Anda di halaman 1dari 28

KONSEP ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM

Prinsip tauhid di dalam Islam, menegaskan bahwa semua yang ada berasal dan atas izin Allah
SWT. Dia-lah Allah SWT yang maha mengetahui segala sesuatu. Konsep kekuasaan-Nya
juga meliputi pemeliharaan terhadap alam yang Dia ciptakan. Konsep yang mengatakan
bahwa Allah SWT lah yang mengajarkan manusia disebutkan dalam Al-Quran (2:31, 55:2,
96:4-5, 2:239). Di dalam ayat lain 5:1-4 disebutkan bahwa Dia telah mengajarkan AlQuran kepada manusia dan mengajarinya penjelasan (bayan)
Wahyu, yang diterima oleh semua Nabi SAW/AS berasal dari Allah SWT, merupakan sumber
pengetahuan yang paling pasti. Namun, Al-Quran juga menunjukkan sumber-sumber
pengetahuan lain disamping apa yang tertulis di dalamnya, yang dapat melengkapi kebenaran
wahyu. Pada dasarnya sumber-sumber itu diambil dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT,
asal segala sesuatu. Namun, karena pengetahuan yang tidak diwahyukan tidak diberikan
langsung oleh Allah SWT kepada manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan
aksiologis dari ilmu non-wahyu tersebut, maka ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki
kedudukan yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang langsung diperoleh dari wahyu.
Sehingga, di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari
bangunan epitemologis Islam, ilmu-ilmu tersebut tidak lain merupakan bayan atau penjelasan
yang mengafirmasi wahyu, yang kebenarannya pasti. Di sinilah letak perbedaan epistemologi
sekuler dengan epistemologi Islam.
Sumber-sumber pengetahuan lain selain yang diwahyukan langsung misalnya fenomena
alam, psikologi manusia, dan sejarah. Al-Quran menggunakan istilah ayat (tanda) untuk
menggambarkan sumber ilmu berupa fenomena alam dan psikologi (2:164, 42:53). Untuk
sumber ilmu berupa fenomena sejarah, Al-Quran menggunakan istilah ibrah (pelajaran,
petunjuk) yang darinya bisa diambil pelajaran moral (12:111).
Sebagai akibat wajar dari otoritas ketuhanannya, al-Quran, di samping menunjukkan sumbersumber pengetahuan eksternal, ia sendiri merupakan sumber utama pengetahuan.
Penunjukkannya terhadap fenomena alam, peristiwa sejarah, metafisis, sosiologis, alami dan
eskatologis mesti benar, apakah secara literal atau metaforis. Kaum muslimin mengambil
sistem dan subsistem pengetahuan dan kebudayaan dari al-Quran. Dokumen paling otentik
tentang subyek ilmu pengetahuan (di mana al-quran sebagai katalisator) dapat ditemukan
dalam al-Burhan fi Ulum al-Quran karya Badruddin al-Zarkasyi.
Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak
mungkin, tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim yang
bertanggung jawab (hadits Nabi SAW-pen). Kedudukan ini berbeda dengan sikap skeptis
Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan hanya imajinasi kosong. (Bahkan dalam
agama manapun, tidak ada penghormatan, penjelasan, pendefinisian ilmu semassif Islam-pen)
Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-ilm, al-marifah dan
al-syuur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia
merupakan salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari akar kata l-m dan diambil dari kata
alamah, yang berarti tanda, simbol, atau lambang, yang dengannya sesuatu itu dapat
dikenal. Tapi alamah juga berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala..
Karenanya malam (amak maalim) berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang menunjukkan
dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan. Hal yang sama juga pada kata alam berarti
rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa tujuan al-Quran menggunakan

istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam. Pengertian ayat (dan juga
ilm, alam, dan alama) di dalam al-Quran tersebut yang menyebabkan Nabi SAW mengutuk
orang-orang yang membaca ayat 3:190-195 yang secara jelas menggambarkan karakteristik
orang-orang yang berfikir, mambaca, mengingat ayat-ayat Allah SWT di muka bumi tanpa
mau merenungkan (makna)nya.
Sifat penting dari konsep pengetahuan dalam al-Quran adalah holistik dan utuh
(berbeda dengan konsep sekuler tentang pengetahuan). Pembedaan ini sebagai bukti
worldview tauhid dan monoteistik yang tak kenal kompromi. Dalam konteks ini berarti
persoalan-persoalan epistemologis harus selalu dikaitkan dengan etika dan spiritualitas.
(Dalam Islam) ruang lingkup persoalan epistemologis meluas, baik dari wilayah (yang
disebut) bidang keagamaan dengan wilayah-wilayah (yang disebut sekuler)., karena
worlview Islam tidak mengakui adanya perbedaan mendasar antara wilayah-wilayah ini.
Adanya pembedaan semacam itu akan memberi implikasi penolokan hikmah dan petunjuk
Allah SWT, dan hanya memberi perhatian dalam wilayah tertentu saja. Wujud Allah SWT
sebagai sumber semua pengetahuan, secara langsung meliputi kesatuan dan integralitas
semua sumber dan tujuan epistemologis. Ini menjadi jelas jika kita merenungkan kembali
istilah ayat yang menunjuk pada ayat-ayat al-Quran dan semua wujud di alam semesta.
Konsep integralitas pengetahuan telah diuraikan al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir al-Quran,
di mana ia menegaskan bahwa ayat-ayat al-Quran yang menguraikan tentang bintang dan
kesehatan, misalnya, hanya sepenuhnya dipahami masing-masing dengan pengetahuan
astronomi dan kesehatan. Ibnu Rusyd dalam fasl al-maqal, juga memberikan penjelasan
keterkaitan antara penafsiran keagamaan dan kefilsafatan dengan mengutip beberapa ayat alQuran yang mendorong manusia meneliti dan menggambarkan kajian penciptaan langit dan
bumi (7:185, 3:191, 88:17-18). Dengan hal yang sama, al-Quran juga mendorong manusia
melakukan perjalanan di bumi untuk mempelajari nasib peradaban sebelumnya. Ini
membentuk kajian sejarah, arkeologi, perbandingan agama, sosiologi dan sebagainya secara
utuh.
Dalam 41:53, secara kategoris, al-Quran menegaskan bahwa ayat-ayat Allah SWT di
alam semesta dan di kedalaman batin manusia merupakan bagian yang berkaitan dengan
kebenaran wahyu, dan menegaskan kecocokan dan keutuhan yang saling terkait. Namun,
keutuhan dan kesatuan cabang-cabang pengetahuan ini tidak berarti bahwa disiplin-disiplin
itu sama, atau tidak ada prioritas diantara mereka. Pengetahuan wahyu dalam konsep Islam
adalah lebih utama, unik karena berasal langsung dari Allah SWT dan memiliki manfaat yang
mendasar bagia alam semesta. Semua pengetahuan lain yang benar harus membantu kita
memahami dan menyadari arti dan jiwa pengetahuan Allah SWT di dalam al-Quran untuk
kemajuan individu dan masyarakat.

a. Memanfaatkan ilmu pengetahuan manusia dengan tujuan untuk menguatkan


kandungan

ayat-ayat

Al-Qur'an

adalah

salah

satu

contoh

dari

usaha

pengejawantahan metode tafsir saintis[1]


Dalam beberapa contoh yang tidak sedikit dapat kita jumpai seorang mufassir
atau

penulis

memanfaatkan

penemuan-penemuan

ilmiah

baru

untuk

memperkuat ayat-ayat Al-Qur'an yang membahas masalah tersebut tanpa ia


ingin menuntaskan sebuah permasalahan dengan menyebutkan penemuanpenemuan ilmiah itu.
Kita

dapat

menemukan

contoh-contoh

untuk

hal

ini

dalam

beberapa

permasalahan berikut ini:


Peranan air dalam kehidupan; "Dan Kami menjadikan dari air segala sesuatu
yang hidup." (QS. al-Anbiya' [21]:30)
Realita berpasangan-pasangan di alam makhluk hidup; "Dan dari setiap
sesuatu Kami jadikan berpasangan supaya kamu ingat." (QS. adz-Dzariyat
[51]:49)
Tahapan perkembangan janin manusia; "Dan Kami telah menciptakan manusia
dari tanah liat. Kemudian Kami menjadikannya sebagai air sperma di dalam
tempat perlindungan yang kokoh [rahim]. Lalu Kami menjadikan air sperma itu
sebagai gumpalan darah, kemudian Kami jadikan gumpalan darah itu sebagai
sepotong daging, lalu Kami jadikan sepotong daging itu berbentuk tulangbelulang, dan lalu Kami membungkus tulang-belulang itu dengan daging, serta
setelah itu, Kami menciptakannya sebagai sebuah makhluk baru ...." (QS. alMukminun [23]:12-14)
Peran angin dalam mewujudkan awan dan hujan; "Dan Allah adalah Dzat yang
telah mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, dan kemudian
Kami menggiring awan tersebut ke arah negeri yang mati." (QS. Fathir [35]:9)
Kita juga dapat melihat hal ini di dalam surah an-Nur, ayat 43, surah ar-Rum,
ayat 48, dan surah al-A'raf, ayat 57.

Hidayah intern setiak makhluk; "Ia berkata, 'Tuhan kami adalah Dzat yang
telah menciptakan segala sesuatu yang sesuai dengan tuntutan ciptaannya, dan
kemudian Dia memberinya petunjuk." (QS. Thaha [20]:50)
Peran gunung dalam menjaga kestabilan bumi; "Dan Kami telah menciptakan
di

atas

bumi

ini

gunung-gunung

yang

kokoh

supaya

bumi

itu

tidak

menggoncangkan mereka." (QS. al-Anbiya' [21]:31)


Dan okyak-obyek pembahasan lainnya yang pada masa kini banyak ditemukan
lantaran penemuan-penemuan ilmiah tersebut.[2]
b. Menyingkap rahasia-rahasia pemaparan Al-Qur'an di dalam buku-buku tafsir
masa

lalu

membuktikan

bahwa

para

penulis

tafsir

itu

hanya

mencari

kemukjizatan Al-Qur'an di dalam kefasihan kata ayat-ayat Al-Qur'an. Sementara


itu, pada abad-abad terakhir ini, di bawah pengaruh penemuan-penemuan ilmiah
telah terbuktikan bahwa penjelasan Al-Qur'an memiliki presisi, elegansi, dan
poin-poin yang sangat jeli.
Sebagai contoh atas hal ini, kita dapat memperhatikan dan merenungkan realitarealita berikut ini:
Dalam menyifati bulan, Al-Qur'an menggunakan kosa kata "nur" (cahaya) dan
sementara itu, ketika menyifati matahari, ia menggunakan kosa kata "sirj"
(pelita). "Dan Dia telah menjadikan bulan di dalamnya sebagi cahaya dan
matahari sebagai pelita." (QS. an-Nur [24]:16) Atau ia menegaskan bahwa
menemukan arah di malam hari dapat dicapai dengan melihat cahaya bintanggumintang. "Dan

dengan

bintang-gumintang

mereka

mendapatkan

petunjuk." (QS. an-Nahl [16]:16) Padahal seluruh planet juga memiliki cahaya.
Ungkapan-ungkapan yang berbeda ini lantaran Al-Qur'an ingin menunjukkan
bahwa cahaya matahari dan bintang berbeda dengan cahaya bulan. Cahaya
bintangseperti yang telah dibuktikan oleh sains modernmemancar dari diri
bintang itu sendiri. Sementara itu, cahaya bulan hanyalah pantulan dari cahaya
matahari. Pengungkapan-pengungkapan yang berbeda tersebut timbul dari
sebuah realita yang nyata.[3]

Tentang gerakan angin, Al-Qur'an menggunakan ungkapan "tashrf" yang


berarti memutar dan membolak-balikkan. "... dan di dalam tiupan angin." (QS. alJatsiyah [45]:5) Ini adalah sebuah ungkapan yang sangat jeli tentang gerakan
dan tiupan angin, sebagaimana hal itu telah dibuktikan oleh ilmu ramalan cuaca.
[4]
Menyamakan berimanannya orang-orang kafir dengan mendaki ke langit. Allah
berfirman, "Dan barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kesesatannya,
niscaya Dia menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang
mendaki ke langit." (QS. al-An'am [6]:125) Pada masa sebelumnya, ayat ini
ditafsirkan

berdasarkan

bagaimana

beratnya

satu

mendaki

perasaan
ke

psikologis

langit.

Akan

dalam

tetapi,

membayangkan

pada

masa

kini,

berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah modern, terbukti bahwa karena cuaca


di luar bumi sangat tipis dan berdiam diri di tempat tersebut akan membuat
jalan

pernapasan

tersumbat,

maka

Al-Qur'an

menggunakan

persamaan

demikian.[5]
Pembaharuan kulit demi kebersinambungan siksa bagi orang-orang kafir. Allah
berfirman, "Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan
kulit yang lain supaya mereka merasakan azab." (QS. an-Nisa' [4]:46) Realita ini
dikarenakan saraf perasa rasa sakit terdapat di bagian kulit dan bagian-bagian di
bawah otot memiliki saraf perasa sakit yang sangat lemah. Oleh karena itu,
pergantian kulit baru dapat melanggengkan azab Ilahi.[6]
Garis-garis tipis yang terdapat di ujung jari-jemari. Allah berfirman, "Bukan
demikian, sebenarnya kami kuasa menyusun [kembali] jari-jemarinya dengan
sempurna." (QS. al-Qiyamah [75]:4) Hal dimaksudkan untuk unjuk kekuataan
dan kekuasaan yang filsafatnyasebagamimana sudah terbuktikan di dalam
dunia

ilmu

pengetahuan

modernadalah

kejelian

dan

ketelitian

yang

tersembunyi di angota tubuh ini.[7] Penyebutan anggota tubuh pendengaran,


penglihatan, dan kalbu secara berurutan juga untuk menunjukkan urgensi
khusus masing-masing.[8]
Bersumpah demi orbit-prbit bintang-gumintang juga demi menunjukkan
urgensinya dalam menjaga kestabilan dunia. Allah berfirman, "Maka Aku

bersumpah

dengan

tempat

beredarnya

bintang-bintang." (QS.

al-Waqi'ah

[56]:74)[9]
Dan

masih

banyak

lagi

contoh-contoh

lain

yang

penjelasan

Al-Qur'an

menyingkap rahasia alam tabiat yang paling jeli.


c. Memanfaatkan penemuan-penemuan ilmiah baru untuk menafsirkan dan
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an
Untuk menjelaskan hal ini, kita dapat menengok contoh-contoh berikut ini. Kami
akan menyebutkan contoh-contoh tersebut tanpa kami menganalisa kebenaran
atau kesalahannya.
Allah berfirman, "Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang yang dapat
kamu lihat." (QS. ar-Ra'd [13]:2)
Menurut pendapat para mufassir kuno, langit berdiri tanpa penyangga. Kalaupun
frase "yang dapat kamu lihat" dianggap sebagai sifat bagi "tiang", mereka
berpendapat bahwa tiang-tiang yang tak terlihat itu adalah kekuatan Allah.[10]
Akan tetapi, setelah terungkapnya gravitasi bumi, sebagai mufassirin dan para
penulis menafsiran frase "tanpa tiang yang dapat kamu lihat" dengan kekuatan
gravitasi yang ada antara bumi dan matahari. Mereka meyakini bahwa maksud
Allah dari frase tersebut adalah kekuatan gravitasi tidak terlihat yang terdapat di
dunia ini.[11]
Allah berfirman, "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan [Kami] dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (QS. adz-Dzariyat [51]:47)
Pada masa lalu, kata msi'n (meluaskan) diartikan dengan keluasan rezeki atau
kekuatan. Ath-Thabarsi menulis, "Yaitu, Kami mampu untuk menciptakan sesuatu
yang lebih agung darinya. Tafsir ini dinukil dari Ibn Abbas. Dan juga ada
pendapat yang mengatakan bahwa artinya adalah Kami meluaskan rezeki atas
para makhluk dengan menurunkan hujan ...."[12]
Akan tetapi, setelah munculnya teori meluasnya ruang angkasa dan percobaanpercobaan yang membuktikan bahwa realita ini dapat terjadi dengan perubahan

yang muncul di dalam spektrum cahaya, teori di atas dapat didukung. Pada
masa kini, sebagian mufassirin, kata msi'nditafsirkan dengan perluasan ruang
angkasa.[13]
Allah berfirman, "Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami
mendatangi negeri [orang kafir], lalu Kami kurangi luasnya dari segala
penjurunya." (QS. al-Anbiya' [21]:44; ar-Ra'd [13]:41)
Penafsiran mayoritas para mufassir dari ayat ini selama ini adalah, bahwa
maksud

dari

ayat

tersebut adalah

pembumihangusan

negeri-nageri

dan

kemusnahan umat. Menurut sebagian penafsiran, ayat ini ditafsirkan dengan


kematian para ulama dan ilmuwan.[14]
Akan tetapi, sebagian penulis menafsirkan ayat tersebut fenomena terpisahnya
bulan dari bumi. Sepertinya, maksud dari kata 'athrf' adalah bumi dan dari kata
'naqasha' adalah memisahkan.
Berkenaan dengan hal ini, al-Kawakibi menulis, "Para pemikir telah mengadakan
penelitian bahwa bulan terpisah dari bumi, dan dalam hal ini, Al-Qur'an
berfirman, 'Kami mendatangi negeri [orang kafir], lalu Kami kurangi luasnya dari
segala penjurunya.'"[15]
Ayat-ayat yang telah ditafsirkan dan dijelaskan atas dasar penemuan-penemuan
imiah baru seperti sangatlah banyak. Kami akan menyebutkan sebagiannya di
bawah ini secara ringkas:
Allah berfirman,"Kami mengirimkan angin-angin untuk pembuahan." (QS. alHijr [15]:22). Ayat ini ditafsirkan dengan pertemuan aliran listrik positif dan
negatif di awan.[16]
Allah berfirman, "Dan setelah itu, Ia memperluas bumi." (QS. an-Niazi'at
[79]:30) Ayat ini ditafsirkan dengan kebermunculan benua-benua di dunia ini.[17]
Allah berfirman, "Kamu tidak akan dapat menyusup [ke batas-batas langit]
kecuali dengan kekuatan [yang luar biasa]." (QS. ar-Rahman [55]:33) Ayat ini
ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.[18]

Allah berfirman, "Dan bumi mengeluarkan segala bebannya." (QS. az-Zilzal


[99]:2) Ayat ditafsirkan dengan keluarnya gas dan bensin.[19]
Golongan Intemperatif (Mufrith) dan Golongan Moderatif (Mu'tadil)
Dalam tendensi penafsiran saintis, kita dapat membagi tendensi ini ke dalam
dua kategori umum: (1) golongan intemperatif dan (2) golongan moderatif.
Golongan intemperatifbiasanyamemiliki dua kriteria umum:
a. Mengklaim seluruh penemuan dan teori saintis sebagai sebuah asumsi yang
pasti dan menyakinkan.
b. Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan penemuan-penemuan saintis
tersebut secara pasti dan seratus persen.
Adapun dalam pandangan golongan moderatif:
a. Penemuan-penemuan ilmiah bukanlah sebuah fenomena yang pasti dan tidak
dapat berubah. Dalam pandangan moderatif ini, diusahakan agar hakikat ilmiah
dibedakan dari teori dan pandangan ilmiah.
b. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an secara ilmiah, golongan ini selalu
mengikat dirinya dengan sebuah kemungkinan dan tindakan hati-hati.
Di antara contoh penafsiran ilmiah secara moderatif, kita dapat memperhatikan
tafsir

ayat

Al-Qur'an

yang

berbunyi, "Sesungguhnya

Kami

benar-benar

meluaskannya." (QS. adz-Dzariyat [51]:47)


Dalam rangka menafsirkan ayat tersebut, Allamah Thabathabai menulis, "Dan
ada kemungkinan bahwa kata 'msi'n' diambil dari ungkapan 'awsa'a annafaqah', yaitu memperbanyak nafkah. Atas dasar ini, maksud dari ayat tersebut
adalah perluasan dan penambahan ciptaan langit, sebagaimana hal itu
dicenderungi

oleh

pembahasan-pembahasan

saintis

pada

masa

kini."[20] Penafsiran semacam ini juga diyakini oleh penulisTafsir Nemneh,


seperti telah kami jelaskan di atas.

Contoh lain dapat kita lihat dalam penafsiran ayat, "Engkau melihat bahwa
gunung-gunung itu diam [tak bergerak], sedangkan ia berjalan sebagaimana
awan berjalan." (QS. an-Naml [27]:88)
Sebagian ahli tafsir menafsirkan ayat tersebut dengan bergeraknya gununggunung pada hari kiamat.[21] Akan tetapi, sebagian yang lain mengklaim bahwa
ayat ini adalah salah satu mukjizat ilmiah Al-Qur'an. Mereka meyakini bahwa
ayat ini membukikan bahwa bumi bergerak.[22]
Contoh lain, dapat dijumpai dalam ayat, "Dan matahari bergerak [menuju] ke
tempat berdiamnya." (QS. Yasin [36]:38) Pada masa-masa sebelumnya, para
mufassir menafsirkan ayat ini dengan gerakan lahiriah matahari yang berjalan
sehari-hari atau per musim.[23] Akan tetapi, pada masa kini, berdasarkan
penemuan-penemuan ilmiah dan sains baru, para ahli tafsir menafsirkan ayat
tersebut dengan gerakan matahari menuju suatu titik tertentu yang di situ
terdapat planet Vega.[24]
Semua penafsiran itu masih disertai dengan kehati-hatian dan bersifat moderatif.
Akan tetapi, di beberapa kalangan mufassirin kita melihat keteledoran dan
keberlebihan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan rangka mendukung
metode panafsiran ilmiah.
Beberapa contoh berikut ini adalah bukti nyata atas hal ini.
a. Kata 'thair' dalam surah al-Fil ditafsirkan dengan nyamuk atau lalat yang
membawa virus-virus penyakit.[25]
b. Kata 'dbbah' dalam ayat, "Ketika perintah azab untuk mereka telah sampai,
Kami mengeluarkan untuk mereka seekor binatang ternak dari bumi." (QS. anNaml [27]:82) ditafsirkan dengan bulan-bulan buatan.[26]
c. Kata 'ghits'an ahw' dalam surah al-A'la [87], ayat 5 ditafsirkan dengan arang
batu.[27]
d. Kata 'raws' dalam surah ar-Ra'd [13], ayat 3 ditafsirkan dengan bumi-bumi
yang gersang.[28]

e. Kata 'nafs whidah' dalam surah al-A'raf [7], ayat 189 ditafsirkan dengan
proton.[29]
Contoh yang sangat jelas untuk penfasiran saintis intemperatif ini dapat kita
temukan di dalam buku tafsir Ahmad Khan yang berjudul Tafsir Al-Qur'an wa alHud wa al-Furqn. Segala usaha yang telah dilakukannya untuk menjustifikasi
mukjizat para nabi atau eksistensi in-material lainnya, seperti malakiat dan jin,
secara material tidak lain adalah sebuah kekalahan yang telah dialaminya dalam
menghadapi teori-teori saintis.[30]
Meluasnya Tendensi Tafsir Saintis pada Abad Keempat Belas
Kebersamaan penulisan tafsir pada abad keempat belas dengan kemajuankemajuan ilmiah umat manusia dalam bidang ilmu alam dan humanistik
menyebabkansecara

alamiahjejak-jejak

langkah

ilmu-ilmu

pengetahuan

tersebut berpengaruh dalam buku-buku tafsir tersebut.


Di antara ilmu-ilmu pengetahuan tersebut, ilmu astronomi, fisika, kimia, medis,
giologi, tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya lebih mendapatkan perhatian
dan sering digunakan dijadikan bukti. Setelah itu, ilmu-ilmu humaniora, seperti
sosiologi, psikologi, dan lain sebagainya menyusup ke dalam buku-buku tafsir
tersebut.

A.
Pendahuluan
Ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahu Al-Quran secara ilmu kebahasaan berakar dari
kata qaraa yaqrau quranan yang bererti bacan atau yang dibaca. Secara general Al-Quran

didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam
mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Al- Quran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber,
basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus
diukur standarnya adalah Al-Quran. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan, di mana tidak ada
satu perkara apapun yang terlewatkan[1], semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur
berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah);
sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam,
ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-anam: 38). Lebih lanjut Achmad
Baiquni mengatakan, sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam AlQuran.
Salah satu kemujizatan (keistimewaan) Al-Quran yang paling utama adalah hubungannya
dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam AlQuran sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-alaq 96/1-5.
1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Ayat tersebut di atas mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur
atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaannya, berfikir dengan menkorelasikan antara
ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu menmukan konsep-konsep sains dan ilmu
pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammada SAW. dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah
mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. tentunya
ilmu pengetahuan diperoleh di awali dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari
ilmu pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir
tidak mengethui apa-apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui
pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra pendengaran dan penglihatan demi untuk
mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat. Dalam Al-Quran terdapat kurang lebih 750
ayat rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau
kebudayaan lain yang menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan
manusia. Ini membuktikan bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetauan dalam
Al-Quran (Islam). Al-Quran selalu memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakan
potensi akal, pengamatan , pendengaran, semaksimal mungkinan manusia yang dikumpulkan
melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio. Pendapat lain menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan merupakan gambaran atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang faktafakta pengalaman manusia yang disusun dengan metode-metode tertentu dan menggunakan
istilah-istilah
yang
disederhanakan.[2]
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah fakta-fakta pengalaman
manusia yang disusun secara seksama dan sistematis sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh
dan saling berkaitan serta dapat diterima rasio. Dalam hal ini Al-Qur'an memberikan
penghargaan yang amat tinggi terhadap akal. Tidak sedikit ayat ayat Al-Qur'an yang
menganjurkan dan mendorong manusia agar menggunakan pikiran dan akalnya untuk
senantiasa menuntut ilmu. Dengan penggunaan akal dan pikiran tersebut, ilmu pengetahuan
dapat
diperoleh
dan
dikembangkan.
Dalam pembahasan makalah ini, mencoba untuk menguaikan hubungan dan konsep Al Quran
terhadap
ilmu
pengetahuan.
Pembahasan

Islam

dan

Ilmu

Pengetahuan

Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat (bahkan paling) empatik dalam
mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Al-Quran itu sendiri merupakan sumber
ilmu dan sumber insfirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknelogi. Betapa tidak,
Al-Quran sendiri mengandung banyak konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi
serta pujian terhadap orang-orang yang berilmu. Dalam Q.S. Al-Mujadalah 58/11 Allah
berfirman, Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang
yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Selain Al-Quran, Hadits-hadits Nabi juga sangat
banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk
menuntut
ilmu.
Sebgaimana
sabda
beliau.
( )
Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan
Hadits ini membrikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk belajar mencari
ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu
perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan.
Lebih lanjut Rasulullah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya,
tanpa di batasi usia, ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya Tuntutlah ilmu dari
buayan sampai liang lahat). Dan Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina. Dorongan dari alQuran dan perintah dari Rasul tersebut telah diperaktekkan oleh generasi Islam pada masa abad
pertengahan (abad ke 7-13 M). Hal ini terbukti dengan banykanya ilmuan-ilmuan Muslim tampil
kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina,
Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, Ibn rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni,
Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam SyafiI, Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu
yang mereka kembangkan pun bebagai maca disiplin ilmu, bahkan meliputi segala cabang ilmu
yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Astrnomi, Fisika, Astronomi,
Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan sebagainya,
pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik berda di bawah kendali umat
Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi. Rasul pernah bersabda
Umatku akan jaya dengan ilmu dan harta. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang memberikan
anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam kesempatan
ini
tentunya
tidak
dapat
disebutkan
semuanya.[3]
Sains

dan

Ilmu

Pengetahuan

Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci alQuran. Bahkan kata ilm itu sendiri disebut dalam al-Quran sebanyak 105 kali, tetapi dengan
kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[4]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama
Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan
penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal
bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan
waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal
istilah sains mengenai waktu-waktu tertentu[5]. Banyak lagi ajaran agama yang
pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknelogi, seperti untuk menunaikan
ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi.
Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Quran, manusia
hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana
terdapat
dalam
Q.S
Ar-Rahman:
55/33.
Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S ArRahman:
55/33).
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah
kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk
mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan);

kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan
atau sains dan teknelogi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini, dengan di
temukannya alat transportasi yang mampu menmbus angksa luar bangsa-bangsa yang telah
mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknelogi telah berulang kali melakukan pendaratan
di
Bulan,
pelanet
Mars,
Juipeter
dan
pelanet-pelanet
lainnya.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu
pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari
tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau
dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmua barat, hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam kemajuan
Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol[6]
dan ini di akui oleh sebagian mereka. Sains dan teknelogi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan
muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, itu semua
sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al-quran, karena jauh sebelum
peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Quran telah memberikan isyarat-isyarat tentang
hal itu, dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan al-Quran, dimana kebenaran yang
terkandung didalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan
secara
ilmiyah
oleh
sipa
pun.
Karakteristik

Sains

Islam

Allah SWT. telah menganugrahkan akal kepada manusia, suatu anugrah yang sangat berharga,
yang tidak diberikan kepada makhluk lain, sehingga umat manusia mampu berpikir kritis dan
logis. Agama Islam datang dengan sifat kemuliaan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta
menuntunnya kearah pemikiran Islam yang rahmatan lilalamin. Artinya bahwa Islam
menempatkan akal sebagai perangkat untuk memperkuat basis pengetahuan tentang keislaman
seseorang sehingga ia mampu membedakan mana yang hak dan yang batil, mampu membuat
pilihan yang terbaik bagi dirinya, orang lain, masyarakat, lingkungan, agama dan bangsanya[7].
Sains Islam bukanlah suatu yang terlepas secara bebas dari norma dan etika keagamaan, tapi ia
tetap dalam kendali agama, ia tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan
berkembangnya Islam . Karena antara agama dan sains dalam Islam tidak ada pemisahan,
bahkan sains Islam bertujuan untuk menghantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih
mendalam terhadap rahasi-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, baik ayat qauliah
maupun ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal secara maksimal. Sains
Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yakni Al-Quran dan Hadits, tidak hanya berpandu
kepada kemampuan akal dan nalar semata, tetapi perpaduan anatara dzikir dan fikir, sebab bila
hanya akal dan nalar yang menjadi rujukan, maka tidak jarang hasil temuaannya bertentangan
ajaran agama atau disalah gunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan
ajaran agama. Hasil penemuan tersbut bisa-bisa tidak mendatangkan manfaat tepi malah
mendatangkan
mafsadah,
kerusakan,
dan
bencana
di
sana
sini.
Berbeda halnya dengan sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen, dalam agama Kristen
sains dan ilmu pengetahuan tidak ada ikatan dengan agama, karena antara Gereja dan ilmuan
ada pertentangna yang sangat tajam sebagaimana kita dapati dalam fakta sejarah dihuukm
matinya seorang ilmuan Galileo Galilei (1564-1050M) hanya disebabkan pendapatnya berbeda
dengan Gereja pada ketika itu. Para ilmuan Kristen dalam melakukan riset pengembangan
keilmuannya tidak ada panduan wahyu sama sekali, maka tidak jarang atau sering kali hasil
penemuan ilmiyah mereka tidak sejalan dengan etika moral keagamaan, menyimpang dari
ajaran agama dan hal ini dimaklumi karena akal punya keterbatasan untuk mengungkapkan
nilai-nilai kebenaran bila tidak didukung dan dipandu oleh wahyu. Agama, sains dan ilmu
pengetahuan dalam agama Kristen berjalan sendiri-sendiri tidak ada keterikatan antara
keduanya.
Karekteristik dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta
dzikir dan fikir, sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim batul-betul Islami, bermakna,

membawa kesejukan bagi alam semesta, artinya mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi
kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam rahmatan lilalamin. Sains Islam selalu
terikat dengan nilai-nilai dan norma agama dan selalu merujuk kepada Al-Quran dan Sunnah,
dan ia membantu menghantarkan para penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih
sempurna kepada kebanaran informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui keagungan,
kebesaran,
dan
kemaha
kuasan-Nya
Korelasi

antara

Al

Quran

dan

Ilmu

Pengetahuan

Membahas hubungan antara Al Quran dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah
melihat : adakah Al quran atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan
yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya,
tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga
mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.[8]
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak
mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia hidup. Mereka
memberikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada
akhirnya
menjadi
korban
penemuannya
sendiri.
Dalam Al quran ditemukan kata-kata ilmu dalam berbagai bentuknya yang terulang sebanyak
854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al quran yang menganjurkan untuk
menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayatayat yang menjelaskan hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79); (b) taqlid atau
mengikuti
tanpa
alasan
(baca
antara
lain,
QS
33:67
;
2:170).
Angan-angan

dan

dugaan

yang

tak

beralasan

(baca

antara

lain,

QS

10:36).

Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara lain QS 21:37).
Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca antara lain QS 7:146).
Di

samping

itu,

terdapat

tuntutan

tuntutan

antara

lain

Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam arti tidak
menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu persoalan (baca antara lain QS
36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca antara lain, QS 10:39).
Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam pribadi tokoh yang
paling
diagungkan.
Ayat- ayat semacam inilah yang mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. tiada yang lebih
baik dituntun dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk
berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk
menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama dan dimana saja ia
kehendaki. Inilah korelasi pertama dan utama antara Al quran dan ilmu pengetahuan.
Korelasi kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak
ayat Al quran yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut
sebagian nya telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka ketahui
itu
masih
sangat
terbatas
dalam
perinciannya.[9]

Dalam dalam penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat Al quran, membawa kita kepada, paling
tidak, tiga hal pula hal yang perlu di garisbawahi, yaitu (1) Bahasa (2) konteks ayat-ayat ; dan (3)
sifat
penemuan
ilmiah.
Bahasa
Disepakati oleh semua pihak bahwa untuk memahami kandungan Al quran dibutuhkan
pengetahuan bahasa arab. Untuk memahami arti suatu kata dalam rangkaian redaksi suatu ayat,
seorang terlebih dahulu harus meneliti apa saja pengertian yang dikandung oleh kata tersebut.
Kemudian menetapkan arti yang paling tepat setelah memperhatikan segala aspek yang
berhubngan
ayat
tadi.
Konteks

antara

kata

atau

ayat

Memahami pengertian suatu kata dalam sdalam rangkaian satu ayat tidak dapat dilepaskan dari
konteks
kata
tersebut
dengan
keseluruhan
kata
dalam
redaksi
ayat
tadi.
Sifat

penemuan

ilmiah

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa hasil pemikiran seseorang dipengaruhi oleh banyak
factor, antara lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalamannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan sudah sedemikian pesatnya, sehingga dari faktor ini saja
pemahaman
terhadap
redaksi
Al
quran
dapat
berbeda-beda.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran Al quran
adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memang terbukti, bahwa
sekian banyak ayat-ayat Al quran yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada
masa turunnya, namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :

Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47 ).

Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari
cahaya
matahari (QS
10:5).

Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari


perut bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88).

Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari
menjadi tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga menghasilkan energy (QS 36:80).
bahkan, istilah Al quran, al syajar al akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah
klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di
semua
bagian
pohon,
dahan
dan
ranting
yang
warnanya
hijau.

Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang
setelah fertilisasi(pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7; 96:2).

Ilmu

kesehatan

Anak.

Dengan menyusu pada ibunya, bayi yang baru lahir mendapat air susu ibu yang mengandung
colostrum, yang mengakibatkan bayi tersebut jarang terserang infeksi, terutama infeksi pada
usus.
Air susu ibu adalah susu yang paling gampang diperoleh, kapan saja dan dimana saja. Lebih
instant dari susu yang manapun juga serta dapat diberikan secara hangat dengan suhu yang
optimal dan bebas kontaminasi. Al-Qur'an juga menentukan lamanya seorang bayi menyusu
dengan air susu ibu, dan kemungkinan bagi bayi untuk disusukan kepada ibu-ibu lain
sebagaimana
dinyatakan
dalam
(QS.
2:233)

Ilmu

Falak

Sesuatu ayat Al-Qur'an diturunkan selain untuk meng-Esakan Allah, juga untuk memberikan
peraturan (syari'at) dan untuk lain-lain, diantaranya juga untuk memperkenalkan isi alam raya
ini kepada manusia, jauh sebelum para ilmuwan menemukan rahasianya. Pergantian2 siang dan
malam berputar-putar ini diibaratkan serban orang Arab yang berputar-putar dikepala, ini
tampak terlihat bila kita berada pada pesawat ruang angkasa yang sedang meninggalkan ataupun
sedang kembali kebumi. Dengan begitu, melalui potongan ayat 5 Surah Az-Zumar yang
berbunyi
:
'.... Dia menggulungkan malam atas siang dan menggulungkan siang atas malam...."
Seakan-akan
Bumi

Allah

berotasi

Swt

menjelaskan

(berputar)

pada

kepada

umat

sumbunya,

manusia

Bumi

bulat

bahwa

adanya

Sebab apabila saja terjadi misalnya kejadian bumi tidak bulat ataupun bumi tidak berotasi pada
sumbunya, maka salah satu hal tersebut terjadi, maka sebagai tempat dipermukaan bumi yang
berada di Khatulistiwa sekalipun akan mengalami keadaan malam berkepanjangan, sebaliknya
lokasi yang tegak lurus dengan tempat tersebut akan mengalami keadaan siang berkepanjangan.

Bumi

Berbicara mengenai bumi, maka sama seperti pokok-pokok yang dibicarakan mengenai
penciptaan benda-benda lainnya, ayat yang mengenai bumi ini adalah tersebar diseluruh Qur'an.
Untuk mengelompokkannya tidaklah mudah. Untuk terangnya pembahasan ini, pertama kita
dapat memisahkan ayat-ayat yang biasanya membicarakan bermacam-macam persoalan akan
tetapi ayat-ayat tersebut mempunyai ciri umum, yaitu mengajak manusia untuk memikirkan
nikmat-nikmat Tuhan dengan memakai contoh-contoh. Ada lagi kelompok ayat-ayat yang dapat
dipisahkan,
yaitu
ayat-ayat
yang
membicarakan
soal-soal
khusus
seperti
:
Siklus

(peredaran)

air

dan

lautan

Dataran

Bumi

Atmosfir

bumi

Siklus

Air

dan

Lautan

Jika pada waktu ini kita membaca ayat-ayat Qur'an yang mengenai air dan kehidupan manusia,
ayat demi ayat, semuanya akan nampak kepada kita sebagai ayat-ayat yang menunjukkan hal
yang sudah jelas. Sebabnya adalah sederhana; pada jaman kita sekarang ini, kita semua
mengetahui siklus air dalam alam, meskipun pengetahuan kita itu tidak tepat keseluruhannya.
Tetapi jika kita memikirkan konsep-konsep lama yang bermacam-macam mengenai hal ini, kita
akan mengetahui bahwa ayat-ayat Qur'an tidak menyebutkan hal-hal yang ada hubungannya
dengan konsep mistik yang tersiar dan mempengaruhi pemikiran filsafat secara lebih besar
daripada hasil-hasil pengamatan. Dalam ayat-ayat Qur'an tidak terdapat konsepsi yang salah,
malah
semakin
ilmiah
saja.
"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfa'atnya lalu Kami tumbuhkan dengan air
itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang
mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan
Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan."
(QS.
50:9-11)
"Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan. Lalu dengan air itu, Kami
tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu

peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan."(QS.
23:18-19)

Lautan

Sebagaimana ayat-ayat Qur'an telah memberikan bahan perbandingan dengan ilmu pengetahuan
modern mengenai siklus air dalam alam pada umumnya, hal tersebutakan kita rasakan juga
mengenai lautan. Tidak ada ayat AL-Qur'an yang mengisahkan mengenai kelautan yang
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga perlu digaris bawahi bahwa tidak ada ayat
Qur'an yang membicarakan tentang lautan menunjukkan hubungan dengan kepercayaan
-kepercayaan atau mitos atau takhayul yang Terdapat pada jaman Qur'an diwahyukan.
Beberapa ayat yang mengenai lautan dan pelayaran mengemukakan tanda-tanda kekuasaan
Tuhan yang nampak dalam pengamatan sehari-hari, dimana semua itu untuk dipikirkan.
Ayat-ayat

tersebut

adalah

"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki
untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan (Pula) bagimu Sungai-sungai." (QS. 14:32)

Atmosfir

Bumi

Dalam beberapa aspek yang mengenai langit secara khusus dan yang telah kita bicarakan dalam
posting-posting yang lalu, Qur'an memuat beberapa paragraf yang ada hubunnnya dengan
fenomena-fenomena
yang
terjadi
dalam
atmosfir.
Mengenai hubungannya paragraf-paragraf Qur'an tersebut dengan hasil-hasil Sains Modern, kita
dapatkan seperti yang sudah-sudah dilain persoalan tidak adanya kontradiksi dengan
pengetahuan ilmiah yang sudah dikuasai manusia sekarang tentang fenomena-fenomena yang
disebutkan.

Ketinggian

(Altitude)

Sesungguhnya ini adalah pemikiran sederhana terhadap rasa, 'tidak enak' yang dirasakan orang
ditempat yang tinggi, dan yang akan bertambah-tambah jika orang itu berada dalam tempat yang
lebih
tinggi
lagi,
hal
ini
dijelaskan
dalam
Surah
Al-An'aam
ayat
125:

Listrik

di

Atmosfir

Listrik yang ada diatmosfir dan akibat-akibatnya seperti guntur dan butir-butir es disebutkan
dalam
beberapa
ayat
sebagiamana
berikut
:
"Dia-lah yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan
Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula)
para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya
kepada siapa yang Dia Kehendaki, daN mereka berbAntah-bantahaN tentang AllAh, dan dia-lAh
Tuhan
Yang
Maha
keras
sIksa-Nya."
(QS.
13:12-13)
Surah

An-nur

ayat

43.

"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan
keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu)
dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiranbutiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan." (QS.

24:43)
Dalam dua ayat tersebut digambarkan hubungan yang erat antara terbentuknya awan -awan
berat yang mengandung hujan atau butiran-butiran es dan terbentuknya guntur.
Yang pertama sangat dicari orang karena manfaatnya dan yang kedua ditolak orang. Turunnya
guntur adalah keputusan Allah. Hubungan antara kedua fenomena atmosfir sesuai dengan
pengetahuan tentang listrik atmosfir yang sudah dimiliki oleh manusia sekarang.

Bayangan

Fenomena yang sangat luar biasa dijaman kita, yaitu bayangan dan pergeserannya disebutkan
dalam
ayat-ayat
berikut
:
"Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan
(dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap
bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu."
(QS.
25:45) [10]
Contohnya juga, para ulam menafsirkan arti kata al alaq dalam ayat-ayat yang menerangkan
proses kejadian janin dengan al-dam al-jamid atau segumpal darah yang beku. Dan dapat
disimpulkan bahwa proses kejadian manusia terdiri atas lima periode : (1) Al-Nuthfah; (2) Al
Alaq;
(3) AL-Mudhghah;
(4) Al-Idzam;
dan
(5) Al-Lahm.
Apabila seseorang mempelajari embriologi dan percaya akan kebenaran Al quran, maka dia sulit
menafsirkan al-alaq tersebut dengan segumpal darah yang beku. Menurut embriologi, proses
kejadian
manusia
terbagi
dalam
tiga
periode
:
Periode

Ovum

Periode

Embrio

Periode

foetus[11]

Demikian seterusnya, sehingga amat tepatlah kesimpulan yang dikemukakan oleh Dr. Maurice
Bucaille dalam bukunya Al-Quran, Bible dan sains Modern, bahwa tidak satu ayat pun dalam Al
quran
yang
bertentangan
dengan
ilmu
pengetahuan.

Beberapa

Pandangan

Ilmu

Pengetahuan

dan

Islam

Ziauddin Sardar membagi pendapat ilmuwan Muslim tentang hubungan ilmu pengetahuan dan
Islam ke dalam 3 kelompok.7 Pertama, kelompok yang menilai bahwa ilmu pengetahuan adalah
netral dan universal. Mereka mencari rumusan-rumusan dalam Al-Qur'an yang cocok dengan
hasil penemuan ilmu pengetahuan modern. Mereka menyimpulkan bahwa rumusan-rumusan
dalam Al-Qur'an sangat cocok dengan temuan ilmu pengetahuan modern. Pendekatan ini terlihat
kental dari karya Maurice Bucaille; The Bible, The Qur'an and Science yang tersebar luas.
Kelompok ini kadang ada yang menyebut dengan Buchaillisme. Pesan yang disampaikan adalah
dengan kecocokan ini membuktikan bahwa Al-Qur'an merupakan kitab yang memiliki kebenaran
hakiki yang datang dari pencipta alam semesta. Pendekatan ini terlihat memberikan manfaat
yang besar dengan pesan yang disampaikan tersebut. Namun, menurut Sardar, ada yang perlu
diwaspadai dengan pendekatan ini, yakni Al-Quran dapat dilihat sebagai kitab ilmu
pengetahuan dan bukan kitab hikmah. Umat Islam membaca Al-Quran lebih berusaha untuk
menafsirkan ilmu pengetahuannya saja dengan menipiskan perannya sebagai petunjuk hidup.
Bahaya lain yang perlu diwaspadai, masih menurut Sardar, adalah tujuan pengembangan iptek
dibatasi pada pembuktian rumusan-rumusan ilmu pengetahuan yang ada di dalam Al-Quran
sehingga tidak menuntun umat Islam untuk bersifat kreatif dan inovatif di rimba ilmu

pengetahuan yang sangat luas. Al-Quran harus dijadikan titik tolak pengembangan ilmu
pengetahuan,
bukan
sebagai
muara
akhir
pengembangan
ilmu
pengetahuan.
Kedua, kelompok yang masih mempertahankan netralitas dan universalitas ilmu pengetahuan,
namun fungsinya harus diubah diarahkan menuju cita-cita Islam dan masyarakatnya. Kelompok
ini, menurut Sardar, dipelopori oleh Z.A. Hasyimi dari Pakistan. Hasyimi menganjurkan agar
para ilmuwan Muslim mampu menghilangkan unsur-unsur yang tidak diinginkan dalam ilmu
pengetahuan barat. Mereka harus memahami sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan serta
memiliki kesadaran akan masa depan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak ilmuwan
Muslim yang dapat dikatagorikan dalam kelompok ini, termasuk peraih hadiah Nobel Abdus
Salam. Dia pernah menegaskan "Saya tidak dapat melihat perbedaan ruh dalam aljabar modern
dengan yang dilakukan para ilmuwan Muslim, atau tradisi modern optika dengan Alhazen atau
antara pengamatan Razi dengan perluasan modernnya." Sardar mengkritisi kelompok ini dengan
menyatakan bahwa kelompok ini terlalu mengecilkan peran ilmu pengetahuan dalam perubahan
masyarakat. Dia mengkhawatirkan, dengan pendekatan ini ilmu pengetahuan modern yang
berakar dari sistem nilai barat dapat menghancurkan system nilai yang ada dalam masyarakat
Islam, termasuk terjadinya konflik tujuan antara tujuan ilmu pengetahuan barat dengan tujuan
masyarakat
Islam.
Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak yakin dengan netralitas dan universalitas ilmu
pengetahuan. Mereka berpendapat bahwa ilmu pengetahuan barat dibangun dengan cara
pandang
dan
filosofi
barat
termasuk
dalam
memandang
realitas.
Kelompok ini berpendapat konstruksi ilmu pengetahuan perlu dibangun kembali dengan cara
pandang yang Islami. Sardar termasuk yang cenderung dengan kelompok ini. Deliar Noer kurang
setuju dengan pendapat kelompok ini. Dia menyatakan bahwa langkah ini terlalu rumit,
memakan
waktu
panjang
dan
memiliki
tantangan
yang
sangat
besar.[12]
Demikianlah 3 bentuk usaha yang telah dilakukan para ilmuwan Muslim dalam mensikapi ilmu
pengetahuan dikaitkan dengan nilai-nilai Islam yang diyakininya. Tiga bentuk ini, tentu saja,
masih mungkin terus berkembang dengan semakin tingginya kesadaran umat Islam akan
keislamanya.
Korelasi antara Beberapa Pernyataan Ilmiah Al-Qur'an dengan Ilmu Pengetahuan
Kata-kata atau pernyataan yang dipakai dalam Al-Qur'an untuk menggambarkan aktivitas
berpikir bukan hanya `aqala tetapi juga dengan kata-kata lain, di antaranya:
1. Nazara yaitu melihat secara abstrak, dalam arti berpikir dan merenung. Kata ini terdapat
dalam 30 ayat lebih, di antaranya yang terdapat dalam Al-Qur'an surat al-Ghsiyah ayat 17-20,
yang
Artinya:
"Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan? Dan langit bagaimana
ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia
dibentangkan?"
Perintah untuk merenungi alam semesta, baik makhluk hidup maupun makhluk yang tak
bernyawa sebagaimana yang tercantum dalam ayat di atas, dan jaminan bahwa hukum-hukum
yang mengendalikan alam semesta ini tidak berubah, mengandung janji apabila kita mematuhi
perintah tersebut, maka kita akan menemukan sebagian dari hukum-hukum yang ditetapkanNya itu dan kita akan dapat menguasai sains dan mampu mengembangkan teknologi untuk
kebahagiaan manusia. Kata nazara dapat berarti mengumpulkan pengetahuan melalui
pengamatan atau observasi dan pengukuran atau pengumpulan data pada alam sekitar kita.
Dengan demikian, nazara yang dianjurkan Al-Qur'an ternyata merupakan hal yang biasa
dilakukan
para
ahli
dalam
mengembangkan
sains
modern.
2. Tadabbara yaitu merenungkan sesuatu yang tersurat dan tersirat. Kata ini banyak dijumpai
dalam ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranya yang terdapat dalam surat Muhammad ayat 24 yang

berbunyi:
"Tidakkah

mereka

merenungkan

Al-Qur'an

ataukah

hati

mereka

terkunci?"

Dengan melakukan tadabbur sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, maka manusia akan
diantarkan kepada suatu fakta bahwa Al-Qur'an menambahkan dimensi baru terhadap studi
mengenai hal yang tersurat seperti ayat-ayat Al-Qur'an dan tanda-tanda yang terdapat dalam
alam (ayat kauniyah), dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas
penghalang dari alam materi. Al-Qur'an menunjukan bahwa materi bukanlah sesuatu yang kotor
dan tanpa nilai, tetapi di dalamnya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia menuju
Allah dan menunjukkan keagungannya. Alam semesta adalah ciptaan Allah, Al-Qur'an mengajak
manusia untuk menyelidiki dan mengungkap tentang keajaiban alam serta berusaha
memanfaatkan kekayaan alam yang berlimpah ruah untuk kesejahteraan hidup manusia. Jadi
Al-Qur'an membawa manusia mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah melalui ciptaan-Nya
dan realitas konkrit yang terdapat dalam alam semesta. Hal ini sejalan dengan aktivitas dalam
dunia ilmu pengetahuan, yaitu mengadakan observasi, melakukan berbagai eksperimen, dan
menarik kesimpulan mengenai hukum-hukum alam yang berdasarkan observasi dan eksperimen
tersebut. Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat mencapai Yang Maha Pencipta melalui
observasi yang teliti dan tepat terhadap hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan Al-Qur'an
menunjukkan kepada realitas intelektual Yang Maha Besar, yaitu Allah Swt lewat ciptaan-Nya.
Dengan cara seperti ini akan terwujud keseimbangan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan
ketinggian
iman
kepada
Allah
Swt.
3. Tafakkara yaitu berpikir secara mendalam. Kata ini terdapat dalam Al-Qur'an sebanyak 16
ayat, di antaranya sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-Jsiyah ayat 13 yang
berbunyi:
"Ia buat segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi tunduk padamu, semuanya
adalah dari-Nya, padanya sungguh terrdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berpikir".
4. Faqiha yaitu mengerti secara mendalam. Kata ini dijumpai dalam Al-Qur'an sebayak 16 ayat,
di antaranya firman-Nya dalam Al-Qur'an surat al-Taubat ayat: 122 yang berbunyi:
"Tidak semestinya orang-orang mukmin semua pergi (berperang). Mengapa sebagian dari tiap
golongan tidak pergi memperdalam pemahaman tentang agama agar dapat memberi peringatan
bagi
kaumnya,
bila
mereka
kembali.
Semoga
mereka
berjaga-jaga".
Ayat-ayat tersebut mendorong para ulama zaman klasik untuk mempelajari ilmu pengetahuan
dari berbagai sumber dengan melekukan beberapa penerjemahan berbagai macam keilmuan
yang
dimulai
pad
aabad
VII.
5. Tazakkara yaitu memahami dalam bentuk pemahaman yang mendalam. Sebagai contoh
firman Allah dalam AlQur'an surat al-Anbiy ayat 78-79) yang berbunyi:
Dan Daud serta Sulaiman sewaktu mnenentukan keputusan tentang ladang ketika domba masuk
ke dalamnya pada malam hari, dan kami menjadi saksi atas keputusan itu . Kami buat Sulaiman
memahaminya dan kepada keduanya kami berikan nikmat dan ilmu. Kami jadikan bersama
Daud
gunung
dan
burung
tunduk
memuja
kamilah
pembuat
semua
itu.

7. 'Aqala yaitu menggunakan akal atau rasio. Di dalam Al-Qur'an tidak kurang dari 45 ayat yang
berbicara tentang pemakaian akal yang merupakan bagian integral dari pengembangan ilmu

pengetahuan. Sebagai contoh Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an surat al-Anfl ayat 22 yang
berbunyi:
"Seburuk-buruk binatang pada pandangan Allah adalah yang tuli, bisu, dan tidak
mempergunakan
akal".[13]
Dengan memperhatikan ayat-ayat di atas, nampak jelas bahwa Al-Qur'an banyak mengandung
perintah kepada manusia untuk memperhatikan alam (kosmos). Alam penuh dengan tandatanda yang harus diperhatikan, diteliti, dan dipikirkan oleh manusia agar mereka mengetahui
rahasia yang terkandung di balik tanda-tanda itu. Pemikiran mendalam mengenai tanda-tanda
itu membawa kepada pemahaman tentang berbagai fenomena alam itu sendiri. Hal ini akan
melahirkan keyakinan yang kuat akan eksistensi Tuhan Pencipta alam dan hukum alam yang
mengatur perjalanan alam. Di sisi lain dari pemikiran yang mendalam tersebut akan diperoleh
temuan-temuan
dalam
berbagai
bidang
ilmu
pengetahuan.
Penutup
Al- Quran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber,
basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur
standarnya adalah Al-Quran. Salah satu kemujizatan (keistimewaan) Al-Quran yang paling
utama adalah hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan
ilmu pengetahuan dalam Al-Quran sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S
Al-alaq
96/1-5.
Al-Quran juga selalu memerintahkan kepada manusia untuk mendayagunakan potensi akal,
pengamatan , pendengaran, semaksimal mungkinan manusia yang dikumpulkan melalui proses
pengkajian dan dapat diterima oleh rasio. Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah
satu isi pokok kandungan kitab suci al-Quran. Bahkan kata ilm itu sendiri disebut dalam alQuran sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali. Adapun
karekteristik dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta
dzikir dan fikir, sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim batul-betul Islami, bermakna,
membawa
kesejukan
bagi
alam
semesta.
Dalam penafsiran ilmiah Al Quran tentang ilmu pengetahuan, setidaknya dapat dikelompokkan
menjadi 3 hal. Yaitu; Bahasa, Konteks ayat atau kata dan Sifat Penemuan Ilmiah. Kaitannya
penemuan ilmiah ini, salah satu faktornya adalah selalu berkembanganya ilmu pengatahuan
terhadap penemuan-penemuan ilmiah sepanjang masa. Contoh kecil dari penemuan ilmiah
adalah Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47 ), Matahari
adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya matahari (QS 10:5),
Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut bumi,
serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88), Zat hijau daun (klorofil)
yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui proses
foto sintesis sehingga menghasilkan energy (QS 36:80) dan Bahwa manusia diciptakan dari
sebagian kecil sperma pria dan yang setelah fertilisasi (pembuahan) berdempet di dinding rahim
(QS 86:6 dan 7; 96:2).

ALAM SEMESTA MENURUT PANDANGAN ISLAM

A. ALAM SEMESTA
1.

Pengertian Alam Semesta


Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini
selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut
universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah
menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia,
dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala
sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system
yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik
karene alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan
menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera.
Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah
(mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran
menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif,
yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya.

2.
a.

Penciptaan Alam Semesta


Menurut Teori Big Bang
Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu
kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa
penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam
semesta. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini
mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini
telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis
yang

tidak

percaya

tentang

penciptaan.

Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu
teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini,
dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang.
Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang
menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini
mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta. Banyak orang yang menganut
paham

materialis

yang

tidak

percaya

dan

menyanggah

teori

ini.

Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan
membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan
tersebut. Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun
proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar
tahun. Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big
Bang pun diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.

b.

Menurut Al Quran

Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya
ayat 30.
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?

Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan
yang padu.

Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya
dan kepada bumi, Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa. Keduanya menjawab, Kami datang dengan suka hati
Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya` ( Fushshilat 11-12)
Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang
dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama
penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintangbintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al Araf ayat 54, alam semesta ini
diciptakan selama 6 masa.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menurunkan air dari langit.

Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah
matinya.. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu
belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air.
Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.( QS Al- Muminun ; 18 )
Perhatikan kalimat lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi , ini menerangkan bahwa air
bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang (alien).
.Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam
( QS Tha Ha ; 53)
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air (QS An Nur ; 45).
Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi,
maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah
tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang
menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung
maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Quran bahwa langit dan bumi dulunya adalah
suatu yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
kami pisahkan antara keduanya. ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
Selanjutnya Allah swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al Fushilat
ayat 11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya
adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi
tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang
sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang membara
misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga
dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air.
Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat
kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit
yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintangbintang. Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu alam, tidak ada penjelasan
dalam Al Quran. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.

3.
a.

Karakteristik Integral Alam Semesta


Terbatas, segala sesuatu yang dapat tertangkap oleh indera, ruang dan waktunya terbatas.

b.

Berubah, segala sesuatu berubah tidak tahan lama, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh
indera, keadaannya tidak akan berhenti, kalau tidak berkembang, ya rusak.

c.

Ditentukan.

d.

Bergantung.

e.

Relative.

4.

Tujuan Penciptaan Alam


Pada hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun
tidak, semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepadaNya. Baik secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada
hukum dan ketetapan Allah.
Hanya karena sifat kasih dan saying dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi
tugas sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan
melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia
sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di
dalam kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat
nampak dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.
Dari potensi dasar manusia yang berupa akal yang bias melahirkan daya berfikir dan daya
nalar, akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan
akal itu pula manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul,
dan menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya itu,
akan wujud dan keagungan Allah sebagai penciptanya.
Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan
dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan.
Tujuan alam diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan
tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya
alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih
mendekatkan diri pada Allah.

B. MEKANISME ALAM (SUNNATULLAH)

Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah
demi keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan
manusia yang hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai
hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam.

Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula
hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia
dengan alam disebut dengan takdir.

Ada tiga sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam Al Quran, yaitu
1.Exact (pasti) dalam surat Al Furqan : 2, At Tholaq : 3,
2.Immutable, dalam surat Al Israa : 77, Al Anam : 115,
3.Objective, dalam surat Al Anbiya : 105.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka segala sesuatu
yang ada di alam ini Allah yang mengatur semuanya dan Allah juga yang berkehendak untuk
menetapkan semua yang ada di alam semesta ini. Sunnah/ketetapan Allah antara lain sebagai
berikut :
1.

Selalu ada dua kondisi saling ekstrim (surga-neraka, baik-buruk, benar-salah)

2.
3.

Segala sesuatu diciptakan saling berpasangan, saling cocok atupun saling bertolakan
Selalu terjadi pergantian dan perubahan dari suatu kondisi yang saling berbeda

4.
5.

Perubahan, penciptaan, maupun penghancuran selalu melewati suatu proses


Alam diciptakn dengan keteraturan

6.
7.

Alam diciptakan dalam keadaan seimbang


Alam diciptakan terus berkembang

8.

Setiap terjadi kerusakn di alam manusia, Allah mengutus seseorang untuk memberi
peringatan atau memperbaiki kerusakan tersebut.
Pada intinya, Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukumhukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah
hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta,
Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.

C.

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEMESTA


1.

Hubungan Historis
Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya
persamaan bentuk morfologis dan fisiologis (dan alas an yang bersifat ideologis). Pada abad ke
19 muncul suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Penciptaan
manusia pada awal kehidupan dari Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-Pitecanthropus
Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern seperti sekarang

ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada hubungan historis/sejarah antara
manusia dan alam semesta.
Kerumitan yang ada pada persoalan asal usul manusia hamper sama dengan kerumitan asal
usul alam semesta. Apalagi jika dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang
sesungguhnya menyangkut perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku,
unsure, atom, dan elemen. Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara manusia dan alam
semesta.

2.

Hubungan Fungsional
Proses penciptaan manusia adalah integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos,
manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki
keunggulan dalam system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam
kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang
diterapkannya, menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tidak
terbatas bagi manusia. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin teraasa
hubungan antara fungsi manusia dan fungsi alam.
Salah satu teori yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan alam adalah teori
anthroposentris yang menyebutkan bahwa manusia menjadi pusat alam. Maksudnya semua
yang ada di alam adalah untuk manusia, seperti firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 29
yang artinya : Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.
Menurut pandangan Islam, manusia ditempatkan sebagai rahmat bagi alam. Seperti
disebutkan dalm Q.S. Al Anbiya ayat 107 yang artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu
melainkan sebagai rahmat seluruh alam.
Pada intinya, alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang
manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam
diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang
dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui
tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.

D.

KESIMPULAN
1.

Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain
Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri
manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius dan
dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak
dan perhatian Allah.

2.

Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar.
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.

3.

Al Quran menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang
dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama
penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintangbintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al Araf ayat 54, alam semesta ini
diciptakan selama 6 masa.

4.

Karakteristik integral alam ada 5, yaitu terbatas, berubah, tergantung, ditentukan, dan relative.

5.

Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi
adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga
bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola,
dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya
sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.

6.

Mekanisme Alam (Sunnatullah) adalah ketentuan-ketentuan Allah sebagai hukum yang


mengatur alam semesta ini beserta isinya. Allah menciptakan alm semesta beserta isinya
dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka
alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi
sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.

7.

Hubungan histories manusia dan alam semesta adalah terletak pada kerumitan proses
permulaan keduanya ada di dunia ini. Alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan
segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga
kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan
pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan
mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai