Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 164 TENTANG

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAN FENOMENA YANG ADA DI DALAMNYA


SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Muhammad Ihza Al Irsyad


21106051019
ihzapunkshter@gmail.com
Abstract. Whether it is recognized or not, the issue of faith seems to be understood to only stop at
the theological realm (the sixth Pillar of Faith). Nearly Muslims focus on the study of faith in a
limited, partial sense by looking at the aspect of faith only as a theological issue of Allah, the
Messenger, books, angels. , doomsday and destiny. The creation of nature is proof of the power
and greatness of Allah SWT. This fact proves the vastness of God's knowledge compared to the
knowledge we have. There is no difficulty for God to create or destroy this universe. This
expression of gratitude for all the blessings of the universe is proven by a better friendly attitude
towards nature. Cosmological verses in the Koran are another sign of the facts of the universe.
Both explain each other. The macro-cosmos and microcosms are clear evidence of His mercy
towards humans on earth.

Keywords: Faith, Al-Qur’an, Creation Of The Universe

Abstrak. Diakui atau tidak persoalan iman nampaknya dipahami hanya berhenti pada ranah
teologis (Rukun Iman yang enam) Hampir-hampir umat Islam terfokus pada kajian iman dalam
pengertian yang terbatas, parsial dengan melihat aspek iman hanya persoalan teologis kepada
Allah, Rasul, kitab-kitab, malaikat, hari kiamat dan takdir. Penciptaan alam merupakan bukti
kekuasaan dan kebesaran Allah Swt. Kenyataan tersebut membuktikan kemahaluasan ilmu Allah
dibandingkan pengetahuan yang kita miliki. Tidak ada kesulitan bagi Allah untuk mencipta juga
menghancurkan alam semesta ini. Ungkapan kesyukuran atas segala nikmat alam semesta ini
dibuktikan dengan sikap bersahabat dengan alam yang lebih baik. Ayat-ayat kosmologis dalam
Al-Qur’an merupakan petanda lain dari fakta alam semesta. Keduanya saling menjelaskan satu
sama lain. Makro-kosmos dan mikrokosmos merupakan bukti nyata akan belas kasih-Nya terhadap
manusia di muka bumi.

Kata Kunci: Iman, Al-Qur’an, Penciptaan Alam Semesta


A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kumpulan wahyu Allah, yang ditujukan bagi umat manusia, al-
Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syari’ah dan ahlak, dengan
jalan meletakkan dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut, karnanya disamping
keterangan yang diberikan oeh Rasulullah saw, Allah memerintahkan pula kepada umat
manusia seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari al-Qur’an. Karenaya al-Qur’an jika
digali dan diikuti akan mengantarkan manusia kepada kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
Adapun syarat utamanya adalah manusia harus mampu menggali pesan yang dikandung al-
Qur’an secara tepat dan benar terutama dalam menghadapi tantangan zaman, karena pada
dasarnya menurut Muhammad Arkoun bahwa al-Qur’an memberikan kemungkinan-
kemungkinan arti yang terbatas. Kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran
dan penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka (untuk
interpretasi) baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal. 1

Berdasarkan tujuan al-Qur’an bila digali dan diikuti akan mengantarkan manusia kepada
kebahagian hidup di dunia dan akhirat seperti diatas maka, dalam merumuskan pendidikan
harus didasari baik dari perumusan konsep hingga tujuan pendidikan itu sendiri berdasarkan
al-Qur’an sebagai bentuk resistensi umat islam terhadap skulerisasi yang telah mencampakkan
“agama”. Karenanya al-Qur’an yang menjadi petunjuk manusia tidak hanya dipahami secara
normative sebagai teks yang mengatur hukum-hukum syar’i dalam bentuk hubungan-
hubungan antara tuhan dan manusia semata, melainkan al-Qur’an juga harus dipahami sebagai
“paradigma” dimana menurut Kuntowijoyo paradigma al-Quran berarti suatu konstruksi
pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas sebagaimana alQur’an
memahaminya, karenanya dalam hal ini al-Quran juga harus dipahami sebagai petunjuk yang
berisi konsep-konsep.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi fenomena di sekitar kita, contohnya


terbentuknya pelangi, gunung meletus, tsunami dan sebagainya. Hal tersebut sering kali
dikelompokkan sebagai fenomena alam serta dikaji dalam ilmu pengetahuan sains. Pengajian

1
Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,terjem. Arifin dan Zainuddin,
Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
yang dilakukan terhadap fenomena alam itu terpisah dari ilmu agama padahal, ilmu
agama khususnya dalam Al-Qur’an telah menerangkan berbagai fenomena alam jauh
sebelum adanya penelitian dalam bidang sains. Penelitian ini bertujuan untuk mencari
keterkaitan serta memadukan antara ayat Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan sains,
terlebih dalam bidang fisika yakni fluida. Analisis penelitian ini, ayat Al-Qur’an ditelaah
berdasarkan tafsir-tafsir ulama terkenal seperti tafsir Ibnu Katsir dan Al-Jalalain. Dengan
pendekatan filsafat ilmu, mulai dari ontologi, epistemologi sampai aksiologi2.

Secara epistemologi terdapat tiga pendekatan pengembangan sains-teknologi dalam


islam, yakni bayani,burhani, dan irfani. Dimulai dari pendekataan bayani yang akan
menelaah konsep fluida berdasarkan teks Al-Qur’an, ayat Al-Qur’an yang akan ditelaah
terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 164. Yang terbagi menjadi 2 yakni pernyataan
positif atau deskriptif dan pernyataan normatif atau preskriptif. Pendekatan burhani yang
melibatkan penelitian secara ilmiah untuk mengaji serta membuktikan fenomena alam
yang telah diterangkan dalam ayat Al-Qur’an secara empiris dan koheren. Pendekatan
irfani yang melibatkan kejernihan hati, kedalaman batin, dan sensitifitas nurani
penulis.Penelitian ini menghasilkan keterkaitan konsep fluida dalam Al-Qur’an melalui
fenomena sehari-hari terutama proses terjadinya hujan. Dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 164 dijelaskan proses terjadinya hujan, hal ini juga terkaji di ilmu
pengetahuan sains yang diperinci kembali dalam konsep fluida. Sehingga dalam
mempelajari ilmu pengetahuan sains, kita bisa berangkat dari kajian ilmu agama dalam
Al-Qur’an yang telah menerangkan berbagai fenomena alam yang tidak kita ketahui
sebelumnya.3

B. Rumusan Masalah
Mempelajari penciptaan alam semesta dalam perspektif Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat
164
C. Metode

2
Al-Syaibany Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terjm. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.

3
Baikuni N.A dkk.Indeks Al-Qur’an; Cara Mencari Ayat Al-Qur’an, Surabaya: Arkola, 1996.
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah menggunakan Library Research yang
memanfaatkan sumber pustaka untuk mendapatkan data dan tulisan terutama kita-kitab tafsir
yang mendukung tentang metode pembelajaran pendidikan dalam perspektif Al-Quran.
dengan pendekatan conten analysis iaitu mengumpulkan data atau bahan-bahan yang
berkaitan dengan tema pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber,
kepustakaan, kemudian dianalisa dengan teknik analisa data menggunakan metode tafsir
tahlili.atau studi teks yakni pengumpulan data dapat dilakukan melalui pencarian literatur
ilmiah secara sistematis pada artikel-artikel, buku-buku, dan dokumen yang membahas secara
signifikan dan memiliki keterkaitan dengan tema penelitian. Atau telah pemikiran tokoh-
tokoh yang berkaitan dengan apa yang akan dibahas dalam tulisan tersebut.4

D. Pembahasan
Landasan Filosofis Pendidikan Dalam Al-Qur’an
1. Landasan Akan Perintah Tuhan Untuk Belajar
Pendidik merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam terciptanya proses Pendidikan
untuk menciptakan Pendidikan yang ideal maka seorang pendidik harus paham dan mengerti
apa hakikat, karakteristik, dan tugas seorang pendidik serta mampu menyelaraskan (Tafsir,
2017) antara dominasi kemampuan religius dan rasional. Pendidikan juga merupakan hak bagi
semua warga negara, karena hal tersebut telah diatur di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1
secara tegas disebutkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”
diperkuat dengan UU RI nomor 20 tahun 2003 (RI, 2003) bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Meskipun demikian keberhasilan sebuah Pendidikan amat bergantung pada pendidik yang
berperan penting dalam proses Pendidikan dan pembentukan peserta didik. Tantangan
fundamental yang kerap di hadapi seorang pendidik sebenarnya bukan berupa ekonomi,

4
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Al-Qur’n dan Terjemahanya,Bandung:
CV. Penerbit J-Art,2004.
politik, sosial dan budaya, tapi tantangan pemikiran. Sebab persoalan yang timbul dalam
bidang-bidang tersebut serta bidang-bidang terkait lainnya, jika dilacak, ternyata bersumber
pada persoalan pemikiran. Bahkan di dalam Al-Quran banyak sekali seruan-seruan kepada
umat manusia untuk terus berfikir salah satunya disebutkan di dalam surat Al-Baqarah ayat
164

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS. Al-Baqarah[2]:164)

Dalam ayat 164 surat Al-Baqarah ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan mengenai
tanda-tanda kebesaran-NYA dalam penciptaan seluruh makhluk-NYA dan tidak ada yang
mampu mengambil pelajaran dari segala kebesaran penciptaan-NYA kecuali orang-orang
yang berakal dan memakai akalnya untuk mentafakurinya. 5

Diantara tanda-tanda kebesaran Allah yang disebutkan dalam ayat ini adalah sebagai berikut:

 Pertama: Penciptaan langit dan bumi merupakan penciptaan yang agung, hanya bisa
dilakukan oleh Dzat yang Maha Mampu melakukan segala sesuatu.
 Kedua: Pergantian siang dan malam serta waktunya, yang ini panjang dan yang itu
lebih pendek

5
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung:
Mizan, 2001
 Ketiga: Melajunya kapal-kapal di lautan dengan bentuk yang begitu besar, membawa
beratus-ratus ton barang dan hal yang bermanfaat bagi manusia dalam kehidupannya.
 Keempat: Turunnya hujan dari langit yang bermanfaat bagi kehidupan bumi dengan
tumbuh-tumbuhan dan tanaman-tanamannya setelah sebelumnya mati.
 Kelima: Berhembusnya angin baik berupa angin panas atau dingin, membantu
pernyerbukan tanaman dan terkadang tidak, bertiup ke timur dan barat, ke selatan dan
utara sesuai dengan kebutuhan manusia dan yang diminta dalam hidupnya
 Keenam: Awan yang berada di antara langit dan bumi, keberadaannya dan wujudnya
di suatu daerah ke daerah lain, agar dapat menurunkan hujan di sini dan tidak turun
hujan di daerah lain sesuai kehendak Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Pada ayat-ayat ini terdapat enam petunjuk yang besar dan dalil yang kuat terhadap wujud
Allah Ta’ala, ilmu dan kekuasaan Nya serta hikmah dan rahmat Nya. Allah Rabb semesta
alam, ilah bagi orang-orang yang pertama dan datang kemudian tidak ada Rabb dan Ilah
selain Nya.

Selain surat al-baqarah ayat 164, masih ada ayat-ayat lainya yang setema separti terdapat
dalam surat-surat(an-Nahl; 12), (al-Jatsiyah; 12-13), (Fathir; 28), (az-Zumar; 2), (ar-Ra’d;
3), dan beberapa ayat-ayat lainya yang menjelaskan bagaimana Allah menerangkan
bahwa apa yang telah diciptakan olehNya adalah tidak sia-sia, melainkan meiliki tujuan
dan rahasia dibalik ciptaanNya, karenaya Allah melalui beberapa ayat seperti diatas tadi
menyeru kepada manusia agar membaca dan belajar dari fenomena-fenomena alam
seperti pergantian siang dan malam, diciptakanya hewan, tumbuh-tumbuhan dan
manusia yang kesemuanya itu merupakan fenomena-fenomena yang harus dipelajari
oleh umat manusia untuk mengabdi dan mencapai tujuanya sebagai mahluk ciptaan
Allah.

Dari beberapa ayat diatas juga ikut menjelaskan bahwa kata ‘iqramemiliki
makana dan filosofis cukup dalam yang tidak hanya diartikan secara normatif dan
leterlek saja. Begitu pentingnya ‘iqra(membaca) dalam artian memahami atau
mempelajari sesuatu tidak hanya sebatas dilakukan oleh pribadi manusia saja
melainkan juga diperlukan juga orang yang menetahui sebagi pembimbing atau tempat
bertanya jika tidak memahai sesuatu seperti yang dijelaskan dalam surat an-Nahl ayat 43:
Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri
wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui.(QS. An-Nahl[16]: 43)

Kedudukan ‘Ilm(Ilmu) dan ‘Alim(orang yang berilmu) dalam Alquran

Bila melihat fenomena kehidupan manusia hampir disetiap kehidupan dan


tindakanya dilatarbelakangi oleh apa yang di sebut dengan ilmu, karenanya ilmu
memiliki posisi yang cukup urgen dalam kehidupan manusia itu sendiri. Ilmu sendiri
secara etimologi diartikan sebagai pengetahuan, yang dimaksud ilmu dalam hal ini
dimana ilmu diartikan sebagai (science) yakni pengalaman sehari-hari dan juga
pengetahuan sistematik.Perhatian al-Qur’an sendiri terhadap ilmu pengetahuan cukup
besar, ini ditandai dengan banyaknya ayat-ayat yang berbicara mengenai ilmu dan
yang berkaitan denganya, dalam hal ini dimana ilmu pengetahuan yang dituju oleh al-
Qur’an adalah ilmu pengetahuan dengan pengertiannya yang menyeluruh, yang mengatur
segala yang berhubungan dengan kehidupan dan tidak terbatas pada ilmu syariah dan
akidah saja. Ia mencakup berbagai disiplin ilmu seperti ilmu sosial, ekonomi, sejarah,
fisika, biologi, matematika, astronomi, dan geografi dalam bentuk gejala-gejala umum
seperti apa yang dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya. Ini menandakan bahwa
tidak ada dikotomi ilmu menurut al-Qur’an karena dalam ayat-ayatNya dianggap
semua ilmu penting untuk dipelajari baik ilmu-ilmu yang bersifat teosentri ataupun
antroposentris. Pembacaan terhadap ciptaan Tuhan tidak hanya sebatas wujud saja
melainkan juga damfak dari keberadanya tersebut, karena pada dasrnyajika semua
mahluk ciptaan Allah itu mempunyai tujuan dan bukan sia-sia belaka, maka studi tentang
problema-problema tersebut juga tidak sia-sia bahkan benar-benar mengandung tujuan.6

Nilai Dasar Pendidikan dalam Al-Qur’an (Muh. Sya’rani)

6
Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi Untuk Aksi, cetakan VIII, Bandung: Mizan, 1998
Begitu pentingnya akan ilmu pengetahuan yang bisa membawa manusia kedalam
petunjuk-petujuk sebagai tanda kebesaran Allah, di dalam al-Qur’an sendiri banyak
menyebutkan kedudukan orang-orang berilmu atau yang memiliki pengethuan salah
satunya dalam suratal-Mujadilah ayat 11:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang


yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadilah[58]: 11)

Ayat ini menujjukkan bagaimana keutamaan orang yang memiliki ilmu, dimana Allah
memposisikan orang yang berilmu begitu penting dengan meninggikanya beberapa
derajat, karena pada dasarnya orang yang memiliki ilmu akan bisa lebih memahami
rahasi-rahsia dan tanda-tanda dibalik segala sesuatu ciptaan Allah dimuka bumi yang
Allah sendiri menyerukan kepada manusia untuk membacanya, halini ditegaskan dalam
suratal-Ankabut ayat 43.

Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS. Al-Ankabut[29]: 43)

Ini menujjukkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah sebagai


perumpamaan-perumpamaan yang itu memiliki pesan-pesan tersirat untuk dipahami
manusia sebagai tujuan ilahiah dalam membentuk suatu peradaban umat, dan
kesemuanya itu hanya bisa dipahami oleh orang yang berilmu dalam artian orang yang mau
mempelajari perumpamaan-perumpamaan yang telah Tuhan buat, selain itu ayat ini
menunjjukkan bahwa Tuhan dalam beberapa hal tidak akan memberikan
petunjuknya begitu saja melainkan dengan ayat-ayat quliyah maupun kauniyahNya
yang bersifat abstrak dalam artian harus dipahami melalui suatu peroses.7

Dalam buku tarbiyatul aulad karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan memberi arahan yang
jelas bagaimana memberikan pendidikan keimanan yang baik dan benar pada anak agar
terbentuk karakter yang diharapkan.Pada sisi lain dalam kondisi zaman yang semakin
komplek ini, anak dihadapkan pada banyak hal yang akan menjadiujian bagi
imannya.Pengaruh teknologi juga membuat anak dapat kehilangan imannya.Karena itu
pendidikan keimanan sangat perlu diberikan pada anak agar mereka memiliki imunitas
(kekebalan) terhadap godaan dan tantangan zaman.Pendidikan keimanan perlu ditanamkan
sejak dinidalam keluarga.Peran orang tua sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai iman
dalam diri anak karena orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap
anak-anaknya.Pada tahap selanjutnya ketika anak memasuki usia sekolah, maka anak
perlu mendapatkan nilai-nilai keimanan ini dari sekolah.Maka sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal juga mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan nilai-nilai
iman yang menjadi dasar dari pembentukan karakternya.Pendidikan moral yang diberikan
orang tua dan pendidikan menjadi bekal bagianak dalam menjalani kehidupannya. Apabila
pendidikan utama pada tahapan pertama menurut persepsi Islam maka, seharusnya lah
bagi para orang tua, pendidik dan orang yang bertanggung jawab terhadap masalah.

Pendidikan dan moral untuk menghindarkan anak-anak dari empat fenomena berikut yang
merupakan perbuatan terburuk,moral terendah dan sifatnya yang hina.Dari penelitian yang
dilakukan di SMP Khazanah Kebajikan tentang pendidikan karakter dalam kegiatan Bina
Pribadi Islami peneliti melakukan analisis terhadap materi pelajaran yang telah diberikan
dan membandingkan dengan studi pustaka yang telah dilakukan.Dari data materi BPI
penelitian menilai bahwa muatan materi yang berhubungan dengan pengetahuan dan
pemahaman Islam belum maksimal diberikan.

Berdasarkan jenis analisis data Miles dan Huberman,peneliti melakukan konklusi/menarik


kesimpulan dari penelitian ini. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini dalam bentuk
narasi berupa konsep pendidikan karakter berdasarkan pada hadits-hadits dan uraian

7
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
yang ada dalam buku Tarbiyatul Aulad yang dikaji oleh peneliti.Pendidikan Karakter
menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyajikan sebuah konsep
yang lengkap yang harus dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan diIndonesia.
Harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dicapai diantaranya dengan
pelaksanaan pendidikan karakter disekolah.

Ilmu pengetahuan yang ditunjukkan oleh Alquran adalah ilmu pengetahuan dengan
pengertiannya yang menyeluruh, yang mengatur segala yang berhubungan dengan
kehidupan dan tidak terbatas pada ilmu syariah dan akidah saja. Ia mencakup berbagai
disiplin ilmu salah satunya pendidikan yang dalam bentuk gejala-gejala umum, general
ideas, atau grand theory yang perlu dikembangkan lagi oleh akal manusia.

Dalam al-Qur'an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat
penting, jika al-Qur'an dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip
dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirsi untuk dikembangkan
dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu, oleh karenaya para pemikir dan
pemerhati pendidikan harus selalu mejadikan al-Qur’an sebagai inspirasi bahkan gren-
teory dalam merumuskan konsep-konsep pendidikan yang bertujuan membina manusia
secara pribadi dankelompok, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah SWT, yang harus digali dari generasi-kegenerasi sepanjang masa, karena
al-Qur’an memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas. Ayat-ayatnya selalu terbuka
untuk interpretasi baru; tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal
(Mohammad Arkoun).

Sebuah pendidikan karakter pada dasarnya harus diawali dengan pendidikan keimanan. Hal
ini karena sebagai seorang muslim, iman merupakan fondasi bagi kehidupannya. Dalam
buku Tarbiyatul Aulad disebutkan tentang ayat-ayat yang mengajak manusia untuk
beriman kepada Allah Swt dan mengikuti Sunnah Nabi-Nya.

Keimanan pada Allah Swt harus diiringi dengan keimanan kepada Rasulullah Saw. Hal ini
karena Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah sebagai contoh bagi manusia dalam
kehidupan. Segala sesuatu dalam kehidupan manusia harus mencontoh pada kehidupan
Nabi Saw sesuai dengan panduan yang telah diberikan oleh Rasul Saw. Al Qur’an
menegaskan perintah untuk mencontoh Rasulullah Saw.8

“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik pada (diri) Rasulullah bagimu, (yaitu) bagi
orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab:21).

Hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ali bin Abi Thalib r.a bahwa Nabi
Saw bersabda: “Didiklah anak-anakmu pada tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai
keluarganya dan membaca Al Qur‟an. Sebab, orang-orang yang ahli Al Qur‟an itu berada
dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain perlindungan-
Nya beserta para Nabi-Nya dan orang-orang yang suci.”

Dalam perspektif sunnah, pendidikan keimanan merupakan bentuk pengajaran dan


pendidikan yang utama dan pertama. Hal ini karena Islam menjadikan iman sebagai fondasi
bagi amal manusia di dunia. Setelah pendidikan iman, maka ranah pendidikan lain yang
mengarah pada penumbuhan akhlak seorang anak adalah:

1. Pendidikan Moral

2. Pendidikan Kejiwaan

3. Pendidikan Sosial

Ketiga ranah pendidikan yang telah dipaparkan dalam bagian awal bab ini diintegrasikan
ke dalam materi pendalaman Pendidikan Agama Islam yang dalam hal ini terdapat dalam
kegiatan Bina Pribadi Islami (BPI). Sebagai sebuah konsep baru maka penelitian pustaka
dalam penelitian ini diinterasikan dalam materi Bina Pribadi Islami dengan menyesuaikan
dengan perkembangan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.

E. Kesimpulan
di dalam Al-Quran banyak sekali seruan-seruan kepada umat manusia untuk terus berfikir
salah satunya disebutkan di dalam surat Al-Baqarah ayat 164:

8
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung:
Mizan, 2001.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS. Al-Baqarah[2]:164)

Dalam ayat 164 surat Al-Baqarah ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan mengenai
tanda-tanda kebesaran-NYA dalam penciptaan seluruh makhluk-NYA dan tidak ada yang
mampu mengambil pelajaran dari segala kebesaran penciptaan-NYA kecuali orang-orang
yang berakal dan memakai akalnya untuk mentafakurinya.

Diantara tanda-tanda kebesaran Allah yang disebutkan dalam ayat ini adalah sebagai berikut:

 Pertama: Penciptaan langit dan bumi merupakan penciptaan yang agung, hanya bisa
dilakukan oleh Dzat yang Maha Mampu melakukan segala sesuatu.
 Kedua: Pergantian siang dan malam serta waktunya, yang ini panjang dan yang itu
lebih pendek
 Ketiga: Melajunya kapal-kapal di lautan dengan bentuk yang begitu besar, membawa
beratus-ratus ton barang dan hal yang bermanfaat bagi manusia dalam kehidupannya.
 Keempat: Turunnya hujan dari langit yang bermanfaat bagi kehidupan bumi dengan
tumbuh-tumbuhan dan tanaman-tanamannya setelah sebelumnya mati.
 Kelima: Berhembusnya angin baik berupa angin panas atau dingin, membantu
pernyerbukan tanaman dan terkadang tidak, bertiup ke timur dan barat, ke selatan dan
utara sesuai dengan kebutuhan manusia dan yang diminta dalam hidupnya.
 Keenam: Awan yang berada di antara langit dan bumi, keberadaannya dan wujudnya
di suatu daerah ke daerah lain, agar dapat menurunkan hujan di sini dan tidak turun
hujan di daerah lain sesuai kehendak Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Pada ayat-ayat ini terdapat enam petunjuk yang besar dan dalil yang kuat terhadap wujud
Allah Ta’ala, ilmu dan kekuasaan Nya serta hikmah dan rahmat Nya. Allah Rabb semesta
alam, ilah bagi orang-orang yang pertama dan datang kemudian tidak ada Rabb dan Ilah
selain Nya.

Selain surat al-baqarah ayat 164, masih ada ayat-ayat lainya yang setema separti terdapat
dalam surat-surat(an-Nahl; 12), (al-Jatsiyah; 12-13), (Fathir; 28), (az-Zumar; 2), (ar-Ra’d;
3), dan beberapa ayat-ayat lainya yang menjelaskan bagaimana Allah menerangkan
bahwa apa yang telah diciptakan olehNya adalah tidak sia-sia, melainkan meiliki tujuan
dan rahasia dibalik ciptaanNya, karenaya Allah melalui beberapa ayat seperti diatas tadi
menyeru kepada manusia agar membaca dan belajar dari fenomena-fenomena alam
seperti pergantian siang dan malam, diciptakanya hewan, tumbuh-tumbuhan dan
manusia yang kesemuanya itu merupakan fenomena-fenomena yang harus dipelajari
oleh umat manusia untuk mengabdi dan mencapai tujuanya sebagai mahluk ciptaan
Allah.

Kedudukan ‘Ilm(Ilmu) dan ‘Alim(orang yang berilmu) dalam Alquran

Bila melihat fenomena kehidupan manusia hampir disetiap kehidupan dan tindakanya
dilatarbelakangi oleh apa yang di sebut dengan ilmu, karenanya ilmu memiliki posisi
yang cukup urgen dalam kehidupan manusia itu sendiri. Ilmu sendiri secara etimologi
diartikan sebagai pengetahuan, yang dimaksud ilmu dalam hal ini dimana ilmu
diartikan sebagai (science) yakni pengalaman sehari-hari dan juga pengetahuan
sistematik.Perhatian al-Qur’an sendiri terhadap ilmu pengetahuan cukup besar, ini
ditandai dengan banyaknya ayat-ayat yang berbicara mengenai ilmu dan yang
berkaitan denganya, dalam hal ini dimana ilmu pengetahuan yang dituju oleh al-Qur’an
adalah ilmu pengetahuan dengan pengertiannya yang menyeluruh, yang mengatur segala
yang berhubungan dengan kehidupan dan tidak terbatas pada ilmu syariah dan akidah saja.
Ia mencakup berbagai disiplin ilmu seperti ilmu sosial, ekonomi, sejarah, fisika,
biologi, matematika, astronomi, dan geografi dalam bentuk gejala-gejala umum seperti
apa yang dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya.

Nilai Dasar Pendidikan dalam Al-Qur’an (Muh. Sya’rani)

Begitu pentingnya akan ilmu pengetahuan yang bisa membawa manusia kedalam
petunjuk-petujuk sebagai tanda kebesaran Allah, di dalam al-Qur’an sendiri banyak
menyebutkan kedudukan orang-orang berilmu atau yang memiliki pengethuan salah
satunya dalam suratal-Mujadilah ayat 11:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang


yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadilah[58]: 11)

Dalam perspektif sunnah, pendidikan keimanan merupakan bentuk pengajaran dan


pendidikan yang utama dan pertama. Hal ini karena Islam menjadikan iman sebagai fondasi

bagi amal manusia di dunia. Setelah pendidikan iman, maka ranah pendidikan lain yang
mengarah pada penumbuhan akhlak seorang anak adalah:

1. Pendidikan Moral

2. Pendidikan Kejiwaan

3. Pendidikan Sosial.

F. References

Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,terjem. Arifin


dan Zainuddin, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Al-Syaibany Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terjm. Hasan


Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Baikuni N.A dkk.Indeks Al-Qur’an; Cara Mencari Ayat Al-Qur’an, Surabaya: Arkola, 1996.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Al-Qur’n dan
Terjemahanya,Bandung: CV. Penerbit J-Art,2004.

Kartono, Kartini. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Bandung: Mandar Maju, 1992.

Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi Untuk Aksi, cetakan VIII, Bandung: Mizan,
1998

Naskahbuku ajar. Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta:
Ciputat Pers, 2002.

Shofan, Moh. Pendidikan Berparadigma Profetik, Jogjakarta: IRCiSoD, 2004.

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Bandung: Mizan, 2001.

Supriyoko, Ki. Hakikat Politik Pendidikan Nasional, dalam Ali Muhdi Amnur (ed),
Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional,Yogyakarta:Pustaka Fahima, 2007.

Anda mungkin juga menyukai