Anda di halaman 1dari 2

Resume Perbankan Syariah Minggu ke-9

Nama Anggota Kelompok 6 :


1. Kashiva Nur Shinta [ 2020110041 ]
2. Zajila Laily [ 2020110134 ]
3. Ambar Tri Elita [ 2020110149 ]
4. Alisa Arini [ 2020110169 ]

Akad Istishna’
Transaksi istishna’ ini hukumnya boleh (jawaz) dan telah dilakukan oleh masyarakat
muslim sejak awal masa tanpa ada pihak (ulama) yang mengingkarinya. Dalam fatwa
DSN-MUI, dijelaskan bahwa jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustahi’) dan penjual (pembuat, shani’).
Pada dasarnya, pembiayaan istishna’ merupakan transaksi jual beli cicilan pula
seperti transaksi murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah di mana
barang diserahkan di muka sedangkan uangnya di bayar cicilan, dalam jual beli istishna’
barang diserahkan di belakang, walaupun uangnya sama-sama di bayar secara cicilan.
Dengan demikian, metode pembayaran pada jual beli murabahah muajjal sama persis
dengan metode pembayaran dalam jual beli istishna’, yakni sama-sama dengan sistem
angsuran (installment). Satu-satunya hal yang membedakan antara keduanya adalah waktu
penyerahan barangnya. Dalam murabahah muajjal, barang di serahkan di muka,
sedangkan dalam istishna’ barang di serahkan di belakang, yakni pada akhir periode
pembiayaan. Hal ini terjadi, karena biasanya barangnya belum di buat/belum wujud.
Seperti halnya praktik salam, secara praktis pelaksanaan kegiatan istishna’ dalam
perbankan syariah cenderung dilakukan dalam format istishna’ paralel. Hal ini dapat di
pahami karena pertama, kegiatan istishna’ oleh bank syariah merupakan akibat dari
adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah
produsen dari barang dimaksud. Secara umum tahapan praktik istishna’(dan istishna’
paralel) di perbankan syariah adalah sama dengan tahapan praktik salam. Perbedaannya
terletak pada car pembayaran yang tidak di lakukan secara sekaligus, tetapi dilakukan
secara bertahap (angsuran).
Jenis-Jenis Akad Istishna’
Jenis-jenis akad istishna’ antara lain:
1. Istishna’ yang akad jual belinya dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan mustashni dan
shani’.
2. Istishna’ pararel adalah suatu bentuk akad istisna’ antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipesan
pemesan. Syarat akad istishna’ pararel, pertama (antara penjual dan pemesan) tidak
tergantung pada istishna’ kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara
pemesan dan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual
tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.
Dasar Syariah Akad Istishna’
Akad istishna' adalah akad yang halal dan didasarkan secara syar'i di atas petunjuk
Al-Quran, As-Sunnah dan Al-Ijma' di kalangan muslimin.
1. Al-Quran
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. (Qs. Al Baqarah: 275)
Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama' menyatakan bahwa hukum asal setiap
perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang kuat
dan shahih.
2. As-Sunnah
Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab, lalu
dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi menerima surat yang
tidak distempel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari
bahan perak. Anas mengisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan
kemilau putih di tangan beliau" (HR. Muslim). Perbuatan nabi ini menjadi buktinya
tabah wa akad istishna' adalah akad yang dibolehkan.
3. Al-Ijma'
Sebagian ulama menyatakan bahwa pada dasarnya umat Islam secara de-facto telah
bersepakat merajut konsensus (ijma') bahwa akad istishna' adalah akad yang
dibenarkan dan telah dijalankan sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat atau
ulama pun yang mengingkarinya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
melarangnya.
Ilustrasi Kasus Akad Istishna’
Wiroso (2005: 168-187) menjelaskan bahwa sesuai dengan pengertian istishna’, maka
mekanisme pembayaran transaksi istishna’ yang disepakati dapat dalam akad dapat
dilakukan dengan tiga cara; yaitu :
1. Pembayaran Dimuka Secara Keseluruhan
Proses pembayaran ini dilakukan dengan cara keseluruhan harga barang pada saat akad
sebelum aktivitas istishna’ yang dipesan pada pembelian akhir. Cara pembayaran
seperti ini sama dengan pembayaran dalam transaksi salam.
2. Pembayaran Secara Angsuran Selama Proses Pembuatan
Proses pembayaran dilakukan oleh pemesan secara bertahap atau secara angsuran
selama proses pembuatan barang. Cara pembayaran memungkinkan adanya
pembayaran dalam beberapa termin sesuai dengan perkembanga proses pembuatan
aktiva istishna’.
3. Pembayaran Setelah Penyelesaian Barang
Proses pembayaran dilakukan oleh pemesan kepada lembaga keuangan syaria’ah
setelah aktiva istishna’ yang dipesan diserahkan kepada pembeli akhir, baik
pembayaran secara keseluruhan maupun pembayaran secara angsuran. Cara
pembayaran istishna’seperti ini sama dengan cara pembayaran transaksi murabahah.

Anda mungkin juga menyukai