Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MANDIRI

SISTEM MANUFAKTUR

Nama : Wahyu Nengsri Putri


Npm : 170410102
Dosen : Elsya Paskaria Loyda Tarigan, S.T.,M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK DAN KOMPUTER
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2020
BAB 1
MEMAHAMI LEAN SIX SIGMA

1.1 Konsep Dasar Lean


Suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus untuk dapat
menghilangkan pemborosan, meningkatkan nilai tambah prosuk dan supaya
memberikan nilai kepada pelanggan. Menurut APICS Dictionary pada tahun
2015, lean sis sigma filosofi bisnis yang berlandasan pada minimasi
penggunaan sumber daya dalam berbagai aktivitas, usaha perbaikan dan
peningkatan secara terus – menerus yang difokuskan pada eliminasi dan
identifikasi aktivitas.

1.2 Bidang Penerapan Lean


Lean enterprise yaitu diterapkan pada keseluruhan perusahaan. lean
manufakturing yaitu diterapkan pada manufaktur. lean service yaitu diterapkan
dalam bidang jasa. lean design/ developmernt yaitu diterapkan pada fungsi
design, order entry, accounting, finance, engineering, sales, production,
administration, dan office. Lean bangking yaitu diterapkan pada bank. Lean
retailing yaitu diterapkan pada bidang retail. Lean goverment yaitu diterapkan
pada pemerintahan.

1.3 Prinsip Dasar Lean


Ada lima prinsip dasar lean six sigma, antara lain mengidentifikasi nilai
produk, mengidentifikasi pemetaan proses pada value stream, menghilangkan
pemborosan aktivitas, mengorganisasikan supaya material, informasi dan
produk berjalan dengan lancar, mencari alat dan teknik untuk mencapai
keunggulan secara terus –menerus.
1.4 Konsep Dasar Six Sigma
Upaya yang dilakukan secara terus – menerus untuk menurunkan variasi,
meningkatkan kapabilitas, menghasilkan produk dengan target minimum 3,4
DPMO dan memberikan nilai kepada pelanggan. Menurut APICS Dictionary
tahun 2015, kualitas six sigma sebagai konsep yang bertujuan menurunkan
variabilitas, mengurangi cacat, 3,4 cacat untuk setiap satu juta kesempatan,
peningkatan untuk mecapai target kinerja six sigma, meningkatkan bottom
line, menciptakan dan mengawasi aktivitas agar mengurangi pemborosan
sumber daya serta meningkatkan kepuasan pelanggan.

1.5 Six Sigma Sebagai Pengukur Kinerja Bisnis


Semakin tinggi target six sigma yang dicapai maka kinerja sistem bisnis
dan industri semakin baik.

1.6 Konsep Dasar Lean Six Sigma


Gabungan antara lean six sigma ialah suatu filosofi bisnis, pendekatan
sistematis dan sistematis untuk dapat mengdentifikasi dan menghilangkan
pemborosan aktivitas, meningkatkan radikal secara tersu menerus untuk
mecapai kinerja enam six sigma, mengalirkan produk dan informasi
menggunakan sistem tarik pelanggan eksternal maupun internal, mengejar
keungguan serta kesempurnaan 3,4 DPMO. Pendeatan lean sux sigma
berlandasan pada lima prinsip, yaitu profit, product, process, project dan
people.
1.7 Manfaat Lean Six Sigma
Marjin operasi meningkat dari 5.4% menjadi 13,8%, perputaran modal
meningkatn dari 2,8 menjadi 3,7, ROIC meningkat dari 10% menjadi 33%,
nilai perusahaan meningkat 225%, EBITDA meningkat 300%, Economic
profit meningkat dari -2% menjadi 21%, average menurun dari 12 hari
manjadi 2 hari, manufacturing lead time meningkat dari 14 menjadi 100 kali
pertahun, penyerahan tepat waktu meningkat dari 80% menjadi > 99%,
kualitas meningkat dari 3 sigma menjadi 6 sigma.
BAB 2
MEMAHAMI JENIS – JENIS PEMBOROSAN

2.1 Penyebab Variasi Dan Pemborosan di Tempat Kerja


Variasi ialah inkonsistensi yang terjadi dalam proses sehingga dapat
menghasilkan produk cacat. Pemborosan ialah aktivitas yang tidak memilki
nilai tambah kepada pelanggan. Ada beberapa penyebab dari variasi dan
pemborosan ditempat kerja antara lain tata letak pabrik, waktu set up
peralatan, organisasi tempat kerja jelek, pelatihan tidak cukup, metode tidak
standar, tidak mengikuti prosedur, kapabilitas proses yang rendah,
perencanaan yang jelek, masalah kualitas material dengan pemasok,
pengukuran tidak akurat, lingkungan kerja yang buruk dan lain sebagainya.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mencegah variasi dan


pemborosan di tempat kerja antara lain check proses yang memiliki akronim
correct, housekeeping, equipment, contain dan keep doing it.

2.2 Jenis – Jenis Pemborosan


 Pemborosan pada input , meliputi, kelebihan persediaan, material yang
tidak terpakai dan lain sebagainya.
 Pemborosan pada proses, meliputi scrap, pekerjaan ulang, proses tidak
efesien, proses kuno, proses tidak andal dan lain sebagainya.
 Pemborosan pada output, meliputi kelebian produksi, produk cacat, dan
produk usang.
 Pemborosan daam lini produksi, meliputi pekerjaan ulang, scrap,
pekerjaan jelek, hasil yang rendah, inventori untuk pengaman, lini
produksi terhenti dan lain lain.
 Pemborosan dalam departemen material, meliputi inventori pengaman,
kelebihan material, material usang, kehilangan inventori dan lain
sebagainya.
 Pemborosan tidak terkait dengan pemasok kualitas part yang jelek,
keterlambatan pengiriman, pengirirmna dalam jumlah besar dan lain –
lain.
 Pemborosan dalam departemen pembelian, meliputi keterlambatan
penerbitan, penyerhan material, ketidak tepatan material dan lain – lain.
 Pemborosan dalam rekayasa desain, meliputi dokumentasi jelak, desain
yang jelek, banyak part, banyak pemasok, dan lain sebagainya.
 Pemborosan dalam departemen akuntansi dan keuangan, meliputi
keterlambatan pembuatan laporan, kesalahan dalam pembuatan laporan
dan lain- lain.
 Pemborosan dalam kantor, meliputi membuatlaporan yang tidak
diperlukan, membuat exstra kopi dari laporan dan lain – lain.
 Pemborosan dalam departemen HRD, meliputi banyaknya orang
diwawancarai waktu seleksi tapi tidak di rekrut menjadi karyawan,
kesaahan dalam proses asuransi dan lain – lain.
 Pemborosan dalam departemen pemasaran, meliputi volume penjualan
rendah, kelebihan tenaga kerja bagian penjualan, dan lain sebagainya.
 Pemborosan dalam departemen jaminan kualitas, meliputi kesalahan
dalam inspeksi, kesalahan dalam pembuatan laporan dan lain – lain.
 Pemborosan dalam satuan pengamanan, meliputi ketidaknyamanan,
keluhan tamu, security errorr dan lain- lain.
 Pemborosan dalam departemen hukum, meliputi kesalahan pengisian
dokumen hukum, terlambat mengeksekusi dokumen dan lain – lain.
 Pemborosan dalam departemen komputer, meliputi komputer downtime,
salah dlam memasukkan data ke komputer, rerun time dan lain – lain.
EDOWNTIME digunakan untuk memudahkan prskisi untuk mengidentifikasi 9
pemborosan yang ada dalam bisnis dan industri.
1. E (Environmental, Health and Safety / EHS), berkaitan dengan prinsip
EHS.
2. D (defect), terjadi karena kecacatan produk.
3. (over production), produksi yang berlebihan.
4. W (waiting), menunggu.
5. N (not utilizing employees knowledge skill and abilities, penetahuan
keterampilan dan kemampuan.
6. T (transportation)
7. I (inventory)
8. M (motion), banyak pergerakkan.
9. E (excess processing), langkah prosess.
BAB 3
KEPEMIMPINAN LEAN SIX SIGMA DAN CORPORATE MASTER
IMPROVEMENT STORY

Lean six sigma harus memiliki kepemimpinan yang SMART (Spesific,


Measurable, Actionable/Achievable, Relevant to Business Goals and Time
bound/Timely).
Kepemimpinan ialah proses sekelompok orang memainkan pengaruh
terhadap orang lain, menginspirasi, memotivasi dan mengarahkan aktivitas
untuk mencapai tujuan dan sasaran lean six sigma. Sasaran utama dari lean sx
sigma harus tercantum dalam Corporate Master improvement Story.
Kepemimpinan efektif dapat meningkatkan kemampuan dan keunggulan
organisasi untuk menerapkan Lean six sigma untuk memberikan inovasi nilai
secara terus – menerus terhadap pelanggan. Kepemimpinan dapat dibagi
menjadi tiga, antara lain kepemimpinan diri, kepemimpinan tim dan
kepemimpinan organisasi.
Kepemimpinan lean six sigma dalam menciptakam corporate master
improvement story berdasarkan pelanggan.
BAB 4
INDIKATOR KINERJA KUNCI LEAN SIX SIGMA

4.1 Lean Six Sigma Credo


Manajemen organisasi harus menetapkan indikator kinerja kunci (KPIs),
mengukur KPI, menganalisis dan meningkatkan kinerja yang dicantumkan
secara formal dalam Corporate Master Improvement Story.
Dengan cara memilih,mengumpulkan, menyelarasan dan mengintegrasikan
indikator kerja kunci yang digunakan untuk menelusuri operasi harian dan
kinerja organisasi secara keseluruhan.
Menganalisis kinerja, meninjau ulang dan melakukan peningkatan kinerja
dari proses bisnis kunci dengan cara menetapkan prioritas secara terus-
menerus yang bersifat inovatif dalam program lean six sigma.
Indikator kinerja kunci yang berkaitan secara langsung dengan visi, nilai-
nilai dan tujuan strategis dari organisasi bisnis, berupaya untuk
meningkatkan kepuasan stakeholder organisasi, peningkatan efesiensi
internal serta efektivitas eksternal dari organisasi.
BAB 5
KRITERIA SELEKSI PROYEK LEAN SIX SIGMA

5.1 Kriteria Pemilihan Proyek Lean Six Sigma


Kunci dari pemilihan proyek lean six sigma ada dua, meliputi prioritas dan
manfaat yang berarti menerapkan prioritas utama tentang masalah. Pemilihan
proyek Lean Six Sigma dilakukan berdasarkan pada identifikasi proyek yang
terbaik dan sepadan dengan kebutuhan, kapabilitas dan tujuan organisasi yang
tercantum pada Corporate Master Improvement Story.

Secara umum pemilihan proyek lean six sigma harus memenuhi beberapa
katergori yang, meliputi memberikan hasil, manfaat bisnis, kelayakan dan dampak
positif terhadap organisasi lean six sigma yang sedang dibangun.

5.1.1 Kriteria Manfaat Bisnis atau Hasil – Hasil


1. Pelanggan eksternal dan kebutuhan mereka.
2. Strategi bisnis dan posisi pesaing.
3. Kompetensi inti.
4. Keuangan organisasi.
5. Urutan kepentingan.
6. Kecenderungan.
7. Sekuens dan kesaling tergantungan.

5.1.2 Kriteria Kelayakan


1. Sumber daya yang dibutuhkan.
2. Keahlian.
3. Kompleksitas.
4. Kemungkinan sukses.
5. Fasilitas pendukung.
5.1.3 Kriteria Dampak Pada Organisasi
1. Manfaat pemberlajaran.
2. Manfaat lintas fungsi.

5.2 Lean Six Sigma Project Scorecard


1. Kriteria penberian nilai
a. 0 = Tidak diterapkan / tidak dilakukan dalam project lean six sigma
b. 2 = Sangat rendah
c. 4 = Rendah
d. 6 = Cukup
e. 8 = Baik
f. 10 = Sangat baik

2. Evaluasi skor (nilsi total)


0 – 60 = Sangat rendah
60 – 120 = Rendah
121 – 180 = Cukup
181 – 240 = Baik
241 – 300 = Sangat baik
Dimana setiap proyek lean six sigma yang terpilih harus dapat memberikan
manfaat finansial yang dapat dievaluasi menggunakan formulir.

5.3 Lean Six Sigma Project Charter


Ialah dokumena yang menyatakan tujuan dari proyek Lean Six Sigma. Dokumen
ini berfungsi sebagai kontrak informal yang membantu tim Lean Six Sigma agar
tetap berada dalam jalur sasaran dan target perusahaan. Setiap Lean Six Sigma
harus berisi informasi tentang tujuan, manfaat, ruang lingkup dan hasil.
BAB 6
STRUKTUR ORGANISASI PELATIHAN LEAN SIX SIGMA

6.1 Struktur Organisasi Lean Six Sigma


Lean Six Sigma ialah sebuah pendekatan top down, bukan bottom up dimana
membutuhkan struktur organisasi lean six sigma secara formal. Lean six sigma
harus memiliki tim seperti Champion, Master Black Belt dan Green Belt yang
ditentukan secara jelas dan tegas.
6.1.1 Dewan Kepemimpinan Kualitas (Quality Control)
Dewan kepemimpinan kualitas memiliki beberapa peran dalam perusahaan,
diantaranya.
1. Menetapkan visi, peran dan infrastruktur dari lean six sigma.
2. Menciptakan Master Improvement Storydari organisasi.
3. Memilih program lean six sigma dan mengalokasikan sumber daya.
4. Mereview ualng program lean six sigma secara periodik, menawarkan ide
dan menghindari terjadinya overlapping pada program lean six sigma.
5. Sebagai sponsor dari lean six sigma secara individual.
6. Mengkuantifikasikan dampak dari usaha lean six sigma pada orang yang
berada di tingkat bawah dalam organisasi.
7. Melakukan penilaian pada peningkatan lean six sigma.
8. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari peningkatan lean six
sigma.
9. Membagi praktik terbaik dari lean six sigma di seluruh organisasi, pemask
kunci dan pelanggan utama.
10. Mengatasi hambatan dari perusahaan yang berdampak negatif pada
program lean six sigma.
11. Mengimplementasikan program lean six sigma pada manajemen
organisasi.

6.1.2 Champions
Senior Champions perlu memilih individu yang berperan sebagai Champions
untuk program lean six sigma dalam bisnis spesifik dari organisasi. Ada dua jenis
Champions, antara lain.
1. Deployment Champions
Pada umunya dipilih dari orang – oang yang berada pada posisi pemimpin
unit bisnis Strategis (SBU’s leader). Ada beberapa tanggung jawab
Deployment Champions, antara lain.
a. Mengembangkan, mengeksekusi rencana implementasi dan
penyebarluasan lean six sigma pada unit –unit bisnis strategi.
b. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi dari sistem pendukung lean
six sigma.
2. Project Champions
Berfungsi mengawasi Black Belt dan memfokuskan lean six sigma pada
proyek. Selain itu project champions juga mampu mengatasi hambatan
kultural dari organisasi, menciptakan sistem pendukung, menjamin sumber
daya finansial tersedia dan mengidentifikasi proyek lean six sigma. Ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh project champions, antara lain.
a. Penilaian terhadap kapabilitas organisasi.
b. Benchmarking terhadap manajemen dan produk dari organisasi.
c. Analisis kesenjangan secara terperinci.
d. Pengembangan proyek lean six sigma.
e. Kepemimpinan manajerial dan teknis pada Master Black Belt dan
Black Belt.
Secara umum ada beberapa tanggung jawab Champions, antara lain.
1. Mendefenisikan jalur implementasi program lean six sigma ke semua
organisasi.
2. Menetapkan sasaran yang luas untuk proyek lean six sigma.
3. Membuat perubahan dalam arah / ruang lingkup dari proyek leam six
sigma.
4. Melakukan pengembangan rencana pelatihan yang komperenshif untuk
implementasi lean six sigma.
5. Melakukan negosiasi dan menentukan sumber daya untuk proyek lean six
sigma.
6. Memberikan balas jasa dan penghargaan.
7. Mewakili tim untuk bertemu dengan dewan kepemimpinan kualitas dan
bertindak sebagai penasehat dari tim itu.
8. Mengatasi isu dan tumpah tindihyang meningkat diantara tim.
9. Bekerja sama dengan pemilik proses supaya dapat menjamin konsistensi
perhatian kepada proyek lean six sigma.
10. Mengimplementasikan pengetahuan untuk peningkatan proses untuk tugas
manajemen.

6.1.3 Master Black Belt


Berfungsi sebagai tenaga ahli atau konsultan dalam perusahaan untuk
mengambangkan pengetahuan strategis yang bersifat terobosan lean six sigma
keseluruh organisasi. Ada dua jenis master black belt, antara lain.
1. Deployment Master Black Belt
Ialah posisi yang trategis dengan orientasi teknis yang tinggi serta dedikasi
penuh ditempatkan pada tingkat unit bisnis yang tinggi dan bersifat jangka
panjang. Ada beberapa tanggung jawab dari Deployment Black Belt,
antara lain.
a. Melakukan pengembangan dari peta jalan teknologi dan berkerja
secara teknis dengan melintasi area fungsional serta bisnis.
b. Mencari dan mentransfer teknologi, metode, prosedur dan alat – alat
lanjutan dari Lean Six Sigma.
c. Memastikan bahwa pengetahuan diterjemahkan ke dalam materi
pelatihan, buku manual, dan dokume operasional Lean Six Sigma.
2. Project Master Black Belt
Ialah orientasi teknis yang tinggi, dedikasi penuh dan unit bisnis selama 1-
2 tahun dimana tergantung pada pada kebutuhan proyek Lean Six Sigma.
Ada beberapa tanggung jawab dari Project Master Black Belt, antara lain.
a. Mentransfer pengetahuan Lean Six Sigma kepada Black Belt.
b. Menjadi guru dan mentor untuk pekerja di proyek Lean Six Sigma.
c. Sebagai bekal dengan keterampilan teknis, kepribadian yang kuat dan
kemampuan pemimpin yang dapat diandalkan serta dipercaya.
Secara umum, ada beberapa tanggung jawab dari Master Balck Belt, antara lain.
1. Bekerja sama dengan Champion, mengembangkan dan menyebarkan
bahan pelatihan tentang Lean Six Sigma dalam berbagai tingkat.
2. Mengidentifikasi proyek Lean Six Sigma dan melatih serta mendukung
Black Belt dalam pekerjaan Lean Six Sigma.
3. Mereview ulang proyek Lean Six Sigma serta memberi bantuan berupa
tenaga teknis.
4. Bertanggung jawab terhadap program Lean Six Sigma yang telah
diumumkan oleh Senior Champion dan menjadi program official utama.
5. Menyediakan fasilitas untuk menyebarluaskan praktik terbaik berdasarkan
prinsip Lean Six Sigma ke seluruh Organisasi.

6.1.4 Black Belt


Black Belt pertama kali digunakan oleh Mikel Harry pada pertengahan tahun
1980-an ketika melaksanakan perlatihan intensif pada Unisys Corporation di Salt
Lake City, USA.Project Black Belt ialah orang yang menerapkan teknik – teknik
Lean Six Sigma pada unit bisnis dan bertangung jawab untuk mengeksekusi
proyek Lean Six Sigma serta merealisasikan manfaat yang telah diterapkan oleh
Lean Six Sigma Project Charter. Ada beberapa kemampuan yang dimiliki oleh
Black Belt, antara lain. Mengembangkan secara efektif, memimpin tim untuk
meningkatkan proses lintas fungsi, bekerja sama dengan mentor, memberikan
saran pada manajemen menengah tentang perumusan, rencana peningkatan proses
Lean Six Sigma, menyebarluaskan metode Lean Six Sigma dan membuat jaringan
kerja dengan Black Belt di seluruh dunia untuk meningkatkan manfaat bisnis. Ada
beberapa tanggung jawab dari Black Belt, antara lain.
1. Merangsang pemikiran champions
2. Mengidentifikasi hambatan dalam proyek Lean Six Sigma.
3. Memimpin tim dalam mengeksekusi proyek Lean Six Sigma.
4. Melaporkan kemajuan kepada pihak yang berkepentingan.
5. Membantu hapions, apabila diperlukan.
6. Mendefenisikan dan membantu orang lain dalam penggunaan alat Lean
Six Sigma sesuai dengan teknik
7. Menyiapkan penilaian proyek lean six sigma secara terperinci selama
tahapan pengukuran.
8. Mempertahankan jadwal proyek dan menjagah kemajuan proyek lean six
sigma.
9. Memperoleh masukkan masukan operator,supervisor.
10. Mengelolah resiko proyek lean six sigma.
11. Mendukung transformasi dari solusi baru atau proses – proses baru menuju
operasional yang berlangsung secara terus – menerus.
12. Mendokumentasikan hasil – hasil akhir dan menciptakan storyboard.

6.1.5 Green Belt


Green Belt ialah karyawan diseluruh organisasi yang mengeksekusi proyek Lean
Six Sigma sebagai bagian dari pekerjaan mereka secara keseluruhan.
Ada dua tugas utama dari Green Belt, antara lain.
1. Membantu menyebarluaskan keberhasilan teknik – teknik Lean Six Sigma.
2. Memimpin proyek untuk peningkatan kualitas berskala kecil dalam area
kerja mereka dari proyek Lean Six Sigma dan skala yang lebih besar
ditangani oleh Balck Belt.
Secara umum, ada beberapa tanggung jawab dari Green Belt, antara lain.
1. Berpastisipasi dalam proyek Lean Six Sigma yang ditangani oleh Black
Belt .
2. Mempelajari metodologi Lean Six Sigma yang akan di aplikasikan pada
proyek yang berskala kecil.
3. Memahami metode dan melakukan praktik alat Lean Six Sigma dalam
proyek.

6.1.6 Project Team Members


Anggota tim proyek Lean Six Sigma harus menerima pelatihan dasar tentang
metode dan alat Lean Six Sigma supaya mereka bisa menerapkan dalam proyek
Spesifik pada organisasi.
Anggota tim Proyek Lean Six Sigma dapat bekerja penuh waktu / paruh waktu
yang tergantung pada kebutuhan serta dapat memberikan keahlian pada area yang
terlibat dalam proses baik secara langsung maupun tidak langsung.

6.2 Komposisi Lean Six Sigma


Ada beberapa pedoman komposisi Lean Six Sigma yang berguna sebagai
informasi dasar, antara lain.

1. Champion, disediakan minimal 0,5 % dari jumlah anggota manajemen dan


karyawan organisasi.
2. Master Black Belt sama banyak dengan jumlah Champion yaitu 0.5 % dari
jumlah anggota organisasi.
3. Black Belt, disediakan minimal 2 5 dari jumlah anggota organisasi.
4. Green Belt, disediakan minimal 10 % dari jumlah anggota organisasi.
5. Jika jumlah anggota organisasi 1000 orang, komposisi Lean Six Sigma
menjadi 5 Champions, Master Black Belt, 20 Black Belt, 100 Green Belt
dan 870 Team Members.
6. Orgainsasi Lean Six Sigma memiliki anggota 1000 akan ada minimal 100
proyek peningkatan perperiode waktu ( 4-6 bulan).
7. Master Black Belt bida terlibat dalam perrncanaan dan pengendalian
sekitar 15 – 20 proyek Lean Six Sigma Pertahun.
8. Master Black Belt mengkoordinasikan sekitar 5 orang Black Belt.
9. Setiap proyek Lean Six Sigma harus menyertakan orang dari bagian
keuangan untuk melakukan verifikasi tentang manfaat finansial.
6.3 Pelatihan Lean Six Sigma
Pelatihan Lean Six Sigma harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain.

1. Lean Six Sigma Enterprise System harus berupa hasil pelajaran nyata yang
dikumpulkan dari dalam organisasi.
2. Memberikan contoh yang relevan dan berkaitan dengan dunia nyata.
3. Materi perlatihan harus mampu membangun pengetahuan tentang Lean
Six Sigma Enterprise System.
4. Menggunakan beberapa gaya dan teknik dalam pelatihan kombinasi.
5. Membuat pelatihan menjadi sesuatu yang lebih dari pada sekedar
pengetahuan umu.
6. Membuat pelatihan Lean Six Sigma Enterprise System ialah usaha yang
berlangsung secara terus – menerus.
BAB 7
STRATEGI IMPLEMENTASI LEAN SIX SIGMA

7.1 Implementasi Lean Six Sigma Dalam Industri Manufaktur

1. Identifikasi nilai produk manufaktur yang akan di tawarkan kepada


pelanggan. Secara umum ,ada beberapa nilai produk manufaktur yang
ditawarkan kepada pelanggan: (1) kualitas dari produk sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. (2) harga yang telah komfentitip
dibandingkan terhadap konpetitor (3 )penyerahan tempat waktu (4)
pelayanan yang yang berkiatan dengan produk,penyerahan produk, dan
pelayanaan purna jual.
2. Transformasikan nilai nilai dari peryaratan yang telah disepakati
bersamaan di atas dalam CTQ,CTC,CTD,CTS.
3. Untuk mengidetifikasi aktivitas nilai tambah yang merupakan pemborosan
atau waste
4. Menentukan beberapa indikator kinerja kunci dari value stream proces
pada saaat sekarang .
5. Desain value proces map untuk masa yang mendatang beserta target untuk
meningkatkan melalui organisasi atau proses eliminasi.

7.2 Implementasi Lean Six Sigma Dalam Industri Jasa

1. Jasa Hospitality
2. Komunikasi
3. Jasa Kesehatan
4. Pemeliharaan
5. Utilitas
6. Perdagangan
7. Keuangan
8. Profesional
9. Administrasi
10. Teknis
11. Pembelian
12. Keilmuan
Ada beberapa langkah yang bisa diikuti jika ingin menerapkan Lean Six Sigma
dalam industri jasa, antara lain.
1. Spesifikasi nilai dari jasa yang diharapkan pelangan.nilai inti dari
pelayaanadalah terletak pada proses jasa itu sendiri yang terdiri atas
serangkai metode untuk melakukan sesuai aktivitas.
2. Peningkatan kualitas jasa
a. Definisikan siklus jasa
b. Indefikasi negative moments
c. Indefikasi akar akar penyebab bukan hanya sejalan
d. Kembangkan solusi
e. Pengujian
f. Implementasi solusi
g. Monitor dampak solusi terhadap siklus jasa
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak memiliki nilai tambah dari semua
aktivitas sepanjang service value stream dalam rantai proses jasa itu. Ada
beberapa penerapan dalam proses jasa, antara lain. Kesalahan dalam
dokumen dan transportasi dalam dokumen.
4. Mengorganisasian material, informasi dan aktivitas supaya aktivitas dapat
berjalan secara lancar, efektif serta efesien. Ada beberapa komponen yang
harus diperhatikan, antara lain. Fasilitas fisik, prosedur dan langkah proses
jasa, dan lain sebagainya.
5. Mencari teknik dan alat secara terus – menerus supaya dapat mencapai
keunggulan dan peningkatan secara terus – menerus menuju proses jasa
yang bebas dari kesalahan.

7.3 Implementasi Lean Six Sigma menggunakan pendekatan DMA-IC


Implementasi Lean Six Sigma menggunakan pendekatan DMA-IC menggunakan
beberapa pendekatan, antara lain.
1. Define
Apa tujuan dari peningkatan kinerja, yang tercantum dalam master
improvement story perusahaan.
2. Measure
Proses eksekusi dilakukan untuk meningkatkan kinerja.
3. Analyze
Yang menjadi ukuran kinerja utama dan manfaat yang diharapkan.
4. Improve
Rencana pengumpulan data.
5. Control
Sistem pengukuran yang ada telah tepat dan akurat

7.4 Implementasi Lean Six Sigma pada GE Healthcare


Memiliki suatu permula yang dilakukan melalui suatu kerangka yang disebut CAP
informasi bagan bagan berikut menunjukan strategi implementasi lean six sigma
pada GE Healthcare.
BAB 8
FAKTOR – FAKTOR KEBERHASILAN IMPELMENTASI LEAN SIX
SIGMA

Ada beberapa langkah yang bisa diikuiti untuk mecapai keberhasilan


implementasi program Lean Six Sigma, antara lain.

1. Menciptakan Corporate Improvement Story selama periode 5 tahun


sebagai sasaran organisasi Lean Six Sigma.
2. Pilih inisiatif organisasi yang selaras dengan upaya peningkatan terhadap
indikator kinerja kunci dimana telah diterapkan dalam Corporate Master
Improvement Story.
3. Pilih strategi peningkatan dalam program peningkatan kinerja yang selaras
dengan sasaran dan target dalam perusahaan.
4. Melakukan penilaian terhadap supply chain process map untuk
mengidentifikasi aktivasi nilai tambah karena mengandung pemborosan.
5. Memilih area yang memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan
penggunaan sasaran organisasi dan supply chain process map untuk
melakukan seleksi terhadap proyek.
6. Pilih dan ciptakan indicator kinerja kunci dari setiap proyek Lean Six
Sigma yang selaras.
7. Melakukan seleksi dan memilih proyek Lean Six Sigma berdasarkan
urutan prioritas.
8. Menerapkan system penghargaan dan pengakuan yang terkait secara
langsung dengan peningkatan indicator kinerja kunci.

Ada 12 faktor kunci untuk mendukung faktor keberhasilan implementasi Lean Six
Sigma dalam organisasi, antara lain.

1. Memiliki komitmen manajemen dan dukungan nyata.


2. Lean Six Sigma adalah konsep holistic.
3. Sumber daya yang cukup dan tepat.
4. Fokus pada hasil bukan aktivitas proyek.
5. Orientasi pelanggan.
6. Focus pada pelatihan dan isi pelatihan
7. Melakukan adaptasi pada situasi dan kebutuhan perusahaan.
8. Prioritas dan seleksi proyek Lean Six Sigma yang memiliki nilai tinggi.
9. Melakukan pengembangan strategi Lean Six Sigma.
10. Pengembangan terminology dan bahasa universal agar bias dipahami
dengan mudah oleh anggota organisasi.
11. Komunikasi, tindak lanjut dan implementasi proyek Lean Six Sigma.
12. Memberi tanggapan terhadap perubahan eksterrnal.
BAB 9
FAKTOR – FAKTOR KEGAGALAN IMPLEMENTASI LEAN SIX
SIGMA

Ada beberapa faktor kegagalan yang ditemukan dalam organisasi, antara lain.

1. Tidak adanya sponsor dan pemimpin senior.


2. Tidak selarasnya strategi terhadap organisasi yang jelas.
3. Gagal dalam mengaitkan proyek terhadap dampak pada bottom line
perusahaan.
4. Tidak adanya tanggung jawab dan penelusuran kemajuan.
5. Tidak cukupnya lokasi sumber daya manusia.
6. Pendekatan yang kaku dan alat teknik statistika.

Berdasarkan studi pustaka ada 15 faktor kegagalan dalam implementasi system


manajemen kinerja termasuk Lean Six Sigma, antara lain.

1. Pemimpin tidak meiliki komitmen dari manajemen puncak.


2. Tidak adanya pengetahuan tentang sistem manajemen kinerja.
3. Tidak mampu merubah kultur perusahaan.
4. Perencaan sistem manajemen yang tidak tepat pada Corporate Master
Improvement Story.
5. Tidak adanya pendidikan dan pelatihan secara terus – menerus.
6. Tidak mampu membangun learning organisazation yang memberikan
perbaikan secara terus – menerus.
7. Struktur oganisasi tidak cocok dengan departemen serta individu yang
terisolasi.
8. Tidak memiliki sumber daya yang cukup.
9. Sistem yang tidak tepat pada penghargaan dan balas jasa terhadap karyawan.
10. Prinsip sistem manajemen kinerja dalam perusahaan tidak tepat.
11. Tidak efektifnya teknik pengukuran, akses data dan hasil.
12. Jangkanya pendek dan hasil yang cepat.
13. Tidak tepat dalam memberikan perhatian pada pelanggan internal dan
eksternal.
14. Kondisi implementasi sistem manajemen kinerja yang tidak tepat.
15. Tidak tepat dalam pemberdayaan dan kerja sama.

Menurut Swayne pada tahun 2003, ada beberapa kegagalan dalam implementasi
proyek Lean Six Sigma dalam setiap tahap DMAIC, antara lain.

1. Define
a. Defenisi ruang lingkup dan kebutuhan proyek tidak tepat dan tidak
terintegrasi dengan kebutuhan nyata.
b. Salah dalam mengidentifikasi proyek yang tepat.
2. Measure
a. Tidak mempunyai indikator kinerja kunci yang tepat.
b. Alat pengukuran yang dimiliki jelek.
3. Analyze
a. Salah dalam mengembangkan hipotesis kausal.
b. Gagal dalam mengidentifikasi pengedali kunci.
4. Improve
a. Tidak adanya dukungan manajemen terhadap sistem.
b. Gagal dalam mengembangkan ide untuk menghilangkan masalah.
5. Control
a. Gagal dalam melakukan tindak lanjut oleh manejer dan pemilik
perusahaan .
b. Tidak mekanisnya umpan balik penerima suara pelanggan secara terus
- menerus.

Anda mungkin juga menyukai