Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK JASJUS ORANGE DENGAN METODE LEAN SIX


SIGMA DI DIVISI ENERGY DRINK PT. KARUNIA ALAM SEGAR GRESIK
Farid Syafiudin, Eko Budi Leksono, S.T., M.T, Said Salim Dahda, S.T., M.T
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik
Jln. Sumatera 101 GKB Gresik

ABSTRAK
Divisi Energy Drink PT. Karunia Alam Segar Gresik adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri
minuman serbuk berupa produk Jasjus, Teajus, dan Milkjus. Dari hasil perhitungan, produk Jasjus Orange
merupakan salah satu produk yang banyak mengalami kegagalan dalam prosesnya produksinya, antara lain
terjadi waste kritis yaitu defect, excess processing, dan waiting. Dalam rangka mengurangi terjadinya waste
kritis digunakan konsep lean thinking dan six sigma yaitu lean six sigma. Siklus yang digunakan lean six
sigma adalah DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Dan Control). Sedangkan Tool lean six sigma
yang digunakan adalah big picture mapping, pareto chart, fishbone diagram, dan failure mode and effect
analysis. Dari hasil penelitian selama dua bulan, diketahui untuk waste defect data variabel (berat under dan
over) mempunyai nilai sigma 4,45 sedangkan data atribut (potongan seal miring, seal gencet, potongan seal
melebihi batas, seal melipat, dan bocor) mempunyai nilai sigma 4,16. Waste defect mempunyai COPQ Rp
12.006.578. Waste excess processing mempunyai 1720 menit jam kerja terbuang dan COPQ Rp 1.316.234.
Waste waiting mempunyai 16670 menit jam kerja terbuang dan COPQ Rp 11.951.712. Waste defect dapat
dikurangi dengan aktivitas operator yang harus lebih sering untuk mengecek takaran berat mesin, dan
mengadakan pelatihan operator. Waste excess processing dapat dikurangi dengan mengadakan pelatihan
operator, dan menyetting mesin secara teratur dan dengan benar. Waste waiting dapat dikurangi dengan
mengurangi kecepatan output mesin, dan pekerja harus segera mengirim bak hopper penampung pada proses
granulasi.

Kata Kunci : Lean Six Sigma, Waste Kritis, Defect, Excess Processing, Waiting, Failure Mode And Effect
Analysis, Risk Priority Number (RPN)

ABSTRACT
Division Energy Drink PT. Karunia Alam Segar Gresik is a company engaged in the beverage industry in
the form of powder products Jasjus, Teajus, and Milkjus. From the calculation, product Jasjus Orange is one
product that many failures in the process of production, among other critical waste namely defect, excess
processing, and waiting. In order to reduce the occurrence of critical waste used the concept of lean thinking
and six sigma lean six sigma. The cycles used DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control).
The lean six sigma tool used big picture mapping, pareto charts, fishbone diagrams, and failure mode and
effect analysis. Research results for two months, it is known to waste defect variable data (under weight and
over) has a sigma value of 4.45, while the attribute data (pieces of oblique seal, seal squash, chunks of seal
exceeds the limit, folded seal, and leaking) has a sigma value 4.16. Waste defect has COPQ 12.006.578
rupiah. Waste processing excess has 1720 minutes of wasted work hours and COPQ 1.316.234 rupiah. Waste
waiting to have 16670 minutes of wasted work hours and COPQ 11.951.712 rupiah. Waste defect can be
reduced by the operator activity should more often to check the dose of heavy machinery, and operator
training. Waste processing excess may be reduced by conducting operator training, and setting up the

1
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

machine regularly and properly. Waste waiting can be reduced by reducing the output speed of the engine,
and workers should be immediately sent tub hopper container in the granulation process.

Keywords: Lean Six Sigma, Waste Critical Defect, Excess Processing, Waiting, Failure Mode And Effect
Analysis, Risk Priority Number (RPN)

PENDAHULUAN meningkatkan nilai tambah (value added) produk


(barang dan/atau jasa) agar memberikan nilai
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
kepada pelanggan (customer value). Tujuan utama
saat ini mendorong munculnya berbagai teknologi
Lean adalah meningkatkan terus-menerus customer
baru dan inovasi produk. Seiring dengan
value melalui peningkatan terus-menerus rasio
perkembangan tersebut mendorong industri
antara nilai tambah terhadap waste (the value-to-
meningkatkan daya saing terhadap kompetitor. Hal
waste ratio). Six sigma merupakan suatu metode
penting untuk pengembangan daya saing
pengendalian dan peningkatan kualitas yang
perusahaan adalah melakukan peningkatan kualitas
diterapkan oleh perusahaan Motorola sejak tahun
produk. Kualitas suatu produk mutlak harus dijaga
1986 , yang merupakan terobosan baru dalam
dan dikontrol agar konsumen mendapatkan produk
bidang manajemen kualitas. Six sigma adalah
yang baik, dan perusahaan dapat memenangkan
sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel
kompetisi dalam menarik pelanggan. Produk
untuk mencapai, mempertahankan dan
berkualitas adalah conformance to requirement,
memaksimalkan sukses bisnis. Six sigma secara
yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau di
unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat
standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila
terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang
sesuai dengan standar kualitas yang telah
disiplin terhadap fakta, data dan analisis statistik
ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku,
dan perhatian yang cermat untuk mengelola,
proses produksi, dan produk jadi (Nasution, 2004).
memperbaiki dan menanamkan kembali proses
Divisi Energy Drink PT. Karunia Alam Segar
bisnis. (Pande et al., 2000).
Gresik adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industri minuman serbuk berupa produk Jasjus,
METODE
Teajus, dan Milkjus. Dari hasil pengamatan
dibagian produksi, diperoleh produk Jasjus yang Terdapat lima prinsip dasar Lean (1)
mempunyai nilai kecacatan tertinggi pada proses Mengidentifikasi nilai produk (barang atau jasa)
produksi, terutama pada produk Jasjus Orange, berdasarkan perspektif pelanggan, dimana
maka dipilihlah produk Jasjus Orange sebagai pelanggan menginginkan produk (barang atau jasa)
objek amatan. Tujuan yang ingin dicapai dalam berkualitas superior, dengan harga yang kompetitif
penelitian tugas akhir ini adalah Mengidentifikasi dan penyerahan yang tepat waktu. (2)
terjadinya waste kritis, Mengidentifikasi value Mengidentifikasi value stream process mapping
added activities, non-value added activities, dan (pemetaan proses pada value stream) untuk setiap
necessary but non-value added activities yang produk. (3) Menghilangkan pemborosan yang tidak
berpengaruh terhadap proses produksi objek bernilai tambah dari semua aktivitas sepanjang
amatan, Meningkatkan kualitas produk dengan proses value stream. (4) Mengorganisasikan agar
mengurangi variasi cacat produk Jasjus Orange, material, informasi dan produk mengalir secara
dan Memberikan rekomendasi perbaikan lancar dan efisien sepanjang proses value stream
(Improvement) terhadap penyebab waste kritis. menggunakan sistem tarik (pull system). (5) Terus-
Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menerus mencari berbagai teknik dan alat
menghilangkan pemborosan (waste) dan peningkatan (improvement tools and technique)

2
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

untuk mencapai keunggulan dan peningkatan terus- Berisi fase measure dan analyze, pada measure
menerus. Definisi lain dari six sigma adalah sebuah meliputi identifikasi Value Stream yaitu identifikasi
proses yang mengaplikasikan alat-alat statistik dan proses produksi berdasarkan Big Picture Mapping,
teknik meredusi cacat sampai didefinisikan tidak menetukan aktifitas-aktifitas produksi kedalam
lebih dari 3,4 cacat dari satu juta kesempatan untuk Value added, NonValue Added, dan Necessary But
mencapai kepuasan untuk mencapai kepuasan Non-Value Added, dan menghitung waste yang
pelanggan secara total. Six sigma memberikan nilai paling berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
lebih pada pelanggan dan shareholders dengan yaitu menentukan CTQ dan CTC dari waste kritis,
memfokuskan pada perbaikan kualitas dan melakukan perhitungan DPMO. Pada analyze
produktivitas perusahaan (Gaspersz, 2002). meliputi Analisa faktor penyebab waste kritis
Metodologi Six Sigma menggunakan alat statistik dengan fishbone diagram, dan analisa kapabilitas
untuk mengidentifikasikan beberapa faktor vital. proses (level sigma).
Faktor-faktor yang paling menentukan untuk
memperbaiki kualitas proses dan menghasilkan Tahap Analisis dan Interpretasi
laba terdiri dari 5 tahap yang disebut dengan Berisi fase improve, improve berisi Penentuan
metode DMAIC, yaitu: (1) Mendefinisikan (Define) fokus perbaikan waste kritis berdasarkan tahapan
proyek, (2) Mengukur (Measurement) kinerja analyze yaitu dengan merancang FMEA
sekarang dari proses-proses itu. (3) Menganalisa berdasarkan fishbone diagram
(Analyze) dan menetapkan akar penyebab cacat itu.
(4) Memperbaiki (Improve) proses untuk Tahap Kesimpulan dan Saran
menghilangkan cacat. (5) Mengendalikan (Control) Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian
kinerja proses-proses itu. dimana akan ditarik kesimpulan sebagai hasil dari
DMAIC merupakan proses peningkatan terus- keseluruhan penelitian yang telah dilakukan serta
menerus menuju target six sigma. DMAIC solusi yang didapat untuk memecahkan masalah
dilakukan secara sistematik berdasarkan ilmu yang terjadi.
pengetahuan dan fakta. DMAIC merupakan suatu
proses cloosed-loop yang menghilangkan langkah- Analisa dan Pembahasan
langkah proses yang tidak produktif, sering Define
berfokus pada pengukuran-pengukuran baru dan Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi penetuan
menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas waste kritis, penggambaran aliran fisik dan
menuju target six sigma. Tahapan dalam penelitian informasi proses pemenuhan order serta identifikasi
ini meliputi: proses produksi dari objek amatan terpilih yang
digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya waste.
Tahapan Identifikasi
Tahapan identifikasi berisi fase define yang Penentuan Waste Kritis
meliputi Mendefinisikan gambaran umum Identifikasi waste paling berpengaruh menurut
perusahaan, Penetuan waste kritis (Menetukan konsep lean dilakukan dengan penyebaran
waste kritis melalui Kuisioner kepada responden kuesioner. Kuesioner dilakukan untuk mengetahui
yang mengerti tentang produksi Jasjus Orange ), tingkat keseringan waste yang terjadi pada proses
Mendefinisikan Big Picture mapping, Data hasil produksi. Semakin besar frekuensinya maka
produksi dan Jumlah kecacatan produk . semakin sering pula waste tersebut terjadi pada
proses produksi Jasjus Orange.
Tahapan pengumpulan dan pengolahan data

3
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

Tabel 1. Urutan waste proses produksi Jasjus


Orange

Tabel 3. Perhitungan biaya COPQ untuk kerugian


akibat defect produk\

Dalam penelitian ini waste yang akan dilakukan


perbaikan adalah 3 waste terkritis yaitu defect,
excess processing, dan waiting.
Perhitungan defect produk Jasjus Orange
Measure kedalam level sigma
Meng hitung waste yang berpengaruh terhadap Tabel 4. Hasil Perhitungan nilai DPMO dan Sigma
peningkatan kualitas
Defect Data Variabel
Dari waste defect selama 2 bulan sebanyak 130764
pcs produk Jasjus Orange terinci dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Defect bulan November-Desember
2015
Data Variabel

Data Atribut

Data Atribut

Excess Processing

4
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

Kerugian yang dialami oleh perusahaan akibat


Excess processing akan dijelaskan berdasarkan
tabel dibawah ini.

5
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

Tabel 5. Perhitungan biaya COPQ untuk biaya


Tabel 7. Perhitungan biaya COPQ untuk biaya
tenaga kerja terbuang

Tabel 6. Prosentase kehilangan jam kerja terbuang


bulan Nov-Des 2015 Tabel 8. Prosentase kehilangan jam kerja terbuang
bulan Nov-Des 2015

Berdasarkan biaya tenaga kerja selama 2 bulan


Berdasarkan biaya tenaga kerja selama 2 bulan perusahaan kehilangan biaya tenaga kerja terbuang
perusahaan kehilangan biaya tenaga kerja terbuang sebesar Rp 11.951.712,- dan kehilangan Prosentase
sebesar Rp 1.316.234,- dan kehilangan Prosentase jam kerja terbuang sebesar 59,87 %
jam kerja terbuang sebesar 6,178 %
Analyze
Waiting` Mendefinisikan sumber-sumber dan akar penyebab
Waktu yang hilang (loss time) selama 2 bulan masalah dari setiap waste dan sub waste yang kritis.
adalah 16760 menit. Atau perusahaan mengalami Waste Defect
kerugian biaya dan jam kerja terbuang dengan Identifikasi akar permasalahan terjadinya waste
rincian sebagai berikut : defect ketidakakuratan berat (under dan over)
1. Manusia
- Perbedaan keterampilan
- Kurang teliti dan konsentrasi
2. Metode
- Metode setting kurang baik
3. Mesin
- Takaran berat aus

6
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

- Kurang perawatan intensif - Granul powder kurang rata


4. Material
- Powder menggumpal
Waste Excess Processing
Identifikasi akar permasalahan terjadinya waste
Excess Processing pada proses granulasi yaitu
kadar air produk tinggi
1. Manusia
- Perbedaan keterampilan
- Kurang teliti dan konsentrasi
2. Metode
- Metode setting kurang baik
3. Mesin
- Kurang perawatan intensif
- Setting mesin kurang tepat
- Aliran panas steam pada mesin tidak
stabil
4. Material
- Powder lembab dan kurang halus

Waste Waiting
Identifikasi akar permasalahan terjadinya waste
Waiting pada proses granulasi yaitu menunggu bak
hopper yang telat kirim.
1. Manusia
- Pekerja yang sering menunda
pengiriman bak penampung hopper
2. Metode
- Aliran proses produksi yang kurang
lancar
3. Mesin
- Speed mesin granulasi yang terlalu
cepat
4. Material
- Jumlah hopper penampungan yang
kurang
- Stok WIP yang menumpuk

7
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

Improve

FMEA Defect
Tabel 9. FMEA defect penimbangan berat (under dan over)

8
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

FMEA Excess Processing


Tabel 10 FMEA Excess Processing kadar air produk tinggi pada proses granulasi

9
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

FMEA Waiting
Tabel 11. FMEA Waiting (Produksi berhenti karena tak tersedia bak hopper penampung) proses granulasi

10
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

KESIMPULAN c. Saran perbaikan yang dilakukan untuk


menimasi waste waiting ini yaitu
Dari pembahasan di atas adapun hal-hal yang
mengurangi kecepatan output mesin
menjadi poin penting dan dapat di tarik suatu
granulasi dan pekerja tidak boleh menunda-
simpulan ialah sebagai berikut:
nunda untuk segera mengirim bak hopper.
1. Dari hasil identifikasi berdasarkan perhitungan
bobot waste didapatkan 3 waste yaitu Defect,
Excess Processing, dan Waiting. Ada beberapa Daftar Pustaka
hal yang menjadi potensi penyebab kegagalan
diantaranya : Cavanagh, Peter S. Pande, Robert P.Neuman
a. Waste Defect (2002), The Six Sigma Way, Jogyakarta :
Hal-hal yang berpotensi menyebabkan Penerbit Andi.
defect penimbangan berat (under dan over) Gaspersz, Vincent. (2006). Continuous Cost
yaitu metode setting mesin kurang benar Reduction Trough Lean Sigma Approach.
dan ganul powder yang tidak rata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
b. Waste Excess processing Gaspersz, Vincent. (2011). Lean six sigma for
Hal-hal yang berpotensi menyebabkan manufacturing and service industries: Waste
Excess Processing ( kadar air produk tinggi elimination and Continuous cost reduction.
pada proses granulasi) yaitu keterampilan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
operator yang kurang ahli dalam setting Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman Implementasi
mesin dan steam mesin yang kurang stabil. Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO
c. Waste Waiting 9001:2000,MBNQA dan HACPP. Jakarta: PT.
Hal-hal yang berpotensi menyebabkan Gramedia Pustaka Utama.
adanya waste waiting (Produksi berhenti Hines, Peter, and Tailor, David. (2000). Going
karena tak tersedia bak hopper penampung) Lean. Proceeding of Lean Enterprise Research
yaitu Speed Output mesin yang melebihi Centre Cardiff Bussines School. UK.
prosedur dan pekerja yang menunda-nunda Gaspersz, Vincent. (2002). Total quality
untuk mengirim bak hopper penampung. Management. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
2. Rekomendasi perbaikan (Improvement) terhadap Utama.
penyebab waste kritis. https://qualityengineering.wordpress.com/tag/six-
a. Saran perbaikan yang dilakukan untuk sigma/
menimasi waste defect yaitu operator harus (Cetak tanggal 21 Desember 2015)
lebih sering untuk mengecek takaran berat https://www.google.co.id/?
mesin dan melapor pada ketua regu tentang gws_rd=cr,ssl&ei=xrF3VtfMHJKpuwSRyquQ
granul powder yang tidak rata tersebut agar CQ#q=produk+berkualitas+menurut+gaspersz
dikonfirmasi ke pihak produksi pada (Cetak tanggal 21 Desember 2015)
proses granulasi. Isti, Ummi, Astuti, dan Shyntia . (2013). Analisis
b. Saran perbaikan yang dilakukan untuk Pengendalian Kualitas Proses Produksi Susu
menimasi waste Excess Processing yaitu Bubuk Dengan Metode Lean Six Sigma di PT.
melakukan pelatihan terhadap operator Tiganraksa Satria Tbk, Yogyakarta. Jurusan
secara berkala dan memperbaiki kondisi Teknologi Industri Pertanian-FTP-Universitas
serta lebih sering melakukan cek steam yang Brawijaya.
kurang stabil tersebut dengan pihak Poppendick, Mary. (2002). Principles Lean
maintenance. Thinking. Carnelian Lane.USA.

11
Jurnal Teknik Industri | Februari 2016

Prasepta , Feliks, Martinus, dan Agnes. (2011). Jurnal Teknik Industri Universitas
Usulan Penerapan Metodologi Dmaic Untuk Muhammadiyah Malang, Vol. 10, No. 2.
Meningkatkan Kualitas Berat Produk Di Lini Vanany, Iwan dan Emilasari. D. 2007. Aplikasi six
Produksi Filling: Studi Kasus PT. Java Egg sigma pada produk clear file di Perusahaan
Specialities, Cikupa. Jurusan Teknik Industri, stationary. Jurnal Teknik Industri, Fakultas
Fakultas Teknik, Universitas Katolik Indonesia Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra.
Atma Jaya. VOL. 9, NO. 1.
Pusporini.P dan Andesta.D. 2009. Integrasi model Vanany. Iwan. (2005). Aplikasi pemetaan aliran
lean sigma untuk peningkatan kualitas produk. nilai di industri kemasan semen. Jurnal teknik
industri vol. 7, no. 2.

12

Anda mungkin juga menyukai