Anda di halaman 1dari 15

DISUSUN OLEH :

1. Firdayanti putri (170302006)


2. Siti ma’arifah aedianti (170302007)
3. Mirza lailatul M (170302008)
4. Indah wulandari (170302025)
5. Oktaviani rizki amanda (170302034)
6. Isty qomatus sa’ada (170302043)
7. Ririn wulan sari (170302049)
8. Nur rizqiani (170302077)
9. Syauqi maulana (170302154)
Definisi Istishna’
Istishna’ adalah akad yang berasal dari bahasa arab
yang artinya buatan.
Secara etimologi berasal dari suna’ah yang berarti
membuat sesuatu dari bahan dasar juga dapat
dilakukan sebagai meminta atau memohon dibuatkan.

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,Istishna


adalah jual beli barang atau jasa dalam bentuk
pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pihak pemesan dan pihak
penjual
Akad Istishna
Adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli / mustashini’) dan penjual
(pembuat / shani’).
Hak Pembeli untuk mempeoleh
jaminan dari penjualan atas
a) jumlah yang telah dibayarkan
b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan
spekulasi dan tepat waktu
Akad bisa di bakalkan jika :
a) kedua bela pihak setuju untuk menghentikannya,
atau
b) akal batal demi hukum, karena timbul kondisi
hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau
penyelesaian akad.
Jenis Akad Istishna’
a) Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang telah disepakati antara
pemesan dan penjual.
Skema istishna’

Melakukan akad istishna’

Barang diserahkan
penjual PEMBELI
pembayaran
b) Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara
penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi
kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat
memenuhi aset yang dipesan oleh pemesan.
Skema Istishna’ pararel
Melakukan akad istishna’
Barang diserahkan
penjual PEMBELI
pembayaran

Barang
Memesan diserahkan
dan PRODUSEN /
membeli PEMASOK
Dasar Syariah
a) Sumber Hukum Akad Istishna’
b) Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’
c) Berakhirnya Akad istishna’
a) Sumber Hukum Akad Istishna’
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa qiyas dan kaidah-
kaidah umu tidak memperbolehkan istishna,karena
istishna merupakan jual beli barang yang belum ada.
Sementara jual beli semacam ini dilarang oleh Rasulullah
,karna barang yang menjadi objek jual beli tidak ada atau
belum ada pada waktu akad. Selain itu,juga tidak bisa
dinamakan ijarah,karena bahan yang akan digunakan
untuk membuat barang adalah milik si penjual. Hanya
saja, bila berlandaskan kepada isishna. Ulama Hanafiyah
memperbolehkan. Karena akad semacam ini sudah
menjadi budaya yang dilandaskan oleh hampir seluruh
masyarakat. Bahkan telah disepakati (ijma’) tanpa ada yang
mengingkari.
b) Rukun dan Ketentuan Akad
Istishna’
Rukun istishna’ ada 3, yaitu : Ketentuan syariah :

1. Pelaku terdiri atas 1. Pelaku, harus cakap


pemesan dan penjual hukum dan baligh
2. Objek akad berupa 2. Objek akad
barang yang akan 3. Ijab kabul
diserahkan dan
modalnya berbentuk
harga.
3. Ijab kabul / serah terima
c) Berakhirnya akad istishna’
Kontrak istishna’ berakhir berdasarkan kondisi-
kondisi berikut :
1. dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua
belah pihak
2. persetujuan bersama kedua belah pihak untuk
menghentikan kontrak
3. pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab
yang masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya
kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing
pihak bisa menuntut pembatalan.
Akad istishna adalah akad yang halal dan didasarkan
secara syar’i diatas petunjuk Al-Qur’an,As-Sunnah,dan
Ijma’. Dikalangan muslimin dan diatur dalam Undang-
Undangdan Fatwa,yakni :
 Al-Qur’an
Pembiayaan istishna di atur dalam al-qur’an q.s. al-baqarah:275
’orang-orang yang makan(mengambil) riba tidak apat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan syaitan,lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah
desebabkan mereka berkata (berpendapat):”sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari rabbnya,lalu terus berhenti (dari mengambil riba). Maka baginya
apa yang teah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan),dan
urusannya (terserah) kepada allah. Orang yang mengulangi (makan
riba),maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;mereka kekal
didalamnya”.
 As-Sunnah
As-Sunnah dalam pembiayaan istishna yaitu:
“Dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW hendak menuliskan surat kepada raja
non-Arab,lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi
menerima surat yang tidak di stempel. Maka beliau pun memesan agar ia
dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas menisahkan: seakan-akan
sekarang ini utang”.

 Fatwa
Sedangkan berdasarkan Fatwa yang mengatur tentang jual beli istishna yaitu
 Pelaku harus cakap hukum dan baligh
 Objek akad:
ZAHROTUT (114) implementasi akad
istishna pada bank syariah
PIPIT O (050) perbedaan akad salam
dengan akad istishna
BELLA (035) apakah istishna bisa
dikreditkan kalo bisa bagaimana
ketentuannya
MERRY (070) apa yang menjadi pedoman
pencatatan dan pelaporan akuntansi
transaksi istishna
IMA (087) apa hak dan kewajiban pelaku
istishna
QURNIA (046) dalam akad istishna apakah
ada biaya perolehan
SITI (107) penjelasan dari akal batal demi
hukum, karena timbul kondisi hukum yang
dapat menghalangi pelaksanaan atau
penyelesaian akad.
OKY (116) bagaimana bagi hasil antara bank
dan nasabah dalam akad istishna
SUNANDAR (106) apakah dalam realita akad
istishna banyak digunakan
DHITA (061) bagaimana resiko pasar dalam
pembiayaan akad istishna
AMALIA (102) bagaimana karakteristik akad
istishna

Anda mungkin juga menyukai