Anda di halaman 1dari 6

Nama : Taufiq

Nim : 2020510737

HIWAR (DIALOG) DALAM AL-QURAN

Pokok Bahasan:
Makna hiwar (dialog)
(al-Kahfi 34 – 37)
        
         
          
        
        
        
34. dan Dia mempunyai kekayaan besar, Maka ia berkata kepada
kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku
lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat"
35. dan Dia memasuki kebunnya sedang Dia zalim terhadap dirinya
sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-
lamanya,
36. dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika Sekiranya
aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat
kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu".
37. kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang Dia bercakap-
cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang menciptakan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan
kamu seorang laki-laki yang sempurna?

Ayat ini mengisahkan tentang pembicaraan dua orang sahabat.


Salah satunya orang kafir yang membanggakan banyaknya harta dan
pengikut dan dia mengingkari peristiwa kiamat. Yang kedua adalah
orang mukmin yang memberikan argumentasi kepada sahabatnya bahwa
tidak pantas ia mengingkari pencipta manusia dari setetes mani sehingga
menjadi manusia yang sempurna.
Allah menjelaskan bahwa pembicaraan semacam ini adalah “Al-
hiwar”. Hal ini dapat dipahamami dari kalimat “Wa huwa yuhawiruhu”.
Imam Mutawalli As-Sya’rawi dalam tafsirnya menjelaskan:

.‫ يجادله بأن يقول أحدهما فيرد عليه اآلخر حتى يصلوا إلى نتيجة‬:‫{يُ َحا ِو ُرهُ} أي‬
“Hiwar adalah saling memberikan argumentasi sehingga sampai pada
subuah kesimpulan.”

al-Mujadilah 1),
          
        
1. Sesungguhnya Allah telah mendengar Perkataan wanita yang
mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar
lagi Maha melihat .

Ayat ini menjelaskan bahwa pembiacaraan seorang wanita dengan


Rasulullah. Saw mengenai suaminya disebut dengan “Hiwar”. Hal ini
dapat kita lihat dari kalimat “Tahawurakuma”.

Kaedah Hiwar,
(1) Mengetahui objek hiwar
Ali ‘Imran 66,
       
          
 
66. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah
tentang hal yang kamu ketahui, Maka kenapa kamu bantah
membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Ayat ini menjelaskan bahwa seharusnya hiwar itu


membicarakan sesuatu (objek) yang diketahui. Tidak wajar
mendialogkan sesuatu yang tidak diketahui.
Imam Mutawalli As-Sya’rawi dalam tafsirnya menjelaskan:

،‫وح‬//‫اب مفت‬//‫ه ب‬//‫دل على أن‬//‫ذوا الج‬/‫دون أن تأخ‬/‫وراة وتري‬//‫دكم من الت‬/‫ا بقي عن‬/‫أي لقد جادلتم فيم‬

.‫ الخالق الرحمن عالم الغيوب‬/‫ وأنتم ال تعلمون ما يعلمه‬،‫تجادلوا في كل شيء‬

“Kalian bermujadalah tentang sisa isi Taurat yang ada pada kalian
dan kalian ingin menjadikan jadal itu sebagai pintu yang terbuka.
Kalian bermujadalah dalam segala bidang padahal kalian tidak
mengetahui tentang apa yang diketahui oleh Allah sang pencipta
segala seuatu dan maha mengetahui hal yang ghaib.”
Ghafir 56,
al-Haj 8
(2) Menyepakati rujukan pokok bersama (ushul marji’yah)
Syura 10:
         
      
10. tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya
(terserah) kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat demikian)
Itulah Allah Tuhanku. kepada-Nya lah aku bertawakkal dan
kepada-Nyalah aku kembali.

Ayat ini menjelaskan bahwa rujukan pokok bersama dalam


menyelesaikan masalah yang diperselisihkan adalah kembali
kepada hokum yang ditetapkan oleh Allah. Swt.
Syeikh Muhammad Amin Dalam Adhwa’ Al-Bayan
menjelaskan:
‫هُ إِلَى اللَّ ِه‬// ‫ْم‬ ِ /‫َح َك‬ ِ ‫ه الن‬/ِ //‫ف فِي‬/ َّ ‫ ةُ ِم ْن أ‬//‫يم‬ ِِ ِ ْ َّ‫ا َدل‬///‫َم‬
ُ ‫ام فَ ُحك‬/ ْ ‫َّاس م َن اأْل‬
ُ َ //َ‫ا ا ْخَتل‬///‫َن َم‬ َ ‫ةُ الْ َك ِر‬//َ‫ذه اآْل ي‬//‫ه‬/َ ‫ه‬///‫ت َعلَْي‬
‫ اَل إِلَى غَْي ِر ِه‬،ُ‫َو ْح َده‬
“Ayat ini menunjukkan bahwa semua perselisihan di antara
manusia rujukan pokoknya kepada hokum Allah tidak
boleh kepada yang lain.”

(3) Berangkat dari Permasalahan yang disepakati:


Ali ‘Imran 64 - 65,
      
         
         
      
      
        
64. Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka
Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-
orang yang berserah diri (kepada Allah)".
65. Hai ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal
Ibrahim, Padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah
Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?

Ayat ini menunjukkan bahwa sebuah dialog itu harus


dibangun di atas sebuah landasan yang sudah disepakati. Dalam
dialog antar orang mukmin dengan ahli kitab hal yang disepakati
adalah bahwa hanya Allahlah yang berhak untuk disembah dan
tidak ada syarikat bagi-Nya.

(4) Mulai dari Persoalan yang Penting (tadarruj)


(al-A’raf 65).
           
      
65. dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka,
Hud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya?"

Ketika Allah mengutus Nabi Hud untuk menyampaikan dakwah


kepada kaumnya hal pertama yang dilakukan oleh beliau adalah
mengajak mereka untuk menyembah Allah. Swt dan menesakannya
karena Aqidah dan Ibadah adalah hal yang paling urgen dalam sebuah
agama. Ini menunjukkan bahwa dalam berdialog kita harus memulainya
dari hal yang paling penting sehingga sampai kepada banyak persoalan
secara tadarruj.

Adab Hiwar:
(1) Gunakan Bahasa yang Baik dan Santun,
(Ibrahim 4,
         
          

4. Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan
bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan
terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia
kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana.

Semua Rasul yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan


dakwah selalu menggunakan bahasa yang digunakan dan disenagi oleh
kaumnya. Ini menunjjukkan bahwa bahwa bahasa yang santun sangat
menentukan suksesnya sebuah dakwah, dialog dan diskusi.
Dalam Tafsir Al-Muyassar disebutkan:

ٍ
،‫ اهلل‬/‫ إال بلُغة قومه; ليوضِّح لهم شريعة‬-‫أيها النبي‬- ‫رسول قبلك‬ ‫وما أرسلنا ِمن‬
“Wahai Nabi. Semua rasul sebelum kamu menggunakan bahasa
kaumnya dalam rangka menjelaskan syari’at kepada mereka.”
Qashas 34, Taha 24 – 28, 43 – 44,

(2) Adil terhadap Lawan Bicara


Ali ‘Imran 75
         
          
        
        
75. di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan
di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali
jika kamu selalu menagihnya. yang demikian itu lantaran mereka
mengatakan: "tidak ada dosa bagi Kami terhadap orang-orang
ummi. mereka berkata Dusta terhadap Allah, Padahal mereka
mengetahui.

Dalam ayat ini Allah mencelah sikap orang kafir yang


berdialog dengan rasulullah. Saw dan memperlakukan beliau
secara tidak adil. Ini menunjjukkan bahwa salah satu adab
dalam dalab berbicara, diskusi dan dialog adalah
memperlakukan lawan bicara secara adil.
Al-Maidah 8
(3) Jujur dalam berdebat
al-Maidah 152
At-Taubah 119,
      
 
119. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.

Dari Ayat ini dapat kita pahami bahwa kejujuran itu


mesti dilestarikan dalam segala bidang tanpa kecuali dalam
berdialog dan berdiskusi kejujuran merupakan salah satu adab
mesti dijaga secara seksama.

(4) Objektif dan tidak Fanatis,


(Saba’ 24).
            
       
24. Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari
langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya
Kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam
kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai