Anda di halaman 1dari 12

Pertanyaan teknis terkait PSAK: http://iaiglobal.or.

id/v03/kontak-kami/home

Pernyataan SAK Syariah

PSAK Syariah 59

Akuntansi Perbankan Syariah

PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 101: PENYAJIAN LAPORAN


KEUANGAN SYARIAH

SEJARAH
PSAK 101 pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK ini menggantikan ketentuan terkait penyajian
laporan keuangan syariah dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan
pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka
seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan
kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 101 mengalami amandemen dan revisi sebagai
berikut:
1. 16 Desember 2011 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1: Penyajian Laporan
Keuangan.
2. 15 Oktober 2014 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1 terkait penyajian laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain.
3. 25 Mei 2016 terkait penyajian laporan keuangan asuransi syariah pada Lampiran B.
Perubahan ini merupakan dampak dari revisi PSAK 108: Akuntansi Transaksi Asuransi
Syariah. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017.
IKHTISAR RINGKAS
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(selanjutnya disebut PSAK 101) menetapkan dasar penyajian laporan keuangan bertujuan
umum untuk entitas syariah. Pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian laporan keuangan,
struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan keuangan atas transaksi
syariah.
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan syariah,
antara lain terkait:
 · Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
 · Dasar akrual;
 · Materialitas dan penggabungan;
 · Saling hapus;
 · Frekuensi pelaporan;
 · Informasi komparatif; dan
 · Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah,
mencakup:
1. · Laporan Posisi Keuangan
2. · Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. · Laporan Perubahan Ekuitas
4. · Laporan Arus Kas
5. · Catatan atas Laporan Keuangan

PSAK 102: Akuntansi Murabahah

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 102: AKUNTANSI MURABAHAH

SEJARAH
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102: Akuntansi Murabahah (PSAK 102) dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 102
menggantikan pengaturan mengenai akuntansi murabahah dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan
Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/ XI/2013 maka seluruh
produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya
kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 102 mengalami perubahan sebagai berikut:

1. 13 November 2013 sehubungan dengan keluarnya Fatwa Dewan Syariah Nasional


Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No. 84/DSNMUI/ XII/2012 tentang Metode
Pengakuan Keuntungan Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di
Lembaga Keuangan Syariah.
2. 06 Januari 2016 terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara
retrospektif.
Pengaturan yang terkait dengan PSAK 102 adalah Bultek 5: Pendapatan dan Biaya Terkait Murabahah.

IKHTISAR RINGKAS
PSAK 102: Akuntansi Murabahah mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi murabahah.
PSAK 102 diterapkan untuk:
a) Lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah
baik sebagai penjual maupun pembeli; dan
b) Pihak-pihak yang melakukan transaksi murabhah dengan lembaga keuangan syariah
atau koperasi syariah.

Akuntansi untuk Penjual


Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

Akuntansi untuk Pembeli Akhir


Aser yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai.
Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
murabahah tangguhan.

Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.

PSAK 103: Akuntansi Salam

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 103: AKUNTANSI SALAM

SEJARAH
PSAK 103: Akuntansi Salam (PSAK 103) dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 103 menggantikan pengaturan mengenai
akuntansi salam dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh
produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya
kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 103 mengalami perubahan pada 06 Januari 2016 terkait
terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar. Perubahan ini
berlaku efektif 1 Januari 2017 secara retrospektif.
IKHTISAR RINGKAS
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi salam, baik sebagai penjual atau
pembeli. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk)
yang menggunakan akad salam. Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli
pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Akuntansi untuk Pembeli
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Pembeli
menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.Denda yang diterima oleh
pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:

a. besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain;
b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
Akuntansi untuk Penjual
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal usaha salam
yang diterima. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan
barang kepada pembeli. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban
salam.
Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:

a. piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki


hubungan
istimewa;
b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.

PSAK 104: Akuntansi Istishna’

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 104: AKUNTANSI ISTISHNA’

SEJARAH
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 104: Akuntansi Istishna’ (PSAK 104) dikeluarkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 104
menggantikan pengaturan mengenai akuntansi istishna’ dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah
yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh
produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya
kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
PSAK 104 mengalami penyesuaian pada 6 Januari 2016 terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan
dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.

IKHTISAR RINGKAS
PSAK 104 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi istishna’.
Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan
transaksi istishna’, baik sebagai penjual maupun pembeli.
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual
(pembuat, shani’).
Akuntansi untuk Penjual
Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau metode
akad selesai. Akad adalah selesai jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan
kepada pembeli.
Penjual menyajikan:

a. Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang
belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan
termin penjual kepada pembeli akhir.
Akuntansi untuk Pembeli
Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual
dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara
proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’.
Pembeli menyajikan:

a. Utang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum
dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
i. persentase penyelesaian dari nilai kontrak
penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna’ paralel; atau
ii. kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’
(bukan istishna’ paralel).

PSAK ini juga memberikan pengungkapan minimum bagi penjual dan pembeli, termasuk metode
akuntansi yang digunakan dalam pencatatan akuntansi istishna’.
Selain mengatur transaksi istishna’, PSAK ini mengatur ketentuan akuntansi transaksi istishna’ paralel.

PSAK 105: Akuntansi Mudharabah

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 105: AKUNTANSI MUDHARABAH

SEJARAH
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105: Akuntansi Mudharabah (PSAK 105) pertama kali
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27
Juni 2007. PSAK ini menggantikan ketentuan terkait penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK
59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh
produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya
kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 105 belum ada perubahan atau revisi apapun.

IKHTISAR RINGKAS
PSAK 105 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah.
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi mudharabah baik sebagai pemilik
dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib).
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad mudharabah. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di
mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola
dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana
syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
PSAK 105 juga memberikan ketentuan penyajian dan pengungkapan bagi pemilik dana dan
pengelola dana mudharabah.
PSAK 106: Akuntansi Musyarakah

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 106: AKUNTANSI MUSYARAKAH

SEJARAH
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 106: Akuntansi Musyarakah (PSAK 106) pertama kali
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27
Juni 2007. PSAK ini menggantikan ketentuan terkait penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK
59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh
produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya
kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 106 belum ada perubahan atau revisi apapun.

IKHTISAR RINGKAS
PSAK 106 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi musyarakah,
tetapi tidak me tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad musyarakah.
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil,
maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi
yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut
meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
PSAK 106 juga memberikan ketentuan pengakuan akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif, pada
saat akad, selama akad, dan saat akhir akad.
Pernyataan ini juga memberikan ketentuan minimum penyajian bagi mitra aktif dan mitra pasif.
Untuk mendukung transparansi pelaporan transaksi Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait
transaksi musyarakah, seperti isi kesepakatan utama usaha musyarakah, pengelola usaha, dan
pengungkapan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan.
PSAK 107: Akuntansi Ijarah

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 107: AKUNTANSI IJARAH

SEJARAH
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 107: Akuntansi Ijarah (PSAK 107) pertama kali dikeluarkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 21 April 2009.
PSAK ini menggantikan ketentuan terkait penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK 59:
Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh
produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya
kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 107 mengalami penyesuaian pada 06 Januari 2016
terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar. Perubahan
tersebut berlaku efektif secara prospektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
1 Januari 2017.

IKHTISAR RINGKAS
PSAK 107 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi ijarah. Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset baik berwujud
maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.
PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa (Musta’jir).

Akuntansi Pemilik (Mu’jir) Akuntansi Penyewa (Musta’jir)

Biaya Perolehan Objek ijarah diakui pada saat


objek ijarah diperoleh sebesar
biaya perolehan.

Penyusutan dan Amortisasi Objek ijarah disusutkan atau


diamortisasi, jika berupa aset
yang dapat disusutkan atau
diamortisasi, sesuai dengan
kebijakan penyusutan atau
amortisasi untuk aset sejenis
selama umur manfaatnya
(umur ekonomis).

Pendapatan dan Beban Pendapatan sewa selama masa Beban sewa diakui selama
akad diakui pada saat manfaat masa akad pada saat manfaat
atas aset telah diserahkan atas aset telah diterima.
kepada penyewa.
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban
penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

PSAK 108: Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 108: AKUNTANSI TRANSAKSI ASURANSI SYARIAH

SEJARAH
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 108: Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah (PSAK 108)
pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
IAI) pada 28 April 2009.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh
produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya
kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pertama kali disahkan di tahun 2009, PSAK 108 mengalami revisi pada 25 Mei 2016 terkait
kontribusi peserta, dana investasi wakalah, dan penyisihan teknis.

IKHTISAR RINGKAS
PSAK 108 mengatur mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
asuransi syariah.
Transaksi asuransi syariah yang dimaksud dalam Pernyataan ini adalah transaksi yang terkait dengan
kontribusi peserta, surplus dan defisit underwriting, penyisihan teknis, dan saldo dana tabarru’.
Berbeda dengan PSAK 108 yang disahkan di tahun 2009, PSAK 108 (revisi 2016) memberikan definisi
asuransi jangka pendek dan jangka panjang. Klasifikasi tersebut mengacu ke PSAK 28: Akuntansi
Kontrak Asuransi Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa.
Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad asuransi syariah yang memberi proteksi untuk
periode sampai dengan dua belas bulan, atau memberi proteksi untuk periode lebih dari dua belas
bulan dan memungkinkan penyesuaian persyaratan akad pada ulang tahun polis.
Akad asuransi syariah jangka panjang adalah akad asuransi syariah selain akad asuransi syariah
jangka pendek.
Dalam hal pengakuan awal, kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan dari dana tabarru’ dengan
ketentuan sebagai berikut:

a) untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ sesuai periode akad asuransi;
b) untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ pada saat jatuh tempo pembayaran dari peserta.
Penyisihan Teknis
Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:

a) Kontribusi yang belum menjadi hak dihitung secara individual dari setiap
pertanggungan dan besarnya penyisihan ditetapkan secara proporsional dengan
jumlah proteksi yang diberikan.
b) Manfaat polis masa depan dihitung dengan mencerminkan estimasi pembayaran
seluruh manfaat yang diperjanjikan dan penerimaan kontribusi peserta di masa
mendatang, dengan mempertimbangkan estimasi tingkat imbal hasil investasi dana
tabbaru’.
c) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar estimasi jumlah klaim yang masih
dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah perkiraan tersebut harus mencukupi
untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir
periode pelaporan.
d) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar estimasi jumlah klaim
yang akan dibayarkan pada tanggal pelaporan berdasarkan pada pengalaman masa
lalu yang terkait dengan klaim paling kini yang dilaporkan.
e) Perhitungan penyisihan teknis tersebut memasukan bagian reasuransi atas klaim.
Dari sisi pengungkapan, revisi PSAK 108 menambah persyaratan pengungkapan yang mengacu ke
PSAK 36.

PSAK 109

PSAK 110: Akuntansi Sukuk

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 110: AKUNTANSI SUKUK

SEJARAH
Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan 110: Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah (PSAK 110)
pertamakali dikeluarkanoleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI)
pada26 Oktober 2011.
Setelah pertama kali disahkan di tahun 2011, PSAK 110 direvisi pada 24Februari 2015 terutama
terkait klasifikasi investasi sukuk yang mengacu padarevisi atas International Financial Reporting
Standards 9: FinancialInstruments.

IKHTISAR RINGKAS
PSAK 110 mengatur mengaturpengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
sukuk ijarah dansukuk mudharabah.
Pernyataan iniditerapkan untuk entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan
sukukmudharabah, baik sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk.
Sukuk adalah efek syariahberupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagianyang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas:

a. aset berwujud tertentu;


b. manfaat atas asetberwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
c. jasa yang sudah adamaupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu;atau
e. kegiatan investasi yangtelah ditentukan.

Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor


Pengakuan Sukuk ijarah diakui pada saat entitas menjadi Entitas mengakui investas
awal pihak yang terikat dengan ketentuan pada sukuk ijarah dan sukuk
penerbitan sukuk ijarah. Sukuk ijarah diakui mudharabah sebesar biaya
sebesar nilai nominal, disesuaikan dengan perolehan.
premium atau diskonto, dan biaya transaksi
terkait dengan penerbitannya.
Penyajian Sukuk ijarah disajikan sebagai liabilitas. Pendapatan investasi dan
beban amortisasi disajikan
secara neto dalam laba rugi.
Pengungkapan Untuk sukuk ijarah, entitas Entitas mengungkapkan
mengungkapkan hal-hal berikut: hal-hal berikut ini:
a) Uraian tentang persyaratan utama d) Klasifikasi
dalam penerbitan sukuk ijarah, investasi
termasuk: berdasarkan
i. ringkasan jumlah investasi;
akad syariah yang e) Tujuan model
digunakan; usaha yang
ii. aset atau digunakan;
manfaat yang mendasari; f) Jumlah investasi
iii. besaran yang
imbalan; direklasifikasikan,
iv. nilai jika ada, dan
nominal; penyebabnya;
v. jangka g) Nilai wajar untuk
waktu; investasi yang
vi. persyaratan diukur pada biaya
penting lain. perolehan; dan
b) Penjelasan mengenai aset atau
manfaat yang mendasari penerbitan h) Lain-lain.
sukuk ijarah, termasuk jenis dan
umur ekonomik; dan
c) Lain-lain.

Berbeda dengan PSAK 110yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2011, PSAK 110 (revisi
2015)memberikan perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan keuangan investor.Investasi
sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan model usaha dan arus kaskontraktual.
Pada sisi investor,investasi sukuk diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan jika:

a. investasi tersebutdimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama


untuk memperoleh arus kaskontraktual; dan
b. persyaratan kontraktualmenentukan tanggal tertentu pembayaran pokok
dan/atau hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai