Imam Al-Bukhari dalam Jaami’ As-Shahih memasukkan hadis ini di bawah judul
“Sifat An-Nar dan Al-Fitan. Sedangkan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya memuat
hadis ini di bagian akhir kitab.2 Dalam Riyadh As-Shalihiin Imam An-Nawawi
menyebutnya dalam judul “Taghlidh Al-U’qubah Man Aamara Bii Al-Ma’ruf Wa Naha
A’n Al-Munkar Wa Khalafa Qaulahu”.
Penempatan hadis ini di bawah judul tentang azab dan siksaan menunjukkan
bahwa hadis ini merupakan gambaran yang begitu mengerikan bagi orang yang berilmu,
beramar ma’ruf dan nahi munkar, namun dia membiarkan dirinya sendiri bergelimang
kemaksiatan. Orang-orang seperti ini akan mendapatkan siksaan di dalam neraka
sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits di atas. Na’udzubillah min dzalik
(Semoga kita semua mendapat perlindungan dari Allah).
Muslim Bin Hajjaj, Shahih Muslim, (Bairut: Daar Ihya At-Turas, t.t), juz.4, hal. 2290.
1
Muhammad Ali, Daliil Al-Faalihiin Lii Thuruq Ar-Riyadh As-Shaalihiin, (Bairut: Daar Al-
2
Artinya: “Sesungguhnya aku takut jika ditanyakan kepadaku pada hari kiamat, ‘Apakah
engkau orang yang berilmu atau orang yang bodoh?’ Maka aku pun akan
menjawab, ‘Aku berilmu’. Tidak tersisa satu ayat pun dari Kitabullah yang
berisikan perintah atau larangan, melainkan akan datang kepadaku dan
bertanya tentang kewajibannya. Ayat perintah akan bertanya, ‘Apakah kamu
sudah melaksanakan?’. Sedangkan ayat larangan akan bertanya, ‘Apakah kamu
sudah meninggalkan?’ Maka aku berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak
bermanfaat.”
Abu Darda. Ra juga pernah berkata:
4
ال تَ ُكو ُن َعالِ ًما َحتَّى تَ ُكو َن ُمَت َعلِّ ًما َوال تَ ُكو ُن بِال ِْعل ِْم َعالِ ًما َحتَّى تَ ُكو َن بِ ِه َع ِامال
Artinya: “Seseorang tidak akan disebut orang yang berilmu sampai ia belajar ilmu dan
seseorang yang sudah belajar belum bisa disebut berilmu sehingga ia beramal
dengan ilmunya.”
Malik bin Dinar pernah mengatakan bahwa orang berilmu yang tidak
mengamalkan ilmunya nasehatnya tidak memberi bekas di hati pendengarnya.5
Buah dari ilmu adalah mengamalkannya. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
bisa dilihat pengaruhnya oleh manusia pada diri pemilik ilmu tersebut berupa cahaya di
Ibnu Abdil Baar, Jaami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlih, (Saudi Arabia: Daar Ibnu Al-Juuzi, 1994),
3
4
Ibnu Hibban, Raudhah Al-U’qala Wa Nazhah al-Fudhala, (Bairut: Daar Al-Kutub, t.t), 35.
6
Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya Ulum Ad-Diin, (Bairut: Daar Al-Ma’rifah,t.t), juz. 1, hal. 58.
7
Zainuddin Al-Manawi, Faidh Al-Qadir Bi Syarh Al-Jaami’ As-Shaghir, (Mesir, Maktabah At-
Tijariyyah Al-Kubra, 1356. H), juz. 1, hal. 78.