Anda di halaman 1dari 18

BAHAN BACAAN UAS TAFSIR

SURAH ALI IMRAN AYAT 104

َ ‫ت َ ُ َ َٰٓ َ ُ ت ت‬ َ ‫َ ت‬ ‫ َ ت ُ َ َ ت َ ت ت‬ٞ َّ ُ ُ ُ َ‫َت‬


١٠٤ ‫وف َويَ تن َه تون َع ِّن ٱل ُمنك ِّرِۚ َوأ ْولئِّك ه ُم ٱل ُمفل ُِّحون‬
ِّ ‫ۡي َويَأ ُم ُرون بِّٱل َم تع ُر‬ ‫ت‬
ِّ ‫وۡلكن مِّنكم أمة يدعون إَِّل ٱۡل‬

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung

TAFSIR KEMENAG :

104. Pada ayat ini Allah memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan,
menyuruh perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan hendaklah di antara kamu,
orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada kebajikan yaitu
petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat) yang makruf yaitu akhlak, perilaku dan nilai-nilai
luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai
agama, dan mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu yang dipandang buruk dan diingkari oleh
akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan ketiga hal tersebut mempunyai kedudukan tinggi
di hadapan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung karena mendapatkan keselamatan
di dunia dan akhirat.Dan janganlah kamu, wahai orang mukmin, menjadi seperti orangorang yang
berkelompok-kelompok, seperti orang Yahudi dan Nasrani yang bercerai berai dan berselisih
dalam urusan agama dan kemaslahatan umat, karena masing-masing mengutamakan kepentingan
kelompoknya. Betapa buruk apa yang terjadi pada mereka, karena berselisih secara sadar dan
sengaja setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas, yaitu diutusnya para rasul dan
diturunkannya kitab-kitab. Mereka yang berkelompok dan berselisih itulah orang-orang yang
celaka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat kelak di hari kiamat

104. Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya segolongan umat Islam yang bergerak dalam
bidang dakwah yang selalu memberi peringatan, bilamana tampak gejala-gejala perpecahan dan
penyelewengan. Karena itu pada ayat ini diperintahkan agar di antara umat Islam ada segolongan
umat yang terlatih di bidang dakwah yang dengan tegas menyerukan kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang makruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar (maksiat). Dengan demikian umat
Islam akan terpelihara dari perpecahan dan infiltrasi pihak manapun.

Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan menghilangkan
sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai kemenangan, maka ia terlebih dahulu harus
mengetahui persyaratan dan taktik perjuangan untuk mencapainya, yaitu kemenangan tidak akan
tercapai melainkan dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan terwujud melainkan dengan
persatuan. Persatuan yang kukuh dan kuat tidak akan tercapai kecuali dengan sifat-sifat
keutamaan. Tidak terpelihara keutamaan itu melainkan dengan terpeliharanya agama dan akhirnya
tidak mungkin agama terpelihara melainkan dengan adanya dakwah. Maka kewajiban pertama
umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar agama dapat berkembang baik dan sempurna
sehingga banyak pemeluknya.

Dengan dorongan agama akan tercapailah bermacam-macam kebajikan sehingga terwujud


persatuan yang kukuh kuat. Dari persatuan yang kukuh kuat tersebut akan timbullah kemampuan
yang besar untuk mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Mereka yang memenuhi syarat-
syarat perjuangan itulah orang-orang yang sukses dan beruntung.

SURAH AN-NAHL AYAT 125

َ َ َّ َ َ ُ َ ‫َ َ ت َ ُ َّ َ َّ َ ُ َ َ ت‬ َّ ‫تَ َ َ َ َ ت‬ َ ‫ت‬ ‫َ ت ت‬ َ ‫ع إ َ َٰل‬ُ ‫ت‬


‫جٰدِّل ُهم بِّٱل ِِّت ِِّه أحسنُۚ إِّن ربك هو أعلم بِّمن ضل عن سبِّيلِّهِّۦ‬‫يل َربِّك بِّٱۡل ِّك َمةِّ َوٱل َم توعِّظةِّ ٱۡلسنةِِّۖ و‬
ِّ ِّ ‫ب‬‫س‬ ِّ ‫ٱد‬

َ ‫َو ُه َو أَ تعلَ ُم بٱل ت ُم ته َتد‬


١٢٥ ‫ِّين‬ ِّ

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.

TAFSIR KEMENAG :

125. Usai menyebut keteladanan Nabi Ibrahim sebagai imam, nabi, dan

rasul, dan meminta Nabi Muhammad untuk mengikutinya, pada ayat


ini Allah meminta beliau menyeru manusia ke jalan Allah dengan cara

yang baik, Wahai Nabi Muhammad, seru dan ajak-lah manusia kepada

jalan yang sesuai tuntunan Tuhanmu, yaitu Islam, dengan hikmah, yaitu

tegas, benar, serta bijak, dan dengan pengajaran yang baik. Dan berdebatlah dengan mereka, yaitu
siapa pun yang menolak, menentang, atau meragukan seruanmu, dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Yang

Maha Memberi petunjuk dan bimbingan, Dialah yang lebih mengetahui

siapa yang sesat dan menyimpang dari jalan-Nya, dan Dialah pula yang

lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk dan berada di jalan yang

benar.Ayat ini memberi tuntunan kepada Nabi Muhammad tentang tata

cara berdakwah dan membalas perbuatan orang yang menyakitinya,

Dan jika kamu membalas terhadap siapa pun yang telah menyakiti atau

menyiksamu dalam berdakwah, maka balas dan hukum-lah mereka dengan balasan yang sama,
yakni setimpal, dengan siksaan atau kesalahan

yang ditimpakan kepadamu; jangan kaubalas mereka lebih dari itu. Tetapi jika kamu bersabar dan
tidak membalas apa yang mereka lakukan kepadamu, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi
orang yang sabar.

125. Dalam ayat ini, Allah swt memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak
manusia (dakwah) ke jalan Allah. Jalan Allah di sini maksudnya ialah agama Allah yakni syariat
Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Allah swt meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari dalam
mengemban tugas dakwah.

Pertama, Allah swt menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah
dakwah untuk agama Allah sebagai jalan menuju rida-Nya, bukan dakwah untuk pribadi dai (yang
berdakwah) ataupun untuk golongan dan kaumnya. Rasul saw diperintahkan untuk membawa
manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata.
Kedua, Allah swt menjelaskan kepada Rasul saw agar berdakwah dengan hikmah. Hikmah itu
mengandung beberapa arti:

a. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan itu sesuatu
dapat diyakini keberadaannya.

b. Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana
yang hak dan mana yang batil atau syubhat (meragukan).

c. Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an, paham agama, takut kepada


Allah, serta benar perkataan dan perbuatan.

Arti hikmah yang paling mendekati kebenaran ialah arti pertama yaitu pengetahuan tentang rahasia
dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu memberi manfaat.

Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia,
faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
agar mudah dipahami umat.

Ketiga, Allah swt menjelaskan kepada Rasul agar dakwah itu dijalankan dengan pengajaran yang
baik, lemah lembut, dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik.

Tidak patut jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan ketakutan
dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan dosa karena kebodohan atau ketidaktahuan,
tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan secara terbuka di hadapan orang lain sehingga
menyakitkan hati.

Khutbah atau pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk
melembutkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketenteraman daripada khutbah dan
pengajian yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Namun demikian,
menyampaikan peringatan dan ancaman dibolehkan jika kondisinya memungkinkan dan
memerlukan.

Untuk menghindari kebosanan dalam pengajiannya, Rasul saw menyisipkan dan mengolah bahan
pengajian yang menyenangkan dengan bahan yang menimbulkan rasa takut. Dengan demikian,
tidak terjadi kebosanan yang disebabkan uraian pengajian yang berisi perintah dan larangan tanpa
memberikan bahan pengajian yang melapangkan dada atau yang merangsang hati untuk
melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.

Keempat, Allah swt menjelaskan bahwa bila terjadi perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun
ahli kitab, hendaknya Rasul membantah mereka dengan cara yang baik.

Suatu contoh perdebatan yang baik ialah perdebatan Nabi Ibrahim dengan kaumnya yang
mengajak mereka berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sehingga menemukan
kebenaran.

Tidak baik memancing lawan dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal demikian
menimbulkan suasana yang panas. Sebaiknya dicipta-kan suasana nyaman dan santai sehingga
tujuan dalam perdebatan untuk mencari kebenaran itu dapat tercapai dengan memuaskan.

Perdebatan yang baik ialah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang
negatif seperti sombong, tinggi hati, dan berusaha mempertahankan harga diri karena sifat-sifat
tersebut sangat tercela. Lawan berdebat supaya dihadapi sedemikian rupa sehingga dia merasa
bahwa harga dirinya dihormati, dan dai menunjukkan bahwa tujuan yang utama ialah menemukan
kebenaran kepada agama Allah swt.

Kelima, akhir dari segala usaha dan perjuangan itu adalah iman kepada Allah swt, karena hanya
Dialah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia, bukan orang lain ataupun dai itu
sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang tidak dapat
mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada Allah) dari pengaruh-pengaruh yang
menyesatkan, hingga dia menjadi sesat, dan siapa pula di antara hamba yang fitrah insaniahnya
tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima petunjuk (hidayah) Allah swt.
SURAH ALI IMRAN AYAT 110

َ َ َ ٰ َ ‫َ َ ت َ ت َ َ ت ُ َ َ ُ ت ُ َ َّ َ َ ت َ َ َ َ ت ُ ت‬ ‫َ ت‬ ‫َت‬ ‫ۡي أُ َّمة أُ تخر َج ت‬ ُ ‫ُك‬


َ ‫نت تم َخ ت‬
‫ب لَكن‬ ِّ ‫اس تأ ُم ُرون بِّٱل َم تع ُر‬
ِّ ‫وف وتنهون ع ِّن ٱلمنك ِّر وتؤمِّنون بِّٱّللِِّۗ ولو ءامن أهل ٱلكِّت‬
َّ ‫ت ل‬
ِّ ‫ِّلن‬ ِّ ٍ

َ ُ َ ‫َ ت ٗ َّ ُ ت ُ ُ ت ُ ت ُ َ َ َ ت َ ُ ُ ت‬
١١٠ ‫َثه ُم ٱلفٰسِّقون‬ ‫خۡيا له ِۚم مِّنهم ٱلمؤمِّنون وأك‬

110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.

TAFSIR KEMENAG :

110. Setelah Allah menjelaskan kewajiban berdakwah bagi umat Islam dan menjaga persatuan
dan kesatuan, maka dalam ayat ini dijelaskan bahwa kewajiban tersebut dikarenakan kamu (umat
Islam) adalah umat terbaik dan paling utama di sisi Allah yang dilahirkan, yaitu ditampakkan untuk
seluruh umat manusia hingga akhir zaman, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah dengan iman yang benar, sehingga kalian
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta beriman kepada rasul-rasul-Nya.
Itulah tiga faktor yang menjadi sebab umat Islam mendapat julukan umat terbaik. Sekiranya Ahli
Kitab beriman sebagaimana umat Islam beriman, menyuruh yang makruf dan mencegah yang
mungkar serta tidak bercerai berai dan berselisih tentang kebenaran ajaran agama Allah, tentulah
itu lebih baik bagi mereka. Kenyataannya di antara mereka ada yang beriman sebagaimana
imannya umat Islam, sehingga sebagian kecil dari mereka ini pantas mendapat julukan sebaik-baik
umat, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik, tidak mau mengikuti petunjuk dan
tidak taat kepada Allah serta mengingkari syariat-Nya. Meskipun kebanyakan Ahli Kitab adalah
fasik, tetapi mereka tidak akan membahayakan kamu, karena Allah akan menjaga kamu selama
kamu menjalankan tiga faktor yang disebut dalam ayat sebelumnya. Tidak ada yang bisa mereka
lakukan kecuali gangguan-gangguan kecil saja, seperti cemoohan, ancaman, dan cercaan. Dan jika
suatu ketika mereka memerangi kamu, niscaya Allah akan menolong orang-orang yang beriman,
sehingga mereka mundur berbalik ke belakang karena kalah. Selanjutnya mereka tidak mendapat
pertolongan dari siapapun.
110. Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin agar tetap memelihara sifat-
sifat utama itu dan agar mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.

Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak
kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu
telah dimiliki oleh kaum Muslimin pada masa Nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri
mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat
menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan
tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah-
belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka. Ini adalah
berkat keteguhan iman dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan
dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Iman yang
mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya
di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (al-hujurat/49: 15)

Jadi ada dua syarat untuk menjadi umat terbaik di dunia, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini,
pertama, iman yang kuat dan, kedua, menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran.
Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua
hal itu diabaikan dan tidak dipedulikan lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke
lembah kemelaratan.

Ahli Kitab itu jika beriman tentulah lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali di antara mereka
yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya, dan kebanyakan mereka adalah
orang fasik, tidak mau beriman, mereka percaya kepada sebagian kitab suci dan kafir kepada
sebagiannya yang lain, atau mereka percaya kepada sebagian rasul seperti Musa dan Isa dan kafir
kepada Nabi Muhammad saw.
SURAH AL-ISRA AYAT 53

ٗ ‫نسن َع ُد ٗوا ُّمب‬ َّ َّ ‫َ َ ت َ ُ َّ َّ ت َ ٰ َ َ َ ُ َ ت َ ُ ت‬


ٰ َ ‫ٱلش تي َطٰ َن ََك َن ل ت ِِّّۡل‬ َّ ْ ُ ُ َ َ َُ
٥٣ ‫ينا‬ِّ ِّ ‫ن‬ِّ ‫إ‬ ‫م‬
ُۚ ‫ه‬‫ن‬‫ي‬‫ب‬ ‫غ‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ن‬ ‫ط‬ ‫ي‬ ‫ٱلش‬ ‫ن‬ِّ ‫إ‬ ُۚ‫ن‬ ‫س‬ ‫ح‬‫أ‬ ‫ِه‬
ِّ ‫ِت‬
ِّ ‫وقل لِّعِّبادِّي يقولوا ٱل‬

53. Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

TAFSIR KEMENAG :

53. Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Kuyang beriman apabila mereka

berkata kepada kaum musyrikin, Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik dan
benar walaupun mereka bersikap keras dan

berkata kasar kepadamu. Sungguh, setan itu senantiasa mencari peluang

dan berusaha menimbulkan perselisihan di antara mereka, yakni orangorang yang beriman.
Sungguh, setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.Tuhanmu lebih mengetahui tentang
kamu wahai kaum musyrik. Jika

Dia menghendaki, niscaya Dia akan memberi rahmat kepadamu, dengan

memberi petunjuk kepadamu sehingga kamu beriman, dan jika Dia

menghendaki, Dia akan mengazabmu, disebabkan karena keburukan perbuatanmu dan


kekufuranmu, sehingga kamu mati dalam kekufuran.

Dan Kami tidaklah mengutusmu wahai Nabi Muhammad untuk menjadi

penjaga bagi mereka yang mencegah mereka dari kekufuran atau memaksa mereka kepada iman.

53. Allah memerintahkan kepada Rasulullah agar mengatakan kepada semua hamba-Nya supaya
mengucapkan perkataan yang lebih baik pada saat berbicara atau berdebat dengan orang-orang
musyrik ataupun yang lainnya. Agar mereka tidak menggunakan kata-kata yang kasar dan caci-
maki yang akan menimbulkan kebencian, tetapi hendaklah menggunakan kata-kata yang benar dan
mengandung pelajaran yang baik.

Allah swt berfirman:


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik. (an-Nahl/16:
125). Perhatikan pula al-'Ankabut/29: 46.

Allah swt menjelaskan alasan larangan-Nya itu, yaitu setan bisa merusak suasana dan
menyebarkan bencana di antara kaum Mukminin dengan orang-orang musyrik ketika mereka
berbicara kasar dan berselisih. Perselisihan di kalangan mereka bisa menimbulkan pertentangan,
bahkan perkelahian. Dalam hal ini, Rasulullah saw pernah melarang seorang laki-laki Muslim
menudingnya dengan menggunakan sepotong besi, karena khawatir kalau-kalau setan melepaskan
senjata itu dari tangannya lalu meluncur mengenai Rasul. Hal ini akan menyebabkan orang itu
berdosa dan dimasukkan ke dalam neraka.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:

Janganlah seorang di antara kamu mengacung- acungkan senjata kepada saudaranya, karena
sesungguhnya ia tidak mengetahui, boleh jadi setan melepaskan senjata dari tangannya, sehingga
dia akan masuk ke lembah neraka. (Riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah)

Kemudian Allah menegaskan bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Permusuhan
di antara keduanya sudah berlangsung lama. Dalam ayat lain Allah swt berfirman:

Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri
mereka. (al-A'raf/7: 17)

SURAH AN-NISA AYAT 148

ً ‫يعا َعل‬
١٤٨ ‫ِّيما‬
َّ َ َ
ً ‫ٱّلل َسم‬ ُ َ َّ َ‫ت‬ َ ‫ٱّلل ت‬
ُّ ‫ٱۡل ته َر ب‬
ِّ ُ ‫ٱلس ٓو ِّء م َِّن ٱلق تو ِّل إَِّّل من ظل َ ُِّۚم َوَكن‬ ُ َّ ‫ِّب‬ َّ
ُّ ‫۞َّل ُُي‬
ِّ

148. Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang
yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

TAFSIR KEMENAG :

148. Pada ayat sebelumnya Allah menerangkan orang-orang munafik dan keburukan sifat mereka.
Uraian itu dapat menimbulkan kebencian dan mengundang caci maki dari kalangan kaum muslim.
Maka ayat ini memberikan tuntunan kepada kaum muslim terkait dengan kata-kata yang buruk.
Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terus terang, kecuali diucapkan
secara terpaksa oleh orang yang dizalimi; dalam keadaan itu dibenarkan baginya mengucapkannya
dalam batasbatas tertentu. Dan Allah Maha Mendengar, ucapan yang baik maupun yang buruk,
yang diucapkan secara rahasia maupun terang-terangan, lagi Maha Mengetahui, segala sesuatu
yang diperbuat hamba-Nya. Jika kamu menyatakan suatu kebajikan sehingga diketahui orang lain,
atau menyembunyikannya sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, atau memaafkan
sesuatu kesalahan orang lain padahal engkau mampu membalasnya, maka sungguh Allah akan
memaafkan kesalahan kamu, sebab Dia Maha Pemaaf, Mahakuasa

148. Allah tidak menyukai hamba-Nya yang melontarkan kata-kata buruk kepada siapa pun. Kata
buruk dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara anggota masyarakat dan jika
berlarut-larut dapat menjurus kepada pengingkaran hak dan pertumpahan darah, dan dapat pula
mempengaruhi orang yang mendengarnya untuk meniru perbuatan itu, terutama bila perbuatan itu
dilakukan oleh pemimpin. Allah tidak menyukai sesuatu, berarti Allah tidak meridainya dan tidak
memberinya pahala.

Dalam hal ini dikecualikan orang yang dianiaya. Jika seseorang dianiaya, dia diperbolehkan
mengadukan orang yang menganiayanya kepada hakim atau kepada orang lain yang dapat
memberi pertolongan dalam menghilangkan kezaliman. Jika seseorang dianiaya lalu ia
menyampaikan pengaduan, tentu saja pengaduan itu dengan menyebutkan keburukan-keburukan
orang yang menganiayanya. Maka dalam hal ini ada dua kemungkinan. Pertama, orang yang
teraniaya melontarkan ucapan-ucapan buruk terhadap seseorang yang menganiayanya. Hal ini
dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian antara kedua belah pihak. Kedua, bila orang yang
dianiaya itu mendiamkan saja, maka kezaliman akan tambah memuncak dan keadilan akan lenyap.
Karena itu Allah mengizinkan dalam ayat ini bagi orang yang teraniaya melontarkan ucapan dan
tuduhan tentang keburukan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang yang menganiaya
walaupun akan mengakibatkan kebencian, karena membiarkan penganiayaan adalah lebih buruk
akibatnya, sesuai dengan kaidah:

"Melakukan yang lebih ringan mudaratnya di antara dua kemudaratan."


Orang yang dianiaya wajib menyampaikan pengaduannya kepada hakim atau lainnya. Seseorang
yang zalim jika tidak diambil tindakan yang tegas terhadapnya, kezalimannya akan bertambah
luas. Tetapi jika tidak ada maksud untuk menghilangkan kezaliman, seseorang dilarang keras
melontarkan ucapan-ucapan yang buruk. Dalam ayat ini diperingatkan bahwa Allah Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui setiap ucapan yang dikeluarkan oleh orang yang zalim dan
orang yang dianiaya, terutama jika mereka melampaui batas sampai melontarkan pengaduan yang
dusta atau bersifat menghasut dan mengadu domba.

SURAH AN-NUR AYAT 15

َّ َ َ ُ َ ٗ َ ُ َ ُ َ ‫ َ َ ت‬ٞ ‫ت‬
ٞ ‫ٱّللِّ َعظ‬ ُ َ َ ُ ‫ت َ َ َّ َ َ ت َ ُ َ ُ ُ َ َ ت‬
١٥ ‫ِّيم‬ ‫إِّذ تلق تون ُهۥ بِّألسِّنت ِّك تم َوتقولون بِّأف َواهِّكم َّما ليت َس لكم بِّهِّۦ عِّلم وَتسبونهۥ هيِّنا وهو عِّند‬

15. (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang
ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.

TAFSIR KEMENAG :

15. Kelompok ayat ini menggambarkan situasi ketika kabar bohong itu tersebar. Ingatlah ketika
kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu sendiri,
bukan dengan isyarat, apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun duduk persoalannya, dan kamu
menganggapnya sesuatu yang remeh dan tidak penting, padahal dalam pandangan Allah berita
bohong itu adalah soal besar dan perbuatan yang sangat buruk.16. Dan mengapa kamu tidak
berkata dengan tegas dan secara langsung ketika mendengarnya, “Tidak pantas bagi kita
membicarakan berita bohong ini, lebih-lebih terhadap istri Nabi. Mahasuci Engkau ya Allah, ini
adalah kebohongan yang besar.”

15. Ayat ini menerangkan bahwa andaikata bukan karena karunia dan rahmat Allah, pasti mereka
yang menyebarkan berita bohong itu akan ditimpa azab; penyebaran berita bohong melalui
berbagai cara, yaitu pertama, mereka itu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut lalu
berbincang-bincang tentang hal itu, kemudian turut menyebarluaskannya sehingga tidak satu
rumah atau suatu tempat pertemuan yang luput dari berita bohong itu; kedua, mereka turut
mempercakapkan suatu berita bohong yang mereka tidak tahu sama sekali seluk beluknya; ketiga,
mereka menganggap enteng saja berita bohong itu, seakan-akan tidak berarti, padahal berita
bohong itu adalah suatu hal yang sangat buruk akibatnya dan dosa besar di sisi Allah. Allah
berfirman:

Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan
melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka. (al-
Ahzab/33: 57)

SURAH AL-ALAQ AYAT 1-5

َّ َ َ ‫َّ ت‬ َّ ‫َ تَ ت‬ ‫ت ت‬ َ ‫َ ََ ت‬ َ َ ‫تَت ت‬
َ َ‫ك َّٱَّلِّي َخل‬
ٰ َ ‫ٱۡل‬
‫ َعل َم‬٤ ‫ ٱَّلِّي َعل َم بِّٱلقل ِّم‬٣ ‫ ٱق َرأ َو َر ُّبك ٱۡلك َر ُم‬٢ ‫نس َن م تِّن َعل ٍق‬ ِّ ‫ق‬ ‫ل‬‫خ‬ ١ ‫ق‬ ِّ ‫ٱقرأ بِّٱس ِّم رب‬
َ َ ‫ت‬
ٰ َ ‫ٱۡل‬
٥ ‫نس َن َما ل تم َي تعل تم‬ ِّ

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

TAFSIR KEMENAG :

1. Wahai Nabi, bacalah apa yang Allah wahyukan kepadamu dengan terlebih dahulu menyebut
nama Tuhanmu yang menciptakan segala sesuatu dengan keesaan-Nya. 2. Dia telah menciptakan
manusia yang sempurna bentuk dan pengetahuannya dari segumpal darah, sebagai kelanjutan dari
fase nutfah. Setelah itu berturut-turut akan terbentuk sekepal daging, tulang, pelapisan tulang
dengan daging, dan peniupan roh.

2. Dia telah menciptakan manusia yang sempurna bentuk dan pengetahuannya dari segumpal
darah, sebagai kelanjutan dari fase nutfah. Setelah itu berturut-turut akan terbentuk sekepal daging,
tulang, pelapisan tulang dengan daging, dan peniupan roh.3. Wahai Nabi, bacalah firman yang
Allah turunkan kepadamu, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Dia membagi kemurahan-Nya
kepada semua makhluk. Di antara kemurahan-Nya adalah menjadikan manusia bisa membaca,
menulis, dan mempelajari ilmu pengetahuan.

3. Wahai Nabi, bacalah firman yang Allah turunkan kepadamu, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia. Dia membagi kemurahan-Nya kepada semua makhluk. Di antara kemurahan-Nya
adalah menjadikan manusia bisa membaca, menulis, dan mempelajari ilmu pengetahuan.4.
Tuhanmu itulah yang mengajar manusia menulis dengan perantaraan pena atau alat tulis lain.
Tulisan berguna untuk menyimpan dan menyebarkan pesan serta ilmi pengetahuan kepada orang
lain.

4. Tuhanmu itulah yang mengajar manusia menulis dengan perantaraan pena atau alat tulis lain.
Tulisan berguna untuk menyimpan dan menyebarkan pesan serta ilmi pengetahuan kepada orang
lain.5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Manusia adalah makhluk yang
potensial untuk berkarya melalui ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari Allah. Manusia belajar
baik dari alam sekitar yang merupakan ciptaan-Nya maupun dari wahyu yang Allah sampaikan
melalui para rasul.

5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Manusia adalah makhluk yang
potensial untuk berkarya melalui ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari Allah. Manusia belajar
baik dari alam sekitar yang merupakan ciptaan-Nya maupun dari wahyu yang Allah sampaikan
melalui para rasul.6-7. Manusia sangat bangga dengan materi sehingga tidak segan berbuat zalim.
Sekali kali tidak boleh demikian! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas apabila
melihat dirinya serba cukup dengan harta, jabatan, pengikut, dan semisalnya. Apa yang dimiliki
membuatnya mudah mengingkari nikmat Allah dan lupa bahwa semua adalah anugerah-Nya.

1. Allah memerintahkan manusia membaca (mempelajari, meneliti, dan sebagainya.) apa saja
yang telah Ia ciptakan, baik ayat-ayat-Nya yang tersurat (qauliyah), yaitu Al-Qur'an, dan ayat-
ayat-Nya yang tersirat, maksudnya alam semesta (kauniyah). Membaca itu harus dengan nama-
Nya, artinya karena Dia dan mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian, tujuan membaca
dan mendalami ayat-ayat Allah itu adalah diperolehnya hasil yang diridai-Nya, yaitu ilmu atau
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.
2. Allah menyebutkan bahwa di antara yang telah Ia ciptakan adalah manusia, yang menunjukkan
mulianya manusia itu dalam pandangan-Nya. Allah menciptakan manusia itu dari 'alaqah (zigot),
yakni telur yang sudah terbuahi sperma, yang sudah menempel di rahim ibu. Karena sudah
menempel itu, maka zigot dapat berkembang menjadi manusia. Dengan demikian, asal usul
manusia itu adalah sesuatu yang tidak ada artinya, tetapi kemudian ia menjadi manusia yang
perkasa. Allah berfirman:

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-
tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (ar-Rum/30: 20)

Asal usulnya itu juga labil, zigot itu bisa tidak menempel di rahim, atau bisa terlepas lagi dari
rahim itu, sehingga pembentukan manusia terhenti prosesnya. Oleh karena itu, manusia seharusnya
tidak sombong dan ingkar, tetapi bersyukur dan patuh kepada-Nya, karena dengan kemahakuasaan
dan karunia Allah-lah, ia bisa tercipta. Allah berfirman menyesali manusia yang ingkar dan
sombong itu:

Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata
dia menjadi musuh yang nyata! (Yasin/36: 77)

Menurut kajian ilmiah, 'alaqah merupakan bentuk perkembangan pra-embrionik, yang terjadi
setelah percampuran sel mani (sperma) dan sel telur. Moore dan Azzindani menjelaskan bahwa
'alaqah dalam bahasa Arab berarti lintah (leech) atau suatu suspensi (suspended thing) atau
segumpal darah (a clot of blood). Lintah merupakan binatang tingkat rendah, berbentuk seperti
buah per, dan hidup dengan cara menghisap darah. Jadi 'alaqah merupakan tingkatan (stadium)
embrionik, yang berbentuk seperti buah per, di mana sistem kardiovaskuler (sistem pembuluh-
jantung) sudah mulai tampak, dan hidupnya tergantung dari darah ibunya, mirip dengan lintah.
'Alaqah terbentuk sekitar 24-25 hari sejak pembuahan. Jika jaringan pra-embrionik 'alaqah ini
diambil keluar (digugurkan), memang tampak seperti segumpal darah (a blood clot like). Lihat
pula telaah ilmiah pada penjelasan Surah Nuh/71 ayat 14.

3. Allah meminta manusia membaca lagi, yang mengandung arti bahwa membaca yang akan
membuahkan ilmu dan iman itu perlu dilakukan berkali-kali, minimal dua kali. Bila Al-Qur'an
atau alam ini dibaca dan diselidiki berkali-kali, maka manusia akan menemukan bahwa Allah itu
pemurah, yaitu bahwa Ia akan mencurahkan pengetahuan-Nya kepadanya dan akan memperkokoh
imannya.

4. Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari manusia mampu menggunakan alat
tulis. Mengajari di sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya. Dengan
kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat
dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu
dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum
diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi baca-tulis.

5. Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari manusia mampu menggunakan alat
tulis. Mengajari di sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya. Dengan
kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat
dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu
dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum
diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi baca-tulis.

SURAH AN-NISA AYAT 34

ٞ‫حٰف َِّظٰت‬ ٌ ٰ‫ت َقٰن َِّت‬


َ ‫ت‬ ٰ َّ َ‫نف ُقوا ْ م تِّن أَ تم َوٰلِّه تم ف‬
َ ‫ٱلصل‬
ُ ٰ‫ِّح‬ َ َ َٓ َ ٰ َ َ ‫ض ُه تم‬
‫لَع َب تع ٖض وبِّما أ‬
َ ‫َ ٓ ِّ َ َ َّ َ َّ ُ َ ت‬ ََ َ َ ُ
‫ٱلرِّ َجال ق َّٰو ُمون لَع ٱلن ِّساء بِّما فضل ٱّلل بع‬
ُۚ ِّ
ْ ُ ‫َ ت ُ ُ َّ َ ت َ َ ت َ ُ ت َ َ َ ت‬ َ َ‫ت‬ ُ ُ ُ ‫َ َ َ َّ ُ َ َّ ٰ َ َ ُ َ ُ ُ َ ُ َّ َ ُ ُ َّ َ ت‬
َّ ‫وه‬ ‫ل ِّلت َغ ت‬
‫ٱۡضبوهنَّۖ فإِّن أطعنكم فَل تبغوا‬ِّ ‫و‬ ِّ‫ع‬ ‫ج‬
ِّ ‫ا‬ ‫ض‬ ‫م‬ ‫ٱل‬ ‫ِف‬
ِّ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ٱه‬‫و‬ ‫ن‬ ‫وه‬‫ِّظ‬ ‫ع‬‫ف‬ ‫ن‬‫ه‬‫وز‬‫ش‬ ‫ن‬ ‫ون‬‫اف‬‫َت‬ ‫ِت‬
ِّ ‫ٱل‬‫و‬ ُۚ‫ٱّلل‬ ‫ِّظ‬ ‫ف‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫م‬ِّ ‫ب‬ ‫ب‬
ِّ ‫ي‬

ٗ ‫ٱّلل ََك َن َعل ِّٗيا َكب‬


٣٤ ‫ۡيا‬
ً َ َّ ‫َ َ ت‬
َ َّ ‫يَل ِۗ إ َّن‬
ِّ ِّ ِّ ‫علي ِّهن سب‬

34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

TAFSIR KEMENAG :

34. Masih dalam kaitan larangan agar tidak berangan-angan dan iri hati atas kelebihan yang Allah
berikan kepada siapa pun, laki-laki maupun perempuan, ayat ini membicarakan secara lebih
konkret fungsi dan kewajiban masing-masing dalam kehidupan. Laki-laki atau suami itu adalah
pelindung bagi perempuan atau istri, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka, laki-laki,
atas sebagian yang lain, perempuan, dan karena mereka, yakni laki-laki secara umum atau suami
secara khusus, telah memberikan nafkah apakah itu dalam bentuk mahar ataupun serta biaya hidup
rumah tangga sehari-hari dari hartanya sendiri. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah
mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suami tidak ada di rumah atau tidak
bersama mereka, karena Allah telah menjaga diri mereka. Perempuan-perempuan yang kamu
khawatirkan akan melakukan nusyuz (durhaka terhadap suami), seperti meninggalkan rumah
tanpa restu suami, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka dengan lemah lembut dan pada
saat yang tepat, tidak pada sembarang waktu, dan bila nasihat belum bisa mengubah perilaku
mereka yang buruk itu, tinggalkanlah mereka di tempat tidur dengan cara pisah ranjang, dan bila
tidak berubah juga, kalau perlu pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan tetapi
memberi kesan kemarahan. Tetapi jika mereka sudah menaatimu, tidak lagi berlaku nusyuz, maka
janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya dengan mencerca dan mencaci maki
mereka. Sungguh, Allah Mahatinggi, Maha-besarBila upaya yang diajarkan pada ayat-ayat
sebelumnya tidak dapat meredakan sengketa yang dialami oleh sebuah rumah tangga, maka
lakukanlah tuntunan yang diberikan oleh ayat ini. Dan jika kamu khawatir akan terjadi syiqa q atau
persengketaan yang kemungkinan besar membawa perceraian antara keduanya, maka kirimlah
kepada suami istri yang bersengketa itu seorang juru damai yang bijaksana dan dihormati dari
keluarga laki-laki dan seorang juru damai yang juga bijaksana dan dihormati dari keluarga
perempuan. Jika keduanya, baik suami istri, maupun juru damai itu, bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufik jalan keluar kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah
Mahamengetahui atas segala sesuatu, lagi Maha teliti

34. Masih dalam kaitan larangan agar tidak berangan-angan dan iri hati atas kelebihan yang Allah
berikan kepada siapa pun, laki-laki maupun perempuan, ayat ini membicarakan secara lebih
konkret fungsi dan kewajiban masing-masing dalam kehidupan. Laki-laki atau suami itu adalah
pelindung bagi perempuan atau istri, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka, laki-laki,
atas sebagian yang lain, perempuan, dan karena mereka, yakni laki-laki secara umum atau suami
secara khusus, telah memberikan nafkah apakah itu dalam bentuk mahar ataupun serta biaya hidup
rumah tangga sehari-hari dari hartanya sendiri. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah
mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suami tidak ada di rumah atau tidak
bersama mereka, karena Allah telah menjaga diri mereka. Perempuan-perempuan yang kamu
khawatirkan akan melakukan nusyuz (durhaka terhadap suami), seperti meninggalkan rumah
tanpa restu suami, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka dengan lemah lembut dan pada
saat yang tepat, tidak pada sembarang waktu, dan bila nasihat belum bisa mengubah perilaku
mereka yang buruk itu, tinggalkanlah mereka di tempat tidur dengan cara pisah ranjang, dan bila
tidak berubah juga, kalau perlu pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan tetapi
memberi kesan kemarahan. Tetapi jika mereka sudah menaatimu, tidak lagi berlaku nusyuz, maka
janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya dengan mencerca dan mencaci maki
mereka. Sungguh, Allah Mahatinggi, Maha-besarBila upaya yang diajarkan pada ayat-ayat
sebelumnya tidak dapat meredakan sengketa yang dialami oleh sebuah rumah tangga, maka
lakukanlah tuntunan yang diberikan oleh ayat ini. Dan jika kamu khawatir akan terjadi syiqa q atau
persengketaan yang kemungkinan besar membawa perceraian antara keduanya, maka kirimlah
kepada suami istri yang bersengketa itu seorang juru damai yang bijaksana dan dihormati dari
keluarga laki-laki dan seorang juru damai yang juga bijaksana dan dihormati dari keluarga
perempuan. Jika keduanya, baik suami istri, maupun juru damai itu, bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufik jalan keluar kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah
Mahamengetahui atas segala sesuatu, lagi Maha teliti

34. Kaum laki-laki adalah pemimpin, pemelihara, pembela dan pemberi nafkah, bertanggung
jawab penuh terhadap kaum perempuan yang menjadi istri dan yang menjadi keluarganya. Oleh
karena itu, wajib bagi setiap istri menaati suaminya selama suami tidak durhaka kepada Allah.
Apabila suami tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya, maka istri berhak
mengadukannya kepada hakim yang berwenang menyelesaikan masalahnya.

Menurut riwayat Hasan al-Bashri:


"Seorang perempuan mengadu kepada Rasulullah saw, bahwa suaminya telah memukulnya.
Rasulullah saw bersabda, "Ia akan dikenakan hukum kisas. Maka Allah menurunkan ayat Ar-
Rijalu qawwamuna 'ala an-nisa¦" (Riwayat al-hasan al-Bashri dari Muqatil).

Diriwayatkan pula bahwa perempuan itu kembali ke rumahnya dan suaminya tidak mendapat
hukuman kisas sebagai balasan terhadap tindakannya, karena ayat ini membolehkan memukul istri
yang tidak taat kepada suaminya, dengan tujuan mendidik dan mengingatkannya.

Yang dimaksud dengan istri yang saleh dalam ayat ini ialah istri yang disifatkan dalam sabda
Rasulullah saw:

"Sebaik-baik perempuan ialah perempuan yang apabila engkau melihatnya ia menyenangkan


hatimu, dan apabila engkau menyuruhnya ia mengikuti perintahmu, dan apabila engkau tidak
berada di sampingnya ia memelihara hartamu dan menjaga dirinya." (Riwayat Ibnu Jarir dan al-
Baihaqi dari Abu Hurairah).

Inilah yang dinamakan istri yang saleh, sedang yang selalu membangkang, yaitu meninggalkan
kewajiban selaku istri, seperti meninggalkan rumah tanpa izin suami untuk hal-hal yang tidak
penting, dinamakan istri yang nusyuz (yang tidak taat).

Bagaimana seharusnya suami berlaku terhadap istri yang tidak taat kepadanya (nusyuz), yaitu
menasihatinya dengan baik. Kalau nasihat itu tidak berhasil, maka suami mencoba berpisah tempat
tidur dengan istrinya, dan kalau tidak berubah juga, barulah memukulnya dengan pukulan yang
enteng yang tidak mengenai muka dan tidak meninggalkan bekas.

Setelah itu para suami diberi peringatan, bila istri sudah kembali taat kepadanya, jangan lagi si
suami mencari-cari jalan untuk menyusahkan istrinya, seperti membongkar-bongkar kesalahan-
kesalahan yang sudah lalu, tetapi bukalah lembaran hidup baru yang mesra dan melupakan hal-hal
yang sudah lalu. Bertindaklah dengan baik dan bijaksana. karena Allah Maha Mengetahui dan
Mahabesar.

Anda mungkin juga menyukai