NAMA:
1. SUNANDAR DWI SUSAMTO ( 170302106 )
2. RUDY SEMIAWAN ( 170302019 )
3. RONI SETIAWAN ( 170302099 )
Pertama - tama penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan segala nikmat dan karuniaNya, karena berkat karunianya penulis dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah AIK. Shalawat serat salam senantiasa kita panjatkan kepada Rasulullah SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.Rekan – rekan yang senantiasa mendukung dan memotivasi serta
memberi masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian tugas makalah ini.
Makalah ini berjudul “PARADIGMA PERKEMBANGAN IPTEK DALAM ISLAM“ yakni makalah yang
menerangkan tentang potensi manusia dalam perkembangan iptek dan rambu-rambu perkembangan
iptek.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis memohon
maaf, apabila didalam tulisan kami ini ada kekurangan dalam penulisan dan sebagainya.Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan kedepannya.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
III
I. Pengertian Paradigma
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah
laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di
terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin
intelektual.
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari
bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani
paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan
memperlihatkan (deik).
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak
pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang – mengenai realita – dan akhirnya
akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu.
Pengertian Paradigma secara etimologis paradigma berarti model teori ilmu pengetahuan atau
kerangka berpikir. Sedangkan secara terminologis paradigma berarti pandangan mendasar para ilmuan
tentang apa yang menjadi poko kpersoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu
pengetahuan. Jadi,paradigma ilmu pengetahuan adalah model atau kerangka berpikir beberapa
komunitas ilmuan tentang gejala-gejala dengan pendekatan fragmentarisme yang cenderung
terspesialisasi berdasarkan langkah-langkah ilmiah menurut bidangnya masing-masing.
II. Iptek
Ilmu dalam bahasa Arab `ilmu berarti memahami, mengerti atau mengetahui.`Ilmu menurut
bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan.Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu. Ilmu atau sains memiliki arti lebih
spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui
pendekatan keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah
sebagai pengetahuan yang ilmiah. Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah
1
yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan
sebutan science.
Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu
tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan
untuk memenuhi suatu tujuan. Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan
penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.Perkembangan iptek, adalah hasil
dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan
berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya
suatu tujuan
Ada beberapa pendapat yang membahas tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia, di
antaranya adalah sebagai berikut. Jalaluddin, ada tiga potensi yang dimiliki oleh manusia, yaitu potensi
ruh,jasmani(fisik),danrohaniah.
1. Pertama, ruh; berisikan potensi manusia untuk bertauhid, yang merupakan kecenderungan untuk
mengabdikan diri kepada Sang Pencipta.
2. Kedua, jasmani; mencakup konstitusi biokimia yang secara materi teramu dalam tubuh.
3. Ketiga, rohani; berupa konstitusi non-materi yang terintegrasi dalam jiwa, termasuk ke dalam naluri
penginderaan, intuisi, bakat, kepribadian, intelek, perasaan, akal, dan unsur jiwa yang lainnya.
1. pertama, qalb : merupakan suatu unsur yang halus, berasal dari alam ketuhanan, berfungsi untuk
merasa, mengetahui, mengenal, diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya yang pada hakikatnya
tidak bisa diketahui.
2. kedua, ruh : yaitu sesuatu yang halus yang berfungsi untuk mengetahui tentang sesuatu dan merasa,
ruh juga memiliki kekuatan yang pada hakikatnya tidak bisa diketahui
3. ketiga, nafs : yaitu kekutan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia
4. keempat, aql: yaitu pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal ibarat sifat-sifat ilmu
yang tempatnya dihati.
2
Jalaluddin dan Usman Said, secara garis besar manusia memiliki empat potensi dasar, yaitu :
1. pertama, hidayah al-ghariziyyah (naluri), yaitu kecenderungan manusia untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya, seperti, makan, minum, seks, dan lain-lain, dalam hal ini antara manusia
dengan binatang sama
2. kedua, hidayah al-hisiyyah (inderawi), yaitu kesempurnaan manusia sebagai makhluk Allah SWT
(ahsan at-taqwim)
3. ketiga, hidayah al-aqliyyah, yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat dididik dan
mendidik (animal educandum); dan keempat, hidayah diniyyah, yaitu bahwa manusia merupakan
makhluk yang mempunyai potensi dasar untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
IPTEK silahkan dikembangkan sampai mencapai puncaknya, akan tetapi ada rambu-rambu yang tidak
boleh dilanggar, yaitu :
1. Pengembangan IPTEK harus berujung pada bertambah kuatnya keyakinan akan keberadaan Allah
swt, Keesaan dan KekuasaanNya yang pada gilirannya akan meningkatkan ketakwannya pada Allah
swt.
2. Pengembangan IPTEK harus mengarah pada kemaslahatan umum umat manusia sebagai mahluk
sosial, mahluk individual dan sebagai mahluk beragama.
Perhatikan sabda Nabi saw. berikut :
3
yang ada di alam semesta ini dan mengambil manfaat untuk kehidupan manusia dengan mengetahui
ciri-ciri sesuatu seperti: bencana alam, tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri yang tertulis maupun
yang tidak tertulis sehingga dapat menghadapi tantangan dan menjawab permasalahan-permasalahan
dunia modern yang diterapkan dalam segala aspek kehidupan.
Proses kehidupan manusia itu selalu mengalami perkembangan yang pesat dari awal
terbentuknya manusia, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai tua dan alam semesta ini dibuat Allah
tidak sia-sia, tetapi ada hikmah didalamnya agar manusia dapat mempelajari iptek, sesuai dalam QS. 3:
190-191yang berbunyi: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka”. Dalam ayat ini mengandung maksud perintah untuk
mempelajari iptek karena manusia telah dipilih sebagai makhluk yang memiliki kemampuan dan derajat
tinggi, antara lain:
Manusia diperintahkan untuk menggunakan akal pikiran dengan membaca, belajar dan meneliti
alam semesta.
Manusia dijadikan khalifah di muka bumi, dibuktikan dengan Allah SWT memilih nabi Adam
sebagai pemimpin dibandingkan makhluk yang lain.
Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat memperkuat iman untuk menjadikan dirinya
memiliki derajat tinggi dunia akhirat
Manusia diperintahkan menjadi profesional terhadap bidang ilmu yang dimiliki
4
luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan
barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau
anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi
menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada
yang bermanfaat manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula
mendatangkan dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan
kesenangan semata.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan
dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti,
obyekitf dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an.
5
Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia menggunakan akal
fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta. Teks-teks al-Qur’an yang
terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:
6
Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara berpasang-
pasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan
positron.Terjadinya pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion (ion air
production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga di atas 1.02 Mev.Ayat ini
dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian.Karena dengan melakukan penelitian hal-
hal yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap.
7
D. Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)
Alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan
teratur.Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan
fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia biologi
dan lain-lain).Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa yang terjadi di
alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak mampu, dengan semangat tinggi
dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu yang mustahil untuk dicapai, maka high
tech akan dapat diraih.
Perhatikan firman Allah berikut ini:
ْظنَّأَهلُ َهاأَن ُهمقَاد ُِرونَ َعلَي َهاأَت َاهَاأَم
َ س َواْْلَن َعا ُم َحتىَّإِذَاأ َ َخذَتِاْلَرض ُُزخ ُرفَ َه َاوازَ يَّنَت َو ِ ط ِب ِهنَ َباتُاْلَر
ُ ضمِ َّما َيأ ُك ُِللنَّا َّ ِإنَّ َما َمث َ ُِلل َح َيا ِةالدُّن َيا َك َماءٍ أَنزَ لنَا ُهمِ نَال
َ َس َماءِ فَاختَل
ِّ ِ صيدًا َكأَنلَّمت َغنَ ِباْلَم ِس َكذَ ِل َكنُف
ََْص ُِلآلَيَاتِ ِلقَومٍ يَّتَفَ َّك ُرون ً ُرنَالَيِلًْأ َونَ َه
ِ ارافَ َج َعلنَاهَا َح (24)
Artinya: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami
turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya) karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya
ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah Sempurna keindahannya,
dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya,
tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-
tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus:
24)
8
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al
Qashash: 77)
Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai.Tetapi
prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia merefleksikan
kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat.Dalam kerangka ini sains Barat semata-mata digunakan
untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk pengembangan militer dan perlengkapan-
perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras manusia terhadap ras manusia lainnya,
sebagaimana untuk mendominasi alam.Dalam sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi,
sehingga segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi.
Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk
meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong timbulnya
persaudaraan dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa merekalah penguasa
jagad raya ini.
Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan penemuan
DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953.Sejak saat itu berbagai macam teknologi yang melibatkan
perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai bermunculan.Beberapa diantaranya sangat
menakjubkan dan memungkinkan manusia sebagaituhan. Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang
dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan
bencana.
9
sekarang.Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam).Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah
dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh Syariah, maka
tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
10
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx yang ateis dan memandang agama
(Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan
penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan : Agama adalah keluh-kesah makhluk
tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang
tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan
iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar
materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya Farghal, 1994: 112). Paham Materialisme
Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus
menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang
sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri (Ramly, 2000: 110).
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan
pengatur kehidupan.Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang
terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan
pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu
pengetahuan manusia
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan
Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun :Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (Qs. sl-Alaq: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai
pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena
iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas
Aqidah Islam (Al-Qashash: 81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan berada pada
pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan
meliputi segala sesuatu Firman Allah SWT : Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di
bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. (QS. AN-Nisaa` : 126). Alam ayat
lain disebutkan :Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah
Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan
Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Qs. ath-Thalaq: 12).
11
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis
segala konsep dan aplikasi iptek.Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah
Saw.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini.Bukan paradigma
sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap
membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk
dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa
di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis
serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap
diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya
Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam.
Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi.Ini tentu perlu perubahan fundamental dan
perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma
Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya dijadikan
basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan
iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya
adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan al-Hadits dan
tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
12
sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa`: 65). ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah
kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya).(Qs. al-Araaf : 3).
Maksudnya: pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Nizar, Samsul, Peserta Didik Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Padang: IAIN Imam Bonjol Press, 1999
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet. ke-5, h. 14
Samsul Nizar, Peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam, (Padang:IAIN mam Bonjol Press, 1999), h.
59
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001),
h. 118
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 28
14