parallel) yang memiliki
hubungan istimewa.
b) Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) Pengungkapan lain sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah.

Jurnal ketika membeli persediaan:


Aset salam xxx
Kas xxx

Pencatatan ketika menyerahkan persediaan bila jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir
lebih kecil dari biaya perolehan barang pesanan.
Utang salam xxx
Aset salam xxx

Jurnal ketika menyerahkan persediaan bila jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir lebih
besar dari biaya perolehan barang pesanan.
Utang salam xxx
Keuntungan salam xxx

4. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi
salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
5. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban
salam.
6. Pengungkapan, penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
a. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan
istimewa
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

ILUSTRASI KASUS AKAD SALAM


a. Penyerahan Dilakukan secara Tunai
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah)
1 Januari 2007

Pembeli memberikan modal Kas 100.000 Piutang salam 100.000


salam kepada penjual senilai Rp Utang salam 100.000 Kas 100.000
100.000 secara tunai.
Pengiriman akad dilakukan
setelah Tgl 31 Maret
2007/masa panen.

b. Transaksi dengan Penyerahan Aset Nonkas


Transaksi Penjual Pembeli
Penyerahan aset nonkas Aset 110.000 Piutang salam 110.000
dengan nilai Rp 80.000 tercatat Utang salam 110.000 Aset nonkas 80.000
Rp 20.000 Nilai wajar Rp Keuntungan 30.000
110.000
Penyerahan aset nonkas Aset 70.000 Piutang salam 70.000
dengan nilai tercatat Rp 80.000 Utang salam 70.000 Kerugian 10.000
Nilai wajar Rp 70.000 Aset nonkas 80.000

BAB 3
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salam adalah transaksi dimana
Pembeli membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan Kuantitasnya
jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian hari.
Penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan lebih menguntungkan dibanding skema
lainnya karena dapat mengembangkan Kemampuan akses pendanaan petani dan
mengembangkan sector pertanian dan industri.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh Barang
dalam jumlah dan kualitas tertentup ada saatia membutuhkan dengan harga yang
disepakatinya diawal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk
melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya. Selain itu,
manfaat salam ialah selisih harga yang didapat dari nasabah dengan harga jual kepada
pembeli.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai