Anda di halaman 1dari 16

Kajian Tafsir Tematik

AL JADAL ( BERDEBAT ) DALAM


PERSPEKTIF AL QUR’AN (BAG KE-2)

Sihabuddin Afroni
Dosen MPK Agama Islam UI
PENDAHULUAN
 Belakangan ini, kita disibukkan dengan berita-
berita tentang pemilihan presiden (pilpres).
Acara debat antar Tim Sukses mulai sering
menghiasi Layar Kaca.
 Secara naluri setiap orang mempunyai akal dan
pemikiran yang berbeda-beda, sehingga
menjadikan antara mereka saling mengutarakan
dan mengungkapkan pemahaman mereka
tentang sesuatu.
 Berdebat di dalam Bahasa Arab disebut
Jadal atau Jidāl adalah bertukar pikiran,
berdebat, bersaing dan berlomba untuk saling
mengalahkan lawan.
 Debat pada dasarnya adalah menyampaikan
hujjah atau yang diduga sebagai hujjah oleh dua
pihak yang berbeda pendapat.
 Tujuannya adalah untuk membela pendapatnya
atau mazhabnya, membatalkan hujjah
lawannya, serta mengalihkannya pada pendapat
yang tepat dan benar menurut pandangannya.
 Rasulullah saw. juga beberapa kali mendebat
kaum musyrik Makkah, Nasrani Najran, dan
Yahudi Madinah. Beliau senantiasa menyerukan
Islam, meluruskan penyimpangan dengan
didasari pada hujjah dan argumen yang kuat.
SEJARAH JADAL DALAM AL QUR’AN

 Menurut perspektif Al-Qur’an, jadal sudah ada


jauh sebelum manusia pertama, Nabi Adam AS
diciptakan.
 (1) Jadal yang dilakukan oleh malaikat ketika
Allah swt menyatakan untuk menciptakan
“khalifah” di muka bumi.
 (2) Jadal yang dilakukan Iblis ketika diperintah
Allah swt untuk bersujud kepada nabi Adam AS.

Ini berarti bahwa jadal merupakan sifat dasar dan


sekaligus sebagai dinamika dalam kehidupan Makhluk
Allah.
ISTILAH DEBAT DALAM AL QUR’AN
 Dalam Islam dikenal banyak istilah yang erat
merujuk pada perdebatan, seperti mira’,
munazharah, muzakarah,
muhawarah, mughalabah dan mujadalah.
 Istilah mujadalah atau jadal lebih populer
sebagai padanan dari perdebatan.
 Dalam Alquran sendiri kata jadal disebutkan
sebanyak 29 kali dengan berbagai derivasinya,
diantaranya jaadilu, jaadaltum, jaadaltuna,
jaadiluka, yujaadiluna, yujaadilu, tujadiluka,
yujaadilunaka, yujaadilukum, jidaalan, dan
wajadilhum.
BERDEBAT. POSITIF ATAU NEGATIFKAH?
 Jika kita menelaah Alquran dan hadis-hadis
Nabi saw, maka kita dapat dapati penilaian yang
berbeda terhadap perdebatan.
 Adakalanya, Alquran dan hadis menilai positif
perdebatan, tetapi juga banyak menilainya
secara negatif.
 Adakalanya, Alquran dan hadis membolehkan
perdebatan, tetapi tak jarang melarangnya.
PANDANGAN NEGATIF
AL QUR’AN DAN AL HADIS TENTANG DEBAT.
 QS Al Ghafir ayat 35.

َ‫َّللاِ َو ِع ْندَ الَّذِين‬ َ ‫س ْل‬


َّ َ‫طان أَتَا ُه ْم ۖ َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْند‬ َّ ‫ت‬
ُ ‫َّللاِ ِبغَي ِْر‬ ِ ‫الَّذِينَ يُ َجا ِدلُونَ فِي آيَا‬
‫ب ُمت َ َك ِبر َجبَّار‬ِ ‫علَ َٰى ُك ِل قَ ْل‬ ْ َ‫آ َمنُوا ۚ َك َٰذَ ِل َك ي‬
َّ ‫طبَ ُع‬
َ ُ‫َّللا‬

“(Yaitu) orang yang memperdebatkan ayat-ayat


Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka.
Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah
dan di sisi orang-orang yang beriman.
Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang
sombong dan sewenang-wenang.”
HADITS NABI SAW,
 Rasulullah saw bersabda, ““Jangan berdebat
dengan suadaramu, jangan bergurau dengannya
(yang tidak pada tempatnya), dan jangan
menjanjikan sesuatu yang akan engkau
ingkari.” (H.R. Turmudzi).
 Beliau juga bersabda, “Suatu kaum tidak akan
sesat setelah beroleh petunjuk, kecuali lantaran
mereka berdebat.” (H.R. Ahmad)
CIRI-CIRI PERDEBATAN NEGATIF
 Perdebatan yang didasari keinginan untuk
mencari keunggulan atas orang lain dengan cara
menampakkan kelebihan diri, cari popularitas
dan menunjukkan kelemahan lawan.
 Perdebatan yang dibarengi dengan menyakiti
orang lain, membangkitkan amarahnya, dan
memaksanya untuk membela pendapatnya, baik
dengan cara benar maupun salah.
 Berdebat tentang hal-hal yang sudah sangat
jelas, gamblang, dan terang (badihi), sehingga
tidak ada gunanya jika diperdebatkan.
CIRI-CIRI PERDEBATAN NEGATIF...
 Berdebat tanpa ilmu pengetahuan sehingga
hanya akan terjerumus pada dusta (hoax) dan
fitnah.
“Beginilah kamu, semestinya kamu berdebat dalam apa
yang kamu ketahui, maka mengapa kamu berbantahan
tentang apa yang kamu tidak berilmu padanya?” (Q.S.
Ali Imran : 66).

Note : Debat diatas biasanya timbul dari hawa nafsu


karena sikap takabur, ujub, riya, ingin menang dan
cinta kedudukan. Sering disebut Syaghab.
BAGAIMANA PERDEBATAN YANG POSITIF
MENURUT AL QUR’AN

 Perdebatan untuk mengungkap kebenaran dan


membawa manusia pada jalan Allah Swt.
 Membantah apa yang dituduhkan oleh orang-orang
kafir dan orang-orang musyrik dengan bantahan yang
paling baik.
 Perdebatan itu menumbuhkan semangat keilmuan
dan memotivasi perkembangan ilmu pengetahuan.
Contoh Perdebatan suatu Teori ilmu pengetahuan.
 Debat mengutakan ide, program kerja, visi misi
rencana kerja kandidat jabatan publik dibolehkan
dengan memperhatikan etika debat.
AYAT-AYAT YANG MEMBOLEHKAN BERDEBAT

 QS Al Mujadalah ayat 1.
 QS An Nahl ayat 125.

 QS Al Baqarah ayat 111.

 QS Al Ankabut ayat 46.


ETIKA BERDEBAT MENURUT AL QUR’AN
 Diniatkan ikhlas untuk mendapatkan keridhaan
Allah Swt. (QS Al Bayyinah ayat 5)
 Asas yang mendasari perdebatan itu adalah
hujjah (argumentasi, teori, dan dalil). (QS Al
An’aam ayat 149).
 Fokus pada objek / tema kekeliruan dan
berusaha meluruskan hal tersebut (Q.S. al-
Baqarah : 258).
 Dilakukan dengan adab sopan santun, lemah
lembut, dan tidak mencaci maki. ( QS An Nahl
ayat 125).
ETIKA BERDEBAT...
 Dilakukan dengan harapan agar orang yang
diajak berdebat mendapatkan petunjuk dari
Allah. (QS Hud ayat 88).
 Lakukan dengan Tawadhu, Pernyatan nabi Isa
dalam Al Qur’an“Dan berbakti kepada ibuku,
dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang
sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32).
Sanjungan Allah kepada Nabi Ibrahim AS.

ٌ ِ‫يم لَ َح ِلي ٌم أَ َّواهٌ ُمن‬


‫يب‬ َ ‫ِإ َّن ِإب َْرا ِه‬
ETIKA BERDEBAT...
 Memberi Kesempatan kepada Pihak Lawan
untuk bicara. (QS Al A’raf ayat 12).
 Tidak boleh keras kepala dengan tidak
menerima kebenaran ketika kebenaran itu
tampak pada lawannya. (Al Baqarah ayat
147).
Tujuannya adalah untuk mencari
kebenaran dengan menghilangkan sikap
fanatik pada pandangan tertentu.
PENUTUP
 Manusia itu sangat terbatas pengetahuannya
yang tidak patut untuk menyombongkan dirinya.
 Berdiskusi atau berdebat dapat menjadi sarana
untuk menguji kebenaran pendapat atau
kualitas argumentasinya.
 Al-Qur’an menerangkan bahwa dalam
menyampaikan ajaran atau meluruskan
pendapat orang lain diharuskan dengan cara
yang sopan santun sehingga orang menjadi
tertarik untuk mengikutinya.

Anda mungkin juga menyukai