Anda di halaman 1dari 188

AURAT WANITA

A. PENGERTIAN AURAT

Aurat berasal dari bahasa Arab ‫ عورة‬yang berarti celah, salah, cacat.1
Dalam kamus Al-Munawwir, aurat yaitu aib, cacat, cela, memiliki arti
yang sama dengan kata ‫العيب‬. Selain itu aurat juga diartikan dengan
segala perkara yang dirasa malu.2
Pengertian aurat yang memiliki arti aib terdapat dalam hadis,
salah satunya hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra:

َ َ‫ َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن عُثْ َما َن ا ْلُ َم ِح ُّي ق‬:‫ال‬


‫ َح َّدثـَنَا‬:‫ال‬ َ َ‫ب ق‬ ٍ ‫اس‬ِ ‫ح َّدثـنَا يـع ُقوب بن ُحَي ِد ب ِن َك‬
ْ ْ ُ ْ ُ َْ َ َ
‫«م ْن‬َ :‫ال‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫َّب‬ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،‫اس‬ ٍ َّ‫ َع ِن ابْ ِن َعب‬،َ‫ َع ْن ِع ْك ِرَمة‬،‫ا ْلَ َك ُم بْ ُن أ ََب َن‬
ِ ‫ف عورةَ أ‬
،‫َخ ِيه ال ُْم ْسلِ ِم‬ َّ ‫ َستـََر‬،‫َخ ِيه ال ُْم ْسلِ ِم‬
َ ‫ َوَم ْن َك‬،‫اللُ َع ْوَرتَهُ يـَْوَم ال ِْقيَ َام ِة‬ ِ ‫ستـر عورةَ أ‬
َ َْ َ ‫ش‬ َ ْ َ ََ َ
»‫ض َحهُ ِبَا ِف بـَْيتِ ِه‬ َّ ‫ف‬
َ ‫ َح َّت يـَْف‬،ُ‫اللُ َع ْوَرتَه‬ َ ‫ش‬
َ ‫َك‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra dari Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang
menutupi aib seseorang yang muslim, Allah akan menututpi aibnya
pada hari kiamat, dan barangsiapa yang mengumbar aib saudaranya,
Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam
rumahnya.” (HR. Ibnu Majah: 2546)

Kata ‫ عورة‬dalam hadis di atas diartikan dengan aib atau kejelekan.


Hadis tersebut mengisyaratkan akan keutamaan menutupi aib saudara
sesama muslim. Allah akan menutupi aib seseorang yang menutupi aib
atau kejelekan saudaranya yang muslim pada hari kiamat. Setiap orang
tentu akan malu jika kejelekannya diketahui orang lain. Jika Allah tidak

1 Achmad Sunarto, Kamus Arab Indonesia Al Kabir, (Surabaya: Karya


Agung,2010).hal.466
2 Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997) hal.985,cet. 14

HADIS KELUARGA 1
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
menutupi aib hamba-hambaNya tentunya tidak akan ada rasa saling
menghormati dan menyayangi. Sebagai bentuk meneladani sifat Allah
yang Maha menutupi, sudah sepantasnya kita tidak meyebarkan kejelekan
orang lain. Kita pun harus menyadari betul bahwa kita punya kejelekan
dan akan malu jika kejelekan itu diketahui orang lain.

B. LANDASAN HUKUM

‫ين ِزينـَتـَُه َّن إَِّل َما ظَ َه َر‬ ِ ِ ‫ضن ِمن أَب‬ ِ َ‫وقُل لِلْم ْؤِمن‬
َ ‫وج ُه َّن َوَل يـُْبد‬
َ ‫ْن فـُُر‬ َ ‫صا ِره َّن َوَْي َفظ‬ َ ْ ْ َْ ‫ض‬ ُ ْ‫ات يـَغ‬ ُ ْ َ
ِ‫ض ِربن ِبُم ِرِه َّن علَى جيوبِِ َّن وَل يـب ِدين ِزينـتـه َّن إَِّل لِبـعولَتِ ِه َّن أَو آبئِ ِه َّن أَو آبء‬ ِ
َ ْ َ ْ ُُ َُ َ َ ُْ َ ُ ُ َ ُ َ ْ ْ َ‫منـَْها َولْي‬
‫بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَائِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَ ِاء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن أَ َخ َواتِِ َّن أ َْو‬
ِ َّ ِ ِ ِ ‫ال ْربَِة ِمن‬ ِْ ‫ُول‬ ِ
َ ‫ت أ َْيَانـُُه َّن أَ ِو التَّابِع‬ ْ ‫سائِ ِه َّن أ َْو َما َملَ َك‬ ِ
ْ‫ين َل‬َ ‫الر َجال أَ ِو الطّْف ِل الذ‬ ّ َ ِ ‫ني غَ ِْي أ‬ َ‫ن‬
‫ني ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن َوتُوبُوا إِ َل‬ ِ ِ ِ
َ ‫ض ِربْ َن ِب َْر ُجل ِه َّن ليـُْعلَ َم َما ُيْف‬ْ َ‫س ِاء َوَل ي‬ ِ ِ
َ ّ‫يَظ َْه ُروا َعلَى َع ْوَرات الن‬
)31( ‫ج ًيعا أَيُّهَ ال ُْم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُحو َن‬ َِ ‫الل‬ َِّ

Artinya: “Katakanlah kepada laiki-laki yang beriman: “Hendaklah


mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya,
yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang
beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan jangnlah
menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau putra-
putra mereka atau putra-putra suami mereka, atau saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
budak yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
kenginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu
sekalian kepada Allah.” (QS. An-Nur: 31)

2
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Latar belakang turunnya ayat ini adalah, bahwa sebelum ayat ini
diturunkan kaum wanita mukminat biasa mengenakan pakaian lazimnya
wanita-wanita non-muslimah pada masa jahiliah. Yaitu leher dan
sebagian dada mereka terbuka. Hanya sesekali saja mereka mngenakan
jilbab (sejenis pakaian yang menutup seluruh tubuh) itu pun tidak
merata. Jika mereka merasa perlu, mereka memakainya, tetapi jika tidak,
maka mereka menanggalkannya.
Menutup aurat bagi wanita adalah perintah Allah swt untuk
menyelamatkan wanita dari bahaya fitnah. Umar bin Khathab ra berkata,
“Bertaqwalah kepada Alah, Tuhan kalian dan jangan biarkan istri dan
anak perempuan kalian mengenakan pakaian Qibthi, karena sekalipun
tidak tipis, namun ia dapat menimbulkan rangsangan dan mengundang
fitnah.” (Tarikh At Thabari, IV/215).
Ayat di atas juga menegaskan empat hal:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan Allah
swt
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram
c. Larangan untuk memperlihatkan perhiasan kecuali yang biasa
tampak

d. Perintah menutupkan khumar (kain kudung) ke dada. 3

C. HADIS PERINTAH MENUTUP AURAT

‫ َح َّدثـَنَا بـَْه ُز‬:‫ قَ َال‬،َ‫ُس َامة‬ َ ‫ َوأَبُو أ‬،‫ارو َن‬ُ ‫ َح َّدثـَنَا يَ ِزي ُد بْ ُن َه‬:‫ال‬َ َ‫َح َّدثـَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشيـْبَةَ ق‬
‫ َوَما‬،‫ َما َنِْت ِمنـَْها‬،‫ َع ْوَراتـُنَا‬،‫الل‬ َِّ ‫ول‬َ ‫ َي َر ُس‬:‫ْت‬ ُ ‫ قـُل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن َج ِّد ِه‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫بْ ُن َح ِك ٍيم‬
‫ول‬
َ ‫ َي َر ُس‬:‫ْت‬ ُ ‫ قـُل‬، »‫ك‬ َ ُ‫ت َيِين‬ ْ ‫ أ َْو َما َملَ َك‬،‫ك‬ َ ِ‫ك إَِّل ِم ْن َزْو َجت‬ َ َ‫«اح َف ْظ َع ْوَرت‬
ْ :‫ال‬ َ َ‫نَ َذ ُر؟ ق‬
ِ َ َ‫ض؟ ق‬ َِّ
‫ فَ َل‬،‫َح ًدا‬ َ ‫ت أَ ْن َل تُ ِريـََها أ‬َ ‫استَطَ ْع‬ْ ‫ «إِن‬:‫ال‬ ٍ ‫ض ُه ْم ِف بـَْع‬ ُ ‫ت إِ ْن َكا َن الْ َق ْو ُم بـَْع‬
َ ْ‫ أ ََرأَي‬،‫الل‬
3 Masykur Khair, “Catatan Mahram”, (kediri: Duta Karya Mandiri, 2012), h.
21-22

HADIS KELUARGA 3
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ِ َ َ‫َح ُد َن َخالِيًا؟ ق‬ َِّ ‫ول‬
ُ‫َح ُّق أَ ْن يُ ْستَ ْحيَا م ْنه‬ َّ َ‫ «ف‬:‫ال‬
َ ‫اللُ أ‬ َ ‫ فَِإ ْن َكا َن أ‬،‫الل‬ ُ ‫ قـُل‬، »‫تُ ِريـَنـََّها‬
َ ‫ َي َر ُس‬:‫ْت‬
ِ ‫ِم َن الن‬
»‫َّاس‬
Artinya: Dari Zaid bin Harun dan Abu Usamah mereka berkata: Bahz bin
Hakim menceritakan kepada kami dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata
: aku berkata Ya Rasulullah apa saja aurat kami?......? nabi bersabda: jagalah
auratmu kecuali dari isterimu atau budak wanita yang engkau miliki. Lalu
beliau ditanya, “Wahai Rasulullah bagaimana jika suatu kaum berbaur
dengan yang lainnya?” beliau saw menjawab, “jika engkau sanggup agar
seseorang tidak melihatnya, maka janganlah ia melihatnya,” kemudian
beliau ditanya. “Bagaimana jika seseorang telanjang dan tidak seorang
pun melihatnya? Beliau menjawab. “Allah lebih berhak untuk engkau
merasa malu dari-Nya daripada manusia.” (HR. Ibnu Majah, hadis no 1920)

Diriwayatkan oleh : Imam Ahmad, oleh ulama Hadist yang empat,


AL Hakim, Albaihaqi, semuanya dari Bahaz bin Hakim, dariMu’awiyah
bin Haidah. MenurutTirmidzi dan Al Hakim, Hadist ini Shahih. Demikian
pula menurut Adz Dzahabi. Kata Ibnu Hazm, isnad hadist ini sampai
kepada Bahaz,Shahih. Oleh sebab itu Bukhari pun menta’Iiq hadist ini.

Sababul Wurud :
Bahwa menurut Mu’awiyah, ia pernah bertanya kepada Rasulullah
: “ YaRasulullah , terhadap aurat kami apa yang dapat kami lakukan, dan
apa yang terlarang ?
Jawab Rasulullah :Jaga auratmu ……. Dsb

Keterangan :
Hadist ini sesuaI ayat Al-quran : “ Dan mereka yang memelihara
kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka dan budak sahaya
mereka maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Barangsiapa yang
mengharap lebih dari itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas” (Al-Maidah : 5 ). Dan untuk memelihara rasa malu, agar tidak
memperlihatkannya kepada muhram sekalipun bahkan disaat sendirian

4
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
(kecuali diwaktu jimak dengan isteri,disaat mandi,disaat buang air)4
Nabi Muhammad saw memerintahkan umatnya untuk menutup
aurat. Bahkan, Nabi menganjurkan agar sebisa mungkin aurat kita
jangan sampai terlihat oleh siapapun. Begitu pula saat kita sendirian.
Karna Allah melihat kita setiap saat, dan Allah lebih berhak untuk kita
merasa malu pada-Nya. Dari hadis ini, penulis melihat ada kaitan antara
menutup aurat dengan malu. Bagi perempuan, malu menjadi salah satu
sifat yang melekat pada diri mereka disamping dengan sifat yang lain,
seperti lemah lembut dan penyayang. Malu merupakan sebagian kalimat
kenabian, Nabi Muhammad saw bersabda:

‫ حيدث عن أيب‬،‫ مسعت ربعي بن حراش‬:‫ قال‬،‫ عن منصور‬،‫ حدثنا شعبة‬،‫حدثنا آدم‬
‫ إذا‬،‫ «إن مما أدرك الناس من كالم النبوة‬:‫ قال النيب صلي هللا عليه وسلم‬،‫مسعود‬
»‫مل تستحي فاصنع ما شئت‬

“Dari Ibnu Mas’ud ra, Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya salah satu
perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian
terdahulu adalah, ‘jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’” (HR.
Bukhari, no. 3484)

Rasulullah saw selain memerintahkan umatnya untuk menutup


aurat, beliau pun menganjurkan agar umatnya menutup aurat atau aib

orang lain. Rasulullah saw bersabda:

ِ ‫ َع ْن َك ْع‬،‫يط‬ٍ ‫ َعن إِبـر ِاهيم ب ِن نَ ِش‬،‫الل بن الْمبار ِك‬ ِ ِ ِ ِ


‫ب‬ ْ َ َْ ْ َ َ ُ ُ ْ َّ ‫ َح َّدثـَنَا َع ْب ُد‬،‫يم‬ َ ‫َح َّدثـَنَا ُم ْسل ُم بْ ُن إبـَْراه‬
َ َ‫ ق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ٍِ ِ
:‫ال‬ ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،‫ َع ْن عُ ْقبَةَ بْ ِن َعامر‬،‫ َع ْن أَِب ا ْلَيـْثَم‬،َ‫بْ ِن َع ْل َق َمة‬
َ ‫َّب‬
»ً‫ودة‬
َ ُ‫َحيَا َم ْوء‬
ْ ‫ َكا َن َك َم ْن أ‬،‫ستـََرَها‬
َ َ‫«م ْن َرأَى َع ْوَرةً ف‬ َ

“Barangsiapa melihat aurat lalu menutupnya adalah dia seperti


4 Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Dimasyqi, Asbabul wurud,terj.
Suwarta Wijaya dan Zafrullah salim, (Jakarta:Kalam Mulia) h.65

HADIS KELUARGA 5
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
menghidupkan (membangkitkan) bayi perempuan yang dibunuh
(mau’udah) dari kuburannya.” (Abu Daud: 4791)

Sababul wurud
Sebagaimana tercantum dalam Sunan Abu Daud dari Ka’ab ibnu
‘Alqamah bahwa dia mendengar al-Haitsam yang mengingatkan bahwa
ia pernah mendengar Duhain, seorang skretaris ‘Uqbah ibnu Amir,
berkata: Kami mempunyai dua orang tetangga yang suka meminum
khamar (minuman keras). Aku melarang mereka, akan tetapi mereka
tidak berhenti (dengan kebiasaan itu). Maka aku kataka kepada ‘Uqbah
ibnu Amir. Sesungguhnya tetangga kita itu suka meminum minuman
keras padahal sungguh aku sudah melarang mereka, namun mereka
tidak mau berhenti. Dan aku mengajukan kepada mereka syarat. ‘Uqbah
berkata: Biarkan sajalah mereka. Kemudian untuk kedua kalinya aku
menyampaikan kepada ‘Uqbah bin Amir. Sesungguhnya tetangga kita itu
menolak kebiasaan mereka meminum minuman keras, padahal aku sudah
mengajukan kepada mereka syarat. Uqbah berkata : Amboi, kasihan aku.
Biarkan sajalah mereka, karena sesungguhnya aku pernah mendengar
Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa melihat aurat..dst”

Keterangan :
Hadits ini mendorong seseorang menutup aurat (aib) orang
lain dan bahwasannya menutup aurat (aib) itu seperti membangkitkan
kembali seorang bayi perempuan yang dibunuh dari kuburannya. Bayi
perempuan yang dibunuh, seperti halnya adat kebiasaan jahiliyah,
mereka kubur hidup-hidup anak perempuan mereka karena tidak suka
dengan lahirnya anak perempuan yang dianggap aib. 5

D. AURAT WANITA DAN BATASANNYA


Rasulullah saw bersabda:

5 Ibnu Hamzah al-Husaini al Hanafi al Dimasqy, cet. 5, jilid 3, h.277

6
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اك بْ ِن عُثْ َما َن‬ ِ ‫َّح‬َّ ‫ َع ِن الض‬،‫اب‬ ِ َ‫ َح َّدثـَنَا َزيْ ُد بْ ُن ا ْلُب‬،َ‫َح َّدثـَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشيـْبَة‬
ِ ‫ول‬ َّ ‫ أ‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫ي‬ ٍ ‫الر ْحَ ِن ب ِن أَِب س ِع‬ ِ
‫هللا‬ َ ‫َن َر ُس‬ ِّ ‫الُ ْد ِر‬
ْ ‫يد‬ َ ْ َّ ‫ َع ْن َع ْبد‬،‫َسلَ َم‬ ْ ‫أَ ْخبـََرِن َزيْ ُد بْ ُن أ‬
،‫ َوَل ال َْم ْرأَةُ إِ َل َع ْوَرِة ال َْم ْرأ َِة‬،‫الر ُج ِل‬ َّ ‫الر ُج ُل إِ َل َع ْوَرِة‬
َّ ‫«ل يـَْنظُُر‬ َ :‫ال‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ
ِ ‫ضي ال َْم ْرأَةُ إِ َل ال َْم ْرأ َِة ِف الثـَّْو‬ ِ ‫ وَل تـ ْف‬،‫اح ٍد‬ ِ‫بو‬ َّ ‫الر ُج ُل إِ َل‬ ِ ‫وَل يـ ْف‬
‫ب‬ ُ َ َ ٍ ‫الر ُج ِل ِف ثـَْو‬ َّ ‫ضي‬ ُ َ
»‫اح ِد‬ِ ‫الْو‬
َ
Artinya: “Tidak diperbolehkan laki-laki melihat aurat laki-laki, dan tidak
pula perempuan melihat aurat perempuan. Dan tidak pula diperbolehkan
bagi seorang laki-laki bergumul dengan laki-laki lain dalam satu selimut.
Dan seorang perempuan tidak boleh bergumul dengan perempuan lain
dalam s atu selimut.” (HR.Muslim: 338)

Imam Baghawi mengatakan, “Tidak diperbolehkan bagi seorang


laki-laki melihat aurat seorang laki-laki. Dan aurat laki-laki adalah
bagian tubuh antara pusar dan lutut. Demikian halnya wanita dengn
wanita lainnya. Dan diperbolehkan melihat seluruh bagian badan jika
tidak dikhawatirkan adanya fitnah atau bangkitnya syahwat.”6

‫ َع ْن‬،‫ َح َّدثـَنَا ال َْولِي ُد‬:‫ قَ َال‬،ُّ‫ض ِل ا ْلََّر ِان‬ ْ ‫ َوُم َؤَّم ُل بْ ُن الْ َف‬،‫ب ْالَنْطَاكِ ُّي‬ ٍ ‫وب بْ ُن َك ْع‬
ُ ‫َح َّدثـَنَا يـَْع ُق‬
َّ ‫ض َي‬
ُ‫الل‬
ِ ‫شةَ ر‬ ِ ٍ
َ َ ‫ َع ْن َعائ‬:‫وب ابْ ُن ُد َريْك‬ ُ ‫ يـَْع ُق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن َخالِ ٍد‬،‫اد َة‬ َ َ‫ َع ْن قـَت‬،‫يد بْ ِن بَ ِش ٍري‬ِ ‫س ِع‬
َ
ِ َِّ ‫ول‬
ٌ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَيـَْها ثِي‬
‫اب‬ َ ‫الل‬ ِ ‫ت َعلَى ر ُس‬
َ ْ َ‫ َد َخل‬،‫ت أَِب بَ ْك ٍر‬ َ ‫اء بِْن‬
َ َ‫َس‬
ْ ‫َن أ‬ َّ ‫ أ‬،‫َعنـَْها‬
‫ إِ َّن ال َْم ْرأَ َة إِ َذا‬،ُ‫َسَاء‬ َ َ‫ َوق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ول‬
ْ ‫«ي أ‬َ :‫ال‬ َ ‫الل‬ ُ ‫ض َعنـَْها َر ُس‬ َ ‫ فَأَ ْع َر‬،‫ِرقَا ٌق‬
‫ال أَبُو‬ َ َ‫صلُ ْح أَ ْن يـَُرى ِمنـَْها إَِّل َه َذا َو َه َذا» َوأَ َش َار إِ َل َو ْج ِه ِه َوَك َّف ْي ِه ق‬ ْ َ‫يض َلْ ت‬
ِ ِ َ‫بـلَغ‬
َ ‫ت ال َْمح‬ َ
ِ ‫شةَ ر‬ ِ ٍ ِ
»‫اللُ َعنـَْها‬َّ ‫ض َي‬ َ َ ‫ َخال ُد بْ ُن ُد َريْك َلْ يُ ْد ِر ْك َعائ‬،‫«ه َذا ُم ْر َس ٌل‬ َ :‫َد ُاو َد‬

Artinya: “Bahwasanya Asma bintu Abu Bakar masuk menemui Rasulullah


saw dengan mengenakan pakaian tipis, maka Rasulullah saw berpaling
darinya, beliau bersabda, “Wahai Asma’ sesungguhnya wanita jika telah
baligh tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini. Beliau menunjuk

6 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) h.22

HADIS KELUARGA 7
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
wajah dan kedua telapak tangan,” (HR.Abu Dawud, hadis no 4014)

Hadis dari Asma’ di atas mengandung perintah menutup aurat bagi


wanita yang telah baligh. Rasulullah saw memberikan batasan aurat wanita,
yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Ini menjadi pendapat
jumhur ulama.
Imam Malik berpendapat bahwa kaki wanita merupakan aurat.
Penyebab timbulnya perbedaan pendapat dalam masalah ini adalah adanya
kemungkinan perbedaan pemahaman yang terdapatt dalam ayat:

...‫ين ِزينـَتـَُه َّن إَِّل َما ظَ َه َر ِمنـَْها‬ ِ


َ ‫وَل يـُْبد‬...
َ
Artinya: “...dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(bisa) tampak darinya.” (QS.An Nur: 31)

Permasalahannya, apakah istisna’ (illa) di sini untuk anggota badan


tertentu atau untuk semua anggota badan yang tak mungkin terlihat?
Bagi fuqaha yang berpendapat bahwa maksudnaya adalah anggota
tubuh yang tak bisa terlihat ketika bergerak, berkesimpulan bahwa seluruh
anggota tubuh wanita adalah aurat, termasuk punggung.
Mereka memperkokoh pendiriannya dengan mengemukakan firman
Allah:

Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu anaka anak


perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka
menjulurkan jilbabnya..” (QS.Al-Ahzab:59)

Fuqaha yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah hal-hal


yang secara konvensioanal (adat) tidak ditutup yaitu muka dan telapak

8
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
tangan, menyatakan bahwa dua anggota badan tersebut bukanlah aurat.
Pendirian ini didukung pula oleh fakta bahwa wanita jahiliyah tidak
menutupi bagian muka.
Uraian batasan aurat di atas merupakan batasan aurat wanita di
depan laki-laki ajnabi yaitu laki-laki yang bukan mahramnya. Adapun
batas aurat wanita di depan mahramnya adalah bagian-bagian yang
biasa tampak misalnya leher, kepala, telapak tangan, kedua kaki dan lain-
lain yang semisalnya.
Al-Qadhi mengatakan “Hukum yang berlaku pada seorang laki-
laki dengan wanita mahramnya adalah sama seperti hukum yang berlaku
pada seorang laki-laki dengan laki-laki lainnya, atau seorang wanita
dengan wanita lainnya.”
Imam Syafi’i meriwayatkan dari Zainab binti Abi Salamah,
bahwa ia pernah menyusu pada Asma’, isteri Zubair. Zainab berkata,
“Aku melihat Zubair sebagai ayah sendiri. Suatu hari, ia pernah masuk
menemuiku ketika aku sedang menyisir rambutku. Lalu ia memegang
ujung rambutku seraya berucap, “Menghadaplah padaku.”7
Keterangan di atas mengisyaratkan bahwa aurat wanita di depan
mahramnya dibatasi pada bagian-bagian yang biasa terlihat. Seperti
anggota badan yang biasa terlihat ketika di rumah, hal ini selama tidak
dikhawatirkan menimbulkan fitnah.
Adapun aurat wanita didepan suaminya adalah tidak ada batasnya,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis Rasulullah saw:

َ ِ‫ك إَِّل ِم ْن َزْو َجت‬


‫ك‬ َ َ‫اح َف ْظ َع ْوَرت‬
ْ
“Jagalah auratmu kecuali pada isterimu..”
Kesimpulan :
1. Aurat wanita dihadapan mahramnya, atau ketika sendirian,
atau dihadapan wanita mu’min adalah bagian tubuh antara
7 Syekh Hasan Ayyub, fikih Keluarga, h.20-21

HADIS KELUARGA 9
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
pusar dan lutut
2. Aurat wanita di depan bukan mahramnya adalah seluruh
tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
3. Tidak ada aurat dihadapan suami

E. AURAT WANITA DALAM SHOLAT


Menutup aurat merupakan salah satu syarat sah shalat, artinya
shalat tidak sah apabila aurat tidak ditutup. Batas aurat wanita dalam
shalat adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan bagian
luar maupun dalam8. Alat yang dipakai untuk menutup aurat salah
satunya adalah pakaian.
Berkaitan dengan pakaian wanita untuk shalat, jumhur fuqaha
sepakat bahwa pakaian wanita yang dianggap memadai untuk shalat
adalah dir’un (semacam baju panjang) dan khimar (kerudung) . Pendapat
ini didasarkan pada hadis :

ْ َ‫ أَنـََّها َسأَل‬،‫ َع ْن أ ُِّم ِه‬،‫ َع ْن ُمَ َّم ِد بْ ِن َزيْ ِد بْ ِن قـُنـُْف ٍذ‬،‫ك‬


َ‫ت أ َُّم َسلَ َمة‬ ٍ ِ‫ َعن مال‬،‫ب‬
َ ْ ُّ َِ‫َح َّدثـَنَا الْ َق ْعن‬
‫ب‬ ِ ِ َّ ِ َّ ‫الِ َما ِر َوال ِّد ْر ِع‬
ُ ّ‫الساب ِغ الذي يـُغَي‬ ْ ‫صلِّي ِف‬ َ ُ‫ «ت‬:‫ت‬ ْ َ‫اب فـََقال‬ ِ َ‫صلِّي فِ ِيه ال َْم ْرأَةُ ِم َن الثِّي‬
َ ُ‫َما َذا ت‬
‫ور قَ َد َميـَْها‬
َ ‫ظُ ُه‬
Artinya: “Ummu salamah bertanya kepada Rasulullah saw. ‘Apa yang
(memadai) dipakai wanita ketika shalat? ‘ jawab Nabi, ‘Dengan khimar
(kerudung) dan dir’un (gaun panjang), jika wanita bisa menutupi bagia
atas kakinya.” (HR.Abu Dawud: 239)
Juga sebuah hadis riwayat Aisyah dari Nabi saw, bahwa beliau
bersabda:

ِ ‫ وأَبو النـُّْعم‬،‫يد‬
ُ ‫ َح َّدثـَنَا َح‬:‫ قَ َال‬،‫ان‬ ِِ
،َ‫َّاد بْ ُن َسلَ َمة‬ َ ُ َ ‫ َح َّدثـَنَا أَبُو ال َْول‬:‫ال‬ َ َ‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن َْي َي ق‬
‫صلَّى‬ َ ِ‫ َع ْن َعائ‬،‫ث‬ ِ ‫ت ا ْلا ِر‬ِ ‫ َعن ص ِفيَّةَ بِْن‬،‫ َعن ُمَ َّم ِد بْ ِن ِس ِريين‬،‫اد َة‬
َ ‫َّب‬ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،َ‫شة‬ َ َ ْ َ ْ َ َ‫َع ْن قـَت‬
»‫ض إَِّل ِِب َما ٍر‬
ٍ ِ‫ص َل َة َحائ‬ َّ ‫«ل يـَْقبَ ُل‬
َ ُ‫الل‬ َ :‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
8 Masykur Khair, h.13

10
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Artinya: “Allah tidak menerima shalat seorang wanita haid, kecuali
dengan khimar (kerudung).” (HR.Ibnu Majah: 655)9

F. AURAT WANITA KETIKA IHRAM


Diharamkan bagi wanita muslimah menutup wajahnya dalam
mengerjakan ihram, sebaigamana diharamkannya bagi orang laki-laki
menutup kepala ketika ihram. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai
masalah ini. 10 Rasulullah saw bersabda:

‫ حدثين محيد بن‬:‫ قال ابن شهاب‬:‫ قال يونس‬،‫ حدثنا الليث‬،‫حدثنا حيىي بن بكري‬
‫ أخربه أن أاب بكر الصديق رضي هللا عنه بعثه يف احلجة‬،‫ أن أاب هريرة‬،‫عبد الرمحن‬
‫اليت أمره عليها رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قبل حجة الوداع يوم النحر يف رهط‬
»‫ وال يطوف ابلبيت عراين‬،‫يؤذن يف الناس «أال ال حيج بعد العام مشرك‬

Artinya: “Selanjutnya Rasulullah memerintahkan setelah tahun haji


penaklukan kota Mekah, kaum musyrikin dilarang haji dan orang
bugil dilarang melakukan thawaf.” (HR.Bukhar:1622)

G. KETENTUAN DALAM MENUTUP AURAT


Islam sangat memperhatikan kemashlahatan bagi para penganutnya,
termasuk dalam hal menutup aurat. Ada beberapa ketentuan yang perlu kita
perhatikan ketika kita menutup aurat agar tidak bertentangan dengan ajaran
agama Islam. Ketentuan tersebut adalah:

a. Tidak berlebihan
Hendaknya bagi wanita tidak menampakkan “perhiasan”
yang biasanya tidak dinampakkan oleh wanita baik, atau memakai
sesuatu yang tidak wajar dipakai. Seperti ber-make up secara
berlebihan , berbicara tidak sopan atau berjalan dengan lenggok

9 Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhamad ibn Rusyd,h. 255
10 Syeikh Kamil Muhammad’uwaidah, penerjemah: M.Abdul Goffar,Fiqih
Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016), hal.339

HADIS KELUARGA 11
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dan segala macam sikap yang mengundang perhatian pria.
Menampakkan sesuatu yang biasanya tidak dinampakkan—kecuali
kepada suami—dapat mengundang decak kagum pria lain yang
pada gilirannya menimbulkan rangsangan atau mengakibatkan
gangguan dari yang usil.

b. Tidak mengundang perhatian pria


Nabi saw bersabda:

‫ َع ْن عُثْ َما َن‬،َ‫ َح َّدثـَنَا أَبُو َع َوانَة‬:‫ال‬ َ َ‫ب ق‬ ِ ‫الش َوا ِر‬
َّ ‫ك بْ ِن أَِب‬ِ ِ‫ح َّدثـنَا ُمَ َّم ُد بْن َع ْب ِد الْمل‬
َ ُ َ َ
َِّ ‫ول‬ َِّ ‫ عن عب ِد‬،‫اج ِر‬ ِ ‫ب ِن الْم ِغ‬
ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫الل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫الل بْ ِن عُ َم َر ق‬ ْ َ ْ َ ِ ‫ َع ِن ال ُْم َه‬،‫رية‬ َ ُ ْ
،‫ب َم َذلَّ ٍة يـَْوَم ال ِْقيَ َام ِة‬ َّ ُ‫سه‬
َ ‫اللُ ثـَْو‬ ُّ ‫ب ُش ْه َرٍة ِف‬
َ َ‫ أَلْب‬،‫الدنـْيَا‬ َ ‫س ثـَْو‬ ِ َ :‫َعلَْي ِه و َسلَّم‬
َ ‫«م ْن لَب‬ َ َ
»‫ب فِ ِيه َن ًرا‬
َ َ‫ُثَّ أَ ْل‬

Artinya: “Siapa yang memakai pakaian (yang bertujuan


mengundang) popularitas, maka Allah akan mengenakan untuknya
pakaian kehinaan pada hari kemudian, lalu dikabarkan pada
pakaian (nya) itu api.” (HR.Ibnu Majah: 3607)

Maksud hadis ini adalah dilarang memakai pakaian yang


bertujuan untuk mengundang perhatian dan bertujuan memperoleh
popularitas.
Pemakai jilbab dengan cara dan model jilbab yang
dipakai dapat dicakup oleh ancaman di atas, jika niat dan tujuan
memilih mode atau cara memakainya mengundang perhatian dan
popularitas. Di sisi lain, perlu dicatat bahwa peringatan di atas
bukan berarti seseorang dilarang memakai pakaian yang bersih
dan indah. Seorang sahabat bertanya bahwa, “Bila ada seseorang
yang senang pakainnya indah, alas kakinya indah, apakah itu
termasuk kesombongan?” Nabi Saw bersabda “Sesungguhnya Allah
Maha Indah dan menyenangi keindahan. Keangkuhan adalah
menolak yang haq dan melecehkan manusia.” (HR. Muslim melalui

12
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Abdullah ibn Mas’ud) dan yang Kuasa itu senang melihat dampak
anugerahn-Nya kepada seseorang.” (HR.At Tirmidzi) antara lain
melalui pakaiannya. Itu semua selama tidak disertai dengan rasa
angkuh, berlebihan, dan melonggar norma agama.

c. Tidak transparan
Jangan memakai yang transparan karna bisa menampakkan
kulit wanita, dan jangan pula memakai pakaian yang ketat karna
akan menampakkan lekuk tubuh. Pakaian yang transparan dan
ketat akan mengundang perhatian dan juga rangsangan, Rasulullah
saw bersabda:

،َ‫ َع ْن أَِب ُه َريـَْرة‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫ َع ْن ُس َه ْي ٍل‬،‫ َح َّدثـَنَا َج ِر ٌير‬،‫ب‬ ٍ ‫َح َّدثَِن ُزَهيـْر بْ ُن َح ْر‬
ُ
‫ قـَْوٌم‬،‫ان ِم ْن أ َْه ِل النَّا ِر َلْ أ ََر ُهَا‬
ِ ‫«صنـ َف‬ ِ
ْ ِ :‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول هللا‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬
ٌ ‫ت ُمِ َيل‬ ٌ ‫ات َعا ِرَي‬ ِ ‫ ونِساء َك‬،‫ض ِربو َن ِبا النَّاس‬ ِ ‫ط َكأَ ْذ َن‬ ٌ ‫َم َع ُه ْم ِسيَا‬
،‫ت‬ ٌ َ‫اسي‬ ٌَ َ َ َ ُ ْ َ‫ب الْبـََق ِر ي‬
ِِ ِ ِ ِ ‫ت رءوسه َّن َكأ‬
‫ْن ا ْلَنَّةَ َوَل َِي ْد َن ِرحيَ َها‬ َ ‫ َل يَ ْد ُخل‬،‫َسن َمة الْبُ ْخت ال َْمائلَة‬
ْ ُ ُ ُ ُ ٌ ‫َمائَِل‬

Artinya: “Dua kelompok dari penghuni neraka yang merupakan


umatku, yang sebelumnya saya belum pernah melihat keduanya.
Wanita-wanita yang berbusana (tetapi) telanjang serta berlenggak-
lenggok dan melenggak lenggokkan (orang lain) di atas kepala
mereka (sesuatu) seperti punuk –punuk unta. Mereka tidak akan
masuk surga dan tidak juga menghirup aromanya. Dan yang kedua
adalah laki-laki yang memiliki cemeti-cemeti seperti ekor sapi.
Dengannya mereka menyiksa hamba-hamba Allah” (HR.Muslim,
hadis no.2128)

Berbusana tapi telanjang, dapat dipahami sebagai memakai


pakaina tembus pandang atau memakai pakaian yang demikian
ketat, sehingga nampak dengan jelas lekuk-lekuk badannya. Sedang
berlenggak-lenggok dan melenggak-lenggokkan dalam arti gerak-
geriknya berlenggak-lenggok antara lain dengan menari atau

HADIS KELUARGA 13
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dalam arti jiwanya miring tidak lurus.

d. Tidak menyerupai pakaian lelaki


Nabi saw bersabda:

،‫ َع ْن ُس َه ْي ٍل‬،‫ َع ْن ُسلَْي َما َن بْ ِن بِ َل ٍل‬،‫ َح َّدثـَنَا أَبُو َع ِام ٍر‬،‫ب‬ٍ ‫َح َّدثـَنَا ُزَهيـْر بْ ُن َح ْر‬
ُ
ِ
َّ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
‫الر ُج َل‬ َِّ ‫ول‬ َ َ‫ ق‬،َ‫ َع ْن أَِب ُه َريـَْرة‬،‫َع ْن أَبِ ِيه‬
َ ‫الل‬ ُ ‫ «لَ َع َن َر ُس‬:‫ال‬
»‫الر ُج ِل‬
َّ َ‫سة‬ ِ ‫ والْمرأَةَ تـلْب‬،‫يـلْبس لِبسةَ الْمرأ َِة‬
َ ‫س ل ْب‬ُ ََ َْ َ َْ َ ْ ُ ََ
Artinya: “Allah mengutuk lelaki yang memakai pakaian perempuan
dan mengutuk perempuan yang memakai pakaian lelaki.” (HR.Abu
Daud: 4098)

Perlu dicatat bahwa peranan adat kebiasaan dan niat disini,


sangat menentukan. Ini karena boleh jadi ada model pakaian
dalam satu masyarakat dinilai sebagai pakaian pria sedang dalam
masyarakat lain ia menyerupai pakaian wanita. Seperti halnya
pakaian jallahiyah di Mesir dan Saudi Arabia yang digunakan
oleh pria dan wanita, sedang pakaian tersebut mirip long dress
yang dipakai wanita di bagian dunia yang lain. Bisa jadi juga satu
model pakaian Tadinya dinilai menyerupai pakaian lelaki, lau
karena perkembanagn zaman ia menjadi pakaian perempuan. Jika
demikian halnya dan jika memang tujuan bukan untuk meniru
lawan jenisnya, maka tidak dikatakan menyerupai pakaian lawan
jenis.
Suatu ketika Nabi saw menghadiahkan kepada usamah bin
Zaid ra pakaian buatan Mesir, lalu Usamah ra memberikannya
kepada istrinya. Setelah sekian lama, Nabi saw bertanya kepada
Usamah:

“Mengapa engkau tidak memakai pakaian Mesir?”(yang


kuhadiahkan itu?) dia menjawab:

14
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
“Kuberikan istriku untuk dipakainya.” Kemudian Nabi saw bersabda:
“Katakanlah kepadanya agar meletakkan di bawah pakaian itu
pelapis, karena aku khawatir (karena halusnya bahan pakaian
itu, jika tidak kuberikan pelapis) sosok tulangnya (lekuk-lekuk
badannya) akan tergambar.” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi)

Hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada halangan bagi


wanita memakai pakaian yang tadinya dibuat untuk pria atau
dari negeri atau budaya non islam ((karena ketika itu Mesir masih
belum memeluk agama Islam), “tidak ada halangan” selama niat
dan tujuannya bukan untuk menyerupai mereka dan selama batas-
batas agama terpenuhi yang dalam konteks hadits di atas adalah
tidak transparan sehingga menampakkan kulit atau lekuk-lekuk
badan.11

H. MENUTUP AURAT SEJAK DINI


Dalam sebuah keluarga, pendidikan menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam memberikan
pendidikan kepada putra putrinya. Dengan pendidikan yang cukup,
diharapkan kelak mereka menjadi putra putri yang sholeh sholehah
yang berguna bagi agama dan bangsa. Pendidikan menjadi salah satu
cara untuk menyelamatkan anak- anak dari pengaruh negatif yang bisa
merusak akhlak serta diri mereka.
Ditilik dari sisi pendidikan, anak mulai masuk masa kanak-kanak
akhir sejak umur tujuh tahun dan berakhir setelah masuk masa baligh.
Menurut para ahli jiwa masa ini dinamakan “Masa kanak-kanak tenang”.
Sebab gerak motorik anak dan permainannya semakin berkurang pada
masa kanak-kanak awal (2-7 tahun). Masa itu juga disebut dengan “Masa
tenang yang disusul badai”. Maksudnya, badai disini adalah masa puber.
Pada masa kanak-kanak akhir ini “Nilai” mulai terbentuk pada diri
11 Quraish Shihab, “Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah”, (Jakarta: Lentera Hati,
2006) cet.6, h.181-187

HADIS KELUARGA 15
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
manusia, disamping terbentuknya berbagai “Tren” pada dirinya. Namun
sayang, lembaga-lembaga pendidikan seperti rumah dan sekolah kurang
memanfaaatkan masa ini dengan sebaik-baiknya. Bahkan masa yang
berharga ini terbuang sia-sia, dengan anggapan bahwa anak kecil atau
masih bayi. Hingga setelah masuk masa pubertas, kondisinya berubah
total dan waktu pun berlalu.
Anak-anak, baik putra maupun putri pada masa kanak-kanak
akhir ini (7-12 tahun) menerima stimulus dari bapak ibunya. Mereka
menganggap orang tuanya sebagai idola yang paling tinggi dala
kehidupannya. Mereka juga cenderung meniru orang-orang dewasa di
sekitarnya.
Sedangkan pada masa pubertas semua keadaan berubah. Anak
puber mencari idola di luar lingkup rumah dan berusaha hendak
melepaskan diri dari kekuasaan orang tua. Sehingga ada sebagian
mereka yang menganggap perlawanan terhadap orang tua sebagai upaya
pembebasan diri dari masa kanak-kanak, dan sebagai bukti mereka telah
menginjak masa remaja.
Berpijak dari masalah ini, kita hendak mencari hikmah Nabi saw
yang memberikan batasan umur tujuh tahun ketika memerintahkan shalat,
dan juga kewajiban-kewajiban lain. Dari sini pula kita mengintisarikan
kepada anak putri, agar mereka suka berhijab sebelum umur tujuh tahun,
lalu mereka diperintah berhijab12 setelah umur tujuh tahun.13
Allah swt berfirman :

12 Maksud hijab disini adalah alat yang dipakai wanita untuk menutup aurat,
khususnya aurat bagian kepala (krudung)
13 Lihat selengkapnya.. Abdul Khaliq, Pendidikan anak Putri dalam
Keluarga,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1994) cet.4, h.147-148

16
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu anaka anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka
menjulurkan jilbabnya..” (QS.Al-Ahzab:59)

Memakai hijab merupakan salah satu upaya untuk menutup


aurat. Selain itu, dengan memakai hijab perempuan akan lebih terjaga
kehormatannya. Laki-laki yang melihat perempuan berhijab, mereka
cenderung lebih sopan dan menghormati dibandingkan ketika mereka
melihat perempuan tanpa hijab. Memerintahkan anak untuk menutup
aurat sejak dini dengan memakai hijab adalah bentuk penjagaan orang
tua terhadap anak putrinya. Sebab, anak putri perlu mendapat perhatian
yang khusus terlebih dalam hal menjaga kehormatan dan harga diri.
Anak laki-laki dan perempuan tidaklah sama. Anak perempuan rawan
dengan fitnah, karna memang Allah menjadikan perempuan indah dan
keindahan ini bisa menimbulkan fitnah apabila tidak menjaganya dengan
baik.
Keindahan yang Allah berikan pada wanita harus benar-benar
dijaga terutama dihadapan laki-laki non muhrim. Hadis ini mengandung
peringatan kepada kaum laki-laki agar berhati-hati terhadap wanita.
Maksud hati-hati disini yaitu berhati-hati dalam memandangnya,
berinteraksi dengannya agar jangan sampai melewati batas. Laki – laki
dan perempuan harus sama-sama menjaga pandangan, menjaga diri dari
segala sesuatu yang bisa menimbulkan fitnah.

HADIS KELUARGA 17
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
18
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
PERHIASAN

A. WANITA ADALAH HIASAN


Allah swt berfirman:

َ ‫س ِاء َمثـْ َن َوثَُل‬


‫ث‬ ِ ِ
َ ّ‫اب لَ ُك ْم م َن الن‬
ِ ِ ِ
َ َ‫َوإِ ْن خ ْفتُ ْم أ ََّل تـُْقسطُوا ِف الْيـَتَ َامى فَانْك ُحوا َما ط‬
‫ك أَ ْد َن أََّل تـَعُولُوا‬َ ِ‫ت أ َْيَانُ ُك ْم َذل‬ ِ ‫وربع فَِإ ْن ِخ ْفتم أََّل تـع ِدلُوا فـو‬
ْ ‫اح َدةً أ َْو َما َملَ َك‬ ََ َْ ْ ُ َ َُ َ
Artinya: “Dijadikan Indah (pada pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak,
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-
lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran: 14)

Ayat ini menyebutkan tentang sebuah keindahan yang Allah


anugerahkan kepada kita, dan menjadikan yang paling puncak dari
keindahan-keindahan itu adalah wanita. Allah memulai dengannya
karena banyaknya kecenderungan jiwa laki-laki padanya, dan karena
wanita adalah jerat-jerat setan dan ‘fitnah’ (ujian) bagi kalangan laki-
laki.
Rasulullah saw bersabda:

‫ َع ْن‬،‫ي‬ َّ ‫ت أ ََب عُثْ َما َن النـَّْه ِد‬ ُ ‫ َِس ْع‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن ُسلَْي َما َن التـَّْي ِم ِّي‬،ُ‫ َح َّدثـَنَا ُش ْعبَة‬،‫آد ُم‬
َ ‫َح َّدثـَنَا‬
‫ت بـَْع ِدي‬ ُ ‫«ما تـََرْك‬َ :‫ال‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬َ ‫َّب‬ ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،‫اللُ َعنـْ ُه َما‬
َّ ‫ض َي‬ ِ ‫أُسامةَ بْ ِن َزيْ ٍد ر‬
َ ََ
»‫س ِاء‬ ِ ِ ِ ِ ‫ض َّر َعلَى‬
َ ّ‫الر َجال م َن الن‬ّ َ َ‫فِتـْنَةً أ‬
Artinya: “ Dari Usamah bin Zaid ra bahwasannya Nabi saw bersabda:
Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berat atas laki-laki melebihi
wanita.” (HR. Al-Bukhari)

Fitnah perempuan itu jauh lebih berbahaya dari semua fitnah


(ujian) lain yang ada. Dikatakan dalam diri wanita terdapat dua fitnah,

HADIS KELUARGA 19
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
sedangkan dalam diri anak-anak hanya terdapat satu fitnah.
Adapun dua fitnah yang ada pada wanita itu, salah satunya adalah;
sesuatu yang mengakibatkan pada putusnya tali silaturahim. Sebab
wanita menyuruh suaminya untuk memutuskan tali hubungan dengan
ibu-ibu mereka atau dengan saudari-saudari mereka (maksdunya;
banyak dari wanita yang memiliki ambisi untuk tidak dibagi kasih sayang
dan perhatiannya, termasuk kepada ibu dan saudari-saudari suaminya
sendiri). Sedangkan yang kedua adalah lelaki akan dicoba dengan
pengumpulan harta baik yang halal maupun yang haram (demi meuruti
keinginan dan permintaan istri). Adapun anak-anak, maka fitnah yang
akan muncul dari mereka adalah hanya satu, yakni; dicoba pengumpulan
harta karena mereka.
Maka, bagi manusia masa kini, hendaknya mereka bersabar dan
berhati-hati. Sepatutnya dalam mencari dan memilih wanita, hendakny
yang baik agamanya. Rasulullah saw bersabda:

ِ ِ
ِ ‫ ح َّدثـنا عب ُد‬،ُّ‫هللا ب ِن ُنَ ٍي ا ْلم َد ِان‬
‫ أَ ْخبـََرِن‬،ُ‫ َح َّدثـَنَا َحيـَْوة‬،‫هللا بْ ُن يَ ِزي َد‬ ْ َ ََ َ ْ َ ْ ْ ‫َح َّدثَِن ُمَ َّم ُد بْ ُن َع ْبد‬
ِ ‫ث عن عب ِد‬
َّ ‫ أ‬،‫هللا بْ ِن َع ْم ٍرو‬ ِ ِ َّ ‫ أَنَّهُ َِس َع أ ََب َع ْب ِد‬،‫يك‬
ٍ ‫ُشر ْحبِيل بْن َش ِر‬
‫َن‬ ْ َ ْ َ ُ ‫ ُيَ ّد‬،‫الر ْحَ ِن ا ْلُبُل َّي‬ ُ ُ َ
ِ
»ُ‫الصالَة‬ َّ ُ‫الدنـْيَا ال َْم ْرأَة‬ُّ ‫ َو َخيـُْر َمتَ ِاع‬،ٌ‫«الدنـْيَا َمتَاع‬
ُّ :‫ال‬ ِ
َ َ‫ ق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ ِ َ ‫رس‬
َ ‫ول هللا‬ َُ
Arinya: Dari Abdillah bin Umar, bahwasannya Rasulullah saw bersabda:
“Dunia adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita
shalehah” (HR. Muslim).

Imam al-Quthubi berkata di dalam tafsirnya “Janganlah kalian


menika dengan wanita karena kecantikan mereka, sebab bisa saja
kecantikan menjadikan mereka hina, dan janganlah kalian nikah dengan
wanita karena harta mereka karena bisa saja harta mereka membuat
mereka angkuh. Namun nikahlah kalian dengan mereka atas dasar
agama. Sesungguhnya seorang budak yang hitam legam naun beragama,
itu lebih baik bagimu.”

20
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dari keterangan di atas, sebagai kepedulian terhadap wanita
untuk menegakkan agamanya dan menghapuskan dosa darinya, maka
hendaknya ia tidak menjadi penyebab tergodanya kaum laki-laki ke
dalam fitnah, maka hendaknya waita itu tidaklah berdandan kecuali
dengan berhias yang sesuai dengan syari’at.14

B. PENGERTIAN PERHIASAN
Perhiasan adalah istilah untuk sesuatu yang digunakan sebagai
hiasan oleh manusia atau suatu benda yang digunakan manusia untuk
merias atau mempercantik dirinya. Islam menaruh perhatian pada
kesejahteraan tubuh, ruh, atau jiwa. Untuk itu, kaum muslimin di
bolehkan untuk memperindah dirinya dengan beragam perhiasan dalam
berbagai sisi kehidupan, terutama perhiasan badan. Dengan perhiasan
badan, maka laki-laki dan perempuan bisa menjadi terpuji, asal tidak
mekampaui batas, sederhana, dan dengan niat yang baik. Sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-‘Araf: 32

ِِ ِ ِ ِ ‫ات ِمن‬ ِ ِِ
ِ ‫اد ِه والطَّيِب‬ َِّ َ‫قُل من ح َّرم ِزينة‬
‫آمنُوا ِف‬ َ ‫الرْزق قُ ْل ه َي للَّذ‬
َ ‫ين‬ ّ َ َّ َ َ‫الل الَِّت أَ ْخ َر َج لعب‬ َ َ َ َْ ْ
ٍ
‫ت لَِق ْوم يـَْعلَ ُمون‬ ِ َ ِ‫الدنـْيا َخالِصةً يـوم ال ِْقيام ِة َك َذل‬
ِ ‫صل ْالي‬ ِ
َ ُ ّ ‫ك نـَُف‬ َ َ َ َْ َ َ ُّ ‫ا ْلَيَاة‬

Artinya: “Katakanlah, ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari


Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hambanya dan (siapa
pula yang mengharamkan) rezeki yang baik?’ Katakanlah, ‘Semuanya
itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia, khusus (untuk mereka saja)pada hari kiamat.’ Demikianlah kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui,” (QS. Al-
‘Araf : 32)

Perhiasan menurut al-Qurtubhi terbagi dua, perhiasan bawaan


atau bersifat alami, dan perhiasan yang bersifat artifisial. Perhiasan
bawaan adalah wajah. Wajah merupakan inti perhiasan dan keindahan
bentuk yang dapat memberikan kesegaran. Sedangkan perhiasan yang
14 Syaikh Imad Zaki Al-Barudi, Tafsir Wanita, (Jakarta Timur: Pustaka al-
Kautsar, 2005), Cet. 2, hlm. 210-211

HADIS KELUARGA 21
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
diciptakan (artifisial) adalah perhiasan yang biasanya diupayakan
oleh perempuan untuk memperbaiki penampilannya, seperti pakaian,
perhiasan emas, celak, dan ada pewarna. Karenanya al-Qurthubi berkata,
“Diantara perhiasan tersebut ada yang nampak dan ada yang tidak
nampak. Perhiasan yang tampak boleh dipandang semua orang, baik
sanak saudara, kerabat, maupun orang asing. Sedangkan perhiasan yang
tidak tampak tidak boleh diperlihatkan kecuali untuk orang-orang yang
telah disebutkan Allah swt. dalam ayat ini:

‫ين ِزينـَتـَُه َّن إَِّل َما ظَ َه َر‬ ِ ِ ‫ضن ِمن أَب‬ ِ َ‫وقُل لِلْم ْؤِمن‬
َ ‫وج ُه َّن َوَل يـُْبد‬
َ ‫ْن فـُُر‬ َ ‫صا ِره َّن َوَْي َفظ‬ َ ْ ْ َْ ‫ض‬ ُ ْ‫ات يـَغ‬ ُ ْ َ
ِ‫ض ِربن ِبُم ِرِه َّن علَى جيوبِِ َّن وَل يـب ِدين ِزينـتـه َّن إَِّل لِبـعولَتِ ِه َّن أَو آبئِ ِه َّن أَو آبء‬ ِ
َ ْ َ ْ ُُ َُ َ َ ُْ َ ُ ُ َ ُ َ ْ ْ َ‫منـَْها َولْي‬
‫بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَائِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَ ِاء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن أَ َخ َواتِِ َّن أ َْو‬
ِ َّ ِ ِ ِ ‫ال ْربَِة ِمن‬ ِْ ‫ُول‬ ِ
َ ‫ت أ َْيَانـُُه َّن أَ ِو التَّابِع‬ ْ ‫سائِ ِه َّن أ َْو َما َملَ َك‬ ِ
ْ‫ين َل‬َ ‫الر َجال أَ ِو الطّْف ِل الذ‬ ّ َ ِ ‫ني غَ ِْي أ‬ َ‫ن‬
‫ني ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن َوتُوبُوا إِ َل‬ ِ ِ ِ
َ ‫ض ِربْ َن ِب َْر ُجل ِه َّن ليـُْعلَ َم َما ُيْف‬ْ َ‫س ِاء َوَل ي‬ ِ ِ
َ ّ‫يَظ َْه ُروا َعلَى َع ْوَرات الن‬
‫ج ًيعا أَيُّهَ ال ُْم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُحو َن‬ َِ ‫الل‬ َِّ

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah
mereka menampakan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka,
atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau
putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita” (Q.S
an-Nur: 31)

Dan menurut Abu Malik Kamal tentang persoalan perhiasan ini,


terdapat dua persoalan yang perlu diketahui, yaitu:
1) Perhiasan yang boleh diperlihatkan itu bermacam-macam dan
berbeda-beda dalam tingkatannya. Misalnya, :
a. Ada yang boleh di perlihatkan kepada suami, tetapi tidak

22
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
boleh diperlihatkan kepada ayah atau saudara laki-lakinya.
b. Ada yang boleh diperlihatkan kepada ayah dan saudara, tetapi
tidak boleh diperlihatkan kepada suami ibunya, dan demikiam
seterusnya.
2) Berhias atau bersoleh untuk suami juga mempunyai btasan-
batasan tertentu. Perlu dicatat, bahwasannya tidaklah benar
bahwa diperbolehkannya berhias untuk suami itu bersifat mutlak
tanpa batasan. Sebab, meskipun diperbolehkan, wanita tetap tidak
boleh berhias dengan sesuatu yang diharamkan dalam syari’at
Islam, atau sesuatu yang menyerupai laki-laki, atau sesuatu yang
mengubah wujud ciptaan Allah, atau sesuatu yang menjadi ciri
khas perhiasan orang-orang kafir.15

C. BERHIAS YANG DI PERBOLEHKAN


1. Menggunakan Celak

ِ َّ‫ َعن َعب‬،‫ ح َّدثـنَا أَبو َداو َد الطَّيالِ ِس ُّي‬:‫ال‬


‫اد بْ ِن‬ ٍ
ْ َ ُ ُ َ َ َ َ‫ ق‬،‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن ُحَْيد‬
:‫ال‬َ َ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّب‬ َّ ‫ أ‬،‫اس‬
َّ ِ‫َن الن‬ ٍ َّ‫ َع ِن ابْ ِن َعب‬،َ‫ َع ْن ِع ْك ِرَمة‬،‫صوٍر‬ ُ ‫َم ْن‬
َّ ‫صلَّى‬ ُ ِ‫ َويـُْنب‬،‫ص َر‬ ِِ ِ
ُ‫الل‬ َ ‫َّب‬ َّ ِ‫َن الن‬ َّ ‫ َوَز َع َم أ‬،‫الش ْع َر‬
َّ ‫ت‬ َ َ‫ا ْكتَحلُوا ِب ِإل ْثد فَِإنَّهُ َْيلُو الب‬
‫ َوثَالَثَةً ِف‬،‫ت لَهُ ُم ْك ُحلَةٌ يَ ْكتَ ِح ُل ِبَا ُك َّل لَيـْلَ ٍة ثَالَثَةً ِف َه ِذ ِه‬ ْ َ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكان‬
) ‫ ( رواه الرتمذى‬.‫َه ِذه‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi bersabda, “Hendaklah kalian
bercelak dengan Al-itsmid (jenis celak terbaik), sebab dia akan
menguatkan pandangan dan menumbuhkan bulu.” Ibnu Abbas
berkeyakinan bahwa Nabi mempunyai celak yang selalu beliau
gunakan setiap malam (menjelang tidur); tiga kali di (mata) sebelah
kanan dan tiga kali di (mata) disebelah kiri. (HR. Tirmidzi)

15 Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah Wanita, (Solo:
l-Hambara, 2005), Cet. 1, hlm. 413

HADIS KELUARGA 23
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Keterangan:
Bercelak terdapat dua macam:
Pertama: Bercelak untuk menguatkan pandangan,
menghilangkan penutup dari mata, dan membersihkannya dengan
tanpa memberikan pengaruh mempercantik diri. Hal ini tidak
mengapa, bahkan merupakan sesuatu yang di anjurkan untuk di
lakukan, karena Nabi mencelaki kedua matanya, terlebih apabila
menggunakan Itsmid16
Kedua: Celak yang di pergunakan untuk tujuan kecantikan
dan menghias diri. Hal ini untuk perempuan sangat di anjurkan,
karena perempuan di anjurkan menghias diri untuk suaminya. Hal
ini tidak apa-apa.17
2. Merias Tangan

ِ َّ ‫ َح َّدثـَنَا َخالِ ُد بْ ُن َع ْب ِد‬،‫ي‬ ُّ ‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن ُمَ َّم ٍد‬
ُّ ‫الصوِر‬
ُ ‫ َح َّدثـَنَا ُمط‬،‫الر ْحَ ِن‬
‫يع‬
:‫ت‬ ْ َ‫ قَال‬،‫اللُ َعنـَْها‬َّ ‫ض َي‬ ِ ‫شةَ ر‬ ِ ِ ِ ‫ عن ص ِفيَّةَ بِْن‬،‫ون‬ ٍ
َ َ ‫ َع ْن َعائ‬،َ‫ص َمة‬ ْ ‫تع‬ َ ْ َ ‫بْ ُن َم ْي ُم‬
،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫اب إِ َل ر ُس‬ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ ‫الل‬ َ ٌ َ‫ كت‬،‫ت ْام َرأَةٌ م ْن َوَراء س ٍْت بيَد َها‬ ْ ‫أ َْوَم‬
‫ أ َْم يَ ُد‬،‫«ما أَ ْد ِري أَيَ ُد َر ُج ٍل‬
َ :‫ال‬ َ ‫ فـََق‬،ُ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ َده‬ ُّ ِ‫ض الن‬
َ ‫َّب‬ َ َ‫فـََقب‬
‫ت أَظْ َف َار ِك» يـَْع ِن ِب ْلِنَّاء‬ ِ ‫ت ْامرأَةً لَغَيـَّر‬
ْ َ
ِ ‫ «لَو ُك ْن‬:‫ال‬
ْ َ َ‫ ق‬،ٌ‫ بَ ِل ْام َرأَة‬:‫ت‬ ْ َ‫ْام َرأ ٍَة؟» قَال‬
)‫(رواه ابوداود‬.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasannya ada seorang
perempuan di balik tirai menunjukkan sebuah kiab dengan
menjulurkn tangannya kepada Rasulullah. Kemudian Nabi
menahan tangannya sambil seraya berkata, “Aku tidak tahu,
apakah ini tangan laki-laki atau tangan perempan?” Dia
menjawab, “Tangan perempuan”. Beliau bersabda “Andao engkau
seorang perempuan, tentunya engkau telah merias kukumu.”
Yakni dengan inai. (HR. Abu Dawud)
16 Itsmid dalam kamus Al-Misbah adalah celak hitam. Kata ini berasal dari
kata ajam yang muarrab (diarabkan). Ibnu Al-Baithar berkata dalam Al-Minhaj bahwa
Itsmid adalah celak dari Ashfahan.
17 Syaikh Ahmad Jad, Fikih Sunnah Wanita, (Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2009), Cet. 2, hlm. 380

24
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Keterangan:
Hadits diatas menujukkan anjuran bagi perempuan untuk
merias tangannya dengan inai. Dalam merias tangannya sebaiknya
wanita tidak merwarnai kukunya dengan cat kuku yang berbahan
beku dan dapat menghalangi sampainya air ketika bersuci. Terdapat
perbedaan antara ina dan cat kuku, yaitu pada inai yang menempel
hanya warnanya saja, sedangkan pada cat kuku yang menempel
adalah warna dan zatnya juga dengan mengeras. 18
3. Anjuran untuk Merawat Rambut

،‫الزَن ِد‬
ِّ ‫ َح َّدثَِن ابْ ُن أَِب‬،‫ب‬ ٍ ‫ أَ ْخبـََرَن ابْ ُن َو ْه‬،‫ي‬ ُّ ‫َح َّدثـَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َد ُاو َد ال َْم ْه ِر‬
َِّ ‫ول‬ َّ ‫ أ‬،‫ َع ْن أَِب ُه َريـَْرَة‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫صالِ ٍح‬
ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫الل‬ َ ‫َن َر ُس‬ َ ‫َع ْن ُس َه ْي ِل بْ ِن أَِب‬
) ‫«م ْن َكا َن لَهُ َش ْع ٌر فـَلْيُ ْك ِرْمهُ» ( رواه أبوداود‬ َ :‫ال‬ َ َ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
4163. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa
yang memiliki rambut, hendaklah dia menghormatinya (dengan
merawatnya).” HR. Abu Dawud

Keterangan :
Disunnahkan kepada setiap wanita untuk memerhatikan dan
merawat rambutnya dengan cara menyisirnya, meminyakinya,
membasuhnya dengan air, mengeramasinya dan lain sebagianya.
Semua itu, tak lain adalah agar seorang wanita selalu berpenampilan
memesoana dan menyenangkan di hadapan suaminya.
Yang demikian itu, karena menyenangkan dan membahagiakan
suami termasuk perkara yang sangat dianjurkan dan diperintahkan
dalam syariat islam.19
4. Anjuran Memakai cincin di Tangan Kanan

َ َ‫ ق‬،‫ َح َّدثـَنَا َحبَّا ُن بْ ُن ِه َل ٍل‬:‫ال‬


‫ َح َّدثـَنَا‬:‫ال‬ ُّ ‫ص ِر‬
َ َ‫ ق‬،‫ي‬ ْ َ‫أَ ْخبـََرَن ُمَ َّم ُد بْ ُن َم ْع َم ٍر الْب‬
18 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Pandua berbusana Islami,
(Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007), Cet. 1, hlm. 404
19 Abu Malik Kamal Bin Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Wanita, (Sukaharjo:
Penerbit Al-Hambara, 2015), Cet. 1, hlm. 413-414

HADIS KELUARGA 25
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
َِّ ‫ عن عب ِد‬،‫ عن اب ِن أَِب رافِ ٍع‬،‫ ع ِن اب ِن أَِب رافِ ٍع‬،َ‫َحَّاد بن سلَمة‬
،‫الل بْ ِن َج ْع َف ٍر‬ َْ ْ َ َ ْ َْ َ ْ َ َ َ ُْ ُ
) ‫َّم بِيَ ِمينِ ِه» ( رواه النسائ‬ َّ ِ َّ َ ‫َّب‬
ُ ‫صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم َكا َن يـَتَ َخت‬ َّ ‫«أ‬
َّ ِ‫َن الن‬
5204. Dari Ibnu Abu Rafi’, dari Abdullah bin Ja’far bahwa
Nabi biasa memakai cincin di tangan kanannya. (HR. an-
Nasa’i)

Keterangan:
Sekelompok ulama diantaranya perndapat paling shahih
dari kalangan syafi’iyah berpedapat bahwa memakai cincin
di tangan kanan itu lebih afdhal. Ketentuan ini berdasarkan
hadits yang menujukkan bahwa Nabi memakai cincin di tangan
kanannya itu lebih banyak dan lebih shahih. Selain itu, cincin
adalah salah satu jenis perhiasan dan memakainya sebagai
bentuk penghormatan, maka tangan kanan lebih pantas untuk
dikenakannya.
An-Nawawi juga berpendapat bahwa tangan kanan lebih
afdhal karena merupakan perhiasan. Selain itu, tangan kanan
juga lebih terhormat dan lebih tepat untuk penghormatan.
Ibnu Hajar mengatakan, Jika bertujuan untuk perhiasan,
maka tangan kanan lebih afdhal. Namun, jika hanya ingin
memakainya saja, maka tangan kiri lebih baik. Hal itu seperti
hanya menitipkan cincin di angan kiri dan bisa mengambilnya
dengan tangan kanan. Namun, secara umum yang unggul adalah
memakainya di tangan kanan, hal ini karena tangan kiri adalah
sebagai alat beristinja. Dengan demikian, cincin di tangan kanan
bisa terpelihara dari najis.20

D. BERHIAS YANG TIDAK DI PERBOLEHKAN


1. Larangan Menjulurkan Pakaian
20 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Pandua berbusana Islami,
(Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007), Cet. 1, hlm. 469-470

26
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
‫ب بْ َن ِد َث ٍر َعلَى‬ َ ‫يت ُمَا ِر‬ُ ‫ال لَِق‬ َ َ‫ض ِل َح َّدثـَنَا َشبَابَةُ َح َّدثـَنَا ُش ْعبَةُ ق‬ ْ ‫َح َّدثـَنَا َمطَُر بْ ُن الْ َف‬
ِ ‫ضي فِ ِيه فَسأَلْتُهُ َعن َه َذا ا ْل ِد‬ ِ ‫س و ُهو يِْت م َكانَهُ الَّ ِذي يـ ْق‬
‫ال‬َ ‫يث فَ َح َّدثَِن فـََق‬ َ ْ َ َ َ َ َ َ ٍ ‫فـََر‬
‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ َّ ‫ض َي‬ ِ ‫الل بْن عُمر ر‬ ِ ُ ‫َِس ْع‬
َ ‫الل‬ ُ ‫ال َر ُس‬َ َ‫ول ق‬ ُ ‫اللُ َعنـْ ُه َما يـَُق‬ َ َ َ َ َّ ‫ت َع ْب َد‬
‫ال َما‬ َ َ‫ب أَذَ َك َر إِ َز َارهُ ق‬ٍ ‫ْت لِ ُم َحا ِر‬
ُ ‫اللُ إِلَْي ِه يـَْوَم ال ِْقيَ َام ِة فـَُقل‬
َّ ‫َم ْن َج َّر ثـَْوبَهُ َِميلَةً َلْ يـَْنظُْر‬
‫الل َع ْن‬ َِّ ‫ص إِ َزارا وَل قَ ِميص َاتبـعه جبـلَةُ بن سحي ٍم وَزي ُد بن أَسلَم وَزي ُد بن عب ِد‬
ْ َ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ََ ً َ ً َّ ‫َخ‬
ِ
ُ‫ث َع ْن َنفِ ٍع َع ْن ابْ ِن عُ َم َر مثـْلَه‬ ُ ‫ال اللَّْي‬َ َ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َوق‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّب‬ ِّ ِ‫ابْ ِن عُ َم َر َع ْن الن‬
‫وسى َع ْن َس ٍِال َع ْن ابْ ِن عُ َم َر َع ْن‬ ٍ
َ ‫وسى بْ ُن عُ ْقبَةَ َوعُ َم ُر بْ ُن ُمَ َّمد َوقُ َد َامةُ بْ ُن ُم‬ َ ‫َوَتبـََعهُ ُم‬
) ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َج َّر ثـَْوبَهُ ( رواه البخارى‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّب‬ ِّ ِ‫الن‬
5345. Mathar bin al-Fadhl menyampaikan kepada kami dari
Syababah bahwa Syu’bah berkata, “ Aku menemui Muharib bin Ditsar
ketika dia sedang menunggang kuda. Saat itu, dia berjalan menuju
tempat kerjanya sebagai hakim. Aku bertanya kepadanya tentang
hadist ini, lalu dia menyampaikan hadist kepadaku, dia berkata “Aku
mendengar dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah bersabda,
“Siapa yang menjulurkan pakaiannya dengan niat menyombongkan
diri, Allah tidak akan mau memadangnya pada hari kiamat. ‘Aku
bertanya kepada Muharib, ‘Apakah beliau menyebutkan sarung?
‘Muharib menjawab :’Beliau tidak mengkhususkan pada sarung
atupun gamis.” (HR. AlBukhari)

Hadis diatas menjelaskan tentang larangan memanjangkan


pakaian yang tidak hanya tertentu pada kain dan sarung, tetapi
mencakup semua jenis pakaian, baik pakaian luar, maupun serban,
lengan baju, celana, maupun semua pakaian yang melebihi ukuran
normal. Di dalam al-Tsamr al-Dani dijelaskan bahwa laki-laki tidak
boleh menyeret pakaiannya karena sombong dan angkuh, karena
ketika dia menyeretnya akan muncul sifat angkuh. Ketika tidak bisa
melakukan hal itu, sebaiknya laki-laki mengenakan pakaiannya hingga
mata kaki karena hal itu lebih bersih bagi pakaian dan lebih bertakwa
kepada Rabbnya. Selain itu, cara demikian juga dapat menafikan rasa
ujub dan sombong. Sarung orang beriman itu sampai di pertengahan

HADIS KELUARGA 27
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
betisnya.
Di dalam Hasyiah al-‘Adawi disebutkan bahwa laki-laki
boleh menyeret pakaian atau sarungnya jika tidak dimaksudnkan
untuk sombongan bangga, tapi dikhawatirkan hal itu menimbulkan
kesombongan. Apabila seseorang tidak bisa melakukan hal itu,
hendaknya ia mengenakan pakaiannya maksimal sampai mata kaki.21
2. Larangan berhias dengan cara mengubah ciptaan Allah

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫يم‬
َ ‫ َع ْن إبـَْراه‬،‫يم‬ َ ‫ َع ْن إبـَْراه‬،‫صوٍر‬ ُ ‫ َع ْن َم ْن‬،‫ أَ ْخبـََرَن َج ِر ٌير‬،‫يم‬
َ ‫َح َّدثـَنَا إ ْس َحا ُق بْ ُن إبـَْراه‬
‫ْح ْس ِن‬ ِ ِ ِ ِ ‫ات والْمتـنَ ِم‬ ِ ِ َِّ ‫ال لَعن عب ُد‬
ُ ‫صات َوال ُْمتـََفلّ َجات لل‬ َ ّ َ ُ َ َ‫الل ال َْواش‬ ْ َ َ َ َ َ‫َع ْن َع ْل َق َمةَ ق‬
‫الل َوَما ِل َل أَل َْع ُن َم ْن‬ َِّ ‫ال عب ُد‬ َِّ ‫ْق‬ ِ ‫الْمغَِّي‬
ْ َ َ َ‫وب َما َه َذا ق‬ َ ‫ت أ ُُّم يـَْع ُق‬
ْ َ‫الل فـََقال‬ َ ‫ات َخل‬ َ ُ
ِ ْ ‫ي اللَّ ْو َح‬ َِّ ‫ت و‬
ُ ْ‫الل لََق ْد قـََرأ‬ َِّ ‫اب‬ِ َ‫الل َوِف كِت‬ َِّ ‫ول‬
ُ‫ي فَ َما َو َج ْدتُه‬ َ َْ‫ت َما بـ‬ َ ْ َ‫الل قَال‬ ُ ‫لَ َع َن َر ُس‬
َِّ ‫ال و‬
َ ‫الل لَئِ ْن قـََرأْتِ ِيه لََق ْد َو َج ْدتِيه { َوَما‬
ُ‫ول فَ ُخ ُذوهُ َوَما نـََها ُك ْم َع ْنه‬ ُ ‫الر ُس‬
َّ ‫آت ُك ْم‬ َ َ َ‫ق‬
) ‫( رواه البخارى‬ } ‫فَانـْتـَُهوا‬
5483. Dari Ibrahim bahwa Al-Qamah berkata. “Abdullah melaknat
kaum wanita yang menato, kaum wanita yang mencukur alisnya,
dan kaum wanita yang merenggangkan gigi supaya terlihat
cantik, mereka telah merubah ciptaan Allah, “Lalu Ummu Ya’qub
berkata, Ada apa ini? Abdullah berkata, ‘Mengapa aku tidak
boleh) melaknat mereka yang telah dilaknat Rasulullah dan
disebutkan dalam Kitabullah? ‘Umu Ya’qub berkata, ‘Sungguh aku
telah membaca diantara dua lembar (mushaf), namun aku tidak
menemukan didalamnya seperti apa yang telah engkau katakan.’
Abdullah berkata, ‘Jika benar engkau telah membacanya, engkau
pasti menemukan ayat, ‘Apa yang diberikan Rasul kepada kalian
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka
tinggalkanlah.” (QS. 59:7) (HR. Al-Bukhari)

Keterangan:
Hadits diatas menjelaskan bahwa di haramkannya wanita yang
menato, mencukur alis dan juga wanita yang merenggangkan
gigi supaya terlihat cantik. Berikut beberapa penjelasan tentang
21 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Pandua berbusana Islami,
(Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007), Cet. 1, hlm. 254

28
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
keharamannya:
1. Hukum membuat tato adalah haram bagi laki-laki maupun
perempuan. Hal ini karena pembuatan tato bisa merusak
tubuh, mengubah ciptaan Allah, serta menimbulkan rasa
sakit dan siksaan karena tusukan jarum.
2. Jumhur ulama mengharamkan penghilangan seluruh atau
sebagian bulu alis, dengan cara apapun, dikerik, dicukur,
maupun cara lainnya. Karena perbuatan tersebut termasuk
sikab berlebihan dalam berhias. Selain itu, padanya terdapat
unsur pengubahan ciptaan Allah.
3. Bagi kaum laki-laki maupun perempuan di haramkan
mengikir gigi-giginya dengan tujuan untuk merenggangkan
gigi, menipiskan atau menajamkan bagian tepi karena ingin
tampil cantik. Larangan ini karena pada tindakan tersebut
mengandung unsur pengelabuan, sikap berlebih-lebihan
dalam berhias serta terdapat upaya mengubah ciptaan
Allah.22
3. Larangan Menggunakan Minyak Wangi yang Berlebihan

‫ت َو ُه َو ابْ ُن‬ َ َ‫ ق‬،‫ َح َّدثـَنَا َخالِ ٌد‬:‫ال‬


ٌ ِ‫ َح َّدثـَنَا َثب‬:‫ال‬ ٍ ‫أَ ْخبـرَن إِ ْسَ ِعيل بن مسع‬
َ َ‫ ق‬،‫ود‬ ُْ َ ُْ ُ ََ
ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫الل‬
َِّ ‫ول‬ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ي ق‬ِّ ‫ َع ْن ْالَ ْش َع ِر‬،‫س‬ ٍ ‫ َع ْن غُنـَْي ِم بْ ِن قـَْي‬،َ‫ِع َم َارة‬
‫ت َعلَى قـَْوٍم لِيَ ِج ُدوا ِم ْن ِر ِحي َها فَ ِه َي‬ ْ ‫ت فَ َم َّر‬ ٍ ِ
ْ ‫ «أَُّيَا ْام َرأَة‬:‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
ْ ‫استـَْعطََر‬
) ‫َزانِيَةٌ» ( رواه النسائ‬

5126. Dari Ghunaim bin Qais, dari al-Asy’ari bahwa Rasulullah


bersabda, “Siapa saja perempuan yang memakai minyak wangi,
kemudian melintas dihadapan suatu kaum agar mereka mencium
harumnya maka dia (seperti) pezina.” (HR. An-Nasai)

Keterangan:
22 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Pandua berbusana Islami,
(Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007), Cet. 1, hlm.442

HADIS KELUARGA 29
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Tidak ada larangan bagi seorang perempuan untuk
memakai pengharum dan selalu tampil cantik sepanjang berada
di rumah dan hanya terbuka untuk mahram-mahramnya, bahkan
perempuan tersebut mendapatkan pahala karena perilakunya
dapat menjaga suami.
Sedangkan perilaku yang tidak di terima dan tidak di
ridhai oleh Islam adalah apabila seorang perempuan keluar dari
rumahnya dengan perhiasan terbaiknya, lengkap dengan parfum
yang beraroma kuat menyengat yang bisa di cium oleh orang
yang berjalan di sampingnya atau orang yang di lewatinya.23
Ketidak bolehan hal ini juga karena dapat menarik
perhatian serta mampu membangkingkat syahwat. 24
4. Larangan Menggunakan Pakaian yang Ketat

‫ال‬َ َ‫ َع ْن أَِب ُه َريـَْرةَ ق‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫ َع ْن ُس َه ْي ٍل‬،‫ َح َّدثـَنَا َج ِر ٌير‬،‫ب‬ ٍ ‫َدثَِن ُزَهيـْر بْ ُن َح ْر‬
ُ َّ ‫ح‬
‫ان ِم ْن أ َْه ِل النَّا ِر َلْ أ ََر ُهَا قـَْوٌم َم َع ُه ْم‬
ِ ‫صنـ َف‬ ِ َّ ‫الل صلَّى‬
ْ ِ ‫اللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
ِ ُ ‫ال رس‬
َ َّ ‫ول‬ ُ َ َ َ‫ق‬:
ٌ ‫ت َمائَِل‬ ٌ ‫ت ُمِ َيل‬ ٌ ‫ات َعا ِرَي‬ ِ ‫ض ِربو َن ِبا النَّاس ونِساء َك‬ ٌ ‫ِسيَا‬
ِ ‫ط َكأَ ْذ َن‬
‫ت‬ ٌ َ‫اسي‬ ٌَ َ َ َ ُ ْ َ‫ب الْبـََق ِر ي‬
ِِ ِ ِ ِ ‫رءوسه َّن َكأ‬
َ ُ‫ْن ا ْلَنَّةَ َوَل َِي ْد َن ِرحيَ َها َوإِ َّن ِرحيَ َها لَي‬
‫وج ُد‬ َ ‫َسن َمة الْبُ ْخت ال َْمائلَة َل يَ ْد ُخل‬
ْ ُ ُ ُُ
)‫ريِة َك َذا َوَك َذا (رواه مسلم‬ ِ ِ
َ ‫م ْن َمس‬
3971. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,” Ada dua
golongan penghuni neraka yang keduanya belum pernah aku lihat
kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli
manusia dengannya, lalu para wanita yang berpakaian tetapi
telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, rambut kepala
mereka bagaikan punuk unta yang condong. Mereka tidak akan
masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal, bau
surga itu tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Keterangan:

23 Syaikh Ahmad Jad, Fikih Sunnah Wanita, (Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2009), Cet. 2, hlm. 378
24 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Pandua berbusana Islami,
(Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007), Cet. 1, hlm. 189

30
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Berbusana tapi telanjang, dapat di pahami sebagai
memakai pakaian tembus pandag, atau pakaian yang demikian
ketat, sehingga nampak dengan jelas lekuk-lekuk badannya.
Sedang berlenggak-lenggok dan melenggak-lenggokkan dalam
arti gerak-geriknya berlenggak-lenggok antara lain dengan
menari atau dalam arti jiwanya miring tidak lurus atau dan
memiringkan pula hati atau melenggak-lenggokkan pula badan
orang lain. Adapun yang di maksud dengan punuk-punuk unta
adalah sanggul-sanggul mereka yang di buat sedemikian rupa
sehingga menonjol ke atas bagaikan punuk unta.
Ada sementara orang yang memakai pakaian mini lalu
menutupi kepalanya dengan topi, lehernya dengan syal (kain
pembebat leher) dan betis serta pahanya dengan stoking (kaus
kaki) yang serupa dengan kulit betisya. Pakaian semacam ini
pada hakikatnya tidaklah sejalan dengan norma-norma agama,
walaupun semua badannya telah ditutupi.25

25 M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, (Ciputat: Penerbit


Lentera Hati, 2004), Cet. 1, hlm. 170

HADIS KELUARGA 31
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
32
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
HAK PEREMPUAN DALAM MEMILIH SUAMI IDEAL

A. LATAR BELAKANG
Dalam agama Islam, pernikahan merupakan suatu akad yang
mengandung makna keberkahan antar laki-laki dan perempuan, yang
dengannya masing-masing dari keduanya itu menjadi halal apa saja yang
sebelumnya dilarang. Dengan adanya akad ini berarti keduanya telah
menjalin satu ikatan hidup yang panjang, yang dihiasi dengan cinta dan
kasih. Untuk menggapai kebahagiaan lahir dan batin itu, tentu perlu tahu
siapa dan bagaimana pasangan dan jodoh yang akan dinikahi itu. Dalam
beberapa ayat Al-Qur’an diuraikan mengenai jodoh di tangan Tuhan.
Memang, dengan prinsip ini tak ada yang bisa memaksakan kehendak
seseorang untuk menikah dengan siapapun, termasuk orangtuanya.
Nabi Muhammad pun tak pernah memaksa anak-anak perempuannya
menikah tanpa persetujuan mereka.
Dalam Islam tidak hanya laki-laki yang mempunyai hak untuk
memilih calon istri, perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-
laki dalam hal ini, dan orang tua tidak boleh memaksakan anak-anaknya
untuk menikah dengan laki-laki yang dipilih orangtua sedangkan anak
tidak menyukainya. Memilih jodoh merupakan hak asasi manusia yang
dimiliki tiap orang. Posisi orangtua hanya bisa menawarkan bukan
mendikte. Karna tidak bisa dipungkiri, pada zaman sekarang banyak
kasus perceraian yang salah satu penyebabnya adalah pernikahan yang
didasari dengan paksaan.

B. HAK PEREMPUAN DALAM MEMILIH SUAMI


Perempuan mempunyai hak untuk memilih laki-laki siapa yang
akan menjadi calon suaminya nanti. Islam menghormati perempuan
dalam memilih pasangan. Islam menghargai perempuan untuk
menentukan calon suami yang akan menjadi mitra hidupnya dalam

HADIS KELUARGA 33
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bahagia dan susah, kegagalan dan kesuksesan . islam melarang seorang
wali memaksakan kehendak atas anaknya dalam memilih calon suami.
Didalam Al-Qur’an laki-laki dan perempuan memiliki hak sama
dalam menentukan pilihan pasangannya.

ِ ِ َّ ‫ات و‬ ِ ِ ِ َ‫ني والْم ْؤِمن‬


َ ِ‫ات َوالْ َقانِت‬ ِِ ِ ِ ِ
َ ‫إِ َّن ال ُْم ْسل ِم‬
‫ني‬
َ ‫الصادق‬ َ َ‫ني َوالْ َقانت‬ ُ َ َ ‫ني َوال ُْم ْسل َمات َوال ُْم ْؤمن‬
ِ َ‫ني والْمتَص ِّدق‬
‫ات‬ ِ ِ َ‫ات والْمت‬ ِ ِ ْ ‫ني و‬ ِ ِ ْ ‫ات و‬ ِ ِ َّ ‫الصابِ ِرين و‬ ِ ِ َّ ‫و‬
َ ُ َ َ ‫ص ّدق‬ َ ُ َ ‫الَاش َع‬ َ َ ‫الَاشع‬ َ ‫الصاب َر‬ َ َ َّ ‫الصادقَات َو‬ َ
ِ
ِ ‫الذاكر‬ ِ
ِ َّ ‫الذاك ِرين‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫الصائِم‬
‫ات‬ َ َّ ‫ريا َو‬ً ‫اللَ َكث‬ َ َّ ‫وج ُه ْم َوا ْلَافظَات َو‬ َ ‫ني فـُُر‬
َ ‫ات َوا ْلَافظ‬ َ َّ ‫ني َو‬ َ ‫الصائِ ِم‬
َّ ‫َو‬
‫يما‬ ِ ِ َّ ‫َع َّد‬
ً ‫َج ًرا َعظ‬
ْ ‫اللُ َلُ ْم َمغْف َرةً َوأ‬ َ‫أ‬

Artinya: “sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan


perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-
Ahzab:35)

Sungguh merupakan bukti bahwa Islam memberikan


penghormatan kepada wanita adalah bahwa wanita diberikan hak untuk
memilih suami, dan kedua orang tuanya tidak boleh memaksa anaknya
untuk memilih suami. Sebagai wanita muslimah yang cerdas ia mengerti
akan adanya hak seperti ini untuknya. Akan tetapi meskipun demikian
dia tetap membutuhkan nasehat dan bimbingan dari kedua orang tuanya.
Yang demikian bahwa Islam tidak menyulitkan wanita dan tidak
rela wanita mejalani hidup bersama dengan orang yang tidak disukainya.
Islam menghendaki agar pernikahan yang telah berlangsungdapat
berjalan lancar berdasarkan pondasi yang kokoh, yang meliputi keserasian
diantar keduanya, baik lahiriyahnya maupun bathiniyahnya.
Islam telah melindungi kepribadian dan hak asasi wanita, menjaga

34
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kehormatannya, dan menghargai apa yang menjadi kemauannya terutama
dalam memilih calon suami. Islam tidak merelakan seorangpun memaksa
wanita untuk menikah dengan laki-laki yang tidak disukai. Mengenai hal
ini tersinyalir dari hadis Nabi yang menceritakan kisah Barirah.26

َ‫َن َزْو َج بَِر َيرة‬ ٍ َّ‫ َع ِن ابْ ِن َعب‬،َ‫ َع ْن ِع ْك ِرَمة‬،‫ َح َّدثـَنَا َخالِ ٌد‬،‫اب‬
َّ ‫ أ‬،‫اس‬ ِ ‫َخبـرَن َعْب ُد الوَّه‬
َ ََ ْ ‫ أ‬،‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ٌد‬
،‫يل َعلَى ِلْيَتِ ِه‬ ِ ِ
ُ ‫وف َخ ْل َف َها يـَْبكي َوُد ُموعُهُ تَس‬ ُ ُ‫َن أَنْظُُر إِلَْي ِه يَط‬ِّ‫ َكأ‬،‫يث‬ٌ ِ‫ال لَهُ ُمغ‬ ُ ‫َكا َن َعْب ًدا يـَُق‬
ٍ ِ‫ب مغ‬ ِ ‫ أَالَ تـعج‬،‫ «ي عبَّاس‬:‫اس‬ ِ َّ ِ
،َ‫يث بَِر َيرة‬ ُ ِّ ‫ب م ْن ُح‬ ُ َ َْ ُ َ َ ٍ َّ‫صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم لعب‬
َّ َ ‫َّب‬ُّ ِ‫ال الن‬
َ ‫فـََق‬
َِّ ‫ول‬ ِ ِ ‫ «لَو ر‬:‫ال النَِّب صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم‬ ِ ِ ‫َوِم ْن بـُْغ‬
‫الل‬ َ ‫ َي َر ُس‬:‫ت‬ ْ َ‫اج ْعته» قَال‬َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ُّ َ ‫ض بَِر َيرةَ ُمغيثًا» فـََق‬
27 ِ ِ ِ
‫اجةَ ل فيه‬ َ ‫ الَ َح‬:‫ت‬ ْ َ‫ «إَِّنَا أ ََن أَ ْش َف ُع» قَال‬:‫ال‬ َ َ‫َتْ ُمُرِن؟ ق‬

Artinya: Dari Ibnu Abbas bahwasanya suami Bariroh adalah seorang


budak.  Namanya Mughits. Sepertinya aku melihat ia selalu menguntit
di belakang Bariroh seraya menangis hingga air matanya membasahi
jenggot. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abbas,
tidakkah kamu ta’ajub akan kecintaan Mughits terhadap Bariroh dan
kebencian Bariroh terhadap Mughits?” Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pun bersabda: “andai saja kamu mau meruju’nya kembali
(menikah dengannya).” Bariroh bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah
Anda menyuruhku?” beliau menjawab, “Aku hanya menyarankan.”
Akhirnya Bariroh pun berkata, “Sesungguhnya aku tak butuh sedikit pun
padanya.” (H.R. Bukhari)

Melihat yang demikian ini, Rasulullah tidak dapat berbuat apa-apa


selain berusaha menyarankan kepada pihak wanita dengan mengatakan
“tidakkah engkau sudi merujuk kepadanya, karena sesungguhnya dia
itu suamimu dan yang menjadi ayah dari anak-anakmu”. Dari sinilah
Barirah memahami penuturan Rasulullah, sehingga diapun bertanya,
“apakah engkau menyuruhku?”. Atau dengan kata lain, adakah dengan
ucapan ini engkau bermaksud menyampaikan kata perintah, yang
26 Ahmad Najieh, Fiqih Wanita Shalehah menurut qur’an dan Hadis, (surabaya:
Menara Suci Surabaya,2012),h.165-160
27 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhari, Shahih al Bukhari,
(Damaskus: Dar Thuqa an Najah, 1422 H), Juz 7, hal 48, nomor hadis 5283

HADIS KELUARGA 35
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kemudian aku wajib melaksanakannya? Akhirnya datanglah di saat itu
jawaban dari Rasulullah “Aku hanya sekedar menawarkan, dan bukan
sebagai keharusan atau paksaan”.28

C. SYARAT SEORANG AYAH YANG MENIKAHKAN PUTRINYA TANPA


PERSETUJUAN29
Dalam hal memperbolehkan seorang ayah menikahkan putrinya
tanpa seizinya, golongan Syafi’iyah mensyaratkan beberapa syarat,
antara lain:
1) Antara ayah dan anak tidak ada permusuhan yang nyata
2) Dinikahkan dengan calon suami yang sekufu (serasi)
3) Dinikahkan dengan mahar yang sesuai
4) Calon suami tidak suliat dalam memberikan mahar
5) Tidak dinikahkan dengan laki-laki yang menjadikannya
menderita dalam pergaulannya, seperti dengan laki-laki tuna
netra, tua renta, dan sebagainya.

D. HADIS
1. Wajibnya wali untuk meminta izin kepada perempuan yang akan
dinikahkan

َّ ‫ أ‬،َ‫ َع ْن أَِب َسلَ َمة‬،‫ َع ْن َْي َي‬،‫ام‬


،َ‫َن أ ََب ُه َريـَْرة‬ ٌ‫ش‬ َ ‫ َح َّدثـَنَا ِه‬،َ‫ضالَة‬
َ َ‫َح َّدثـَنَا ُم َعاذُ بْ ُن ف‬
ِ ِ
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ق‬ َّ ‫ أ‬:‫َح َّدثـَُه ْم‬
َّ ِ‫َن الن‬
،‫ «الَ تـُْن َك ُح األ َّيُ َح َّت تُ ْستَأ َْم َر‬:‫ال‬ َ ‫َّب‬
‫ «أَ ْن‬:‫ال‬ َ َ‫ف إِ ْذنـَُها؟ ق‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫ َوَك ْي‬،‫الل‬ َ ‫ َي َر ُس‬:‫َوالَ تـُْن َك ُح البِ ْك ُر َح َّت تُ ْستَأْ َذ َن» قَالُوا‬
30
»‫ت‬ َ ‫تَ ْس ُك‬
Artinya: “Dari Mu’adz bin Fadhalah, dari hisyam, dari Yahya, dari Abu
Salamah, sesungguhnya Abu Hurairah menceritakan kepada mereka,
sesunggguhnya Nabi bersabda: “perempuan janda tidak dinikahkan
28 Ahmad Najieh, Fiqih Wanita Shalehah menurut qur’an dan Hadis, (surabaya:
Menara Suci Surabaya,2012),h.167-166
29 Yusuf Al-Qardhawi, fatwa-fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema
Insani,1995),jilid 2, h.468
30 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhari, Shahih al Bukhari,
(Damaskus: Dar Thuqa an Najah, 1422 H), Juz 7, hal 17, nomor hadis 5136

36
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hingga diajak musyawarah, dan perempuan perawan tidak di
nikahkan hingga diminta izin.”merea berkata, “wahai Rasulullah,
bagaiman izinnya?” beliau bersabda. ‘dia diam” (HR. Al-Bukhori).

Makna lahir hadis ini menunjukkan bahwa “al ayyim” adalah


perempuan janda yang dipisah suaminya, baik karena meninggal atau

cerai, dan merupakan lawan dari “al bikr”. Kata ‫ستَأْ َمر‬
َ ْ ُ‫( َح َّت ت‬hingga
diajak musyawarah) yakni diminta pendapatnya dalam perkara itu.
Dari kata tusta’mar disimpulkan bahwa ia tidak dapat dinikahkan
kecuali setelah ia memerintahkannya.
‫ َوالَ تـُْن َك ُح البِكُْر َح َّت تُ ْستَأْ َذ َن‬
(gadis tidak dapat dinikahi hingga
dimintai izin). Demikian yang tercantum dalam riwayat ini, yakni
dibedakan antar janda dan perawan. Pada bagian janda mengunakan
kata Isti’mar, dan pada bagian perawan menggunakan kata Isti’dzan.
hal ini dapat disimpulkan adanya perbedaan keduanya dari sisi
bahwa Isti’mar merupakan penegasana adanya musyawarah, lalu
keputusan diserahkan kepada perempuan. Oleh karena itulah wali
perlu meminta izin secara tegas dalam pelaksanaan akad. Bila si
perempuan menolak secara tegas, maka tidak boleh dinikahkan.
Berbeda halnya dengan perempuan perawan. Izin dari gadis atau
perawan dapat berupa perkataan atau diam. Toidak diharuskan

adanya penegasan dalam perkataan. 31


Bagaimanapun perbedaan pendapat tentang perwalian atas
perempuan, wali wajib untuk meminta pendapat kepada perempuan
dan mengetahui ridhanya lebih dahulu sebelum melakukan akad. Hal
itu karena pernikahan adalah hubungan yang abadi dan persekutuan
yang tetap antara laki-laki dan perempuan. Keharmonisan tidak
akan langgeng, cinta dan keselarasan tidak akan kekal selama ridha
perempuan tidak diketahui. Karena itu, syari;at melarang pemaksaan

31 Ibnu Hajar al-asqalani, Fathul Bari Jilid 25, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010,
cet 2, hal 311-313

HADIS KELUARGA 37
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
terhadap perempuan baik perawan maupun janda untuk menikah
dan hidup bersama dengan laki-laki yang tidak diminatinya. Akad
atas perempuan yang belum diminta izin dianggap tidak sah. Dan
dia memiliki hak untuk menuntut pembatalan demi menghapuskan
tindakan wali diktator yang telah melakukan akad atasnya.32
Syariat Islam memberi petunjuk kepada para orang tua agar
tidak memaksakan kehendaknya dalam masalah penentuan jodoh
anak-anak mereka. Selama kehendak anak tidak bertentangan
dengan norma-norma agama, orangtua tidak perlu memaksakan
kehendaknya. Orangtua harus arif memahami dan menerima dengan
lapang dada jika anak-anak mereka terpaksa menolak pilihannya.33
22. Perempuan menawarkan dirinya kepada laki-laki shalih

ِ َ َ‫ ق‬،‫ ح َّدثـنَا مرحوم بن عب ِد الع ِزي ِز ب ِن ِمهرا َن‬،‫الل‬ ِ ِ ِ


‫ت‬ُ ‫ َس ْع‬:‫ال‬ َ ْ ْ َ َْ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َّ ‫َح َّدثـَنَا َعل ُّي بْ ُن َعْبد‬
‫ت ْامَرأَةٌ إِ َل‬ ِ ‫ جاء‬:‫ال أَنَس‬ ِ ٍ َ‫ ُكْنت ِعْن َد أَن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َّ‫َثبِتًا البـُنَ ِان‬
َ َ ٌ َ َ‫ ق‬،ُ‫س َوعْن َدهُ ابـْنَةٌ لَه‬ ُ
َِّ ‫ول‬ ِ ِ َِّ ‫ول‬ ِ ‫رس‬
‫ك ِب‬ َ َ‫ أَل‬،‫الل‬ َ ‫ َي َر ُس‬:‫ت‬ ْ َ‫ قَال‬،‫ض َعلَْيه نـَْف َس َها‬ ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم تـَْع ِر‬َ ‫الل‬ َُ
ِ
‫ «ه َي‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ َوا َس ْوأ ََت ْه َوا َس ْوأ ََت ْه‬،‫ َما أَقَ َّل َحيَاءَ َها‬:‫س‬ ٍ َ‫ت أَن‬ ُ ‫ت بِْن‬ ْ َ‫اجةٌ؟ « فـََقال‬ َ ‫َح‬
34
»‫ت َعلَْي ِه نـَْف َس َها‬ْ‫ض‬
ِ
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم فـََعَر‬ َ ‫َّب‬ ِ ِ ْ َ‫ َر ِغب‬،‫ك‬
ِّ ‫ت ف الن‬
ِ ‫خيـر ِمْن‬
ٌْ َ
Artinya: “Dari Ali bin Abdillah, dari Marhum bin Abdul
Aziz bin Mihran menceritakan kepada kami, dia berkata: aku
mendengar Tsabit al-Bunani berkata: aku berada disisi anas dan
disisinya ada seorang anak berkata: “ seorang perempuan datang
kepada Rasulullah saw, menawarkan dirinya kepada beliau.
Dia berkta “Wahai Rasulullah, apakah engkau berhajat kepada
diriku?”, anak perempuan Anas berkta: “Alangkah sedikitnya
rasa malunya, dan alangkah buruk perbuatannya.” Dia berkata,
Dia lebih baik darimu, dia menginginkan Nabi saw, maka diapun

32 Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta:PT.Pena Pundi


Aksara,2009),cet,1h.636.
33 Siti Musdah Mulia, Membangun Surga di Bumi, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2011), hal 47- 48
34 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhari, Shahih al Bukhari,
(Damaskus: Dar Thuqa an Najah, 1422 H), Juz 7, hal 13, nomor hadis 5120

38
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
menawarkan dirinya kepada beliau”, (HR. Al-Bukhori).

Ibnu Munayyar berkata kepada al-Hasyiyah, “termasuk keunikan


pemaparan Imam Al Bukhari, bahwa ketika ia mengetahui adanya
kekhususan pada kisah perempuan yang menyerahkan dirinya ,
maka beliaupun menyimpulkan bahwa pernyataan dalam hadis tidak
menunjukkan pengkhususan, yaitu pembolehan bagi perempuan
menawarkan dirinya kepada laki-laki shalih karena menginginkan
keshalihannya, maka hal itu diperkenankan.
Dalam hadis ini terdapat keterangan yang membolehkan perempuan
menawarkan dirinya atas dasar keinginannya. Kemudian laki-laki itu
boleh memilih, tetapi tidak patut menolak secara terang-terangan dan
cukup berdiam. 35
Wanita Muslimah yang memahami ajaran agamanya memiliki
standar yang bijak saat tiba waktunya untuk memilih seorang suami.
Dia tidak hanya mencari dan mengutamakan penampilan wajah yang
tampan, status pribadi yang tinggi, gaya hidup yang mewah, dan
lain-lain. Sebagai wanita muslimah, hendaknya juga melihat tingkat
ketaqwaan agama, sikap dan perilaku calon suaminya, karen ada
pilar-pilar pernikahan yang berhasil, dari ciri-ciri terbaik seorang
suami. Ajaran Islam menunjukkan betapa pentingnya kwalitas ini pada
suami yang memiliki cukup potensi, sebab Islam telah mengaharuskan
seorang wanita untuk menerima lamaran dari siapapun laki-laki yang
memiliki kwalitas sebagaimana tersebut itu.
Oleh karena itu, wanita muslimah hendaklah menikah dengan pria
yang kepemimpinannya terhadap istrinya akan dapat membanggakan
dirinya, yang dapat memberikan gairah serta kebahagiaan saat hidup
bersamanya, serta yang mampu menggandeng tangannya untuk
sampai kesyurgaNya.36
35 Ibnu Hajar al-asqalani, Fathul Bari Jilid 25, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010,
cet 2, hal 251-252
36 Ahmad Najieh, Fiqih Wanita Shalehah menurut qur’an dan Hadis, (surabaya:
Menara Suci Surabaya,2012),h.169-167

HADIS KELUARGA 39
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
3. Apabila seorang laki-laki Menikahkan Anak Perempuannya
sementara Dia Tidak Senang, maka Nikahnya Ditolak

‫ َع ْن‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫اس ِم‬ ِ ‫الر ْح ِن ب ِن ال َق‬ ِ ٌ ِ‫ َح َّدثَِن َمال‬:‫ال‬ ِ ِ


ْ َ َّ ‫ َع ْن َعْبد‬،‫ك‬ َ َ‫ ق‬،‫يل‬ ُ ‫َح َّدثـَنَا إ ْسَاع‬
َّ ‫ أ‬،‫صا ِريَِّة‬
‫َن‬ ٍ ِ ِ
َ ْ‫ َع ْن َخْن َساءَ بِْنت خ َذام األَن‬،َ‫يد بْ ِن َجا ِريَة‬ َّ ‫َعْب ِد‬
َ ‫ ابـَْ ْن يَِز‬،‫ َوُمَ ِّم ٍع‬،‫الر ْحَ ِن‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫أَبها زَّوجها وهي ثـيِب فَ َك ِره‬
َ ‫الل‬ َ ‫ت َر ُس‬ْ َ‫ فَأَت‬،‫ك‬
َ ‫ت َذل‬ ْ َ ٌ َّ َ ْ َ َ َ َ َ َ
،»ُ‫احه‬ ِ
َ ‫«فـََرَّد ن َك‬
37

Artinya: Dari Abdurrahman bin Mujammi bin Yazid bin Jariyah,


dari Khansa’ binti Khidam al Anshariyyah. Bahwa ayahnya
menikahkannya saat dia telah menjanda, tetapi dia tidak setuju
dengan pernikahan itu. Dia lalu mendatangi Rasulullah, maka
beliaupun membatalkan pernikahannya. (HR. Al Bukhari)

Dalam hal ini, Imam Bukhari membuat pernyataan secara


mutlak. Bahwa apabila seorang laki-laki menikahkan anak
perempuannya sementara dia tidak senang, maka nikahnya
ditolak. Baik perempuan gadis maupun janda. Akan tetapi hadis
ini hanya menegaskan tentang perempuan janda. Seakan-akan
Imam Bukhari hendak mensinyalir keterangan bahwa akad
pernikahan yang dilakukan perempuan janda ketika ia tidak ridha
merupakan kesepakan jumhur ulama. Kecuali pendapat yang
dinukil dari al-Hasan bahwa dia memperbolehkan seorang ayah
memaksa perempuan janda. Menurut an-Nakha’i jika perempuan
itu dalam tanggungan seorabg bapak, maka pernikahan tersebut
dianggap sah. Jika tidak maka pernikah ditolak. Kemudian mereka
berbeda pendapat tentang apabila akad terjadi tanpa ridha dari
si perempuan. Para Ulama madzhab Hanafi berkata, “jika si
perempuan menyetujuinya, maka pernikahan dianggap sah.”
Menurut Ulama madzhab Maliki pernikahan dianggap sah apabila
perempuan menyetujui tidak lama setelah akad. Apabila tenggang
37 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhari, Shahih al Bukhari,
(Damaskus: Dar Thuqa an Najah, 1422 H), Juz 7, hal 18, nomor hadis 5138

40
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
waktunya lama, maka pernikahan dibatalkan. Adapun para ulama
lain menolak secara mutlak.38
Dalam hadis Riwayat Ahmad:

ِ َّ ‫عن ابن عباس اَ َّن ابـنَةَ ِخ َذ ٍام أَتَت النَِّب صلَّى‬


ْ ‫اللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم فَ َذ َكَر‬
‫ت‬ َ َّ ْ ْ
‫اللُ َعلَْي ِه َو َسل َم‬ ِ
ُّ ِ‫َن أ ََب َها َزَّو َج َها َوه َي َكا ِرَهةٌ فَ َخيـََّرَها الن‬
39 َّ
َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّب‬ َّ ‫أ‬
Dari Ibnu Abbas; bahwasannya anak perempuan
Khidzam menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan menceritakan bahwa ayahnya telah
menikahkan dirinya, padahal ia tidak menyukainya.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberinya
hak untuk memilih. (H.R. Ahmad)

Seandainya pembangkangan Khonsa’ binti Khidam kepada


ayahnya dalam hal pilihan suami termasuk kedurhakaan, niscaya
Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam akan memerintahkan Khonsa’
taat atas keputusan ayahnya dalam hal pilihan suami. Ketika Rasulullah
Shallalahu ‘Alaihi Wasallam justru memberikan pilihan kepada
Khonsa’ untuk membatalkan pernikahan atau melanjutkannya, maka
hal ini menunjukkan bahwa memilih suami adalah hak besar wanita
yang bahkan menjadi Takhsish atas keumuman perintah taat kepada
Ayah/wali atau perintah berbakti kepada orang tua.

E. KESIMPULAN
Dalam masalah pernikahan, perempuan memiliki hak dalam
menentukan pilihan siapa yang akan menjadi suaminya. Perempuan
berhak dalam memilih calon suami karena pernikahan adalah
hubungan yang abadi dan persekutuan yang tetap antara laki-laki
dan perempuan. Siapapun tidak berhak memaksa termasuk orangtua.
38 Ibnu Hajar al-asqalani, Fathul Bari Jilid 25, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010,
cet 2, 321
39 Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad,
Musnad al Imam Ahmad bin Hanbal, (Muassasah al Risalah, 2001), Juz 4, hal 275,
nomor hadis 2469

HADIS KELUARGA 41
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Orangtua boleh menawarkan namun tidak berhak untuk mendikte.
Orangtua boleh mimilihkan namun yang berhak menentukan
adalah perempuan itu sendiri, dalam artian dengan persetujuan
perempuan itu

42
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
PERANAN PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA

A. LATAR BELAKANG
Rumah tangga atau keluarga merupakan lingkup terkecil dari sebuah
masyarakat yang merupakan pusat awal dari pembentukan tingkah laku
seseorang. Rumah tangga adalah bagian dari kehidupan masyarakat
yang di dalamnya terdapat anggota keluarga diantaranya terdapat ayah,
ibu, serta anak. Semua anggota keluarga mempunyai tugas dan fungsi
masing-masing, dimana wujud keluarga merupakan bentuk organisasi
yang masing-masing anggota keluarga sangat berperan.
Tentunya semua orang berkeinginan menjadikan keluarganya
menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dan untuk
mewujudkan keluarga yang tentram tidak semudah membalikan
telapak tangan. Semua anggota keluarga harus ikut andil juga dalam
pembentukan keluarganya agar dapat menciptakan keluarga yang
harmonis lagi ideal. Dalam keluarga yang harmonis pun kita tidak bisa
lepas dari peranan seorang ibu, dimulai dari peranan sang ibu dalam
rumah tangga, suaminya dan juga anak-anaknya. Untuk itu dalam
makalah ini kami akan membahas tentang peranan-peranan seorang ibu
yang penting kita ketahui dalam membina rumah tangga agar kelak kita
dapat membina rumah tangga kita sesuai dengan rumah tangga yang
dibina oleh Rasulullah saw.

B. PEMBAHASAN
1. HADITS TENTANG TANGGUNG JAWAB PEREMPUAN DALAM
RUMAH TANGGA

‫ َع ِن ابْ ِن عُ َمَر‬،‫ َع ْن َنفِ ٍع‬،َ‫وسى بْ ُن عُ ْقبَة‬ َ ‫َخبـََرَن ُم‬


َِّ ‫ أَخبـرَن عب ُد‬،‫ح َّدثـنا عب َدا ُن‬
ْ ‫ أ‬،‫الل‬ َْ ََ ْ َْ ََ َ
‫ول‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ٌ ُ‫ « ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ‬:‫ال‬ َ ‫َّب‬ ِ ِ
ِّ ‫ َعن الن‬،‫اللُ َعنـْ ُه َما‬َّ ‫َر ِض َي‬
‫ت َزْوِج َها‬ ِ ‫اعيةٌ علَى بـي‬ ِ ِِ
َْ َ َ ‫ َواملَْرأَةُ َر‬،‫الر ُج ُل َر ٍاع َعلَى أ َْه ِل بـَْيته‬ َّ ‫ َو‬،‫ َواأل َِمريُ َر ٍاع‬،‫َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬

HADIS KELUARGA 43
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ٌ ُ‫ فَ ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ‬،‫َوَولَ ِد ِه‬
»‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬

Artinya: “Abdan menyampaikan kepada kami dari Abdullah, dari


Musa bin Uqbah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah
bersabda, “Setiap orang dari kalian adalah pemimpin, dan setiap
orang dari kalian kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Seorang amir adalah pemimpin. Seorang lelaki
adalah pemimpin untuk keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin
(yang bertanggung jawab menjaga) rumah suaminya dan anak-
anaknya. Setiap orang dari kalian adalah pemimpin dan masing-
masing dari kalian kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.” (HR. al-Bukhari)40

Hadits diatas menjelaskan bahwa tanggung jawab seorang


wanita muslimah terhadap anggota keluarganya tidak lebih ringan
di mata Allah daripada pria. Tanggung jawab seorang wanita bahkan
lebih besar daripada pria, karena wanita yang menjadi seorang ibu
lebih mengetahui kehidupan rahasia anak-anaknya dikarenakan
waktunya lebih banyak dihabiskan bersama dengan anak-anaknya.
Anak-anaknya mungkin mengatakan padanya hal-hal yang tidak
mereka ceritakan pada ayah mereka.41
Rasa tanggung jawab inilah yang terus menerus mendorong
dirinya untuk membenahi segala kekeliruan atau kekurangan yang
ia dapatkan di dalam prilaku keluarganya. Seorang wanita tidak diam
saja dengan penyimpangan yang terjadi, kelemahan atau kelalaian di
dalam keluarga atau rumah tangganya, kecuali jika ia tidak memiliki
pengetahuan agama yang cukup memadai, atau kepribadiannya
yang lemah dan tingkat pemahamannya tak sempurna.42
Islam menempatkan perempuan pada kedudukan yang
40 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,
Damaskus: Dar Thuqa an-Najah, 1422H, no. hadits 5200
41 Ahmad Najieh, Fiqih Wanita Sholehah Menurut al-Qur’an dan al-Hadits,
Surabaya: Menara Suci Surabaya, 2012, hal. 88-89
42 Ahmad Najieh, Fiqih Wanita Sholehah Menurut al-Qur’an dan al-Hadits,
hal. 89-90

44
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
terhormat di dalam system perkawinan dan kepadanya di berikan
hak-hak kemanusiaan yang sempurna. Perempuan adalah pasangan
dan patner pria dalam membina rumah tangga dan mengembangkan
keturunan. Seperti tertera pada surat an-Nisa ayat 1, yaitu:

َّ َ‫اح َد ٍة َو َخلَ َق ِمنـَْها َزْو َج َها َوب‬ِ‫سو‬ ِ ِ َّ


‫ث‬ َ ٍ ‫َّاس اتـَُّقوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم م ْن نـَْف‬ ُ ‫َي أَيـَُّها الن‬
َّ ‫اللَ الَّ ِذي تَ َساءَلُو َن بِِه َو ْال َْر َح َام إِ َّن‬
‫اللَ َكا َن َعلَْي ُك ْم‬ َّ ‫ِمنـْ ُه َما ِر َج ًال َكثِ ًريا َونِ َساءً َواتـَُّقوا‬
‫َرقِيبًا‬

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu


yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari pada-
Nya Allh menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (QS. an-Nisa: 1)

Ayat tersebut menyebutkan bahwa perempuan (istri) adalah


pasangan pria (suami). Istri tidak lebih rendah kedudukannya
dari suami. Hal ini diisyaratkan oleh kalimat zaujaha yang berarti
pasangannya. Demikian pula tentang penciptaan perempuan, tidak
berbeda dengan penciptaan pria. Keduanya dicipta dari jenis atau zat
yang sama.43

2. HADITS TENTANG PERANAN PEREMPUAN SEBAGAI


PENDAMPING SUAMI

‫ َع ْن أَِب ُهَريـَْرَة َر ِض َي‬،‫ َع ْن أَِب َحا ِزٍم‬،‫ش‬ ِ ‫َع َم‬ْ ‫ َع ِن األ‬،َ‫ َح َّدثـَنَا أَبُو َع َوانَة‬،‫َّد‬
ٌ ‫َح َّدثـَنَا ُم َسد‬
‫الر ُج ُل ْامَرأَتَهُ إِ َل فَِر ِاش ِه‬
َّ ‫ «إِ َذا َد َعا‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫الل‬
َِّ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،ُ‫اللُ َعْنه‬َّ
،‫ َوأَبُو َحَْزَة‬،ُ‫صبِ َح» َتبـََعهُ ُش ْعبَة‬ ِ
ْ ُ‫ضبَا َن َعلَيـَْها لَ َعنـَتـَْها املَالَئ َكةُ َح َّت ت‬ ْ ‫ات َغ‬
َ َ‫ت فـَب‬ ْ َ‫فَأَب‬
43 Abdul Wahab Abdul Muhaimin, Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan
dalam Perkawinan dan Perceraian, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2013), hal. 73

HADIS KELUARGA 45
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ْ ‫ َع ِن األ‬،َ‫ َوأَبُو ُم َعا ِويَة‬،‫َوابْ ُن َد ُاوَد‬
ِ ‫َع َم‬
‫ش‬

“Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. Bersabda: “apabila seorang


suami mengajak istrinya ke tempat tidur dan istrinya menolak,
kemudian suaminya tidur dalam keadaan marah kepada istrinya,
maka malaikat akan melaknat istrinya sampai shubuh.”

Para komentator hadis (syarh) seluruhnya sepakat bahwa


yang dimaksud hadis diatas adalah penolakan istri memenuhi
ajakan suami untuk melakukan hubungan suami istri. Para ulama
tafsir, di antaranya Ibn Katsir dan al-Qurthubi juga menjadikan
hadis ini sebagai salah satu instrumen nusyuz (pembangkangan/
penentangan) istri kepada suami, pada penafsiran surat al-
Nisa’/4:34.
Ibn Hajar al-Asqallani menyimpulkan beberapa poin dari
kandungan hadis di atas:
a. Pelayanan seksual merupakan hak suami. Tidak memberikan
hak suami merupakan perbuatan maksiat, kecuali kalau suami
tidak marah, baik disebabkan karena suami memaafkannya
atau tidak menuntut haknya. Ibn Hajar al-Asqalani mengutip
pendapat al-Muhallab yang menyatakan: “Tidak memberikan
hak orang lain, baik hak badan maupun hak harta, penyebab
kemurkaan Allah, kecuali ada maaf dari pihak yang
mempunyai hak”.
b. Tingkat kesabaran laki-laki untuk menahan nafsu seksnya
(jima’) lebih rendah dibandingkan tingkat kesabaran
perempuan.
c. Syari’at memerintahkan laki-laki yang mampu menikah untuk
segera menikah, karena dorongan nafsu laki-laki lebih kuat.
Apabila mereka belum mampu menikah maka diperintahkan
untuk menahan nafsu mereka dengan cara puasa.
d. Karena perempuan lebih mampu mengendalikan nafsunya,

46
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
maka syari’at memerintahkan kaum perempuan/istri untuk
membantu laki-laki/suami dalam mengendalikan nafsu
seksnya.

Berdasarkan penjelasan (syarh) hadis di atas menunjukkan


bahwa pada hakekatnya suami dan istri saling membutuhkan. Pada
masalah seksual, posisi suami dianggap lebih rendah kemampuan
untuk mengendalikannya. Oleh karena itu perempuan/istri
diharapkan dapat menolong suaminya untuk mengendalikan
nafsu seksualnya dengan cara memenuhi keinginan suami, Karena
kalau keinginannya tidak terlaksana dikhatirkan akan timbul
perbuatan maksiat lainnya. Pada poin ini yang menjadi masalah
sebenarnya adalah suami, bukan istri, malah istri yang menjadi
penolong bagi suami.
Pada posisi ini, seorang istri diharapkan dapat mengajukan
permohonan maaf atas ketidakmampuaannya, karena uzur atau
lainnya, untuk melayani kebutuhan seksual suaminya supaya
suaminya tidak marah. Akan tetapi yang terpenting adalah
kesabaran suami untuk dapat mengendalikan nafsunya, sehingga
apa yang disabdakan Rasulullah saw. (laknat malaikat) tidak
menimpa istri.44
Oleh karena itu, perkawinan bertujuan agar setiap pasangan
suami istri dapat meraih kebahagiaan dengan pengembangan
potensi mawaddah dan rahmah, sehingga dapat melaksanakan
tugas kekhalifahan dalam pengabdian kepada Allah SWT. Yang
darinya lahir fungsi-fungsi yang harus diemban oleh keluarganya.
Dilaksanakan akad nikah adalah untuk selama-lamanya
hingga suami istri meninggal dunia, karena yang diinginkan
oleh Islam adalah langgengnya kehidupan perkawinan. Suami
44 Tim peneliti lembaga penelitian dan pengkaji ilmiah (LPPI) Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Laporan Penelitian Tingkat Pemahaman dan Penerimaan Kaum
Perempuan Terhadap Hadits-hadits Misogini Studi Terhadap Mahasiswa IIQ, Jakarta,
2013, hal. 102-105.

HADIS KELUARGA 47
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga tempat
berlindung, menikmati naungan kasih sayang dan dapat
memelihara anak-anaknya hidup dalam pertumbuhan yang baik
agar anak-anak itu bisa menjadi generasi yang berkualitas. Oleh
karena itu, ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling suci
dan teramat kokoh, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
surah an-Nisa ayat 21 sebagai berikut:

‫َخ ْذ َن ِمْن ُك ْم ِميثَاقًا َغلِيظًا‬ ٍ ‫ض ُك ْم إِ َل بـَْع‬


َ ‫ض َوأ‬ َ ْ‫ف َتْ ُخ ُذونَهُ َوقَ ْد أَف‬
ُ ‫ضى بـَْع‬ َ ‫َوَكْي‬
“Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu
telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-
istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan)
dari kamu.” (QS. An-Nisa: 21)

Dalam kehidupan berkeluarga, suami istri dituntut menjaga


hubungan yang baik, menciptakan suasana yang harmonis, yaitu
dengan menciptakan saling pengertian, saling menjaga, saling
menghormati, dan saling menghargai, serta saling memenuhi
kebutuhan masing-masing. Apabila suami istri melalaikan
tugas dan kewajiban, maka akan terjadi kesenjangan hubungan
yang akibatnya dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti
mengakibatkan kesalahpahaman, perselisihan, dan ketegangan
hidup berumah tangga.
Oleh karena itu, antara suami istri harus selalu menjaga etika
dalam berkeluarga, yaitu selalu menjaga keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan hubungan baik secara batiniah dan lahiriah
dengan melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing
yang disertai tolong menolong dan saling pengertian dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing, karena
lembaga perkawinan bertujuan membentuk keluarga bahagia
dan sejahtera sesuai dengan ajaran islam.45
45 Lajnah Pentashihan mushaf al-Qur’an badan Litbang dan Diklat Depag RI,

48
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
KEWAJIBAN ISTRI TERHADAP SUAMINYA
a. Mengenal dan Mengakui Kedudukan Suami
Mengenal kedudukan laki-laki itu sangat prinsip dan penting
sekali, di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa laki-laki itu
mempunyai kelebihan satu derajat, menjadi pelindung,
penanggung jawab, dan mempunyai kelebihan lainnya. Setiap
istri wajib mengetahui dengan benar bagaimana kedudukan
suami sehingga dapat melayani suami sesuai dengan peraturan
dan etikanya, berbuat lebih baik, lebih hormat dan mengakui
kelebihan laki-laki yang menjadi suaminya.

ٍ ِ‫ أَخبـرَن َيي بن سع‬:‫ال‬


‫ َع ِن‬،‫ َع ْن بُ َش ِْي بْ ِن يَ َسا ٍر‬،‫يد‬ َ ُ ْ َ ْ ََ ْ َ َ‫ ق‬،‫يد بْ ُن َه ُارو َن‬ ُ ‫َح َّدثـَنَا يَِز‬
،‫اج ٍة‬ ِ ِ ِ ِ ‫الص‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ِف َح‬ َّ ِ‫َن َع َّمةً لَهُ أَتَت الن‬
َ ‫َّب‬ َّ ‫ أ‬،‫ص ٍن‬ َ ‫ي بْ ِن ْم‬ ْ َ ُْ
ِ َ ‫ فـََق‬،‫اجتِ َها‬ ِ ‫فـ َفر َغ‬
‫ات َزْو ٍج‬ُ ‫ «أَ َذ‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ‫َّب‬ ُّ ِ‫ال َلَا الن‬ َ ‫ت م ْن َح‬ ْ ََ
ِ ِ
‫ت‬ُ ‫ َما آلُوهُ إَِّل َما َع َج ْز‬:‫ت‬ ْ َ‫ف أَنْت لَهُ؟» قَال‬ َ ‫ « َكْي‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ نـََع ْم‬:‫ت‬ ْ َ‫أَنْت؟» قَال‬
»‫ك َو َن ُرِك‬ِ ُ‫ فَِإَّنَا هو جنـَّت‬،‫ت ِمْنه‬ ِ
َ َُ ُ ْ‫ «فَانْظُِري أَيْ َن أَن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫َعْنه‬

“Hushin bin Muhshin r.a. menyatakan, bahwa bibinya


pernah mendatangi Rasulullah saw. Ketika telah berada
dihadapannya, Beliau Rasulullah bersabda, “Apakah kamu
mempunyai suami?” Dia menjawab, “Ya” “Bagaimana kamu
menempatkan dirimu di hadapannya (taat atau sombong?)”
Dia menjawab, “Aku selalu menaatinya kecuali apa yang
tidak mampu aku lakukan.” Beliau Rasulullah bersabda,
“Bagaimana keadaanmu dengannya, seperti itulah yang akan
kamu dapatkan sebab dia bisa memasukkanmu ke surga dan
mungkin ke neraka.” (HR: Ahmad)46

Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik,(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf


Al-Qur’an, 2009), hlm. 409
46 Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin
Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin bin Qasith bin Mazin
bin Syaiban bin Zyhl bin Tsa’labah adz-Dzuhli asy-Syaibani, Musnad Imam Ahmad bin
Hanbal, no hadits. 19003

HADIS KELUARGA 49
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
b. Taat dan Melayani Suami dengan Baik
Allah swt telah menjadikan laki-laki sebagai pelindung
dan penanggung jawab dan ketua bagi istrinya. Ketaatan istri
terhadap suaminya adalah wajib, apabila ia durhaka maka
hukumnya haram. Jika dia berbuat durhaka dan tidak meminta
maaf padanya maka Allah SWT. akan menyiksanya di dunia
dan di akhirat, kecuali jika sudah dimaafkan oleh suaminya.
Ketaatan istri pada suaminya merupakan satu bagian kecil
dari upaya menggauli suaminya dengan baik. Terkadang ada
yang taat pada suaminya tetapi tidak menggauli dengan baik,
dia hanya menaati apa yang diperintahkan, sementara yang
tidak diperintahkan tidak dilakukan padahal menggauli atau
melayani suami dengan baik itu merupakan pekerjaan yang
sangat penting bagi istri.
Ketaatan istri terhadap suaminya merupakan usaha untuk
mendapatkan kepercayaannya, untuk melahirkan rasa cinta
yang mendalam dan untuk menimbulkan gairah hidup suami
dengan keluarganya. Dengan cara seperti itu maka suami
akan mengabulkan apa saja yang dikehendaki dan diinginkan
oleh istrinya. Sepertinya menjadi kesenangan dan kebahagian
bahkan kebanggaan tersendiri jika sang suami dapat berbuat
banyak bagi kesenangan istrinya. Perlakuan semacam itu dapat
membuat istri merasakan bahwa hanya dengan suaminya dia
hidup bahagia.
Ketaatan itu bersifat umum, termasuk melaksanakan apa
saja yang diperintahkan suami (selain bermaksiat kepada Allah
Swt ) dan apa saja yang membuatnya ridha, serta menjauhi
yang tidak disukai dan dilarangnya.
c. Berhias untuk Suami
Seorang istri harus berdandan dan berhias selalu untuk
suaminya. Selalu tampak rapi, dan ketika menerima kedatangan
suami dengan penuh senyum, berbicara dengan lemah

50
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
lembut, dan mampu menghibur kesepian suami, serta mampu
menghilangkan kelelahannya. Sesungguhnya wanita seperti
ini merupakan hiasan dan permata dunia. Jika saja dunia ini
berdiri di satu sudut dan wanita ini di sudut lain, pasti semua
laki-laki akan memilih wanita tersebut, sebab pada tangannya
terdapat kunci kehidupan dan perbendaharaan kebahagian.
Sesuai dengan apa yang disabdakan Rasulullah saw.:

ِ ‫ ح َّدثـنا عب ُد‬،ُّ‫هللا ب ِن ُنَ ٍي ا ْلم َد ِان‬


َ ‫هللا بْ ُن يَِز‬ ِ ِ
‫ َح َّدثـَنَا‬،‫يد‬ َْ ََ َ َْ ْ ْ ‫َح َّدثَِن ُمَ َّم ُد بْ ُن َعْبد‬
ِ ِ ْ ‫الر ْح ِن‬ ِ ِ ٍ ‫َخبـرِن ُشرحبِيل بن َش ِر‬
‫ث َع ْن‬ ُ ‫ ُيَ ّد‬،‫الُبُل َّي‬ َ َّ ‫ أَنَّهُ َس َع أ ََب َعْبد‬،‫يك‬ ُ ْ ُ ْ َ ََ ْ ‫ أ‬،ُ‫َحيـَْوة‬
َ َ‫ ق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ َ ‫َن رس‬ ِ ِ
ُّ :‫ال‬
‫ َو َخيـُْر‬،ٌ‫«الدنـْيَا َمتَاع‬ َ ‫ول هللا‬ ُ َ َّ ‫ أ‬،‫َعْبد هللا بْ ِن َع ْم ٍرو‬
ِ ‫الص‬
»ُ‫الَة‬ ُّ ‫َمتَ ِاع‬
َّ ُ‫الدنـْيَا الْ َم ْرأَة‬

“Dunia itu adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasannya ialah


wanita shalihah.”47

Istri shalihah dalam hadist lain ditafsirkan, bahwa


dia adalah seorang istri yang apabila suami melihat dan
memandangnya dia menggembirakannya. Apabila suami
memberinya sesuatu dia menerimanya dengan senang (tidak
rewel), apabila suami tidak ada dia menjaga dirinya dan harta
suami yang ada dirumah.48

‫َخبـََرَن ُمَ َّم ُد بْ ُن‬


ْ ‫ أ‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫َّضُر بْ ُن ُشَْي ٍل‬ ْ ‫ َح َّدثـَنَا الن‬:‫ال‬ ُ ‫َح َّدثـَنَا َْم ُم‬
َ َ‫ ق‬،‫ود بْ ُن َغْيالَ َن‬
َ َ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ لَ ْو‬:‫ال‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّب‬ ِ ِ ِ ِ
ِّ ‫ َعن الن‬،‫ َع ْن أَب ُهَريـَْرَة‬،َ‫ َع ْن أَب َسلَ َمة‬،‫َع ْمرو‬
ٍ
.‫ت الْ َم ْرأََة أَ ْن تَ ْس ُج َد لَِزْوِج َها‬ ٍ ‫ُكْنت ِآمرا أَح ًدا أَ ْن يسج َد أل‬
ُ ‫َحد أل ََم ْر‬ َ ُ َْ َ ً ُ
47 Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairi an-Naisaburi, al-Musnad as-
Shahih al-Mukhtashar Minas-Sunan bin Naqli al-‘Adl ‘anil ‘Adl ‘an Rasulillah, Beirut:
Dar al-Ihya, no hadits. 1467
48 Hasan Ayyub, Etika Islam Menuju Kehidupan yang Hakiki,(Bandung:
Trigenda Karya, 1994), hlm.284-287

HADIS KELUARGA 51
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
“Mahmud bin Ghailan menyampaikan kepada kami dari
an-Nadhr bin Syumail, dari Muhammad bin Amr yang
mengabarkan dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah bahwa
Nabi saw. bersabda, “Jikalau aku boleh memerintahkan
seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku
perintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya.” (HR.
Tirmidzi)49

Sujud merupakan bentuk ketundukkan sehingga


hadist tersebut di atas mengandung makna bahwa suami
mendapatkan hak terbesar atas ketaatan istri kepadanya.
Sedangkan kata: “seandainya aku boleh…, “menunjukkan
bahwa sujud kepada manusia tidak boleh (dilarang) dan
hukumnya haram.
Istifadah yang dapat diambil dari hadits diatas adalah,
Sang istri harus taat kepada suaminya dalam hal-hal yang
ma’ruf (mengandung kebaikan dalam agama). Misalnya
ketika diajak untuk jima’ (bersetubuh), diperintahkan untuk
shalat, berpuasa, shadaqah, mengenakan busana muslimah,
menghadiri majelis ilmu dan bentuk-bentuk perintah lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan syariat.

3. HADITS TENTANG PERANAN PEREMPUAN SEBAGAI


IBU

،‫الزَن ِد‬
ِّ ‫ َوأَبُو‬،‫ َع ْن أَبِ ِيه‬،‫ َح َّدثـَنَا ابْ ُن طَ ُاو ٍس‬،‫ َح َّدثـَنَا ُس ْفيَا ُن‬،‫الل‬َِّ ‫ح َّدثـنا علِي بن عب ِد‬
َْ ُ ْ ُّ َ ََ َ
‫ « َخيـُْر نِ َس ٍاء‬:‫ال‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫الل‬ َ ‫َن َر ُس‬ َّ ‫ أ‬،‫ َع ْن أَِب ُهَريـَْرَة‬،‫َعَرِج‬ ْ ‫َع ِن األ‬
‫َحنَاهُ َعلَى َولَ ٍد ِف‬ ْ‫أ‬-‫ش‬ ٍ ْ‫صالِ ُح نِ َس ِاء قـَُري‬
َ :‫اآلخُر‬
َ ‫ال‬ َ َ‫ َوق‬- ‫ش‬ ٍ ْ‫ب ا ِإلبِل نِ َساءُ قـَُري‬ ِ
َ َ ْ ‫َرك‬
‫ات يَ ِد ِه‬
ِ ‫ وأَرعاه علَى زو ٍج ِف َذ‬،‫ِصغَ ِرِه‬
َْ َ ُ َ ْ َ

49 Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahdak as-Sulami, al-
Jami’ al-Kabir Sunan at-Tirmidzi, Beirut: Darul Gharib al-Islami, no hadits. 1159

52
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
“Ali bin Abdullah menyampaikan kepada kamidari Sufyan, dari
Ibnu Thawus, dari ayahnya. Abu az-Zinad meriwayatkan dari
al-A’raj, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Wanita pengendara unta (wanita Arab) yang terbaik adalah
wanita Quraisy- perawi lain mengatakan, wanita Quraisy yang
saleh- mereka wanita yang paling sayang terhadap anaknya saat
masih kecil dan wanita yang paling baik dalam menjaga harta
milik suaminya.” (HR. al-Bukhari)50

Allah memerintahkan kepada orang tua untuk merawat


dan mendidik anak dengan cara yang benar, serta memberikan
perhatian kepada mereka, untuk menjadikan seorang anak yang
ketika dewasa menjadi anak yang baik, sehat, kuat dan mandiri.51
Sebagaimana Hadits Rasulullah diatas.
Wanita Muslimah yang cerdas tentu tidak menutup mata
begitu saja, karna ia tahu tugas dan tanggung jawabnya selaku
seorang ibu rumah tangga dalam hal memberikan pendidikan
anak-anaknya, membentuk kepribadiannya merupakan bagian
penting yang harus mendapatkan perhatian lebih besar darinya
ketimbang seorang ayah. Hal ini karena anak-anak posisinya lebih
dekat kepada ibu mereka, juga karena banyaknya waktu yang
lebih banyak mereka habiskan dengan ibu mereka. Disamping
itu seorang ibu memang lebih mengenal secara mendetail perihal
keadaan dan sikap anak-anaknya, kebiasaan-kebiasaan serta
perkembangan mereka pada masa pertumbuhan dan menjelang
dewasa, dimana masa-masa ini paling berbahaya bagi kehidupan
mental, jiwa dan tingkah laku anak.
Bertolak dari sinilah wanita muslimah seharusnya mengetahui
bagaimana petunjuk agamanya yang risalah dan misi pendidikan
telah di programkan dalam kehidupan ini. Ia harus tahu benar
bagaimana tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya
50 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,no
hadits. 5365
51 Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan, Jakarta Selatan: Penerbit TERAJU, 2004,
hal. 115

HADIS KELUARGA 53
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
seperti yang digariskan dalam al-Qur’an:52

ُ‫الِ َج َارة‬ ِ ِ َّ
ْ ‫َّاس َو‬ ُ ُ‫ين َآمنُوا قُوا أَنـُْف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم َن ًرا َوق‬
ُ ‫ود َها الن‬ َ ‫َي أَيـَُّها الذ‬
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu.” (at-Tahrim: 6)

Dengan tuntutan tanggung jawab tersebut, Islam menjadikan


orang tua –khususnya ibu- bertanggung jawab penuh atas
pendidikan keislaman secara mendetail bagi para anak mereka,
juga pada pembentukan diri yang shalih dan yang tegak di atas
akhlak mulia yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw.
Tidak ada petunjuk yang lebih dapat membuktikan tentang
agungnya tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya,
pendidikannya yang menjurus pada nilai-nilai ketaqwaan bagi
seluruh kaum muslimin setelah apa yang telah ditetapkan oleh para
ulama yang mengharuskan setiap rumah agar memperdengarkan
sabda Rasulullah saw.:

‫ال‬َ َ‫ ق‬- ‫ َع ْن َس َّوا ٍر أَِب َحَْزَة‬،‫يل‬ ِ ِ


ُ ‫ َح َّدثـَنَا إ ْسَاع‬،‫ي‬ َّ ‫َح َّدثـَنَا ُم َؤَّم ُل بْ ُن ِه َش ٍام يـَْع ِن الْيَ ْش ُك ِر‬
،‫ب‬ ٍ ‫ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َعْي‬- ‫ف‬ ُّ ِ‫الصيـَْر‬
َّ ُّ‫ َوُه َو َس َّو ُار بْ ُن َد ُاوَد أَبُو َحَْزَة الْ ُمَزِن‬:‫أَبُو َد ُاوَد‬
‫«مُروا أ َْوَل َد ُك ْم‬ ِ
ُ :‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ‫الل‬
َِّ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن َج ِّد ِه‬،‫َع ْن أَبِ ِيه‬
‫ َوُه ْم أَبـْنَاءُ َع ْش ٍر َوفـَِّرقُوا بـَيـْنـَُه ْم ِف‬،‫وه ْم َعلَيـَْها‬ ِِ ِ َّ ‫ِب‬
ُ ُ‫اض ِرب‬
ْ ‫ َو‬،‫ني‬ َ ‫لص َلة َوُه ْم أَبـْنَاءُ َسْب ِع سن‬
،»‫اج ِع‬ ِ ‫الْمض‬
َ َ
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat pada
waktu mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila
mereka enggan mengerjakannya pada waktu mereka berusia
52 Ahmad Najieh, Fiqih Wanita Sholehah Menurut al-Qur’an dan al-Hadits,
hal. 238

54
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud)53

Orang tua manapun yang mengerti dengan baik hadits ini,


tetapi tidak mengajari anak-anak mereka untuk shalat saat mereka
mencapai usia tujuh tahun dan tidak memukul mereka bila mereka
tidak melakukan shalat pada saat mencapai usia sepuluh tahun,
maka mereka akan berdosa dan gagal menjalankan tugasnya,
mereka akan mempertanggungjawabkan hal ini di hadapan Allah
SWT. atas kegagalan tersebut kelak.

PERAN PEREMPUAN SEBAGAI IBU

Peranan ibu dalam mendidik anaknya dibedakan menjadi


tiga tugas penting, yaitu ibu sebagai pemuas kebutuhan anak,
ibu sebagai teladan atau model peniruan anak, dan ibu sebagai
pemberi stimulasi bagi perkembangan anak.

a. Ibu sebagai sumber pemenuhan kebutuhan anak


Fungsi ibu sebagai pemuas kebutuhan ini sangat besar
artinya bagi anak, terutama pada saat anak di dalam
ketergantungan total terhadap ibunya, yang akan tetap
berlangsung sampai periode anak sekolah, bahkan sampai
menjelang dewasa. Ibu perlu menyediakan bukan saja untuk
selalu bersama tetapi untuk selalu berinteraksi maupun
berkomunikasi secara terbuka dengan anaknya.
Pada dasarnya kebutuhan seseorang meliputi kebutuhan
fisik, psikis, sosial dan spiritual. Kebutuhan fisik merupakan
kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan lain
sebagainya. Kebutuhan psikis meliputi kebutuhan akan kasih
sayang, rasa aman, diterima dan dihargai. Sedang kebutuhan
sosial akan diperoleh anak dari kelompok di luar lingkunagn
keluarganya. Kebutuhan spiritual adalah pendidikan yang
53 Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi as-
Sijistani, Sunan Abi Dawud, Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyah, no hadits. 495

HADIS KELUARGA 55
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
menjadikan anak mengerti kewajiban kepada Allah, kepada
Rasul-Nya, orang tuanya dan sesama saudaranya. Dalam
pendidikan spiritual, juga mencakup mendidik anak berakhlak
mulia, mengerti agama, bergaul dengan teman-temannya dan
menyanyangi sesama saudaranya, menjadi tanggung jawab
ayah dan ibu. Karena memberikan pelajaran agama sejak
dini merupakan kewajiban orang tua kepada anaknya dan
merupakan hak untuk anak atas orang tuanya.
b. Ibu sebagai teladan atau model bagi anaknya.

Dalam mendidik anak seorang ibu harus mampu menjadi


teladan bagi anak-anaknya. Mengingat bahwa perilaku orang
tua khususnya ibu akan ditiru yang kemudian akan dijadikan
panduan dalam perilaku anak, maka ibu harus mampu
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Seperti yang difirmankan
Allah dalam surah Al-Furqan ayat 74:

‫ني إِ َم ًاما‬ ِ ِ ٍ ُ ‫ب لَنَا ِم ْن أ َْزو ِاجنَا وذُِّرَّيتِنَا قـَُّرَة أ َْع‬ ِ َّ


َ ‫اج َع ْلنَا ل ْل ُمتَّق‬
ْ ‫ي َو‬ َ َ ْ ‫ين يـَُقولُو َن َربـَّنَا َه‬
َ ‫َوالذ‬
“Ya tuhan kami, anugerahkanlah kami istri-istri kami dan
keturanan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi golongan orang-orang yang bertaqwa.” (QS.
Al-Furqan: 74)

Kalau kita perhatikan naluri orang tua seperti yang Allah


firmankan dalam Al-Qur’an ini, maka kita harus sadar bahwa
orang tua senantiasa dituntut untuk menjadi teladan yang
baik dihadapan anaknya.

c. Ibu sebagai pemberi stimuli bagi perkembangan anaknya


Perlu diketahui bahwa pada waktu kelahirannya,
pertumbuhan berbagai organ belum sepenuhnya lengkap.
Perkembangan dari organ ini sangat ditentukan oleh rangsang

56
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
yang diterima anak dari ibunya. Rangsangan yang diberikan
oleh ibu, akan memperkaya pengalaman dan mempunyai
pengaruh yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Bila pada bulan-bulan pertama anak kurang mendapatkan
stimulasi visual maka perhatian terhadap lingkunagn sekitar
kurang. Stimulasi verbal dari ibu akan sangat memperkaya
kemampuan Bahasa anak. Kesedian ibu untuk berbicara
dengan anaknya kan mengembangkan proses bicara anak.
Jadi, perkembangan mental anak akan sangat ditentukan oleh
seberapa rangsang yang diberikan ibu terhadap anaknya.
Rangsangan dapat berupa cerita-cerita, macam-macam alat
permainan yang edukatif maupun kesempatan untuk rekreasi
yang dapat memperkaya pengalamannya.

4. PERANAN PEREMPUAN SEBAGAI BAGIAN MASYARAKAT


Secara kodrati, wanita sebagai manusia tidak dapat melepaskan
diri dari keterikatannya dengan manusia lain. Seperti kita ketahui
bahwa pada dasarnya berhubungan dengan individu lain
merupakan suatu usaha manusia untuk memenuhu kebutuhan
sosialnya. Dari hubungan antar pribadi ini, tumbuhlah perasaan
diterima, ditolak, dihargai-tidak dihargai dan diakui-tidak diakui.
Disamping itu dari hubungan antar pribadi ini, manusia
dapat lebih mengenal dirinya sendiri, banyak mendapatkan
penilaian dan memberikan penilaian. Bergaul dengan individu
lain, membuka kesempatan bagi wanita untuk dapat menyatakan
diri dan mengembangkan kemampuannya.
Suatu kenyataan bahwa saat ini keikut-sertaan wanita
dalam dalam mencapai tujuan pembangunan sangat diharapkan.
Berbagai peran dan tugas ditawarkan bagi wanita, dalam hal
ini tentunya kita harus selalu selektif jangan sampai terkecoh
sehingga lupa pada kodratnya.54
54 www.belajarbersama.ml/2013/06/peran-dan-tugas-perempuan-dalam-

HADIS KELUARGA 57
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Ayat Al-Qur’an yang seringkali dikemukakan oleh para
pemikir Islam dalam kaitan dengan hak politik perempuan yakni
di dalam surat at-Taubah ayat 71, yakni:

ِ ‫ض يْمرو َن ِبلْمعر‬
‫وف َويـَنـَْه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر‬ ِ ِ ِ
ُْ َ ُ ُ َ ٍ ‫ض ُه ْم أ َْوليَاءُ بـَْع‬
ُ ‫ات بـَْع‬
ُ َ‫َوالْ ُم ْؤمنُو َن َوالْ ُم ْؤمن‬
ِ
َّ ‫اللُ إِ َّن‬
َ‫الل‬ َّ ‫ك َسيـَْر َحُ ُه ُم‬ َ ِ‫اللَ َوَر ُسولَهُ أُولَئ‬
َّ ‫الزَكا َة َويُ ِطيعُو َن‬
َّ ‫الص َل َة َويـُْؤتُو َن‬
َّ ‫يمو َن‬ ُ ‫َويُق‬
‫َع ِز ٌيز َح ِك ٌيم‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 71)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman


baik laki-laki maupun perempuan ialah saling mengasihi satu
sama lain. Karena yang satu dengan yang lain saling mengajak
kepada hal-hal yang baik, dan saling mengingatkan untuk tidak
berbuat yang tidak baik. Karena orang-orang yang beriman
senantiasa melaksanakan shalat, menunaikan zakat, mentaati
perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah berjanji bahwa mereka
akan selalu diberi rahmat karunia-Nya. Secara umum, ayat diatas
dapat dipahami sebagai gambaran kewajiban amar ma’ruf dalam
artian kebersamaan antara laki-laki dan perempuan dalam
berbagai kehidupan yang dilukiskan dengan kalimat amr nahi
munkar.55

keluarga.html?m=1 diakses pada tanggal 21 Maret 2017, pukul 19:45


55 Zaitunah Subhan, Al-Qur’an dan Perempuan, Jakarta: PRENADAMEDIA
GRUP, 2015, hal. 60

58
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
C. PENUTUP
Kesimpulan:
Perempuan Mukmin yang Shaleh adalah taat kepada suami
(qaanitah). Kata qaanitah disini berarti ketaatan yang dilandasi
kesadaran, keikhlasan, dan kerelaan hati, bukan oleh pemaksaan dan
kekerasan. Menjaga dirinya sesuai ketentuan Allah. Al-Qur’an tidak
menggunakan kalimat perintah dalam menegaskan hal ini, tetapi
dengan ungkapan yang jauh lebih dalam. Al-Qur’an menegaskan,
pemeliharaan perempuan atas diri mereka sendiri merupakan tabiat
dan ciri utama dari kesalehan seorang perempuan.

HADIS KELUARGA 59
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
60
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
HAK DAN KEWAJIBAN TALAK

A. PENGERTIAN TALAK
Talak berasal dari kata ith-laq yakni melepas dan meninggalkan.
Dikatakan dalam ungkapan, “Athlaqtu al-asir, idza hallaltu qaidahu wa
arsaltuhu” (aku melepaskan tawanan, jika aku melepaskan ikatannyadan
membiarkannya pergi). Adapun secara istilah (syar’i). talak adalah
melepaskan ikatan pernikahan dan mengakhiri hubungan perkawinan.56

B. LANDASAN HUKUM TALAK

َّ ‫وء َوَل َِي ُّل َلُ َّن أَ ْن يَ ْكتُ ْم َن َما َخلَ َق‬ ٍ ‫ات يـتـربَّصن ِبَنـ ُف ِس ِه َّن ثََلثَةَ قـر‬
‫اللُ ِف‬ ُُ ْ َ ْ ََ َ ُ ‫َوال ُْمطَلَّ َق‬
َ ِ‫َح ُّق بَِرِّد ِه َّن ِف َذل‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ك إِ ْن أ ََر‬
‫ادوا‬ َ ‫أ َْر َحام ِه َّن إِ ْن ُك َّن يـُْؤم َّن ِب َّلل َوالْيـَْوم ْالخ ِر َوبـُعُولَتـُُه َّن أ‬
ِ
ٌ ‫اللُ َع ِز ٌيز َحك‬
‫يم‬ َّ ‫ال َعلَْي ِه َّن َد َر َجةٌ َو‬ِ ‫لر َج‬ِّ ِ‫وف َول‬ ِ ‫إِص َلحا وَل َّن ِمثْل الَّ ِذي َعلَي ِه َّن ِبلْمعر‬
ُْ َ ْ ُ َُ ً ْ
‫ان َوَل َِي ُّل لَ ُك ْم أَ ْن َتْ ُخ ُذوا‬ٍ ‫وف أَو تَس ِريح بِِحس‬ ٍ ‫اك ِبَعر‬ ِ ِ َّ
َْ ٌ ْ ْ ُْ ٌ ‫س‬ َ ‫) الط َل ُق َم َّرَتن فَإ ْم‬228(
َِّ ‫الل فَِإ ْن ِخ ْفتم أ ََّل ي ِقيما ح ُدود‬
‫الل فَ َل‬ َِّ ‫ِمَّا آتـيـتموه َّن َشيـئًا إَِّل أَ ْن َيَافَا أ ََّل ي ِقيما ح ُدود‬
َ ُ َ ُ ُْ َ ُ َ ُ ْ ُ ُ ُْ َ
َِّ ‫الل فَ َل تـعت ُدوها ومن يـتـع َّد ح ُدود‬ َِّ ‫ْك ح ُدود‬ ِ
‫ك‬َ ِ‫الل فَأُولَئ‬ َ ُ ََ َ ْ َ َ َ َ َْ ُ ُ َ ‫ت بِ ِه تِل‬ َ ‫اح َعلَْي ِه َما ف‬
ْ ‫يما افـْتَ َد‬ َ َ‫ُجن‬
)229( ‫ُه ُم الظَّالِ ُمو َن‬
“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
(menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam Rahim mereka, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak kembali
kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan.
Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai
kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.(228).
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (setelah itu suami dapat) menahan
dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka,
kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan
56 Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid
Sabiq, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013) hal 499

HADIS KELUARGA 61
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak
mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa
atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya.
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka
itulah orang-orang zalim.(229)

C. HAK TALAK

،َ‫ َح َّدثـَنَا ابْ ُن َلِ َيعة‬:‫ال‬ َ َ‫الل بْ ِن بُ َك ٍْي ق‬ َِّ ‫ ح َّدثـنا َيي بن عب ِد‬:‫ال‬
ْ َ ُ ْ َ ْ ََ َ َ َ‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن َْي َي ق‬
ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫َّب‬ َّ ِ‫ أَتَى الن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اس‬ ٍ َّ‫ َع ِن ابْ ِن َعب‬،َ‫ َع ْن ِع ْك ِرَمة‬،‫وب الْغَافِ ِق ِّي‬ َ ُّ‫وسى بْ ِن أَي‬ َ ‫َع ْن ُم‬
‫ َو ُه َو يُ ِري ُد أَ ْن يـَُف ِّر َق بـَْي ِن‬،ُ‫ إِ َّن َسيِّ ِدي َزَّو َج ِن أ ََمتَه‬،‫الل‬ َِّ ‫ول‬َ ‫ َي َر ُس‬:‫ال‬ َ ‫ فـََق‬،‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َر ُج ٌل‬
َ ‫ فـََق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ال ِْمنـْبـََر‬ َِّ ‫ول‬ُ ‫ص ِع َد َر ُس‬
ُ ‫«ي أَيـَُّها الن‬
‫ َما‬،‫َّاس‬ َ :‫ال‬ َ ‫الل‬ َ َ‫ ف‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫َوبـَيـْنـََها‬
(‫اق‬ِ ‫لس‬ َّ ‫ إِ َّنَا الطََّل ُق لِ َم ْن أَ َخ َذ ِب‬،‫ ُثَّ يُ ِري ُد أَ ْن يـَُف ِّر َق بـَيـْنـَُه َما‬،ُ‫ج َع ْب َدهُ أ ََمتَه‬ ِ ‫ب ُل أ‬
ُ ‫َحد ُك ْم يـَُزِّو‬
َ َ
)‫إبن ماجه‬
Dari Ibnu Abbas berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi
saw,. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, tuanku telah menikahkanku
dengan budak perempuannya. Dan sekarang dia hendak memisahkan
antara aku dengannya.” Rasulullah pun naik ke atas mimbar. Beliau
bersabda, “Wahai manusia, kenapa salah seorang dari kalian menikahkan
budak laki-lakinya dengan budak perempuannya, kemudian dia hendak
memisahkan mereka berdua? Talak itu di tangan orang yang memegang
betis.” (HR. Ibnu Majah)

1) Biografi Ibnu Abbas:


Nama : Abdullah ibnu Abbas, lahir 3 tahun sebelum hijrah,
beliau merupakan putera paman Rasul, Abbas bin Abdul Muthalib bin
Hasyim. Beliau merupakan sahabat kelima yang banyak meriwayatkan
hadis, sebanyak 1660 hadis. Terkenal dengan ilmunya yang luas dan
pengetahuan fikihnya yang mendalam, di akhir hidupnya mengalami
kebutaan. Beliau wafat di Thaif tahun 68 H.

62
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
2) Sababul Wurud
Yang dimaksud dengan “yang memegang betis” adalah suami,
sekalipun seorang hamba. Tidak diperkenankan seseorang menceraikan
pasangan suami istri selama keduanya melaksanakan hak dan
kewajibannya.

D. REDAKSI TALAK 57
Imamiyah mengatakan: talak dianggap tidak jatuh (sah) kecuali
dengan menggunakan redaksi khusus, yaitu
1. anti thaliq (‫( )أنت طالق‬engkau adalah orang yang diceraikan),
2. fulanah thaliq (menyebut nama istrinya) ‫ فالنة طالق‬atau, ‫هي طالق‬.
3. Kalau dia menggunakan redaksi
4. Yang diceraikan: ‫الطالق‬
5. Yang tercerai: ‫املطلقة‬
6. Cerai: ‫الطالق‬
7. Di antara yang dicerai: ‫من املطلقات‬
8. Kuceraikan: ‫طلقت‬
Dan sebagainya, selain yang disebutkan diatas, tidak jatuh talak,
sekalipun dia betul-betul berniat talak. Sebab, sekalipun materi talaknya
ada, tapi kata ‫طالق‬-nya tidak ada. Selain itu, redaksi talak disyaratkan
harus dalam Bahasa Arab yang fasih, tidak ada kesalahan gramatika atau
pengucapannya, serta tidak dikaitkan dengan sesuatu apa pun. Sekalipun
hal itu pasti terjadi, misalnya mengaitkannya dengan terbitnya matahari
dan sebagainya. Kalau suami memberikan hak pilih pada istrinya dan dia
bermaksud menyerahkan hak perceraian pada istrinya, dan istri menulis
dirinya sendiri dengan maksud cerai, maka talaknya—menurut para ahli
hukum Imamiyah—tidak jatuh.

57 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 1999)


hlm 446

HADIS KELUARGA 63
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
E. MACAM-MACAM TALAK58
Talak terbagi menjadi dua: talak raj’I dan talak ba’in. Para ulama
mazhab sepakat bahwa yang dinamakan talak raj’I ialah talak di mana
suami masih memiliki hak untuk kembali kepada istrinya (rujuk) sepanjang
istrinya tersebut masih dalam masa ‘iddah, baik istri tersebut bersedia
dirujuk maupun tidak. Salah satu di antara syaratnya adalah bahwa si
istri sudah dicampuri, sebab istri yang dicerai sebelum dicampuri, tidak
mempunyai masa íddah, berdasar firman Allah yang berbunyi:

‫وه َّن فَ َما لَ ُك ْم‬


ُ ‫س‬ُّ َ‫وه َّن ِم ْن قـَْب ِل أَ ْن َت‬ ِ َ‫ي أَيـَُّها الَّ ِذين آمنُوا إِ َذا نَ َك ْحتُم الْم ْؤِمن‬
ُ ‫ات ُثَّ طَلَّ ْقتُ ُم‬ ُ ُ َ َ َ
ِ ِ ٍ ِ ِ
)49: ‫يل (سورة األحزاب‬ ً ‫احا َج‬ ً ‫وه َّن َس َر‬ ُ ُ‫َعلَْي ِه َّن م ْن ع َّدة تـَْعتَ ُّدونـََها فَ َمتّع‬
ُ ‫وه َّن َو َس ِّر ُح‬
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka
sebelum kamu mencampuri mereka, maka sekali-kali tidak wajib atas
mereka ‘iddah bagimu yang kamu perhitungkan atas mereka. (QS: Al-
Ahzab: 49)

Yang juga termasuk syarat talak raj’I adalah bahwa talak tersebut
tidak dengan menggunakan uang (pengganti) dan tidak pula dimaksudkan
untuk melengkapi talak tiga.
Wanita yang ditalak raj’i hukumnya seperti istri. Mereka masih
mempunyai hak-hak suami-istri, seperti hak waris-mewarisi antara
keduanya (suami-istri) manakala salah satu di antara keduanya ada
yang meninggal sebelum selesainya masa ‘iddah. Sementara itu, mahar
yang dijanjikan untuk dibayar, kecuali sesudah habisnya masa iddah
dan si suami tidak mengambil kembali si istri ke dalam pangkuannya.
Singkatnya, talak raj’i tidak menimbulkan ketentuan-ketentuan apapun
kecuali sekadar ‘iddah dalam tiga talak.
Sedangkan talak ba’in adalah talak yang suami tidak memiliki hak
untuk rujuk kepada wanita yang ditalaknya, yang mencakup beberapa

58 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, hlm 451-453

64
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
jenis:
1. Wanita yang ditalak sebelum dicampuri (jenis ini disepakati oleh
semua pihak)
2. Wanita yang dicerai tiga (juga ada kesepakatan pendapat).
3. Talak khulu’. Sebagian ulama mazhab mengatakan bahwa khulu
adalah faskh nikah, bukan talak.
4. Wanita yang telah memasuki masa menopousa khususnya
pendapat Imamiyah, karena mereka mengatakan bahwa, wanita
menopousa yang ditalak tidak mempunyai iddah. Hukumnya
sama dengan hukum wanita yang belum dicampuri.

TALAK TIGA
Para ulama mazhab sepakat bahwa seorang laki-laki yang
mentalak tiga istrinya, maka istrinya tersebut tidak halal lagi baginya
sampai ia kawin terlebih dahulu dengan laki-laki lain dengan cara yang
benar, lalu dicampuri dalam arti yang sesungguhnya. Berdasarkan firman
Allah:

ِ
ُ‫فَِإ ْن طَلَّ َق َها فَ َل َِت ُّل لَهُ م ْن بـَْع ُد َح َّت تـَْن ِك َح َزْو ًجا غَيـَْره‬
Kemudian jika suami menalaknya (sesudah talak yang kedua),
maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan
suami yang lain. (QS. Al-Baqarah: 230)

Selanjutnya, ada macam-macam pengertian talak dalam buku Fiqih


Wanita:59

a) Talak Sunni
Talak Sunni adalah talak yang didasarkan pada sunnat Nabi,
yaitu apabila seorang suami mentalak istrinya yang telah disetubuhi
dengan talak satu pada saat suci, sebelum disetubuhi.

59 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-


Kautsar, 1998) cet ke 1 hlm 438

HADIS KELUARGA 65
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
b) Talak Bid’ah
Ada beberapa bentuk dalam talak bid’ah, di antaranya:
1. Apabila seorang suami menceraikan istrinya dalam keadaan
haid/nifas
2. Ketika dalam keadaan suci, ia telah menyetubuhinya pada
masa suci tersebut
3. Seorang suami mentalak tiga istrinya dengan satu kalimat
dengan tiga kalimat, dalam satu waktu. Seperti dengan
mengatakan, “Ia telah aku talak, lalu aku talak, dan selanjutnya
aku talak.” Dalil yang melandasinya adalah sabda Rasulullah,
Sebagaimana diceritakan: bahwasanya ada seorang
laki-laki yang mentalak tiga istrinya dengan satu kalimat.
Lalu beliau mengatakan kepadanya: “Apakah kitab Allah
hendak dipermainkan, sedang aku masih berada di tengah-
tengah kalian?” (HR. An-Nasai dan Ibnu Katsir mengatakan
bahwa, isnad hadis ini jayyid)
c) Talak Sharih
Talak di mana suami tidak lagi membutuhkan adanya niat,
akan tetapi cukup dengan mengucapkan kata talak secara sharih
(tegas). Seperti dengan mengucapkan: “Aku cerai,” atau “Kamu telah
aku cerai”
d) Talak sindiran
Talak yang memerlukan adanya niat pada diri suami. Karena,
kata-kata yang diucapkan tidak menunjukkan pengertian talak.

F. HADIS-HADIS MENGENAI TALAK


1) TALAK YANG DIPAKSA

‫ َع ِن‬،‫ب‬ َ َ‫ ق‬،‫ أَنـْبَأ ََن ابْ ُن ال ُْمبَ َار ِك‬:‫ال‬


ٍ ْ‫ أَ ْخبـََرَن ابْ ُن أَِب ِذئ‬:‫ال‬ َ َ‫َحَ ُد بْ ُن ُمَ َّم ٍد ق‬
ْ ‫َح َّدثـَنَا أ‬
َ َ‫ َع ِن ابْ ِن عُ َم َر ق‬،‫هللا بْ ِن عُ َم َر‬ ِ ‫ عن َحْزةَ ب ِن عب ِد‬،‫الر ْح ِن‬ ِ ِ ‫احلا ِر‬
:‫ال‬ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ ‫ث بْ ِن َع ْبد‬ َ
،‫ت‬ ِ ِ
ُ ‫ فَأَبـَْي‬،‫ فَأ ََم َرِن أَِب أَ ْن أُطَلّ َق َها‬،‫ َوَكا َن أَِب يَ ْك َرُه َها‬،‫ت َتْ ِت ْام َرأَةٌ أُحبـَُّها‬ ْ َ‫َكان‬
ِ ‫ ي عب َد‬:‫ال‬
‫ طَلِّ ْق‬،‫هللا بْ َن عُ َم َر‬ ِ َّ ‫َّب صلَّى‬ ِ َ ِ‫ت َذل‬
ْ َ َ َ ‫ فـََق‬،‫اللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ِّ ِ‫ك للن‬ ُ ‫فَ َذ َك ْر‬

66
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
َ َ‫ْام َرأَت‬
.‫ك‬
“Dari Ibnu Umar berkata: “Aku pernah memiliki istri yang
aku cintai, namun ayahku tidak menyukainya. Lantas ayahku
menyuruhku untuk menceraikannya, aku pun menolaknya. Lalu
aku beritahukan hal itu kepada Nabi, beliau bersabda, ‘Wahai
Abdullah bin Umar, ceraikanlah istrimu.” (H.R. At-Tirmidzi)

a. Biografi Abdullah bin Umar:


Abdullah bin Umar bin Khattab lahir 612 H, seorang sahabat
Nabi dan merupakan periwayat hadis yang terkenal, meriwayatkan
hadis terbanyak kedua setelah Abu Hurairah, yaitu sebanyak 2630
hadis, beliau juga selalu mengikuti kemana Rasulullah pergi. Beliau
wafat 693/696 H atau 72/73 M.
b. Syarah Hadis :
Perkataan “Thalliq Imra’atak” menunjukkan jelas bahwa
wajib bagi seorang laki-laki jika diperintahkan oleh ayahnya
untuk menceraikan istrinya, maka harus menceraikannya. Jika ia
mencintainya, itu bukanlah halangan baginya.

‫ َح َّدثـَنَا ابْ ُن‬:‫ال‬ َ َ‫الل بْ ِن بُ َك ٍْي ق‬ َِّ ‫ ح َّدثـنا َيي بن عب ِد‬:‫ال‬


ْ َ ُ ْ َ ْ ََ َ َ َ‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن َْي َي ق‬
‫ أَتَى‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اس‬ ٍ َّ‫ َع ِن ابْ ِن َعب‬،َ‫ َع ْن ِع ْك ِرَمة‬،‫وب الْغَافِ ِق ِّي‬ َ ُّ‫وسى بْ ِن أَي‬ َ ‫ َع ْن ُم‬،َ‫َل َيعة‬
ِ
،ُ‫ إِ َّن َسيِّ ِدي َزَّو َج ِن أ ََمتَه‬،‫الل‬ َِّ ‫ول‬ َ ‫ فـََق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َر ُج ٌل‬ َّ ِ‫الن‬
َ ‫ َي َر ُس‬:‫ال‬ َ ‫َّب‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ول‬ ُ ‫ص ِع َد َر ُس‬ َ َ‫ ق‬،‫َو ُه َو يُ ِري ُد أَ ْن يـَُف ِّر َق بـَْي ِن َوبـَيـْنـََها‬
َ ‫الل‬ َ َ‫ ف‬:‫ال‬
ِ ‫ ما ب ُل أ‬،‫ «ي أَيـُّها النَّاس‬:‫ال‬
‫ ُثَّ يُ ِري ُد أَ ْن‬،ُ‫ج َع ْب َدهُ أ ََمتَه‬ ُ ‫َحد ُك ْم يـَُزِّو‬
َ َ َ ُ َ َ َ ‫ فـََق‬،‫ال ِْمنـْبـََر‬
)‫اق( إبن ماجه‬ َّ ‫ إِ َّنَا الطََّل ُق لِ َم ْن أَ َخ َذ ِب‬،‫يـَُف ِّر َق بـَيـْنـَُه َما‬
ِ ‫لس‬

Dari Ibnu Abbas berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi


saw,. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, tuanku telah menikahkanku
dengan budak perempuannya. Dan sekarang dia hendak
memisahkan antara aku dengannya.” Rasulullah pun naik ke
atas mimbar. Beliau bersabda, “Wahai manusia, kenapa salah
seorang dari kalian menikahkan budak laki-lakinya dengan
budak perempuannya, kemudian dia hendak memisahkan mereka

HADIS KELUARGA 67
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
berdua? Talak itu di tangan orang yang memegang betis.” (HR.
Ibnu Majah)

2) NAFKAH SETELAH TALAK

ِ ٍ ِ
‫ َع ْن‬،‫ َح َّدثـَنَا ُس ْفيَا ُن‬:‫ال‬ ٌ ‫ َح َّدثـَنَا َوك‬:‫ قَ َال‬،‫ َو َعل ُّي بْ ُن ُمَ َّمد‬،َ‫َح َّدثـَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشيـْبَة‬
َ َ‫يع ق‬
‫ «إِ َّن‬:‫ول‬ ِ َ‫ت ف‬
َ ‫اط َمةَ بِْن‬ ُ ‫ َِس ْع‬:‫ال‬
ُ ‫ تـَُق‬،‫س‬ ٍ ‫ت قـَْي‬ َ َ‫ ق‬،‫ي‬ ُ ‫أَِب بَ ْك ِر بْ ِن أَِب ا ْلَ ْه ِم بْ ِن‬
ِّ ‫ص َخ ٍْي ال َْع َد ِو‬
ِ َِّ ‫ول‬
»ً‫ َوَل نـََف َقة‬،‫ْن‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُسك‬
َ ‫الل‬ ُ ‫ فـَلَ ْم َْي َع ْل َلَا َر ُس‬،‫َزْو َج َها طَلَّ َق َها ثََل ًث‬

“Dari Abu Bak’r bin Abi Jahm bin Sukhoir al-‘Adawiy, Ia berkata:
Aku telah mendengar bahwa Fathimah binti Qais berkata bahwa
suaminya telah menjatuhkan talak tiga kepadanya dan Rasulullah
saw tidak menetapkan tempat tinggal dan nafkah untuknya.” (HR.
Ibnu Majah)

Penjelasan
Dari Abu Bakar Al-Jahm, ia berkata, aku mendengar
Fathimah binti Qais berkata, suamiku Abu Amr bin Hafsh
mengutus ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah untuk menceraikanku dan ia
mengirimkan bersamanya lima sha’ kurma dan lima sha’ gandum.
Aku berkata, ‘Apakah tidak ada nafkah untukku selain ini, padahal
aku menunggu masa ‘iddah bukan di rumah kalian.’ ‘Iyasy
berkata, ‘Tidak ada.’ Fatimah berkata, ‘Aku lalu mengencangkan
pakaianku dan pergi mendatangi Rasulullah saw, maka beliau
berkata, ‘Berapa kali suamimu menceraikanmu?” Fatimah
menjawab, “Tiga kali.” Nabi saw berkata, “Suamimu benar, tidak
ada nafkah untukmu. Tunggulah masa iddahmu di rumah anak
pamanmu Ibnu Ummi Maktum. Karena ia adalah seorang yang
buta, engkau dapat melepaskan pakaianmu dirumahnya. Jika
masa iddahmu telah selesai, beritahukan kepadanya. Fatimah
berkata, ‘Seorang pelamar datang melamarku yaitu Muawiyah
dan Abu Al-Jahm. Maka Nabi saw berkata, “Sesungguhnya
Muawiyah seorang yang miskin tidak punya harta, sedangkan
Abu Al-Jahm keras kepada perempuan, memukul perempuan

68
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
atau semacam itu. Maka hendaklah engkau menikah dengan
Usamah bin Zaid.”
3) HAK PENGASUHAN ANAK

ِ ‫ عن أَِب عم ٍرو يـع ِن ْالَوَز‬،‫ ح َّدثـنا الْولِي ُد‬،‫السلَ ِمي‬ ٍِ


،‫اع َّي‬ ْ َْ ْ َ ْ َ َ ََ َ ُّ ُّ ‫ود بْ ُن َخالد‬ ُ ‫َح َّدثـَنَا َْم ُم‬
َِّ ‫ عن ج ِّد ِه عب ِد‬،‫ عن أَبِ ِيه‬،‫ب‬
َّ ‫ أ‬،‫الل بْ ِن َع ْم ٍرو‬
‫َن ْام َرأَ ًة‬ َْ َ ْ َ ْ َ ٍ ‫َح َّدثَِن َع ْم ُرو بْ ُن ُش َع ْي‬
َِّ ‫ول‬
ً ‫ إِ َّن ابِْن َه َذا َكا َن بَط ِْن لَهُ ِو َع‬،‫الل‬
،‫اء‬ َ ‫ َي َر ُس‬:‫ت‬ ْ َ‫قَال‬
،‫اد أَ ْن يـَنـْتَ ِز َعهُ ِم ِّن‬
َ ‫ َوأ ََر‬،‫ َوإِ َّن أ ََبهُ طَلَّ َق ِن‬،‫اء‬
ِ ِ
ً ‫ َوح ْج ِري لَهُ ح َو‬،‫اء‬
ِ ِ
ً ‫َوثَ ْديي لَهُ س َق‬
»‫َح ُّق بِ ِه َما َلْ تـَْن ِك ِحي‬ ِ ِ َِّ ‫ول‬
َ ‫ «أَنْت أ‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ‫الل‬ ُ ‫ال َلَا َر ُس‬
َ ‫فـََق‬

“Dari ayahnya, dari kakeknya, Abdullah bin ‘Amr bahwa


seorang wanita berkata, “Wahai Rasulullah, anakku ini telah
tinggal diperutku, minum dari air susuku, dan merasa nyaman
dalam pangkuanku. Lalu ayahnya menceraikanku dan dia ingin
melepaskanya dariku.” Rasulullah berkata kepadanya, “Engkau
lebih berhak atas anak itu, selama engkau belum menikah lagi.”
(HR Abu Dawud.)

Biografi Abdullah bin ‘Amr


Ada yang mengatakan namanya adalah Al-Ash ketika
beliau masuk Islam. Nabi Muhammad mengubah nama beliau
menjadi Abdullah. Beliau adalah sosok mujahid yang tangguh,
tinggi, gemuk, dan berwajah kemerah-merahan dan putih rambut
dan jenggotnya. Beliau adalah sahabat Rasulullah demikian pula
bapaknya. Bahkan beliau lebih dahulu masuk Islam sebelum
ayahnya. Beliau wafat pada malam hari di usianya yang ke-
72 tahun bertepatan dengan tahun 65/63 H dan dimakamkan
diruahnya sendiri, karena terjadinya kerusuhan di waktu itu. Di
antara keistimewaan beliau adalah, beliau sebaik-baik ahlul bait.
Dan ketika berada di rumah Rasulullah, Rasul bertanya: tahukah
kamu siapa bersama di rumah?, kami berkata siapa Rasulullah?

HADIS KELUARGA 69
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Beliau menjawab Jibril, kami berkata Assalamualaika Ya Jibril
Warahmatullah. Kemudian Rasulullah bersabda: sesungguhnya
Jibril telah menjawab salam kamu. (HR Thabrani)
4) ISTRI TIDAK BOLEH DITALAK PADA SAAT HAID

َِّ ‫ عن عب ِد‬،‫ عن َنفِ ٍع‬،‫ك‬ ِ َِّ ‫اعيل بن عب ِد‬ ِ


‫الل بْ ِن‬ َْ ْ َ ْ َ ٌ ‫ َح َّدثَِن َمال‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫الل‬ ْ َ ُ ْ ُ َ‫َح َّدثـَنَا إِ ْس‬
َِّ ‫ول‬ ِ ‫ َعلَى َع ْه ِد ر ُس‬،‫ض‬ ِ ِ ‫عُمر ر‬
‫صلَّى‬ َ ‫الل‬ َ ٌ ِ‫ أَنَّهُ طَلَّ َق ْام َرأَتَهُ َوه َي َحائ‬:‫اللُ َعنـْ ُه َما‬
َّ ‫ض َي‬ َ ََ
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن‬ َِّ ‫ول‬ ِ َّ‫ فَسأ ََل عُ َمر بْ ُن اخلَط‬،‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّم‬
َ ‫الل‬ َ ‫اب َر ُس‬ ُ َ َ
‫ ُثَّ لِيُ ْم ِس ْك َها‬،‫اج ْع َها‬
ِ ‫ «مرهُ فـ ْليـر‬:‫الل صلَّى هللا َعلَْي ِه وسلَّم‬ ِ ُ ‫ال رس‬ َ ِ‫َذل‬
َُ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َّ ‫ول‬ ُ َ َ ‫ فـََق‬،‫ك‬
‫اء طَلَّ َق قـَْب َل أَ ْن‬
َ ‫ َوإِ ْن َش‬،‫ك بـَْع ُد‬َ‫س‬ َ ‫ ُثَّ إِ ْن َش‬،‫يض ُثَّ تَط ُْه َر‬
َ ‫اء أ َْم‬ َ ‫ ُثَّ َِت‬،‫َح َّت تَط ُْه َر‬
ِ َّ َّ ‫الع َّدةُ الَِّت أ ََم َر‬ ِ ‫ْك‬ َ ‫ فَتِل‬،‫س‬
َ ّ‫اللُ أَ ْن تُطَل َق َلَا الن‬
ُ‫ساء‬ َّ َ‫َي‬
“Dari Ibnu Umar ra. Bahwa ia mentalak istrinya dalam keadaan haid
pada masa Rasulullah saw. Kemudian Umar ra. Bertanya kepada
Rasulullah saw. Mengenai hal itu, beliau menjawab “perintahlah
ia sehingga merujuknya kemudian mempertahankannya hingga
suci haid kemudian mempertahankannya jika ia menghendaki
setelah itu dan mentalaknya jika menghendaki sebelum
menyentuhnya. Waktu iddah itu merupakan perintah Allah
berkenaan menceraikan istri pada waktu tersebut.” (HR. Bukhari
Muslim)

Penjelasan
Talak yang dilakukan saat haid akan menyakiti istrinya
karena lamanya masa iddah dan apabila mentalak saat suci setelah
adanya hubungan badan pada bulan tersebut maka tidak diketahui
adanya kehamilan sehingga akan timbul penyesalan atas perpisahan
dengan adanya anak.
Perempuan yang tertalak ada 2 macam:
1. Sunnah (talak yang boleh), yakni perceraian pada saat kondisi
suci yang tidak ada hubungan badan.
2. Bid’ah (talak yang haram), yakni mentalak wanita yang sedang
haid atau dalam keadaan suci yang disitu ada hubungan badan.

70
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Talak ada hukum lain:
1. Wajib, seperti orang yang sumpah Ila’
2. Sunnah, seperti mentalak wanita yang buruk perangainya.
3. Makruh, seperti mentalak wanita yang istikomah kepribadiannya.
4. Haram, sebagaimana talak bid’ah.

G. KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Bahwa jatuhnya talak berada di tangan laki-laki.
2. Talak yang dilakukan saat haid akan menyakiti istrinya karena
lamanya masa iddah dan apabila mentalak saat suci setelah adanya
hubungan badan pada bulan tersebut maka tidak diketahui adanya
kehamilan sehingga akan timbul penyesalan atas perpisahan
dengan adanya anak.
3. Perempuan yang di talak selama masih dalam masa iddah, ia
masih diberi nafkah.
4. Hak pengasuhan anak akan jatuh ke tangan ibunya jika anak
tersebut belum mencapai usia tamyiz, dan apabila telah mencapai
usia tamyiz ia berhak memilih.

HADIS KELUARGA 71
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
72
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
‘IDDAH DAN IHDAD

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang memeberikan rahmat kepada kaum
muslim, mengangkat derajat perempuan pada posisi yang tinggi. Semua
penganut islam, baik laki-laki maupun perempuan memiliki porsi yang
sama dalam melakukan semua kegiatan yang bisa membuatnya lebih
beriman dan berbuat baik.
Segala hal telah diatur dengan sedemikian matang dalam islam,
Salah satunya adalah permasalahan rumah tangga yang mengakibatkan
harus berpisahnya pasangan suami istri. Ketika seorang istri diberi talak
oleh suaminya, ia memiliki batasan penangguhan waktu yang disebut
dengan iddah. Dimana selama masa iddah itu istri tidak diizinkan
untuk langsung menikah lagi dengan pria lain. Dan untuk istri yang
ditinggal mati oleh suaminya, selain menjalani masa iddah ia juga wajib
melaksanakan ihdad (masa berkabung).
Syari’at telah mengatur secara spesifik apa saja hak dan kewajiban
seorang istri yang sedang menjalankan masa iddah dan ihdad.
Dalam makalah hadis keluarga ini, insyaallah akan kami paparkan
hadis-hadis dan hal- hal yang berhubungan dengan iddah dan ihdad.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.

B. PEMBAHASAN
1. ‘IDDAH
a. Definisi ‘Iddah
Menurut bahasa kata ‘Iddah adalah berasal dari kata al-
‘adad. Sedangkan kata al-‘adad merupakan bentuk masdar dari
kata kerja ‘adda-ya’uddu yang berarti menghitung. Kata ini
digunakan, karena pada masa itu perempuan yang beriddah
menunggu berlakunya waktu.

HADIS KELUARGA 73
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Sedangkan pengertian ‘iddah menurut istilah, para ulama
memberikan pengertian yang beragam, seperti Muhammad al-
Jaziri memberikan pengertian bahwa ‘iddah merupakan masa
tunggu seorang perempuan yang tidak hanya didasarkan pada
masa haid atau sucinya tetapi kadang-kadang juga didasarkan
pada bilangan bulan atau dengan melahirkan dan selama masa
tersebut seorang perempuan dilarang untuk menikah dengan
laki-laki. Sayyid Sabiq berpendapat bahwa ‘iddah merupakan
sebuah nama bagi masa lamanya seorang istri menunggu dan tidak
boleh menikah setelah kemtian suaminya atau setelah berpisah
dari suaminya. Sedangkan Abu Yahya Zakaria memberikan
definisi ‘Iddah sebagai masa tunggu seorang perempuan untuk
mengetahui kesucian rahim atau untuk ta’abbud (beribadah) atau
untuk tafajju’ (bela sungkawa) terhadap suaminya.
Dari definisi di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa pada
masa ‘iddah yang ditetapkan bagi perempuan setelah kematian
suami atau putus perkawinan, selama masaa tersebut perempuan
(istri) dilarang menikah dengan laki-laki lain.60
b. Landasan Hukum ‘Iddah

‫اللئِي‬َّ ‫سائِ ُك ْم إِ ِن ْارتـَبـْتُ ْم فَ ِع َّدتـُُه َّن ثََلثَةُ أَ ْش ُه ٍر َو‬ ِ ِ ِ ‫اللئِي يئِسن ِمن الْم ِح‬
َ ‫يض م ْن ن‬ َ َ َ ْ َ َّ ‫َو‬
‫اللَ َْي َع ْل لَهُ ِم ْن‬
َّ ‫ض ْع َن َحْلَ ُه َّن َوَم ْن يـَت َِّق‬ َ َ‫َجلُ ُه َّن أَ ْن ي‬ ِ َ‫َح‬
َ ‫ال أ‬ ْ ‫ت ْال‬
ُ ‫ُول‬
َ ‫ض َن َوأ‬ ْ ‫َلْ َِي‬
‫أ َْم ِرِه يُ ْس ًرا‬
“Perempuan- perempuan yang tidak haid lagi (menopouse)
di antara istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
‘Iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu
(pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan
yang hamil, waktu iddah mereka ialah sampai melahirkan
kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah,
niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
(QS. Ath- Thalaq: 4)”
60 Ahmad Fahru, Iddah dan Ihdad Wanita Karier (Persfektif Hukum Islam dan
Hukum Positif),Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 23-24

74
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
c. Macam-macam ‘Iddah
Secara umum pembagian ‘iddah adalah sebagai berikut:
1. ‘Iddah wanita hamil adalah sampai melahirkan anak yang
dikandungnya, baik cerai mati maupun cerai hidup.
Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala,

‫اللَ َْي َع ْل لَهُ ِم ْن‬


َّ ‫ض ْع َن َحْلَ ُه َّن َوَم ْن يـَت َِّق‬
َ َ‫َجلُ ُه َّن أَ ْن ي‬ ِ َ‫َح‬
َ ‫ال أ‬ ْ ‫ت ْال‬
ُ ‫ُول‬ َ ‫وأ‬...
َ
‫أ َْم ِرِه يُ ْس ًرا‬
«…Dan perempuan yang hamil, waktu iddah mereka ialah
sampai melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath- Thalaq: 4)”

‫ت َس ْع ِد بْ ِن َخ ْولَةَ َو ُه َو ِف بَِن َع ِام ِر‬ َ ْ‫ت َت‬ ْ َ‫ أَنـََّها َكان‬:‫عن ُسبـَيـَْعةَ االسلمية‬
،‫ف َعنـَْها ِف َح َّج ِة ال َْو َد ِاع َو ِه َي َح ِام ٌل‬ ِ
َِّ‫ فـَتـُُو‬،‫ َوَكا َن مَّ ْن َش ِه َد بَ ْد ًرا‬،‫ي‬ ٍّ ‫بْ ِن لَُؤ‬
ِ ‫ت ِمن نَِف‬ ِِ
‫ت‬ ْ َ‫ َتَ َّمل‬،‫اس َها‬ ْ ْ َّ‫ فـَلَ َّما تـََعل‬،‫ت َحْلَ َها بـَْع َد َوفَاته‬ ْ ‫ض َع‬َ ‫ب أَ ْن َو‬ ْ ‫ش‬ َ ‫فـَلَ ْم تـَْن‬
‫ َر ُج ٌل ِم ْن بَِن َع ْب ِد‬- ‫ك‬ ٍ ‫السنَابِ ِل بْن بـ ْع َك‬
َ ُ َّ ‫ فَ َد َخ َل َعلَيـَْها أَبُو‬،‫اب‬ ِ َّ‫لِ ْل ُخط‬
ِ ‫ و‬،‫ك‬ ِ ِ َ ‫ك تـرِج‬ ِ ِ ِ
،‫هللا‬ َ َّ‫ إِن‬،‫اح‬ َ ‫ني النّ َك‬ َْ َّ‫ َما ِل أ ََراك ُمتَ َج ّملَةً؟ لَ َعل‬:‫ال َلَا‬ َ ‫ فـََق‬- ‫الدا ِر‬ َّ
‫ فـَلَ َّما‬:ُ‫ت ُسبـَيـَْعة‬ ْ َ‫ قَال‬،‫ك أ َْربـََعةُ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْش ٌر‬ ِ ‫ت بِنَاكِ ٍح ح َّت َتَُّر َعلَْي‬ ِ ْ‫ما أَن‬
َ َ
‫صلَّى‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ال ِل َذل‬
َ ‫ول هللا‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ فَأَتـَْي‬،‫ت‬ ُ ‫س ْي‬َ ‫ني أ َْم‬َ ‫ت َعلَ َّي ثيَ ِاب ح‬ ُ ‫ َجَ ْع‬،‫ك‬ َ َ‫ق‬
‫ت‬ُ ‫ض ْع‬ َ ‫ني َو‬ ِ ُ ‫ «فَأَفـت ِان ِبَِن قَ ْد حلَل‬،‫ك‬ َ ِ‫سأَلْتُهُ َع ْن َذل‬ َّ ِ
َ ‫ْت ح‬ َ ّ َْ َ َ‫ ف‬،‫هللاُ َعلَْيه َو َسل َم‬
‫ْسا أَ ْن‬ ً ‫ «فَ َل أ ََرى َب‬:‫اب‬ ٍ ‫ال ابْ ُن ِش َه‬ َ َ‫ ق‬،»‫ َوأ ََم َرِن ِبلتـََّزُّو ِج إِ ْن بَ َدا ِل‬،‫َحْلِي‬
‫ غَيـَْر أَنَّهُ َل يـَْق َربـَُها َزْو ُج َها َح َّت‬،‫ت ِف َد ِم َها‬ ْ َ‫ َوإِ ْن َكان‬،‫ت‬ ْ ‫ض َع‬ َ ‫ني َو‬ ِ
َ ‫تـَتـََزَّو َج ح‬
61
)‫تَط ُْه َر») رواه مسلم‬

61 Muslim bin Hajjaj Abu al- Hasan al-Qusyairy an-Naisabury, al-Musnad ash-
Shahîh al-Mukhtashar bi naqli al-‘Adli ‘an al-‘Adli ilâ Rasûlillâh Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam, (Beirut: Dâr Ihyâ at-Turâts al- ‘Araby.

HADIS KELUARGA 75
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dari Subai’ah al- Aslamiyyah bahwa ia pernah menjadi isteri
Sa’ad bin Khaulah dari Bani ‘Amir bin Lu`ay dan dia termasuk
dalam pasukan yang ikut perang Badar. Kemudian suaminya
meninggal dunia pada waktu haji Wada’ sementara dia
sedang hamil. Tidak begitu lama stelah suaminya meninggal,
dia melahirkan. Setelah bersih dari nifas, dia mulai berhias
untuk orang-orang yang melamarnya. Kemudian Abu as-
Sanabil bin Ba’kak, seorang laki-laki dari Bani Abdu ad- Dar.
Ia berkata kepada Subai’ah, “Aku melihatmu berdandan,
barangkali berharap akan menikah lagi? Demi Allah, kamu
tidak boleh menikah lagi hingga kamu melewati masa
empat bulan sepuluh hari.” Subai’ah berkata, “tatkala dia
menyampaikan hal itu padaku, maka aku segera mengemas
pakaianku, lalu pada sore hari aku menemui Rasulullah
lalu aku menanyakan hal itu kepada beliau. Maka beliau
menyampaikan fatwa kepadaku, “bahwa sesungguhnya aku
telah boleh menikah lagi ketika aku sudah melahirkan dan
beliau menyuruhku agar menikah lagi bila aku berminat.”
Ibnu Syihab berkata: “ Aku tidak melihat satu kesalahan
seorang perempuan menikah lagi ketika melahirkan
walaupun dia masih mengeluarkan darah nifasnya. Hanya
saja suaminya tidak boleh mendekatinya hingga dia suci.”
Biografi Sahabat:
Subai’ah al- Aslamiyah dikisahkan pernah menjadi istri
dari sahabat Sa’ad bin Khaulah. Sa’ad merupakan sahabat
dari golongan Muhajirin, lalu meninggal di Mekkah pada
waktu Haji Wada’, maka Rasulullah memuliakannya.
Syarah Hadits
Terdapat beberapa keterangan pada beberapa riwayat,
bahwasanya satu bulan setelah suaminya meninggal ia
melahirkan. Tatkala ia suci dari nifasnya, ia mulai berhias
untuk orang- orang yang akan melamarnya. Ia memahami
bahwa firman Allah, “…Dan perempuan yang hamil, waktu
iddah mereka ialah sampai melahirkan kandungannya.”ath-
Thalaq: 4) ini umum untuk setiap perempuan yang menjalani
masa ‘iddah, tapi ia belum benar-benar meyakininya. Lalu

76
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
datanglah Abu as- Sanabil bin Ba’kak dengan pendapatnya
yang meyakini bahwa maksud firman Allah, “dan orang-
orang yang mati di antara kamu serta meninggalkan istri-
istri hendaklah mereka ( para istri) menunggu empat bulan
sepuluh hari.”( al- Baqarah: 234) adalah umum bagi setiap
istri yang ditinggal suaminya, baik dalam keadaan hamil
atau tidak. Dan tatkala Abu as-Sanabil bersumpah demikian,
makin membuat Subai’ah ragu;lalu ia bergegas memastikan
pada Nabi dan ternyata apa yang ia yakini adalah benar.62
Dari hadits ini dapat kita ambil pelajaran bahwa
keumuman firman Allah yang tertera dalam surat ath-Thalaq
ayat 4 lebih didahulukan daripada keumuman firman-Nya
dalam surat al-Baqarah ayat 234, ini keumuman berikutnya
dan dikhususkan dengannya.
Al- Hadawiyah dan beberapa Ulama lain menyebutkan,
bahwa wanita yang hamil itu dapat mengakhiri masa
‘iddahnya dengan dua batas waktu, baik dengan melahirkan
kandungannya jika masa itu kurang dari empat bulan
sepuluh hari, atau tetap dengan ‘iddah normal, yaitu empat
bulan sepuluh hari jika waktu melahirkan lebih dari waktu
tersebut.63
Dalam kitab Syarah Muslim, Imam Nawawi menyebutkan,
para Ulama dari kalangan kami mengatakan, baik ia
mengandung seorang anak atau lebih, baik lahir dalam
keadaan sempurna atau tidak, maka iddahnya tetap sampai
melahirkan.64

62 Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Syarah Umdatul Ahkam, penerjemah:


Suharlan dan Suratman, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2016), h. 769-770
63 Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, penerjemah: M. Abdul Ghoffar, (Jakarta:
Pustaka al-KAutsar, 2001), h. 355
64 Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, penerjemah: M. Abdul Ghoffar, (Jakarta:
Pustaka al-KAutsar, 2001), h. 356

HADIS KELUARGA 77
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
2. ‘Iddah seorang istri yang masih mengalami haid yaitu tiga kali
quru’.

ٍ ‫ات يـتـربَّصن ِبَنـ ُف ِس ِه َّن ثََلثَةَ قـر‬


‫وء‬ ُُ ْ َ ْ ََ َ ُ ‫َوال ُْمطَلَّ َق‬
“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri
mereka (menunggu) tiga kali quru`.”

:‫ض‬ٍ َ‫ث ِحي‬ َ َ‫ت ِع ْن َدهُ ثَال‬ ْ ‫ض‬ ِ ‫ « فِيمن تـزَّوج ِف‬:‫ال إِبـر ِاهيم‬
َ ‫ فَ َحا‬،‫الع َّد ِة‬ َ ََ ْ َ ُ َْ َ َ‫َوق‬
،‫ب‬ ِ َ :‫ي‬ ُّ ‫الزْه ِر‬ َ َ‫ب بِ ِه لِ َم ْن بـَْع َدهُ « َوق‬ ِ ِ ِ ْ َ‫بن‬
ُ ‫«تْتَس‬ ُّ ‫ال‬ ُ ‫ َوالَ َتْتَس‬،‫ت م َن األ ََّول‬ َ
ِ ‫ أَقـرأ‬:‫ال‬ ُّ ‫ب إِ َل ُس ْفيَا َن» يـَْع ِن قـَْو َل‬
‫َت‬ َْ ُ ‫ « يـَُق‬:‫ال َم ْع َم ٌر‬ َ َ‫ي « َوق‬ ِّ ‫الزْه ِر‬ ُّ ‫َح‬
َ ‫َو َه َذا أ‬
‫سلًى‬ ِ ْ ‫ َما قـَرأ‬:‫ال‬ ُ ‫ َويـَُق‬،‫َت إِ َذا َد َن طُ ْه ُرَها‬ ُ ‫املَْرأَةُ إِ َذا َد َن َح ْي‬
ْ ‫ َوأَقـَْرأ‬،‫ض َها‬
َ ‫َت ب‬ َ
65
)‫ إِ َذا َلْ َتْ َم ْع َولَ ًدا ِف بَطْنِ َها « (رواه البخاري‬،‫ط‬ ُّ َ‫ق‬
“Mengenai seorang wanita yang menikah dalam masa ‘iddah
(lalu diceraikan lagi), kemudian dia haid tiga kali, Ibrahim
berkata, “Dia harus sudah berpisah dengan suaminya yang
pertama, dan ‘iddahnya itu tidak dihitung bagi suaminya
yang kedua (dia harus beriddah lagi untuk suami yang
kedua).” Az-Zuhri berkata: “Bahkan sebaliknya, iddahnya itu
adalah ‘iddah untuk suami yang kedua.” Pendapat ini lebih
disukai Sufyan. Ma’mar berkata, “Lafaz aqra`atil mar`atu bisa
bermakna haid dan bisa pula bermakna suci. Dikatakan juga,
“Lafaz ma qara`at bisalan qath artinya: seorang perempuan
yang belum pernah hamil.”
Biografi Sahabat
Ibrahim an-Nakha’iy bernama lengkap Abu Imran Ibrahim
bin Yazid bin Qais an-Nakhaiy al- Kufy (w. 96 H). Beliau
merupakan seorang ulama fiqh di Kufah dan seorang tabi’in
yang mulia. Beliau memiliki kedudukan tinggi dalam bidang
hadits dan dalam bidang ilmu riwayat. Para ulama sepakat
bahwa ia adalah seorang yang tsiqah dan seorang ahli di

65 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al- Ja’fy, al-Jâmi’ al-Musnad
ash-Shahîh al-Mukhtashar min Umûri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wa
sunanihi wa ayyâmih, (Dâr Thauq an-Najâh, 1422 H).

78
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bidang fiqh.

Penjelasan:
Para ulama madzhab memiliki dua pendapat mengenai
makna quru’. Imam Syafi’I berpendapat bahwa quru’ disini
adalah masa suci. Beliau mengambil riwayat dari Ibnu Umar,
Zaid, Aisyah ra, Malik, Rabi’ah, dan Ahmad.
Sedangkan Ali ra, Umar ra, dan Ibnu Mas’ud ra berpendapat
bahwa quru’ adalah haid. Ini yang diambil oleh Imam Abu
Hanifah, Imam Tsauriy, Imam al-Auza’I, Ibnu Abi Laila, Ibnu
Syubrumah, dan Ishaq.
Dari perbedaan ini dapat kita ketahui bahwa batas masa
‘iddah menurut Imam Syafi’I lebih singkat jika dibandingkan
qaul Imam Hanafi. Artinya, jika si istri ditalak dalam keadaan
suci, maka sisa masa sucinya dihitung sebagai satu quru’. Jika
haid yang ketiganya datang, maka selesailah masa ‘iddahnya.
Untuk madzhab Hanafi, istri yang ditalak selesai menjalani
masa iddah ketika datang periode haid yang keempat.66
3. ‘Iddah seorang istri yang telah menopause

‫اللئِي قـََع ْد َن َع ِن‬ ْ ‫ض َن أ َْو الَ َِي‬


َّ ‫ َو‬،‫ض َن‬ ِ َ‫ال ُم‬
ْ ‫ « إِ ْن َلْ تـَْعلَ ُموا َِي‬:‫اه ٌد‬ َ َ‫ق‬
« ]4 :‫ {فَ ِع َّدتـُُه َّن ثَالَثَةُ أَ ْش ُه ٍر} [الطالق‬:‫ض َن‬
ْ ‫اللئِي َلْ َِي‬ ِ ‫املَ ِح‬
َّ ‫ َو‬،‫يض‬

Mujahid berkata, “Jika kalian tidak mengetahui apakah


mereka haid atau tidak, serta perempuan-perempuan yang
sudah tidak haid lagi (menopause), maka iddah mereka
adalah tiga bulan.” (HR. al-Bukhari)
Biografi Sahabat:
Hadits ini diriwayatkan oleh seorang tabi’in yang bernama
Mujahid bin Jabr tau terkenal dengan sebutan Abu al-
Hajjaj. Ia adalah Syekhnya para Qurra` dan Mufassirin.
66 Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husain at Taimy ar-
Razi, Mafatih al—GhaibJuz 6, (Beirut: Dar Ihya at- Turats al- Araby, 1420 H), h. 435

HADIS KELUARGA 79
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Mujahid mengambil banyak periwayatan dari Ibnu Abbas
dan meriwayatkannya dengan sangat baik. Dari Ibnu Abbas
pula, ia mempelajari Al- Qur’an, tafsir dan fikih.67Ia wafat di
Mekah pada tahun 103 H dalam usia 83 tahun. Ada juga yang
mengatakan ia wafat pada 102 H.68
Syarah Hadis
Apabila perempuan (istri) merdeka dalam keadaan tidak
hamil dan telah dicampuri sedangkan dia tidak mengalami
haid karena sebab apapun baik karena dia masih belum
dewasa atau telah menopause yaitu sekitar 55 tahun atau
telah mencapai umur 15 tahun dan belum haid kemudian
putus perkawinan dengan suaminya karena talak, maka
iddahnya adalah tiga bulan penuh.69
4. ‘Iddah istri yang ditinggal mati oleh suaminya

‫ص َن ِبَنـُْف ِس ِه َّن أ َْربـََعةَ أَ ْش ُه ٍر‬ ِ ِ َّ


ً ‫ين يـُتـََوفـَّْو َن م ْن ُك ْم َويَ َذ ُرو َن أَ ْزَو‬
ْ َّ‫اجا يـَتـََرب‬ َ ‫َوالذ‬
)234 :‫َو َع ْش ًرا (البقرة‬
ِ ٍ ‫ت جح‬
‫ت‬ ْ ‫ فَ َد َع‬،‫وها‬ َ ‫ف أَ ُخ‬َِّ‫ني تـُُو‬َ ‫ ح‬،‫ش‬ ْ َ ِ ‫ب بِْن‬ َ َ‫ْت َعلَى َزيـْن‬ ُ ‫ فَ َد َخل‬،‫ب‬ ُ َ‫ت َزيـْن‬ْ َ‫قَال‬
ِ ِ ّ‫الل ما ِل ِبل ِط‬ ِ ْ َ‫ ُثَّ قَال‬،ُ‫ت ِم ْنه‬ ٍ ‫بِ ِط‬
‫َن‬ ِّ‫ غَيـَْر أ‬،‫اج ٍة‬ َ ‫يب م ْن َح‬ َ َّ ‫ أ ََما َو‬:‫ت‬ ْ ‫س‬ َّ ‫يب فَ َم‬
‫ «الَ َِي ُّل ِل ْم َرأ ٍَة‬:‫ول َعلَى املِنـَِْب‬ ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يـَُق‬ َِّ ‫ول‬ ُ ‫َِس ْع‬
َ ‫الل‬ َ ‫ت َر ُس‬
ٍ َ‫ث لَي‬ ِ َ‫ت فـو َق ثَال‬ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ إَِّل َعلَى َزْو ٍج‬،‫ال‬ َْ ِّ‫تـُْؤم ُن ِب َّلل َواليـَْوم اآلخ ِر أَ ْن ُت َّد َعلَى َمي‬
70
»‫أ َْربـََعةَ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْش ًرا‬

67 Abdul Mun’im al-Hasyimi, Kisah Para Tabi’in, (Jakarta: Ummul Qura, 2015),
Cetakan I, h. 576
68 Abdul Mun’im al-Hasyimi, Kisah Para Tabi’in, (Jakarta: Ummul Qura, 2015),
Cetakan I, h. 580
69 Ahmad Fahru, Iddah dan Ihdad Wanita Karier (Persfektif Hukum Islam dan
Hukum Positif), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 26
70 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al- Ja’fy, al-Jâmi’ al-Musnad
ash-Shahîh al-Mukhtashar min Umûri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wa
sunanihi wa ayyâmih, (Dâr Thauq an-Najâh, 1422 H).

80
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Zainab berkata, “Lalu aku masuk menemui Zainab binti
Jahsy ketika saudaranya meninggal dia meminta wewangian
lalu memakainya. Dia lantas berkata, ‘Demi Allah, aku tidak
butuh wewangian, teta[I aku pernah mendengar Rasul
bersabda di atas mimbar, ‘Tidak halal bagi seorang wanita
yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan
ihdad lebih dari tiga hari, kecuali saat suaminya meninggal,
dia melakukan ihdad selama empat bulan sepuluh hari.
Biografi Sahabat:
Hadits ini diriwayatkan oleh Zainab binti Abi Salamah
al- Makhzumiyah. Ia adalah seorang wanita yang menguasai
hadits dan fiqh. Bahkan termasuk salah seorang yang
menguasai fiqh pada zamannya di Madinah.
Dia meriwayatkan sekitar tujuh hadits Rasulullah.
Beberapa orang juga meriwayatkan hadits darinya, seperti
Abu Ubaidah bin Abdullah bin Zam’ah, Muhammad bin Atha,
Urak bin Malik, Hamid bin Nafi’, Urwah bin Zubair, Abu
Salamah bin Abdurrahman, dan Zainal Abidin Ali bin Husein.
Zainab meninggal pada tahun 73 Hijriyah.71
Syarah Hadits
Dalam hadits ini, Zainab binti Abi Salamah mengatakan
bahwa Zainab binti Jahsy ketika saudaranya meninggal,
dia wewangian lalu memakainya. Artinya dia tidak butuh
untuk berhias, karena tidak halal baginya menikah setelah
Rasulullah, seperti Ummaha al-Mukminin; karena mereka
adalah istri-istrinya di dunia dan di akhirat, oleh karena itu ia
menjelaskan faktor pendorong kenapa ia melakukan demikian,
maka ia berkata: “Demi Allah, aku tidak butuh wewangian,
tetapi aku pernah mendengar Rasul bersabda di atas mimbar,
‘Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah
dan hari akhir untuk melakukan ihdad lebih dari tiga hari,
71 amp/m.republika.co.id/amp_version/lp3fsv diakses pada minggu, 2 April
2017 pukul16:17 WIB

HADIS KELUARGA 81
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kecuali saat suaminya meninggal, dia melakukan ihdad
selama empat bulan sepuluh hari.”; artinya sesungguhnya
iman kepada Allah dan hari akhir adalah faktor agar ia tidak
berkabung lebih dari hari, hal ini umum baik terhadap ayah,
saudara laki-laki, anak atau yang lainnya. Adapun berkabung
selama tiga dimaafkan, karena memang musibah itu pasti
ada, namun dikecualikan jika yang meninggal adalah suami,
maka waajib bagi istri untuk berkabung selama empat bulan
sepuluh hari pada masa iddah.72
d. Larangan bagi wanita ‘iddah73
Beberapa yang dilarang dilakukan oleh wanita yang sedang
dalam masa ‘iddah adalah:
1. Menerima Khitbah
Wanita yang sedang dalam masa ‘iddah karena ditalak
maupun ditinggal mati suaminya tidak boleh menerima
lamaran dari seorang laki-laki. Kalaupun ada laki-laki yang
mempunyai keinginan untuk menikahinya, maka tidak boleh
disampaikan dengan ucapan secara terang-terangan, hanya
boleh disampaikan lewat bentuk sindiran. Hal ini dijelaskan
oleh firman Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah: 235.
2. Menikah
Kalau sekedar menerima lamaran saja diharamkan, maka
menikah lebih diharamkan. Pernikahan seorang wanita yang
dilakukan ketika masa ‘iddah belum selesai adalah pernikahan
yang haram, dan hukumnya tidak sah dalam syariat islam
3. Keluar rumah
Seorang wanita yang sedang dalam masa ‘iddah diwajibkan
‫( مالزمة السكن‬selalu berada di dalam rumah). Mengapa

72 Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Syarah Umdatul Ahkam, penerjemah:


Suharlan dan Suratman, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2016), h. 771
73 Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan; Pernikahan, (Jakarta: Rumah Fiqih
Indonesia, 2012) Cet. I, hlm. 349-352.

82
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
sang isteri yang sedang dalam masa ‘iddah harus berdiam
dirumah? Sebab, hal itu disamping lebih layak dengan
kondisi berkabungnya yang wajib, juga lebih menenangkan
hati keluarga suami yang meninggal dunia, dan lebih dapat
menjauhkan syubhat (kesamaran)74, kecuali ada udzur-udzur
yang secara syar’i memang telah diperbolehkan atau ada
hajat yang tidak mungkin ditinggalkan.
Sebagian ulama, diantaranya; Madzhab al-Malikiyah,
asy-Syafi’iyah dan al-Hanabilah serta ats-Tsuari, al-Auza’i,
al-Laits dan lainnya mengatakan bahwa bagi wanita yang
ditalak ba’in maka mereka diperbolehkan untuk keluar
rumah, setidaknya pada siang hari. Alasannya karena wanita
yang telah ditalak ba’in sudah tidak berhak lagi mendapatkan
nafkah dari mantan suaminya. Dan dalam keadaan itu dia
wajib mencari nafkah sendiri dengan kedua tangannya. Maka
tidak masuk akal bila wanita itu tidak boleh keluar rumah,
sementara tidak ada orang yang berkewajiban menafkahinya.
Hadis yang membolehkan:

ْ ‫ طُلِّ َق‬:‫ول‬ ِ ‫ أَنَّه َِسع جابِر بن عب ِد‬،‫الزبـ ِي‬


‫ت‬ ُ ‫هللا يـَُق‬ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ َْ ُّ ‫ أَ ْخبـََرِن أَبُو‬:‫ال ابْ ُن ُج َريْ ٍج‬ َ َ‫ق‬
‫صلَّى‬ َّ ِ‫ت الن‬ِ َ‫ فَأَت‬،‫ فـ َزجرَها رجل أَ ْن َتْرج‬،‫ت أَ ْن َتُ َّد َنْلَ َها‬ْ ‫اد‬ َ ‫ فَأ ََر‬،‫َخالَِت‬
َ ‫َّب‬ َُ ٌ ُ َ ََ َ
‫ أ َْو‬،‫ص َّدقِي‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫ فـََق‬،‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ َ‫سى أَ ْن ت‬ َ ‫ فَإنَّك َع‬،‫ «بـَلَى فَ ُج ّدي َنْلَك‬:‫ال‬
»‫تـَْف َعلِي َم ْع ُروفًا‬
Artinya:
Ibnu Juraij berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu
Zubair, bahwasanya ia mendengar Jabir bin Abdullah
berkata: “Saudara perempuanku telah dijatuhi talak, lalu ia
bermaksud untuk mencari kurma, lalu ada seorang laki-laki
yang melarangnya untuk keluar. Maka ia mendatangi Nabi,
dan bersabdalah Nabi;
74 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, terj. As’ad Yasin(Jakarta:
Gema Insani, 2013), Cet. Ke-10, hlm. 634-635

HADIS KELUARGA 83
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
»‫ أ َْو تـَْف َعلِي َم ْع ُروفًا‬،‫ص َّدقِي‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَإنَّك َع‬،‫«بـَلَى فَ ُج ّدي َنْلَك‬
َ َ‫سى أَ ْن ت‬
Dalam hal ini yang menjadi ‘illat atas kebolehannya adalah
karena wanita itu tidak ada yang memberinya nafkah untuk
menyambung hidup. Sedangkan bila ada yang memberin ya
nafkah, atau dia adalah wanita yang punya harta yang cukup
untuk menyambung hidup tanpa harus bekerja keluar rumah,
maka kebolehan keluar rumah itu tidak berlaku.
Dan menurut DR. Yusuf al-Qardhawi dalam Fatwa-
Fatwa Kontemporernya, jika ada keperluan, wanita yang
sedang menjalani masa ‘iddah boleh saja meninggalkan
rumah. Keperluan tersebut misalnya; berobat atau membeli
kebutuhan yang tidak ada orang lain yang membelikannya,
atau pergi ke tempat kerjanya sesuai dengan profesinya,
seperti guru, dokter, perawat atau lainnya.
Kalau ia dapat keluar memenuhi kebutuhannya pada
siang hari, maka ia tidak boleh keluar pada malam harinya.
Keluar malam dapat menimbulkan dugaan yang bukan-
bukan. Karena itu tidak diperbolehkan kecuali terpaksa
(darurat). Dia juga tidak boleh keluar untuk shalat di masjid
atau pergi haji meupun umrah, karena haji itu tidak akan
habis kesempatannya (artinya pada tahun depan masih ada),
sedangkan ‘iddah ada batas waktunya.75
4. Berhias
Seorang wanita yang sedang dalam masa ‘iddah dilarang
untuk berhias atau bercantik-cantik, dalam istilah fiqih
disebut dengan al-Ihdad atau al-Ihtidad. Diantara kategori
berhias itu antara lain:
a. Menggunakan perhiasan, seperti emas, perak atau sutera
75 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, terj. As’ad Yasin(Jakarta:
Gema Insani, 2013), Cet. Ke-10, hlm. 635

84
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
b. Menggunakan parfum atau wewangian
c. Menggunakan celak mata, namun sebagian ulama
memperbolehkan memakai celak mata untuk malam hari
karena darurat
d. Memakai pewarna kuku
e. Memakai pakaian yang berparfum atau dicelup dengan
warna-warna seperti merah dan kuning.

e. Hikmah disyari`atkannya ‘Iddah dan relevansinya dengan ilmu


pengetahuan dan teknologi modern
Setiap apa yang diajarkan, diperintahkan dan dilarang oleh
Allah pada hamba-Nya bukanlah sesuatu yang sia-sia melainkan
ada hikmah yang terkandung didalamnya, begitu pun dengan
disyari`atkannya `iddah bagi perempuan dalam ajaran Islam. Para
ulama mencoba mencarikan beberapa hikmah itu, antara lain:
1. Kepastian kosongnya rahim
Untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak pada isteri
yang dicerai. Untuk selanjutnya memelihara jika terdapat
bayi didalam kandungannya, agar menjadi jelas siapa ayah
dan bayi tersebut.
2. Pembersihan Rahim
Al-Qur`an mengisyaratkan tiga quru` bagi perempuan yang
masih ada kemungkinan hamil. Cara ini adalah cara alamiah
yang dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa membutuhkan
peralatan yang sulit dicari karena agama Islam diperuntukkan
bagi seluruh lapisan masyarakat sampai akhir masa,
itulah sebabnya iddah perempuan yang diceraikan dalam
keadaan hamil adalah hanya dengan melahirkan bayi yang
dikandungnya. Meskipun dalam penelitian teknologi modern
bahwa tidak akan terjadi dua kali pembuahan pada satu
rahim dalam satu kehamilan, tetapi Islam cukup bijaksana
dengan melarang perempuan yang sedang memelihara

HADIS KELUARGA 85
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bibit seorang laki-laki untuk mencampurinya dengan bibit
yang lain. Mungkin secara medis seorang perempuan yang
digauli oleh beberapa laki-laki dapat diketahui secara pasti
siapa pemilik bibit yang dikandungnya melalui tes DNA,
tetapi dari segi lain dapat mempengaruhi anak yang akan
dilahirkan, misalnya dari segi pendidikan dan psikologi, akan
merusak dan mengacaukan anak tersebut yang akhirnya
menimbulkan kekacauan dan kerusakan moral di tengah-
tengah masyarakat.76
3. Agungnya nilai sebuah pernikahan
Menegaskan betapa agungnya nilai sebuah perkawinan,
sehingga selepas dari suaminya, seorang wanita tidak bisa
begitu saja menikah lagi, kecuali setelah melewati masa
waktu tertentu.
4. Memberi kesempatan rujuk
Memberikan kesempatan kepada suami-isteri untuk kembali
kepada kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih
melihat adanya kebaikan didalam hal itu.
5. Menunaikan hak suami
Agar isteri yang diceraikan dapat ikut merasakan kesedihan
yang dialami keluarga suaminya dan juga anak-anak mereka
serta menepati permintaan suami. Hal ini jika `iddah tersebut
dikarenakan oleh kematian suami.77
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidak
dapat mengubah ketentuan panjang pendeknya masa iddah
yang telah ditetapkan serta dijelaskan Al-Qur`an dan Sunnah,
meskipun ada keyakinan bahwa Rahim perempuan yang dicerai
itu bersih dan di antara suami istri tidak mungkin rujuk kembali.
76 Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), Cet. I, hlm. 198
77 Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan; Pernikahan, hlm. 340

86
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dengan demikian, tampaknya masalah iddah dalam ajran Islam
ini adalah bersifat ta’abbudi, bukan ta’aqquli. Hal tersebut sesuai
dengan definisi yang dikemukakan oleh ulama Syafi’iyyah sebagai
berikut:

‫العدة هي مدة ترتبص فيها املرءة ملعرفة براءة رمحها أو للتعبد أو للتفجعها‬
.‫على زوج‬
«Iddah adalah suatu masa tenggang bagi perempuan untuk
mengetahui kebersihan rahimnya atau untuk ta’abbud, atau
untuk menyatakan duka citanya kepada suami.78»

2. IHDAD
A. Definisi Ihdad
Yang dimaksud dengan ihdad adalah perkabungan seorang
perempuan atas kematian suaminya. Lebih jelasnya ialah keadaan
seorang isteri yang dalam masa ‘iddah menjauhkan diri dari
lambang-lambang perhiasan dan keindahan, seperti bercelak,
memakai inai, lipstik, dan berbedak—yang biasanya dipakai
wanita berdandan untuk suaminya. Juga tidak memakai parfum
(wangi-wangian), perhiasan dan pakaian-pakaian yang mencolok
dan memikat.

B. Hadits Ihdad
1. Diriwayatkan dari Ummu Habibah dan Zainab binti Jahsy
yang keduanya adalah Ummu al-Mukminin r.a. bahwa
Rasulullah saw,. bersabda:

‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ‫َّب‬ ِ ِ
ِّ ِ‫ َزْو ِج الن‬،َ‫ْت َعلَى أ ُّم َحبيبَة‬ ُ ‫ َد َخل‬:‫ب‬ ُ َ‫ت َزيـْن‬ْ َ‫قَال‬
‫يب فِ ِيه‬ ٍ ‫ت أ ُُّم َحبِيبَةَ بِ ِط‬ ٍ ‫وها أَبُو ُس ْفيَا َن بْ ُن َح ْر‬ ِ
ْ ‫ فَ َد َع‬،‫ب‬ َِّ‫ني تـُُو‬
َ ُ‫ف أَب‬ َ‫ح‬
78 Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), Cet. I, hlm. 199

HADIS KELUARGA 87
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
َّ‫ ُث‬،‫ضيـَْها‬ َ ‫ت بِ َعا ِر‬
ْ ‫س‬َّ ‫ت ِم ْنهُ َجا ِريَةً ُثَّ َم‬ْ َ‫ فَ َد َهن‬،ُ‫ َخلُو ٌق أ َْو غَيـُْره‬،ٌ‫ص ْف َرة‬ ُ
َِّ ‫ول‬ ِ ِ ّ‫الل ما ِل ِبل ِط‬ ِ
‫صلَّى‬ َ ‫الل‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫َن َِس ْع‬ِّ‫اج ٍة غَيـَْر أ‬َ ‫يب م ْن َح‬ َ َّ ‫ َو‬:‫ت‬ ْ َ‫قَال‬
ِ ‫لل واليـوِم‬
‫اآلخ ِر أَ ْن ُِت َّد‬ ِ ِ ٍ ِ ِ ُ ‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يـَُق‬
َْ َ َّ ‫ «الَ َي ُّل ل ْم َرأَة تـُْؤم ُن ِب‬:‫ول‬
ٍ َ‫ث لَي‬ِ َ‫ت فـو َق ثَال‬ ٍ
‫ إَِّل َعلَى َزْو ٍج أ َْربـََعةَ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْش ًرا» (رواه‬،‫ال‬ َْ ِّ‫َعلَى َمي‬
)‫البخاري‬
Artinya: Zainab berkata, “Aku masuk menemui Ummu
Habibah—istri Nabi saw,.—ketika ayahnya, Abu Sufyan bin
Harb meninggal. Ummu Habibah lalu meminta wewangian
yang diolah dari bahan kunyit atau sejenisnya. Kemudian dia
memoleskan wewangian itu kepada pelayan perempuan serta
kepipinya sendiri. Dia berkata, ‘Demi Allah aku tidak butuh
wewangian, tetapi aku pernah mendengar rasulullah saw,.
bersabda; “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman
kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan ihdad lebih dari
tiga hari, kecuali saat suaminya meninggal, dia melakukan
ihdad selama empat bulan sepuluh hari.” (H.R al-Bukhari no.
5334)

Zainab Binti Jahsy


Nama lengkapnya adalah Zainab binti Jahsy bin Ri`ab al-
Asadiyyah (‫)زينب بنت جحش بن رئاب األسدية‬, lebih dikenal dengan
Zainab binti Jahsy. Lahir pada Tahun 33 Sebelum H/590, ia
sepupu dan istri dari Nabi Muhammad , termasuk Ummu
al-Mukminin. Ayahnya—Jahsyi, adalah sekutu bagi pembesar
Quraisy, Abdul Muthalib. Ibunya—Umaimah binti Abdul
Muthalibadalah bibi dari Nabi Muhammad . Ia masuk
Islam sejak lama, kemudian hijrah bersama Nabi Muhammad
ke Madinah, setelah itu menikah dengan Zaid bin Haritsah,
kemudian diceraikan oleh Zaid, turunlah ayat al-Qur’an
surat al-Ahzab mengenai pernikahan nabi Muhammad
dengan Zainab, maka menikahlah nabi dengannya. Awalnya
ia bernama Barrah, kemudian namanya diganti menjadi

88
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Zainab, dan karenanyalah turun ayat mengenai hijab. Ia
dikenal sebagai pribadi yang sering bersedekah. Ia merupakan
istri nabi yang paling pertama wafat setelah kematian nabi,
tepatnya pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab di tahun
20 H, pada usia 53 tahun dan dimakamkan di Jannatul Baqi.

Ummu Habibah
Nama lengkapnya ialah Ummu Habibah Ramlah binti Abi
Sufyan al-Umawiyyah al-Qurasyiyah al-Kinaniyyah (‫أم حبيبة‬
‫)رملة بنت أبي سفيان األموية القرشية الكنانية‬, lebih dikenal dengan
Ummu Habibah, Ramlah binti Abu Sufyan atau Ramlah
binti Abi Sufyan. Lahir pada tahun 35 Sebelum H/589, adalah
istri dari Nabi Muhammad , dan termasuk dari Ummu
al-Mukminin. Ibunya, Shafiyyah adalah bibi dari Khalifah
Utsman bin Affan. Bibinya: Ummu Jamil Urwa binti Harb, yang
disebutkan di al-Qur’an sebagai perempuan pembawa kayu
bakar. Saudaranya Muawiyah. Ia meriwayatkan hadis Nabi
Muhammad sebanyak 65 hadis. Wafat di Madinah pada
tahun 44 H pada masa kekhalifahan saudaranya, Muawiyah,
dan dimakamkan di Jannatul Baqi.79

2. Hadis terkait larangan bercelak, memakai wewangian,


pakaian untuk berhias bagi wanita yang berihdad pada masa
‘iddah dan rukhshah pemakaian wewangian ketika bersuci
dari haidh ihdadnya wanita pada masa jahiliah:

‫ث إَِّل‬ ٍ َ‫ت فـو َق ثَال‬ ٍ ِ


َْ ِّ‫ « ُكنَّا نـُنـَْهى أَ ْن ُن َّد َعلَى َمي‬:‫ت‬ ْ َ‫ قَال‬،َ‫َع ْن أُِّم َع ِطيَّة‬
ِ
‫س ثـَْوًب‬ َ َ‫ َوالَ نـَلْب‬،‫ب‬ َ َّ‫ َوالَ نَطَّي‬،‫ َوالَ نَ ْكتَح َل‬،‫ أ َْربـََعةَ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْش ًرا‬،‫َعلَى َزْو ٍج‬
‫ت إِ ْح َد َان‬ ِ ُّ ِ ِ
ْ َ‫سل‬ َ َ‫ إ َذا ا ْغت‬،‫ص لَنَا ع ْن َد الط ْه ِر‬ َ ‫ َوقَ ْد ُر ّخ‬،‫ب‬ ٍ‫ص‬ ْ ‫ب َع‬ َ ‫صبُوغًا إَِّل ثـَْو‬ ْ ‫َم‬
ِ ‫ ِف نـ ْب َذ ٍة ِمن ُكس‬،‫يض َها‬
»‫ َوُكنَّا نـُنـَْهى َع ِن اتِّبَ ِاع اجلَنَائِ ِز‬،‫ت أَظْ َفا ٍر‬ ِ ‫ِمن َِم‬
ْ ْ ُ ْ
79 https://id.wikipedia.org/wiki/Ramlah binti Abu Sufyan, diakses pada tanggal
02 April 2017, pukul 21:31

HADIS KELUARGA 89
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Ummu ‘Athiyyah berkata,“Kami dilarang melakukan
ihdad karena kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali
jika yang meninggal adalah suami, masa ihdadnya selama
empat bulan sepuluh hari. (selama masa itu), kami tidak
boleh bercelak, tidak boleh memakai wewangian, dan tidak
boleh memakai pakaian yang dicelup kecuali yang terbuat
dari ‘Ashab (kain yang benangnya dicelup terlebih dahulu
sebelum ditenun). Tetapi kami diberi rukhshah saat bersuci,
apabila seseorang dari kami mandi besar untuk bersuci dari
haidnya, dia dobolehkan menggunakan sedikit dupa. Kami
dilarang untuk mengiring jenazah.” (H.R al-Bukhari no. 5341)

‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫ت ْامرأَةٌ إِ َل ر ُس‬ ُ ‫ َو َِس ْع‬،‫ب‬


َ ‫الل‬ َ َ ْ ‫اء‬ َ ‫ َج‬:‫ول‬ ُ ‫ تـَُق‬،َ‫ت أ َُّم َسلَ َمة‬ ُ َ‫ت َزيـْن‬ ْ َ‫قَال‬
‫ َوقَ ِد‬،‫ف َعنـَْها َزْو ُج َها‬ ِ َِّ ‫ول‬ ْ َ‫ فـََقال‬،‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َِّ‫ إ َّن ابـْنَ ِت تـُُو‬،‫الل‬ َ ‫ َي َر ُس‬:‫ت‬
»َ‫ «ال‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ول‬ َ ‫ أَفـَتَ ْك ُحلُ َها؟ فـََق‬،‫ت َعيـْنـََها‬
َ ‫الل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ ْ ‫ا ْشتَ َك‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه‬ َِّ ‫ول‬ َ ِ‫ ُك َّل َذل‬،‫ي أ َْو ثَالَ ًث‬ ِ َْ‫َم َّرتـ‬
َ ‫الل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ «الَ» ُثَّ ق‬:‫ول‬ ُ ‫ك يـَُق‬
‫اهلِيَّ ِة تـَْرِمي‬
ِ ‫ت إِح َدا ُك َّن ِف اجل‬
َ
ِ
ْ ْ َ‫ َوقَ ْد َكان‬،‫ «إِ َّنَا ه َي أ َْربـََعةُ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْش ٌر‬:‫َو َسلَّ َم‬
)‫س احلَْو ِل» (رواه البخاري‬ ِ ْ‫ِبلْبـَْع َرِة َعلَى َرأ‬
Dari Ummu Salamah r.a., ia berkata; Ada seorang
perempuan datang kepada rasulullah saw,. sembari berkata;
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya puteriku ditinggal mati
oleh suaminya, sedangkan matanya sakit, apakah kami
boleh memakaikan celak untuknya?” Rasulullah menjawab,
‘tidak’ sebanyak dua atau tiga kali. Beliau terus mengatakan
‘tidak’. Kemudian beliau berkata, “Ihdad itu hanya selama
empat bulan sepuluh hari. Sementara pada masa jahiliah,
seorang dari kalian yang ditinggal mati oleh suaminya (baru
menyelesaikan iddahnya) setelah melempar kotoran pada
awal tahun.” (H.R al-Bukhari no. 5336)

Ummu Salamah
Ummu Salamah adalah seorang wanita jelita yang menjadi
isteri rasulullah setelah suaminya Abu Salamah wafat dalam
peperangan. Ummu Salamah mempunyai nama lengkap

90
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Hindun bintu Abi Umayyah bin Al-Mughirah bin ‘Abdillah
bin ‘Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah Al-
Qurasyiyyah Al-Makhzumiyyah. Sebelum menikah dengan
rasulullah pada bulan Syawal tahun keempat setelah hijrah,
ia dipinang oleh kedua sahabat mulia secara bergantian,
Abu Bakar dan Umar bin Khattab, namun keduanya ia tolak.
Ummu Salamah dan ‘A`isyah r.a adalah isteri-isteri rasul
yang banyak meriwayatkan hadits dibanding isteri lainnya. Ia
wafat pada tahun keenam puluh satu setelah hijrah.80

‫ت‬ ْ َ‫س احلَْو ِل؟ فـََقال‬ ِ ْ‫ َوَما تـَْرِمي ِبلْبـَْع َرِة َعلَى َرأ‬،‫ب‬ ِ ُ ‫ فـ ُقل‬:‫ال ُحي ٌد‬
َ َ‫ْت ل َزيـْن‬ َ َْ َ َ‫ق‬
ِ ً ‫ت ِح ْف‬ ِ ِ
‫ت َش َّر‬ ْ ‫س‬ َ ‫ َولَب‬،‫شا‬ ْ َ‫ َد َخل‬،‫ف َعنـَْها َزْو ُج َها‬ َِّ‫ « َكانَت املَْرأَةُ إ َذا تـُُو‬:‫ب‬ ُ َ‫َزيـْن‬
،‫ ِحَا ٍر أ َْو َش ٍاة أ َْو طَائِ ٍر‬،‫ ُثَّ تـُْؤتَى بِ َدابٍَّة‬،ٌ‫س ِطيبًا َح َّت َتَُّر ِبَا َسنَة‬ َّ َ‫ َوَلْ َت‬،‫ثِيَ ِابَا‬
‫ج فـَتـُْعطَى‬ ُ ‫ ُثَّ َتْ ُر‬،‫ات‬ َ ‫] إَِّل َم‬60:‫ش ْي ٍء [ص‬ َ ِ‫ض ب‬ ُّ َ‫ فـََقلَّ َما تـَْفت‬،‫ض بِ ِه‬ ُّ َ‫فـَتـَْفت‬
‫ك َما‬ ٌ ِ‫يب أ َْو غَ ِْيِه» ُسئِ َل َمال‬ ٍ ‫ت ِم ْن ِط‬ ْ ‫اء‬ ِ ِ
َ ‫ ُثَّ تـَُراج ُع بـَْع ُد َما َش‬،‫ فـَتـَْرمي‬،ً‫بـََع َرة‬
)‫س ُح بِ ِه ِج ْل َد َها» (رواه البخاري‬ َ َْ‫ «ت‬:‫ال‬ َ َ‫ض بِ ِه؟ ق‬ ُّ َ‫تـَْفت‬
Humaid berkata, “Aku bertanya kepada Zainab, ‘Apa
yang dimaksud dengan melempar kotoran hewan pada awal
tahun?’ Dia berkata, ‘Ketika seorang wanita ditinggal mati
oleh suaminya, dia akan memasuki gubuk dengan memakai
pakaiannya yang terjelek. Kemudian dia tidak memakai
wewangian selama setahun. Setelah satu tahun berlalu,
didatangkan keledai, kambing atau burung untuk mengusap
tubuhnya. Sangat jarang sekali hewan yang digunakan untuk
mengusap itu bisa bertahan hidup, biasanya ia mati. Wanita itu
lalu keluar dan diberi kotoran, lalu dia akan melemparkannya.
Setelah itu, baru dia boleh kembali memakai wewangian atau
yang lainnya.’ Malik ditanya ‘ Apa makna taftadhdhu bihi?’
Dia menjawab ‘Mengusap kulitnya dengan hewan tersebut’.
(H.R al-Bukhrari no. 5337).

80 http://bio.or.id/biografi-ummu-salamah/, diakses pada tanggal 02 April 2017,


pukul 21:31

HADIS KELUARGA 91
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Syarah Hadis
Perkataan dalam hadits “Janganlah seorang perempuan
berkabung karena kematian seseorang lebih dari tiga hari
melainkan karena ditinggal mati suaminya, yaitu selama
empat bulan sepuluh hari.” Yaitu pada masa ‘iddah, andaikata
seorang suami meninggal dan dia ghaib (tidak dirumah)
sementara si isteri tidak mengetahui kematiannya kecuali
setelah berlalunya masa iddah—dan masa ‘iddahnya telah
selesai—maka tidak ada ihdad untuknya karena sudah berlalu
masa ‘iddahnya.
Perkataan rasulullah yang melarang bercelak ketika
berihdad pada masa ‘iddah yaitu memakai al-itsmid (batu
bahan celak), celak hitam dan sebagainya yang termasuk
celak-celak untuk bersolek. Dalam hadits Ummu Salamah
rasulullah tetap melarang pemakaiannya meskipun
dibutuhkan—rasul tetap mengatakan ‘tidak’ sebanyak dua
atau tiga kali ketika seorang wanita menanyakan boleh atau
tidak memakaikan celak pada anak perempuannya yang
sedang dalam masa iddah dan mengalami sakit mata—artinya
perempuan itu menanyakan tidak hanya sekali dan rasul
pun tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Namun
ketika rasul melihat keberatan perempuan tersebut akan
hal ini, beliau bersabda “Sesungguhnyamasa berkabungnya
hanya empat bulan sepuluh hari.” Artinya sesungguhnya itu
adalah waktu yang sebentar, dan janganlah diperberat masa
penungguan yang sebentar tersebut.
Perkataan tentang tidak bolehnya memakai wewangian,
yaitu seluruh macam wangi-wangian, baik berupa cairan
atau yang ditumbuk, atau kayu bukhur atau yang lainnya.
Kemudian dikecualikan dari itu dengan sabda beliau yang
memperbolehkan memakai dupa atau semacam parfum ketika
bersuci dari haidnya, artinya dia menggunakannya pada

92
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
tempat (lubang) yang keluar agar bau yang tidak sedapnya
hilang. Hal ini diperbolehkan karena tidak termasuk kategori
berhias. Selain itu sama halnya dengan bercelak, memakai
wewangian tidak diperbolehkan meski dibutuhkan.
Perkataan “tidak boleh memakai pakaian yang dicelup
kecuali pakaian ‘ashb”—pakaian ‘ashb adalah macam pakaian
yang diimpor dari Yaman dan pakaian tersebut memang
dicelup sebelum ditenun. Maksud perkataan tersebut adalah
diharamkan pakaian yang dicelup untuk tujuan berhias,
adapun yang dicelup tapi untuk pekerjaan dan sejenisnya
maka tidak diharamkan, dan berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan zaman dan tempat. Larangan seperti ini dilihat
dari ‘illatnya (berhias dan berdandan dengannya).
Zainab mengatakan pada hadits diatas (hadits ketiga, poin
2 B), bahwa pada masa jahiliyah jika seorang wanita ditinggal
mati oleh suaminya, maka ia masuk kedalam sebuah gubug
kecil yang sempit dengan mengenakan pakaian yang paling
buruk dan tidak memakai wewangian baik yang cair atau
lainnya, dan tidak bebersih sehingga berlapis-lapis kotoran-
kotoran dan keringat padanya hingga berlalu satu tahun.
Dan dalam kodisi jelek seperti ini, didatangkan hewan-
hewan yang kemudian padanya digosokkan kotoran-kotoran
tersebut. Karena sangat bau, jarang sekali hewan-hewan
tersebut bisa bertahan hidup, melainkan mati. Kemudian
perempuan tersebut keluar dari gubugnya lalu diberi kotoran
hewan, ini isyarat bahwa apa yang ia lalui selama waktu
yang lama tersebut dalam keadaan yang menjijikkan seperti
itu jika dibandingkan dengan kematian suaminya, maka itu
lebih ringan disisinya. Kemudian setelah semua itu ia boleh
keluar dan memakai wewangian atau yang lainnya lagi sesuai
kehendaknya.81
81 Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Syarah Umdatul Ahkam, (Jakarta:

HADIS KELUARGA 93
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dari penjelasan dan dalil-dalil diatas, dapat ditarik
beberapa poin penting bahwa seseorang yang sedang dalam
masa ‘iddah karena ditinggal mati suaminya haruslah
berihdad.

Darussunnah Press, 2016), Cet. 3, hlm.774-777.

94
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
WANITA KARIER

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan berubahnya cara pandang masyarakat terhadap
peran dan posisi kaum perempuan di tengah-tengah masyarakat, maka
kini sudah banyak kaum perempuan yang berkarir. Jaminan untuk sukses
secara finansial, diakui eksistensi dan menyandang predikat mandiri
mengharuskan perempuan menjemput impian dengan belajar ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan pekerjaan yang prestise dan
mendapat posisi yang tinggi dalam dunia pekerjaan. Kaum perempuan
dapat bekerja dan berkarir di mana saja selagi ada kesempatan. Ada
yang berkarir dalam bidang hukum, bidang ekonomi, sosial budaya dan
pendidikan.
Dengan adanya kesempatan dan keleluasaan kepada kaum
perempuan untuk berkarir, hal ini nyaris menggeser kedudukan yang
didominasi kaum laki-laki. Segala jenis pekerjaan bisa ditempati oleh
para kaum hawa dari pekerjaan yang mengerahkan pemikiran sampai
pekerjaan yang mendahulukan otot. Disisi lain ada perempuan yang ingin
menjadi ibu rumah tangga tapi ketika masalah finansial menghadang
keberlangsungan hidup berumah tangga dan mengharuskan perempuan
ikut mengais rezeki dengan segala upaya menjadikan perempuan keluar
rumah dan bekerja.
Berdasarkan realitas tersebut, pada satu dimensi, kaum
perempuan pait berbangga karena kehidupan kaumnya sudah maju,
namun pada dimensi lain ada masalah yang sangat memperhatinkan dari
kemajuan tersebut, bukan saja dikalangan kaum perempuan, tetapi juga
dikalangan suami dan anak-anak sebagai anggota keluarga, terutama
bagi perempuan yang mementingkan karirnya dari pada keluarganya,
sehingga tugas utama sebagai ibu rumah tangga sering terlupakan, dan
akhirnya berdampak dengan perceraian yang dibenci oleh Allah. Di
dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit gambaran mengenai wanita

HADIS KELUARGA 95
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
karier dalam pandangan Islam yang disertai dengan berbagai hadis-hadis
Nabi saw dan solusi terhadap wanita karier agar ketika wanita  tersebut
memiliki keputusan akhir untuk tetap menjadi wanita karier maka akan
tetap memperdulikan keluarga.

B. PENGERTIAN WANITA KARIR


Dalam Kamus Bahasa Indonesia “wanita” berarti perempuan
dewasa. Sedangkan “karier” berarti wanita yang berkecimpung dalam
kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dsb).82 Karier adalah pekerjaan
yang memberikan harapan untuk maju. Oleh karena itu, karier selalu
dikaitkan dengan uang dan kuasa. Namun bagi sebagian yang lain,
masalah bukan tentu sekedar itu, karier juga merupakan karya yang
tidak dapat dipisahkan dengan panggilan hidup. Orang yang hidup
sesuai dengan panggilan hidupnya akan menikmati hidup yang bahagia.
Secara umum, definisi wanita karier mencakup karier sebagai suri rumah
sepenuh masa dan juga wanita yang mempunyai pekerjaan atau profesi
tertentu di luar rumah.83

C. MOTIVASI PEREMPUAN TERJUN KE DUNIA KARIER


Motivasi yang mendorong perempuan terjun ke dunia karier,
antara lain sebagai berikut84
1. Pendidikan. Pendidikan dapat melahirkan perempuan karier
dalam berbagai lapangan kerja.
2. Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan.
3. Umtuk alasan ekonomis.
4. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya
5. Untuk mengisi waktu luang.

82 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama), hlm. 372
83 N Muallamah, Gambaran Umum Tentang Wanita Karier,
84 Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 63

96
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
6. Untuk mencari ketenangan dan hiburan.
7. Untuk mengembangkan bakat.

D. DASAR HUKUM WANITA KARIER


Bekerja dalam pandangan Agama adalah keniscayaan.
Sebagaimana firman Allah swt:

ِ َ ‫الَّ ِذي َخلَ َق ال َْم ْو‬


.... ‫س ُن َع َم ًل‬ ْ ‫ت َوا ْلَيَاةَ ليـَبـْلُ َوُك ْم أَيُّ ُك ْم أ‬
َ ‫َح‬
Allah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu
(manusia), siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya, yakni
pekerjaannya (QS. Al-Mulk 67: [2])

Namun, tidak semua pekerjaan dibolehkan oleh agama. Bahkan


yang dibolehkan pun ada yang diperintahkan oleh agama yaitu amal
shaleh, yakni pekerjaan yang bermanfaat dunia akhirat atau pekerjaan
yang memenuhi nilai-nilai yan diamanatkan agama.85
Dalam surat An-Nahl ayat 97 dijelaskan secara terang benderang
tentang keleluasaan kepada laki-laki dan perempuan untuk aktif dalam
berbagai kegiatan. Bukan hanya laki-laki yang diberi keleluasaan untuk
berkarier, tetapi juga kaum perempuan di tuntut untuk aktif bekerja
dalam semua lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kodratnya.86 Dalam
hal ini ada beberapa hadis yang menjelaskan tentang wanita berkarir.
1. Perempuan dan kerja
Sebenarnya islam membolehkan perempuan melakukan
peran-peran yang tidak bertentangan dengan kodratnya untuk
di tanganinya karena Islam tidak membedakan laki-laki dan
perempuan dalam hal apapun, termasuk hal pekerjaan.87 Firman
Allah swt.
85 Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm. 361
86 Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, hlm. 66
87 Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan relasi Jender menurut Tafsir Al-Sya’rawi,
(Jakarta: PT Mizan Publika, 2004),

HADIS KELUARGA 97
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ِ ‫ص‬ ِ ِ ‫لرج‬ ِ ٍ ‫ض ُكم َعلَى بـع‬ ِ ِ َّ ‫وَل تـتَمنـَّوا ما فَضَّل‬
‫سبُوا‬ َ َ‫يب مَّا ا ْكت‬
ٌ َ‫ال ن‬ َ ِّ ‫ض ل‬ َْ ْ َ ‫اللُ به بـَْع‬ َ َ ْ ََ َ
‫اللَ َكا َن بِ ُك ِّل َش ْي ٍء‬ ْ َ‫اللَ ِم ْن ف‬
َّ ‫ضلِ ِه إِ َّن‬ َّ ‫اسأَلُوا‬
ْ ‫ب َو‬
َْ‫س‬
ِ ‫ص‬
َ َ‫يب مَّا ا ْكت‬
ِ ِ ِّ‫ولِلن‬
ٌ َ‫ساء ن‬َ َ
‫يما‬ ِ
ً ‫َعل‬
Dan janganlah kalian iri hati terhadap apa yang diakruniakan oleh
Allah kepada sebagian kalian dari sebagian yang lain. Karena bagi
orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka kerjakan dan
bagi perempuan ada bagian dari apa yang mereka kerjakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunianya, sesungguhnya
Allah maha mengetahui segala sesuatu.(QS. An-Nisa 4:32)

Ayat tersebut ada sebab nuzulya. Dalam suatu riwayat


Ummu Salamah

‫ َع ْن‬،‫اه ٍد‬ ِ َ‫ َعن ُم‬،‫يح‬


ْ ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن أَِب َِن‬،‫ َح َّدثـَنَا ُس ْفيَا ُن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫َح َّدثـَنَا ابْ ُن أَِب عُ َم َر‬
.‫اث‬ ِ ‫ف ال ِْمري‬ ْ ِ‫ساءُ َوإِ َّنَا لَنَا ن‬ ِ ِّ ‫ يـَغْ ُزو‬:‫ت‬ْ َ‫ أَنـََّها قَال‬،َ‫أُِّم َسلَ َمة‬
َ ُ ‫ص‬ َ ّ‫ال َوالَ تـَغْ ُزو الن‬ُ ‫الر َج‬
ِ َ‫ال ُم‬
‫ َوأَنـَْز َل‬:‫اه ٌد‬ َ َ‫ض} ق‬ ٍ ‫ض ُك ْم َعلَى بـَْع‬ َ ‫اللُ بِ ِه بـَْع‬
َّ ‫َّل‬ َّ ‫فَأَنـَْز َل‬
َ ‫{والَ تـَتَ َمنـَّْوا َما فَض‬
َ ُ‫الل‬
َ‫ت ال َْم ِدينَة‬ ِ ‫ت أ ُُّم سلَمةَ أ ََّو َل ظَ ِعينَ ٍة قَ ِدم‬ ِ ِ ِ
َ ‫ف َيها {إِ َّن ال ُْم ْسل ِم‬
ِ
َ َ َ ْ َ‫ني َواملُ ْسل َمات} َوَكان‬
88 ِ ‫م َه‬
.ً‫اج َرة‬ ُ
Abu Umar menyampaikan kepada kami dari Sufyan, dari Ibn Abu
najjih, dari Mujahid bahwa Ummu Salamah berkata, “kaum laki-
laki berperang, sedangkan perempuan tidak. Kami (perempuan)
hanya memperoleh separuh warisan”. Lalu Allah swt menurunkan
ayat, ‘Dan janganlah kalian iri hati terhadap apa yang diakruniakan
oleh Allah kepada sebagian kalian dari sebagian yang lain’. (QS.
An-Nisa` 4: 32) Mujahid berkata, Allah menurunkan ayat terkait
pernyataan Ummu Salamah sungguh laki-laki dan perempuan
muslim..., (QS 33:35) Ummu Salamah adalah wanita pertama yang
hijrah ke Madinah.

Dilihat dari penjelasan di atas bahwa sangatlah jelas bahwa


Allah tidak membedakan perempuan dan laki-laki. Al-sya’rawi
menjelaskan bahwa dari ayat tersebut bisa kita ketahui manusia
88 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari Kitab Tafsir Al-Qur`an
Bab Tafsir Surat An-Nisa, (Bairut: Dar al-garbi al-islamiy, 1998)

98
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
itu terdiri dari dua golongan yaitu laki-laki dan perempuan.
Mereka mempunyai aktivitas yang sama dan aktivitas yang
khusus diantara mereka. Kedua golongan itu adalah sama- sama
memiliki kemuliaan dan kemerdekaan. Jadi tidak bisa salah satu
dari mereka merasa lebih paling tinggi derajatnya.89
Pada zaman nabi, perempuan berpartisipasi secara bebas
dalam urusan perang yang secara ketat merupakan wilayah yang
di dominasi laki-laki. Dalam shahih bukhari menyebutkan bahwa
perempuan muslim secara aktif membantu para pasukan perang
di medan perang berikut hadisnya.

2. Perempuan Berperang dan bertempur bersama laki-laki

ِ‫سر‬ ِ
َّ ‫ض َي‬
ُ‫الل‬ َ ٍ َ‫ َع ْن أَن‬،‫الع ِزي ِز‬ َ ‫ َح َّدثـَنَا َع ْب ُد‬،‫الوا ِرث‬ َ ‫ َح َّدثـَنَا َع ْب ُد‬،‫َح َّدثـَنَا أَبُو َم ْع َم ٍر‬
،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ٍ ‫ « لَ َّما َكا َن يـوم أ‬:‫ال‬
َ ‫َّب‬ ِّ ِ‫َّاس َع ِن الن‬ ُ ‫ انـَْه َزَم الن‬،‫ُحد‬ ُ ُ َْ َ َ‫ ق‬،ُ‫َع ْنه‬
‫ أ ََرى َخ َد َم‬،‫ش ِّم َرَت ِن‬ َ ‫ َوأ َُّم ُسلَْي ٍم َوإِنـَُّه َما لَ ُم‬،‫ت أَِب بَ ْك ٍر‬َ ‫شةَ بِْن‬َ ِ‫ت َعائ‬ ُ ْ‫ َولََق ْد َرأَي‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬
‫ ُثَّ تـُْف ِرغَانِِه ِف‬،‫ب َعلَى ُمتُونِِ َما‬ ِ ِ
َ ‫ تـَنـُْقالَن الق َر‬:ُ‫ال غَيـُْره‬ َ َ‫ َوق‬،‫ب‬ ِ ِ ِ
َ ‫ُسوق ِه َما تـَنـُْق َزان الق َر‬
90 ِ
« ‫ان فـَتـُْف ِرغَ ِانَا ِف أَفـَْو ِاه ال َق ْوم‬ِ َ‫ ُثَّ َِتيئ‬،‫ان فـتَم َل َِنَا‬ِ ِ ِ ِ
ْ َ ‫ ُثَّ تـَْرج َع‬،‫أَفـَْواه ال َق ْوم‬
AbuMa’marmenyampaikankepadakamidariAbdulWaris,dari
Abdul Aziz bahwa Anas bin Malik berkata “saat perang uhud
orang-orang lari meninggalkan Nabi saw. Annas melanjutkan,
“sungguh aku melhat Aisyah binti Abu bakar dan Ummu Sualim
sangat bersemangat. Aku mengetahui dari gelang kaki mereka.
Mereka berdua melompat dengan membawa gerabah (kantong
air) dari kulit.” Abu Ma’mar mengatakan “mereka berdua
bertugas membawa gerabah di atas punggung mereka. Kemudian
keduanya menuangka air kedalam mulit pasukan kaum mislimin,
lalu mereka kembali menuhi gerabah, dan menuangkannya lagi
89 Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan relasi Jender menurut Tafsir Al-Sya’rawi,
(Jakarta: PT Mizan Publika, 2004), termasuk tidak boleh seorang laki-laki menyakiti
perempuan karena perbedaan akidah. Seperti yang di ceritakan al-Qur`an tentang istri
nabi Nuh, nabi Luth, dan istri fir’aun.
90 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari Kitab al-Jihad wa as-
Siyar Bab gazwi an-Nisa` wa Qitalihinna ‘ala ar-Rijal, (Bairut: Dar al-garbi al-islamiy, 1998)

HADIS KELUARGA 99
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ke mulut-mulut kaum muslimin. (HR. Al-Bukhari)

3. Perempuan menjahit gerabah untuk orang-orang yang


berperang

‫ال ثـَْعلَبَةُ بْ ُن‬


َ َ‫ ق‬،‫اب‬ ٍ ‫ َع ِن ابْ ِن ِش َه‬،‫ أَ ْخبـَرَن يُونُس‬،‫الل‬ َِّ ‫ أَ ْخبـرَن عب ُد‬،‫ح َّدثـنا عب َدا ُن‬
ُ َ ْ َ ََ ْ َ ََ َ
‫س ِاء‬ ِ ِ ٍ ِ‫ي ن‬
َ ‫ساء م ْن ن‬ َ َ َْ‫س َم ُم ُروطًا بـ‬ َّ ‫ض َي‬
َ َ‫ ق‬،ُ‫اللُ َع ْنه‬
ِ ‫اب ر‬ ٍِ
َ ِ َّ‫ إِ َّن عُ َم َر بْ َن اخلَط‬:‫أَِب َمالك‬
‫ أَ ْع ِط َه َذا‬،‫ني‬ ِ ِ ِ ٌ ‫ فـَبَ ِق َي ِم ْر‬،‫املَ ِدينَ ِة‬
َ ِ‫ري املُْؤمن‬َ ‫ َي أَم‬:ُ‫ض َم ْن ع ْن َده‬ ُ ‫ال لَهُ بـَْع‬ َ ‫ فـََق‬،‫ط َجيِّ ٌد‬
ٍ
،‫ت َعلِ ٍّي‬ َ ‫ يُ ِري ُدو َن أ َُّم ُكلْثُوم بِْن‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم الَِّت ِع ْن َد َك‬َ ‫الل‬
َِّ ‫ول‬ ِ ‫ابـْنَةَ ر ُس‬
َ
ِ‫الل‬ ِ
َ ‫ مَّ ْن َبيَ َع َر ُس‬،‫صا ِر‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ٍ ِ
َّ ‫ول‬ َ ْ‫ساء األَن‬ َ ‫ َوأ ُُّم َسليط م ْن ن‬،ُّ‫َحق‬ َ ‫ «أ ُُّم َسليط أ‬:‫ال عُ َم ُر‬ َ ‫فـََق‬
‫ب‬ ِ ِ ْ َ‫ «فَِإنـَّها َكان‬:‫ال عُمر‬ َّ ِ َّ َ
َ ‫ت تـَْزف ُر لَنَا الق َر‬ َ ُ َ َ َ‫ ق‬،]34:‫صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم» [ص‬
«‫ط‬ ُ ‫ َِتي‬:‫ « تـَْزفِ ُر‬:‫الل‬ َِّ ‫ال أَبو عب ِد‬ ٍ ‫يـوم أ‬
ْ َ ُ َ َ‫ ق‬،»‫ُحد‬
91
ُ َ َْ
Abdan menyampaikan kepada kami dari Abdullah yang
mengabarkan dari Yunus, dari ibnu Syihab bahwatsa’labah bin
Abu Malik berkata “umar bin Khatab ra. Membagikan kain kepada
para wanita madinah dan masih tersisa sepotong kain yang
bagus. Seseorang yang ada didekat umar berkata “wahai amirul
mukminin berikanlah (pakaian) itu kepada putri rasulillah saw.
Yang ada sebelahmu itu!”yang mereka maksud adalah Ummu
kultsum putri Ali (cucu rasulullah) umar berkata ‘ ummu salit
lebih berhak mendapatkanya’. Ummu salit adalah perempun
anshar yang berbai’at kepada rasulullah. Umar berakat lagi ‘karena
sesungguhnya dia yang menjajhit gerabah-gerabah kulit untuk
kami pada perang uhud (HR, Al-Bukhari)
4. Perempuan mengobati pasukan perang yang terluka

ِ ‫الربـيِّ ِع بِْن‬ ِ ِ ‫ َح َّدثـَنَا بِ ْش ُر بْ ُن املَُفض‬،‫الل‬َِّ ‫ح َّدثـنا علِ ُّي بن عب ِد‬


‫ت‬ َ ُّ ‫ َع ِن‬،‫ َح َّدثـَنَا َخال ُد بْ ُن ذَ ْك َوا َن‬،‫َّل‬ ْ َ ُ ْ َ ََ َ
‫ َونـَُر ُّد ال َقتـْلَى إِ َل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم نَ ْس ِقي َونُ َدا ِوي اجلَْر َحى‬
َ ‫َّب‬ ْ ‫ قَال‬،‫ُم َع ِّوٍذ‬
ِّ ِ‫ « ُكنَّا َم َع الن‬:‫َت‬
92 ِ ِ
»‫املَدينَة‬
91 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari Kitab al-Jihad wa
as-Siyar Bab Hamli an-Nisa` al-Qirab ila an-Annas fi al-Ghazwi, (Bairut: Dar al-garbi al-
islamiy, 1998)
92 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari Kitab al-Jihad wa

100
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Ali bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari bisyr bin al
mufadhal, dari kholid bin dzakwan dari rubiah binti Muawwidzzin
berkata kami bersama nabi (dalam perang), kami memberi
minum (kepada sahabat beliau) dan melayani mereka kami juga
memulangkan para korban luka dan tewas ke madinah. (HR Al-
Bukhari)

Dari ayat dan hadis di atas tidak ditemukan larangan bagi


perempuan untuk bekerja walau di luar rumahnya. Karena itu,
pada prinsipnya, perempuan tidak dapat dilarang untuk bekerja
karena, pada dasarnya, agama menetapkan kaidah yang berbunyi
“Dalam hal kemasyarakatan, semuanya boleh selama tidak ada
larangan, dan hal ibadah murni, semuanya tidak boleh selama tidak
ada tuntutan”.
Pakar hukum Islam Mesir, Abu Zahrah menulis: “Islam tidak
menentang perempuan bekerja. Hanya saja yang harus perempuan
perhatikan adalah bahwa pekerjaan pokoknya adalah membina
rumah tangga karena perempuanlah yang mampu melindungi
rumah tangga dengan kasih saying mereka. Perempuanlah yang
mendidik anak-anak mereka dan membekali mereka dengan
perasaan-perasaan positif menyangkut masyarakat. Perempuanlah
yang menanamkan kepada anak-anak jiwa keharmonisan dengan
masyarakat sehingga anak-anak itu dapat tumbuh berkembang di
tengah masyarakat dengan mencintai anggotanya dan dicintai oleh
masyarakat.
Islam tidak pernah mensyariatkan untuk mengurung
wanita di dalam rumah. Tidak seperti yang banyak dipahami orang.
Dahulu banyak sekali orang yang melarang perempuan keluar
rumah bahkan ke mesjid tak boleh. Padahal, Lihatlah bagaimana
Rasulullah saw melarang orang yang melarang wanita mau datang
ke masjid. Sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Umar
as-Siyar Bab Radd an-Nisa` al-Jarh wa al-Qatla ila al-Madinah, (Bairut: Dar al-garbi al-
islamiy, 1998)

HADIS KELUARGA 101


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
: ‫عن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه عن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال‬

‫املرأة عورة فإذا خرجت استشرفها الشيطان‬


Diriwayatkan dari Ibnu Umar dia berkata, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kamu mencegah perempuan-
perempuan untuk pergi ke Masjid, sedangkan rumah mereka itu
lebih baik bagi mereka”.

Padahal di masjid sudah bisa dipastikan banyak orang


laki-laki. Dan perjalanan dari rumah ke masjid serta begitu juga
kembalinya, pasti akan bertemu dengan lawan jenis yang bukan
mahram.
Bahkan masjid Nabawi di masa Rasulullah saw tidak ada
hijabnya. Tidak seperti masjid kita di zaman sekarang ini yang ada
tabir penghalangnya. Di masa kenabian, posisi jamaah laki-laki
dan jamaah wanita hanya dipisahkan tempatnya saja.
Shaf laki-laki di bagian depan dan shaf wanita di bagian
belakang. Anak kecil yang laki di belakang shaf laki dan anak
kecil perempuan berada di sfah terdepan dari shaf perempuan.
Dan tidak ada kain, tembok,\tanaman atau penghalang apapun di
antara barisan laki dan perempuan.
Jadi kalau dikatakan bahwa wanita itu haram keluar rumah,
harus lebih banyak dikurung di dalamnya, rasanya tidak sesuai
dengan apa yang terjadi di masa Rasulullah saw dan salafus-
shalih.
Di dunia Islam memang ada sedikit kalangan yang
punya kecenderungan ingin mengurung para wanita di dalam
rumah. Alasannya karena para wanita sumber fitnah. Alasan
ini ada benarnya, namun pada batas tertentu sebenarnya sudah
keterlaluan juga. Benar bahwa begitu banyak fitnah yang terjadi
karena para wanita keluar rumah. Tidak ada yang menyangkal

102
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kebenaran hal itu. Dan kita pun cukup prihatin dengan berbagai
kasus perzianaan yang begitu marak karena kita membiarkan
para wanita keluar rumah.
Namun di sisi yang lain, tentu bukan pada tempatnya untuk
begitu saja mengurung para wanita di dalam rumah. Sebab
wanita bukan binatang peliharaan yang kerjanya hanya sekedar
memuaskan nafsu seksual suami. Di sisi lain, wanita juga manusia,
yang butuh berinteraksi dengan sesama jenisnya, juga dengan
lingkungannya, termasuk dengan alam semesta.

E. SYARAT DAN ADAB WANITA KELUAR RUMAH


Meski pun tidak ada dalil yang qath’i tentang haramnya wanita
keluar rumah, namun para ulama tetap menempatkan beberapa syarat
atas kebolehan wanita keluar rumah. Sebab memang ada peraturannya,
tidak asal keluar rumah begitu saja, sebagaimana para wanita di dunia
barat yang tidak punya nilai etika.
1. Mengenakan Pakaian yang Menutup Aurat
Menutup aurat adalah syarat mutlak yang wajib dipenuhi
sebelum seorang wanita keluar rumah. Karena Allah SWT telah
berfirman dengan tegas di dalam Al-Qur`an:
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang-oarang beriman, hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”(QS Al-
Ahzaab: 33 [28])
2. Tidak Tabarruj atau Memamerkan Perhiasan dan Kecantikan
Wanita yang keluar rumah dan menutup auratnya, juga tetap
harus menjaga dandanannya. Dia dilarang memamerkan perhiasan
dan kecantikannya, terutama di hadapan para laki-laki. Karena Allah
SWT telah berfirman di dalam Al-Qur`an:

َ ‫اهلِيَّ ِة ْال‬
....‫ُول‬ ِ ‫وَل تـبـ َّرجن تـبـ ُّرج ا ْل‬...
َ َ ََ َ ْ ََ َ

HADIS KELUARGA 103


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Janganlah memamerkan perhiasan seperti orang jahiliyah yang
pertama` (QS Al-Ahzaab: 33[33])

3. Tidak Melunakkan, Memerdukan atau Mendesahkan Suara


Selain itu para wanita yang keluar rumah juga diharamkan
bertingkah laku yang akan menimbulkan syahwat para laki-
laki. Seperti mengeluarkan suara yang terkesan menggoda, atau
memerdukannya atau bahkan mendesah-desahkan suaranya.
Larangannya tegas dan jelas di dalam Al-Qur`an, tidak ada
urusan shahih atau tidak shahih, karena semua ayat Al-Qur`an
hukumnya shahih.

‫ْن قـَْوًل َم ْع ُروفًا‬ ٌ ‫ض ْع َن ِبلْ َق ْو ِل فـَيَط َْم َع الَّ ِذي ِف قـَْلبِ ِه َم َر‬
َ ‫ض َوقـُل‬ َ ْ‫ فَ َل َت‬...
Janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melunakkan
dan memerdukan suara atau sikap yang sejenis) sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik` (QS Al-Ahzaab 32).

4. Menjaga Pandangan
Wanita yang keluar rumah juga diwajibkan untuk menjaga
pandangannya. Bukan hanya laki-laki saja yang haram jelalatan
matanya, tetapi wanita juga haram lirak-lirik. Hal itu ditegaskan
Allah swt dalam firman-Nya:

‫اللَ َخبِريٌ ِبَا‬


َّ ‫ك أَ ْزَكى َلُ ْم إِ َّن‬َ ِ‫وج ُه ْم َذل‬ ِ ‫قُل لِلْم ْؤِمنِني يـغُضُّوا ِمن أَب‬
َ ‫صا ِره ْم َوَْي َفظُوا فـُُر‬
َْ ْ َ َ ُ ْ
ِ ‫ضن ِمن أَب‬ ِ َ‫ وقُل لِلْم ْؤِمن‬.‫صنـعو َن‬
....‫وج ُهن‬ َ ‫ْن فـُُر‬َ ‫صا ِره َّن َوَْي َفظ‬
َ ْ ْ َْ ‫ض‬ ُ ْ‫ات يـَغ‬ ُ ْ َ َُ ْ َ‫ي‬
Katakanlah pada orang-orang laki-laki beriman: Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka sesungguhnya
Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah
kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya ........”(QS An-Nuur
30-31)

104
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
5. Aman dari Fitnah
Kebolehan wanita keluar rumah akan batal dengan sendirinya
manakala ada fitnah, atau keadaan yang tidak aman. Hal ini sudah
merupakan ijma` ulama.
Syarat ini didapat dari hadits Nabi saw tentang kabar beliau
bahwa suatu ketika akan ada wanita yan berjalan dari Hirah ke
Baitullah sendirian tidak takut apa pun kecuali takut kepada Allah
swt.
6. Mendapatkan Izin Dari Orang Tua atau Suaminya
Ini adalah yang paling sering luput dari perhatian para
muslimah terutama aktifis dakwah. Sebab sekali mereka ikut terjun
dalam dunia aktifitas rutinitas, maka seolah-olah izin dari pihak
orang tua maupun suami menjadi hal yang terlupakan. Padahal izin
adalah hal yang perlu didapatkan dan tidak bisa disepelekan begitu
saja.
Pada dasarnya memang wanita harus mendapatkan izin suami
untuk keluar rumah. Dan ini sebenarnya sangat manusiawi sekali.
Tidak merupakan beban dan paksaan atau menjadi halangan.
Izin dari suami harus dipahami sebagai bentuk kasih sayang
dan perhatian serta wujud dari tanggung-jawab seorang yang
idealnya menjadi pelindung. 
Semakin harmonis sebuah rumah tangga, maka semakin
wajar bila urusan izin keluar rumah ini lebih diperhatikan. Namun
tidak harus juga diterapkan secara kaku yang mengesankan bahwa
Islam mengekang kebebasan wanita.

F. DAMPAK POSITIF DAN NEGTIF DARI PEREMPUAN KARIER


Terjunnya perempuan dalam dunia karier, banyak membawa
pengaruh dari segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi dan
keluarga maupun kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal demikian dapat
menimbulkan dampak positif dan negatif . pengaruh positif dengan

HADIS KELUARGA 105


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
adanya wanita karier, antara lain93
1. Dengan berkarier perempuan dapat membantu meringankan
beban keluarga.
2. Dalam memajukan serta mensejahterakan masyarakat dan bangsa
diperlukan partisipasi serta keikut sertaan kaum perempuan
karena dengan segala potensinya, perempuan mampu dalam hal
ini, bahkan ada di antara pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan
oleh laki-laki, dapat berhasil ditangani oleh perempuan, baik
karena kahliannya maupun karena bakatnya.
3. Dengan berkaarier perempuan dalam mendidik anaknya—pada
umumnya lebih bijaksana, demokratis dan tidak oteriter, sbab
dengan kariernya itu , ia bisa dan belajar memiliki pola piker yang
moderat.

G. UPAYA PENANGANAN DAMPAK NEGATIF DARI PEREMPUAN


KARIER
Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya ekses dalam
berkarier bagi perempuan muslimah, maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut94
1. Dalam berkarier, tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban
utama sebaagai ibu umah tangga, yaitu engurus suami dan anak.
2. Tidak melampaui batas kodrat keperempuanan. Perempuan
karier harus menghindari women’s lib seperti yang dituntut oleh
perempuan di Barat.
3. Tidak melampaui batas-batas dan aturan agama, utamanya
dengan lain jenis dalam lingkungan pekerjaan.
Demikianlah, antara lain alternative jalan keluar bagi
perempuan karier sebagai suatu upaya untuk menanggulangi

93 Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer (Jakarta: Ghalia


Indonesia, 2010), h. 63 – 66
94 Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 68

106
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kemungkinan timbulnya masalah yang menjurus kepada perbuatan
yang negative, utamanya wanita karier yang berstatus sebagai ibu
rumah tangga, agar sukses dalam kariernya serta sukes pula dalam
rumah tangganya.

H. BIOGRAFI SAHABAT
1. Biografi Anas bin Malik
Anas bin Malik urutan ke tiga dari sahabat Nabi Muhammad
saw yang banyak meriwayatkan hadist, Ia meriwayatkan
sebanyak 2.286 hadits. Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj lahir:
612-wafat:709/712). Dia termasuk kerabat Rasulullah dan dari
jalur istri. Ia juga muridnya, pengikutnya dan sahabat yang terakhir
meninggal dunia.
Ia adalah pambantu Rasulullah dan Ibunya adalah Ummu
Sulaim Malikah binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi
Tholhah Zaid bin Sahl Al Ansori. Ibunya juga seorang yang pandai
dan telah masuk Islam, sehingga Anas pun dari kecil telah memeluk
agama Islam. Ketika nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur
10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya datang kepada nabi saw dan
berkata kepadanya: “Ini adalah Anas anak yang pandai yang akan
menjadi pembantumu”. Maka nabi pun menerimanya. ketika beliau
wafat Anas berumur 20 tahun. Rasulullah saw. memberikan gelar
kepadanya dengan Abu Hamzah (Singa).
Ia adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi Islam.
Dia mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah, Abu Bakar, Umar,
Usman, Mu’ad, Usaid Al Hudair, Abi Tholhah, Ibunya sendiri Ummu
Sulaim putri Milhan, Bibinya Ummu Haram dan suaminya Ubadah
bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abi Hurairah, Fatimah
dan masih banyak lainnya.
Darinya juga banyak mencetak orang-orang penting,
diantaranya adalah Al Hasan, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu Kilabah,

HADIS KELUARGA 107


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al Banani, Bakar bin Abdillah
Al Mazani, Az Zuhri, Qotadah, Ibnul Munkadir, Ishak bin Abdillah
bin Abi Tholhah, Abdul Aziz bin Shuhaib, Syuaib bin Al Habhab,
Amru bin Amir al Kufi, Sulaiman At Taimi, Hamid At Thowil, Yahya
bin Sa’id Al Ansori, Katsir bin Salim, Isa bin Thohman dan Umar bin
Syakir.
Dan para sahabat beliau yang tsiqoh lebih dari 150 orang,
sedang yang lemah sekitar 190 sahabat. Selebihnya adalah orang
– orang yang tidak tsiqoh bahkan hadits dari mereka secara global
dibuang. Seperti : Ibrahim bin Hadbah, Dinar bin Abu Makis, Khorrosy
bin Abdillah, Musa At Tahwil. Mereka hidup setelah 200 tahun,
mereka tidak dianggap. Anas menemani Nabi saw dengan sempurna.
Ia benar-benar sempurna dalam bermulazamah kepada beliau
sejak beliau hijrah, sampai meninggal. Dia juga banyak mengikuti
peperangan bersama beliau, juga berbaiat di bawah pohon (Bai’at
Ridwan).
2. Ummu Salamah
Ummu Salamah adalah seorang Ummul-Mukminin yang
berkepribadian kuat, cantik, dan menawan, serta memiliki semangat
jihad dan kesabaran dalam menghadapi cobaan, lebih-lebih setelah
berpisah dengan suami dan anak-anaknya. Nama sebenarnya Ummu
Salamah adalah Hindun binti Suhail, dikenal dengan nama Ummu
Salamah. Beliau dibesarkan di lingkungan bangsawan dari Suku
Quraisy. 
Beliau telah meriwayatkan sekian banyak hadits shahih yang
bersumber dari Rasulullah dan suaminya, Abu Salamah, serta dari
Fathimah az-Zahraa Sedangkan orang yang meriwayatkan darinya
banyak sekali, di antara mereka adalah anak-anaknya dan para
pemuka dan sahabat serta ahli hadits. 
3. Anas bin Malik
Beliau adalah Anas bin Malik bin Nadzor bin Dhomdom bin

108
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Zaid bin Harom bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An
Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al Khazraji. Dia termasuk kerabat
Rasulullah dari jalur istri. Ia juga muridnya, pengikutnya dan sahabat
yang terakhir meninggal dunia.
Ia adalah pambantu Rasulullah dan seorang yang banyak
meriwayatkan hadits darinya. Ibunya adalah Ummu Sulaim Malikah
binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi Tholhah Zaid
bin Sahl Al Ansori. Ketika nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur
10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya datang kepada nabi saw dan
berkata kepadanya: “Ini adalah Anas anak yang pandai yang akan
menjadi pembantumu”. Maka nabi pun menerimanya.
Anas bin Malik adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi
Islam. Dia mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah n , Abu Bakar,
Umar, Usman, Mu’ad, Usaid Al Hudair, Abi Tholhah, Ibunya sendiri
Ummu Sulaim putri Milhan, Bibinya Ummu Haram dan suaminya
Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abi Hurairah,
Fatimah dan masih banyak lainnya.
Darinya juga banyak mencetak orang-orang penting,
diantaranya adalah Al Hasan, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu Kilabah,
Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al Banani, Bakar bin Abdillah Al
Mazani, Az Zuhri, Qotadah, Ibnul Munkadir, Ishak bin Abdillah bin
Abi Tholhah, Abdul Aziz bin Shuhaib, Syuaib bin Al Habhab, Amru
bin Amir al Kufi, Sulaiman At Taimi, Hamid At Thowil, Yahya bin Sa’id
Al Ansori, Katsir bin Salim, Isa bin Thohman dan Umar bin Syakir.
Dan para sahabat beliau yang tsiqoh lebih dari 150 orang,
sedang yang lemah sekitar 190 sahabat. Selebihnya adalah orang-
orang yang tidak tsiqoh bahkan hadits dari mereka secara global
dibuang. Seperti : Ibrahim bin Hadbah, Dinar bin Abu Makis, Khorrosy
bin Abdillah, Musa At Tahwil. Mereka hidup setelah 200 tahun,
mereka tidak dianggap.
Anas jika berbicara tentang hadits Rasulullah, maka setelah

HADIS KELUARGA 109


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
selasai ia mengatakan “Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah” 
Musnad Anas sebanyak 2.286, yang disepakati Bukhari dan Muslim
sebanyak 180 hadits, dan yang hanya dalam riwayat Bukhari 80
hadits dan Muslim 90 hadits.
4. Umar bin al-Khathatab
Nama lengkap beliau adalah Umar bin al-Khaththab bin
Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth
bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ai, Abu Hafs al-’Adawi. Julukan
beliau adalah al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan
antara kebenaran dan kebatilan. Umar bin Khattab berasal dari Bani
Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Makkah
saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi
Adapun ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah,
kakak dari Abu Jahal bin Hisyam.
Beliau termasuk golongan sahabat ashab al mi-ina (perawi
beratus ratus hadits) dengan periwayatan sebanyak 537 Hadits.
Pada hari rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H ia wafat, ia ditikam
ketika sedang melakukan Shalat Subuh beliau ditikam oleh seorang
Majusi yang bernama Abu Lu’luah budak milik al-Mughirah bin
Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar
dimakamkan di samping Nabi dan Abu Bakar ash Shiddiq, beliau
wafat dalam usia 63 tahun.

I. KESIMPULAN
Berkarier bagi muslimah boleh-boleh saja asalkan tidak keluar dari
koridor Syariat Islam seperti tersurat dan tersirat dalam kisah nabi Musa
dan kedua putri Nabi Syuaib. Pertama, memenuhi tata cara pergaulan
yang Islami, yaitu menghindari hal-hal yang bersifat jahiliyyah seperti
pamer aurat (tabarruj), melembutkan suara dengan maksud memikat
hati laki-laki, dan berdua-duaan (khalwat) dengan non-muhrim yang
bisa menimbulkan fitnah. Dan kedua, mendapat izin orang tua (kalau

110
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
belum menikah) atau suami, serta menjaga pandangannya (ghadhdh al-
bashar) dan dengan alasan yang tidak bertentangan dengan syariat islam.
Sudah waktunya kita memahami betapa agungnya agama ini
di dalam setiap produk hukumnya, berpegang teguh dengannya,
menjadikannya sebagai hukum yang berlaku terhadap semua aturan
di dalam kehidupan kita serta berkeyakinan secara penuh, bahwa ia
akan selalu cocok dan sesuai di dalam setiap masa dan tempat. Tidak
ada bentuk diskriminasi dan ketidakadilan bagaimanapun bentuknya,
termasuk dalam berkarier baik laki-laki maupun wanita. Wanita boleh
saja berkarier selama memperhatikan etika, tidak menimbulkan fitnah
serta tidak mengabaikan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu.
Dari beberapa kriteria di atas, sepertinya sulit kita menemukan karier
wanita yang ada saat ini bisa memenuhi ketentuan tesebut kecuali sedikit
sekali. Bahkan yang banyak kita saksikan adalah bahwa setiap karier
wanita saat ini baik di kantor, pabrik, sales atau lainnya penuh dengan
ikhtilat, pakaian yang tidak syar’i dan banyak menimbulkan fitnah. Oleh
karena itu, kaum wanita mukminah hendaknya bertaqwa pada Allah,
takut pada adzab-Nya yang pedih, tidak karena hanya beberapa keping
uang rela menerjang larangan Allah dan Rasul-Nya. Padahal sebenarnya
banyak dari kalangan wanita karier tersebut bukan karena kebutuhan
yang mendesak atau karena sebab syar’i lainnya namun mungkin hanya
karena mengejar ambisi dunia.

HADIS KELUARGA 111


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
112
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbicara tentang sebuah kepemimpinan, khususnya mengenai
kepemimpinan Islam adalah merupakan suatu masalah yang sangat
menarik untuk dikaji. Karena berawal dari adanya sebuah system
kepemimpinan yang baik, maka akan dapat terwujud sebuah tatanan
masyarakat yang baik pula.
Sejak 14 abad yang silam, Al-Qur’an telah menghapuskan berbagai
macam diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, Al-Qur’an
memberikan hak-hak kepada kaum perempuan sebagaimana hak-hak
yang diberikan kepada kaum laki-laki. Diantaranya dalam masalah
kepemimpinan Islam telah memberikan hak kepada perempuan seperti
yang diberikan Islam kepada laki-laki, demikian pula Islam memikulkan
kewajiban kepada perempuan seperti yang dipikulkan Islam kepada laki-
laki, kecuali hak atau kewajiban yang dikhususkan Islam untuk laki-laki
berdasarkan dalil-dalil syara’.
Kepemimpinan perempuan dalam bidang-bidang tertentu
terkadang memang dipertanyakan mengenai kebolehannya Tidak semua
kepemimpinan seorang perempuan dilarang, Pada dasarnya wanita
dan laki-laki dalam pandangan islam didudukan secara sama dalam
hukumnya. Dalam perspektif lain, wanita didudukkan sebagai obyek
yang harus dipimpin oleh laki-laki: “laki-laki adalah pemimpin bagi
wanita” (An-Nisa: 34). Namun bukan berarti wanita tidak mendapat
kedudukan yang layak.
Wanita dalam batasan tertentu malah menjadi sebuah tonggak
Negara, dengan peran sertanya dalam mendidik keturunanya. Wanita
juga menempati diri sebagai sosok yang mengayomi bagi siapa saja,
terutama bagi buah hatinya. Denggan demikian dapaat memberikankan
ketenangan dan kebahagiaan. Ungkapan ini sesuai hadis yang mengatakan
bahwa, “surga dibawah telapak kaki Ibu”.

HADIS KELUARGA 113


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
B. KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pemimpin” ialah orang
yang mempimpin. Sedangkan “kepemimpinan” ialah cara seseorang
dalam memimpin.95 Tidak ada perbedaan dalam mendiskusikan masalah-
masalah umum dalam masyarakat antara laki-laki dan perempuan.
Perempuan pada permulaan Islam selalu ikut serta dalam urusan sosial
dan tidak dipencilkan atau diasingkan dari aktivitas masyarakat ditengah-
tengah keberadaan Nabi saw. Begitu juga pada masa al-Khulafa al-
Rasyidin. Bahkan tidak ada seorangpun yang mengingkari hak bersekutu
bagi kaum perempuan dalam masalah-masalah umum di masyarakat.
Jamaluddin Muhammad Mahmud mengatakan: “Bahwa Islam
mengajak kepada semua pakar baik laki-laki maupun perempuan di
masyarakat untuk menyatakan pendapatnya demi kebaikan di masyarakat.
Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah :

ِ ‫الَ ِْي ويْمرو َن ِبلْمعر‬


َ ِ‫وف َويـَنـَْه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر َوأُولَئ‬ ِ ِ
‫ك ُه ُم‬ ُْ َ ُ ُ َ َ ْ ‫َولْتَ ُك ْن م ْن ُك ْم أ َُّمةٌ يَ ْدعُو َن إ َل‬
‫ال ُْم ْفلِ ُحو َن‬
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali-Imran:
104)

Ayat ini mengajak untuk menyatakan pendapat dan mengambil


sikap positif dalam memperbaiki masyarakat melalui ceramah atau
mengeluarkan pendapat, baik laki-laki maupun perempuan dalam
kapasitas yang sama.96
Kepemimpinan itu bukan monopoli kaum laki-laki, tetapi juga bisa
diduduki dan dijabat oleh kaum perempuan, bahkan bila perempuan itu
mampu dan memenuhi kriteria yang ditentukan, maka ia boleh menjadi
95 Kbbi.web.id
96 H. Anshori, Penafsiran Ayat-ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab, (Jakarta: Visindo Media Pustaka, 2008), hlm. 146-147, cet. I

114
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hakim dan top leader perdana menteri atau kepala negara. Masalah ini
disebutkan dalam Surah At-Taubah ayat 71:

‫وف َويـَنـَْه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر‬ِ ‫ض يْمرو َن ِبلْمعر‬ ِ ُ َ‫َوال ُْم ْؤِمنُو َن َوال ُْم ْؤِمن‬
ُْ َ ُ ُ َ ٍ ‫ض ُه ْم أ َْوليَاءُ بـَْع‬ ُ ‫ات بـَْع‬
‫اللَ َع ِز ٌيز‬َّ ‫اللُ إِ َّن‬
َّ ‫ك َسيـَْر َحُ ُه ُم‬ َّ ‫الزَكاةَ َويُ ِطيعُو َن‬
َ ِ‫اللَ َوَر ُسولَهُ أُولَئ‬ َّ ‫الص َلةَ َويـُْؤتُو َن‬
َّ ‫يمو َن‬ ِ
ُ ‫َويُق‬
‫يم‬ ِ
ٌ ‫َحك‬
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong (pemimpin) bagi sebagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari
yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah:
71)

Dalam ayat tersebut Allah swt. mempergunakan kata “auliya”


(pemimpin), itu bukan hanya ditujukan kepada pihak laki-laki saja, tetapi
keduanya (laki-laki dan perempuan) secara bersamaan. Berdasarkan ayat
ini, perempuan juga bias menjadi pemimpin, yang penting dia mampu
dan memenuhi kriteria sebagai seorang pemimpin karena menurut kitab
tafsir Al-Maraghi dan tafsir Al-Manar, kata “auliya” mencakup “wali”
dalam arti penolong, solidaritas, dan kasih sayang.
Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Quran
tidak melarang perempuan untuk memasuki berbagai profesi sesuai
dengan keahliannya, seperti menjadi guru, dosen, dokter, pengusaha,
hakim, menteri, bahkan sebagai kepala negara sekalipun. Namun,
dengan syarat, dalam tugasnya tetap memperhatikan hukum dan aturan
yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan Sunah/ misalnya harusada
izin dari suaminya bila perempuan tersebut telah bersuami, supaya
tidak mendatangkan sesuatu yang negative terhadap diri dan agamanya,
disamping tidak terbengkalai urusan dan tugasnya dalam rumah tangga.97

97 Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia


Indonesia, 2010), hlm. 49-50

HADIS KELUARGA 115


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
C. KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA
Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya, pemimpin atas
penghuni rumah suaminya dan anaknya dan akan bertanggung jawab
tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu untuk dapat menjadi
seorang pemimpin yang baik dan mampu mempertanggung-jawabkan
kepemimpinannya kepada suaminya dan tentunya kepada Allah SWT
kelak, seorang Ibu yang baik harus memiliki  Ilmu yang memadai dalam
kepemimpinannya dalam rumah tangga.98 Rasul Muhammad Saw.
bersabda:

‫ض َي‬ ِ ‫ َعن ابْ ِن عُمر ر‬،‫ َعن َنفِ ٍع‬،َ‫ أَ ْخبـرَن موسى بْن عُ ْقبة‬،‫الل‬ َِّ ‫ أَ ْخبـرَن عب ُد‬،‫ح َّدثـنا عب َدا ُن‬
َ ََ ْ َ ُ َ ُ ََ ْ َ ََ ْ َ ََ َ
،‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ٌ ُ‫ ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ‬:‫ال‬ ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،‫اللُ َعنـْ ُه َما‬
َ ‫َّب‬ َّ
‫ فَ ُكلُّ ُك ْم‬،‫ت َزْو ِج َها َوَولَ ِد ِه‬ِ ‫اعيةٌ َعلَى بـ ْي‬ ِ ِِ ِ
َ َ ‫ َواملَْرأَةُ َر‬،‫الر ُج ُل َر ٍاع َعلَى أ َْه ِل بـَْيته‬
َّ ‫و‬،َ ‫َواألَمريُ َر ٍاع‬
)‫ول َع ْن َر ِعيَّتِه (رواه البخاري‬ ٌ ُ‫َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ‬
“Sesungguhnya kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin,
lelaki (suami) adalah pemimpin di rumah tangganya, perempuan (istri)
adalah pemimpin di rumah suaminya dan terhadap anak-anaknya .
Semua kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab
atas kepemimpinannya. (HR. Bukhori).

Dari sini, perempuan dituntut untuk terus belajar dan


meningkatkan kualitas diri sehingga dapat memengaruhi lelaki dengan
argumentasi-argumentasi yang logis dan ilmiah. Dan, kalau hal tersebut
dapat ia raih, ketika itulah perempuan memiliki dua “senjata” yang sangat
ampuh, yakni pertama perasaan halus yang dapat menyentuh kalbu, dan
kedua argumentasi kuat yang menyentuh nalar. Kemampuan menyentuh
rasa saja tanpa sentuhan nalar tidak cukup untuk mewujudkan
kepemimpinan yang sehat dan langgeng. Dalam kehidupan rumah
tangga, misalnya, kalau orang berkata bahwa suami adalah kepala,
istri harus menjadi leher. Kepala tidak dapat bergerak kalau leher tidak
98 H. Nasaruddin Umar, Ketika Fikih Membela Wanita, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2014), hlm. 192, cet. I

116
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bergerak, dan leher tidak akan bergerak kecuali jika diisyaratkan oleh
kepala.99

D. KAUM PEREMPUAN BERHAK MENJADI PEMIMPIN DALAM


MASYARAKAT UMUM
Kepemimpinan laki-laki atas perempuan sejatinya bukan
merupakan kelebihan atau keagungan laki-laki atas perempuan.
Kepemimpinan tersebut harus dipahami sebagai bentuk tanggung jawab
laki-laki terhadap perempuan. Firman Allah Swt:

‫ض َوِبَا أَنـَْف ُقوا ِم ْن أ َْم َوالِِ ْم‬


ٍ ‫ض ُه ْم َعلَى بـَْع‬ َ ‫اللُ بـَْع‬َّ ‫َّل‬ ِ ِ ِّ‫ال قـََّو ُامو َن َعلَى الن‬ ِّ
َ ‫ساء بَا فَض‬ َ ُ ‫الر َج‬
ُ ُ‫وزُه َّن فَ ِعظ‬
‫وه َّن‬ َ‫ش‬ ُ ُ‫اللِت َتَافُو َن ن‬ َّ ‫اللُ َو‬
َّ ‫ظ‬ َ ‫ب ِبَا َح ِف‬ ِ ‫ات لِ ْلغَْي‬
ٌ َ‫ات َحافِظ‬ٌ َ‫ات قَانِت‬ُ َ‫ال‬ ِ ‫الص‬
َّ َ‫ف‬
‫اللَ َكا َن‬َّ ‫وه َّن فَِإ ْن أَطَ ْعنَ ُك ْم فَ َل تـَبـْغُوا َعلَْي ِه َّن َسبِ ًيل إِ َّن‬
ُ ُ‫ض ِرب‬ ِ‫ض‬
ْ ‫اج ِع َوا‬ َ ‫وه َّن ِف ال َْم‬
ُ ‫َو ْاه ُج ُر‬
‫ريا‬ِ ِ
ً ‫َعليًّا َكب‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang shole, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Perempuan-perempuan
yang kamu khawatirkan nusyudznya, maka nasehatilah mereka dan
pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-Nisa: 34)

Keutamaan laki-laki seperti yang tersurat dalam ayat di atas


harus dipahami bahwa Allah telah melebihkan sesuatu kepada laki-laki
atas perempuan sebagaimana Allah telah melebihkan sesuatu kepada
perempuan atas laki-laki. Jadi laki-laki mendapat kelebihan pada hal-hal
tertentu demikian pula sebaliknya. Kepemimpinan laki-laki tidak dapat
dipahami sebagai kepemimpinan otoriter dan penindasan akan tetapi
99 M. Quraish Shihab, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 337-338,
cet. IV

HADIS KELUARGA 117


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hanya terbatas pada tanggung jawabnya dalam rumah tangga keluarga
sebagai sebuah keniscayaaan dalam masyarakat.
Kenyataan membuktikan bahwa banyak perempuan telah bekerja
secara produktif seperti laki-laki, namun kenyataan lain membuktikan
bahwa saat ini laki-laki tetap memegang kendali kepemimpinan atas
perempuan. Ini membuktikan gagalnya konsep fesimis yang mengatakan
bahwa kemampuan finansial perempuan dapat menjadikan kendali
kepemimpinan berpindah kepada laki-laki. Dalam hal ini kepemimpinan
yang dimaksud bukanlah kepemimpinan bersifat otoriter dan zalim akan
tetapi tujuan kepemimpinan ini adalah konsistensi untuk menegakkan
ajaran Allah.
Kekuatan laki-laki atas perempuan merupakan hukum dasar
yang bersifat alami. Perasaan perempuan yang tinggi dan sensitive pada
hal-hal yang bersifat psikologis sangat sesuai dengan tugasnya sebagai
pendamping atas anak-anaknya. Setiap perkembangan anak sejak
lahir hingga dewasa membutuhkan sosok ibu yang dapat mengerti dan
memahami kondisinya.100

E. KAUM PEREMPUAN BEBAS BERPENDAPAT DAN BERFIKIR


Berdiskusi dan berbeda pendapat dengan laki-laki termasuk suami
atau ayah sama sekali tidak terlarang, bahkan kitab suci Al-Qur’an
mengabadikan peristiwa diskusi seorang perempuan dengan Rasul
Muhammad Saw., yang ketika itu terkesan bahwa Nabi Saw. masih hendak
memberlakukan adat yang mengurangi hak-hak perempuan. Sejarah
mencatat bagaimana seorang perempuan membantah pandangan Umar
Ibnu al-Khaththab ra. Menyangkut hak perolehan mas kawin tanpa
pembatasan yang tadinya hendak ditetapkan oleh kepala negara dan
khalifah yang kedua itu.
Dalam musyawarah bisa saja terjadi ketegangan, suara keras, dan
perang atau semacamnya. Ini bisa saja terjadi, tetapi itu dapat ditoleransi
100 Hamka Hasan, Tafsir Jender, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen
Agama RI, 2009), hlm. 201-202, cet. I

118
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
selama tidak disimpan di hati. Sahabat Nabi Saw. Nu’man Ibnu Basyir ra.
Menceritakan bahwa:

‫ َع ْن أَِب‬،‫س بْ ُن أَِب إِ ْس َحا َق‬ ٍ ٍ ‫َح َّدثـَنَا َْي َي بْ ُن َم ِع‬


ُ ُ‫ َح َّدثـَنَا يُون‬،‫اج بْ ُن ُمَ َّمد‬ ُ ‫ َح َّدثـَنَا َح َّج‬،‫ني‬
ُ‫استَأْ َذ َن أَبُو بَ ْك ٍر َر ْحَة‬ ْ :‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ان بْ ِن بَ ِش ٍري‬ ِ ‫ َع ِن النـُّْعم‬،‫ث‬
َ
ٍ ْ‫ َع ِن الْعيـَْزا ِر بْ ِن حري‬،‫إِ ْسحا َق‬
َُ َ َ
ِ َ ِ‫ت َعائ‬ ِ َ‫َّب صلَّى هللا َعلَْي ِه وسلَّم ف‬ ِ َِّ
‫ فـَلَ َّما َد َخ َل تـَنَ َاوَلَا‬،‫شةَ َعاليًا‬ َ ‫ص ْو‬ َ ‫سم َع‬ َ َ ََ ُ َ ِّ ِ‫الل َعلَْيه َعلَى الن‬
‫ فَ َج َع َل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫ك َعلَى ر ُس‬ ِ َ‫ني صوت‬ ِ ِ ِ ‫لِيـل‬
َ ‫الل‬ َ ْ َ َ ‫ أ ََل أ ََراك تـَْرفَع‬:‫ال‬ َ َ‫ َوق‬،‫ْط َم َها‬ َ
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه‬ َ ‫َّب‬ ُّ ِ‫ال الن‬َ ‫ فـََق‬،‫ضبًا‬ َ ْ‫ َو َخ َر َج أَبُو بَ ْك ٍر ُمغ‬،ُ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َْي ِج ُزه‬ َ ‫َّب‬ ُّ ِ‫الن‬
‫ث أَبُو بَ ْك ٍر‬ َ ‫ فَ َم َك‬:‫ال‬ َ َ‫الر ُج ِل؟» ق‬ َّ ‫ك ِم َن‬ ِ ُ‫ف رأَيْتِ ِن أَنـَْق ْذت‬
َ َ ‫ني َخ َر َج أَبُو بَ ْك ٍر « َك ْي‬
ِ
َ ‫َو َسلَّ َم ح‬
ِ ِ َِّ ‫ول‬ ِ ‫استَأْ َذ َن َعلَى ر ُس‬
‫ال‬َ ‫ فـََق‬،‫اصطَلَ َحا‬ ْ ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم فـََو َج َد ُهَا قَد‬ َ ‫الل‬ َ ْ َّ‫ ُث‬،‫أ ََّي ًما‬
:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫َّب‬ُّ ِ‫ال الن‬َ ‫ فـََق‬،‫ أَ ْد ِخ َلِن ِف ِسل ِْم ُك َما َك َما أَ ْد َخلْتُ َم ِان ِف َح ْربِ ُك َما‬:‫َلَُما‬
»‫«قَ ْد فـََعلْنَا قَ ْد فـََعلْنَا‬
“Abu Bakar ra. (Ayahnya istri Nabi saw. Aisyah ra.) meminta izin untuk
masuk ke rumah Rasul saw. Saat itu, dia mendengar suara Aisyah yang
tinggi. Dia diizinkan masuk, lalu berkata kepada Aisyah: ‘Bukankah aku
mendengarmu mengeraskan suaramu dihadapan Rasulullah saw.? Lalu,
Abu Bakar mengangkat tangannya untuk menampar Aisyah. Tetapi, Nabi
saw. mencagahnya sehingga Abu Bakar ra. Keluar dalam keadaan marah.
Nabi saw. berkata kepada Aisyah: Tidakkah engkau melihat bagaimana
aku menyelamatkanmu dari ayahmu? Setelah beberapa hari, Abu Bakar
ra. berkunjung lagi dan dia mendapati keduanya (Nabi saw. dan Aisyah
ra.) telah berbaikan. Maka, Abu Bakar berkata: ‘Ikutkanlah aku dalam
kedamaian kamu nerdua, sebagaimana kamu berdua melibatkan aku
dalam ‘perang’ kamu berdua. Nabi saw.bersabda: ‘Kami telah elakukan
(yang engkau usulkan)”. (HR. Abu Daud).101

Maka dapat dikatakan bahwa perempuan dapat menyatakan hak-


haknya dalam masalah akidah, pemikiran, dan mengembangkan agama
yang dia pilih atau dalam kondisi dan situasi apapun.

101 M. Quraish Shihab, Perempuan, hlm. 339-340, cet. IV

HADIS KELUARGA 119


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
F. HADIS YANG TIDAK MEMBOLEHKAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

‫ لََق ْد‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫ َع ْن أَِب بَ ْك َرة‬،‫س ِن‬ َ َ‫ َع ِن احل‬،‫ف‬ ٌ ‫ َح َّدثـَنَا َع ْو‬،‫َح َّدثـَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن اهلَيـْثَِم‬
‫ بـَْع َد َما‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أ ََّي َم اجلَ َم ِل‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫اللُ بِ َكلِم ٍة َِس ْعتـَُها ِم ْن ر ُس‬
َ ‫الل‬ َ َ َّ ‫نـََف َع ِن‬
َِّ ‫ول‬ َ َ‫ ق‬،‫اب اجلَ َم ِل فَأُقَاتِ َل َم َع ُه ْم‬ ُ ‫كِ ْد‬
ُ‫صلَّى هللا‬ َ ‫الل‬ َ ‫ لَ َّما بـَلَ َغ َر ُس‬:‫ال‬ ِ ‫َص َح‬ ْ ‫ت أَ ْن أَ ْلَ َق ِب‬
‫ «لَ ْن يـُْفلِ َح قـَْوٌم‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫ت كِ ْس َرى‬ َ ‫ قَ ْد َملَّ ُكوا َعلَْي ِه ْم بِْن‬،‫س‬ َّ ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أ‬
َ ‫َن أ َْه َل فَا ِر‬
)‫َولَّ ْواأ َْم َرُه ُم ْام َرأَةً» (رواه البخاري‬
Utsman
bin Ibrahim menceritakan kepada kami (al-Bukhari), ia berkata:
‘Auf menceritakan kepada kami dari al-Hasan dari Abi Bakrah
berkata: Sesungguhnya Allah telah memberikan manfaat kepadaku
dengan suatu kalimat yang aku dengar dari Rasulullah Saw. pada
hari perang Jamal (onta) hamper aku mengikuti pasukan Jamal
untuk berperang bersama mereka. Abu Bakrah berkata: Ketika
sampai informasi kepada Nabi Saw, bahwa penduduk Persi telah
mengangkat anak perempuan Kisra sebagai raja mereka. Nabi Saw,
bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang mengangkat
perempuan sebagai pemimpin mereka.” (HR. al-Bukhari).

Sababul Wurud:
Da’wah Islamiyah yang dilakukan Rasulullah ke berbagai daerah
dan negara di antaranya dilakukan dengan mengirimkan surat kepada
pembesar-pembesar kerajaan. Salah satu kerajaan yang mendapatkan
surat dari Nabi adalah Kisra Persia. Berikut kisahnya: ”Rosulullah
mengutus ’Abdullah bin Hudzafah as-Sami untuk mengirimkan surat
kepada pembesar Bahrain. Setelah itu pembesar Bahrain menyampaikan
surat tersebut kepada Kisra. Setelah membaca surat dari Rosulullah,
ia menolak dan bahkan menyobek-nyobek surat Rosul. Peristiwa ini
didengar Rasulullah, kemudian beliau bersabda: ”Siapa saja yang telah
merobek-robek surat saya, dirobek-robek (diri dan kerajaan) orang itu”.
Selang beberapa waktu kemudian, terjadi suksesi dan pertumpahan
darah yang menyebabkan kematian sang raja. Kerajaan tersebut

120
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
mengalami kekacauan selama kurang lebih tiga tahun. Pada akhirnya,
diangkatlah Buwaran binti Syairawaih bin Kisra (cucu Kisra) sebagai ratu
karena ayah dan saudara laki-lakinya terbunuh dalam peristiwa tersebut.
Hal ini terjadi sekitar tahun 9 H. Mendengar hal ini, Rosulullah bersabda :
”Tidak akan beruntung suatu kaum yang diperintah perempuan”.

Penjelasan Hadis:
Pemahaman hadis di atas dapat dilakukan melalui dua pendekatan:
1. Pendekatan dengan Kaidah I “Al-Ibrah bi ‘Umum al-Lafzhi la bi Khushus
al-Sabab”
Melalui pendekatan kaidah ini, hadis di atas dapat
dipahami bahwa kaum perempuan tidak dapat atau tidak boleh
dijadikan pemimpin. Abu Bakrah, seorang sahabat Nabi Saw.
yang meriwayatkan hadis ini juga mempunyai pemahaman sama
seperti kaidah di atas. Pemahaman dengan pendekatan kaidah di
atas dipahami pula oleh Abd al-Qadir Abu Faris. Ia mengatakan
bahwa hadis tersebut tidak hanya berlaku bagi bangsa Persia
dimana ia diturunkan, akan tetapi berlaku pula bagi semua
bangsa yang dipimpin oleh perempuan. Maka yang harus menjadi
pertimbangan adalah bunyi hadis tersebut yang menunjukkan arti
umum (general), bukan pertimbangan konteks atau sebab, sesuai
dengan kaidah fiqh: “Al-‘Ibrah bi ‘Umum al-Lafz la bi Khusus al-
Sabab”.
Pendekatan pemahaman hadis dengan menggunakan kaidah
di atas mempunyai dua kelemahan:
a. Bertentangan dengan Pemahaman Al-Qur’an
Salah satu ayat yang berkaitan dengan hak-hak politik
kaum perempuan adalah surat al-Taubah ayat 71 yang telah
dijelaskan di atas. Yang mana secara umum, ayat tersebut
dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan
kerja sama antara laki-lakidan perempuan dalam berbagai

HADIS KELUARGA 121


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bidang kehidupan yang dilukiskan dengan kalimat menyuruh
mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar.
Kata “auliya”, dalam pengertiannya, mencakup kerja
sama, bantuan dan penguasaan. Sedangkan pengertian yang
terkandung dalam kalimat “menyuruh mengerjakan yang ma’ruf”
mencakup segala segi kebaikan atau perbaikan kehidupan,
termasuk memberi nasehat (kritik) kepada penguasa. Dengan
demikian setiap laki-laki dan perempuan muslimah hendaknya
mampu mengikuti perkembangan masyarakat agar masing-
masing mereka mampu melihat dan memberi saran (nasehat)
dalam berbagai bidang kehidupan. Kepentingan kaum muslimin
mencakup berbagai macam sector yang dapat menyempit atau
meluas sesuai dengan latar belakang pendidikan seseorang dan
tingkat pendidikannya. Kalimat ini mencakup berbagai bidang
kehidupan termasuk bidang politik.
b. Bertentangan dengan Fakta Sejarah
Pemahaman hadis seperti di atas tidak dapat dipertahankan
apabila dihadapkan pada fakta-fakta sejarah yang ada. Sejumlah
perempuan terbukti mampu memimpin bangsanya dengan
sukses dan gemilang. Sebagai contoh munculnya hadis di atas
(asbab al-wurud) sama persis dengan gambaran keterlibatan
‘Aisyah dalam politik praktis, yaitu kedudukan beliau sebagai
pemimpin dalam perang unta (perang Jamal, 656 M).
keterlibatan ‘Aisyah bersama sekian banyak sahabat Nabi Saw.
dan kepemimpinannya dalam peperangan itu menunjukan
bahwa beliau bersama para pengikutnya menganut paham
kebolehan keterlibatan perempuan dalam politik praktis
sekalipun. Peranan penting lainnya yang dilakukan oleh ‘Aisyah
adalah dalam bidang hadis, beliau adalah pearwi terbanyak yang
meriwayatkan setelah abu Hurairah, yaitu sebanyak 2210 hadis
(Abu Hurairah meriwayatkan 5374 hadis).102
102 Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci, (Jakarta: Transpustaka,

122
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
2. Pendekatan dengan Kaidah II “Al-‘Ibrah bi Khusus al-Sabab la bi ‘Umum
al-Lafz”
Menurut Ibn Hajar al-‘Asqallany tersebut melengkapi kisah
Kisra yang telah merobek-robek surat Nabi Saw. kisah tersebut
ditulis oleh Imam al-Bukhari sebelum ia menuliskan hadis ini, yaitu:

‫ َع ِن‬،‫صالِ ٍح‬ َ ‫ َع ْن‬،‫ َح َّدثـَنَا أَِب‬،‫يم‬


ِ ِ
َ ‫وب بْ ُن إبـَْراه‬ ُ ‫ َح َّدثـَنَا يـَْع ُق‬،‫َح َّدثـَنَا إِ ْس َحا ُق‬
َِّ ‫الل بن عب ِد‬ ِ ٍ ‫ابْ ِن ِش َه‬
ُ‫ أَ ْخبـََره‬،‫اس‬ ٍ َّ‫َن ابْ َن َعب‬َّ ‫ أ‬،‫الل‬ ْ َ ُ ْ َّ ‫ أَ ْخبـََرِن عُبـَْي ُد‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اب‬
‫ َم َع َع ْب ِد‬،‫ث بِ ِكتَابِ ِه إِ َل كِ ْس َرى‬ َ ‫ بـََع‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ول‬ َّ ‫« أ‬
َ ‫الل‬ َ ‫َن َر ُس‬
ِ َِّ
ُ‫ فَ َدفـََعه‬،‫الس ْه ِم ِّي « فَأ ََم َرهُ أَ ْن يَ ْدفـََعهُ إِ َل َعظ ِيم البَ ْح َريْ ِن‬ َّ َ‫الل بْ ِن ُح َذافَة‬
،‫ب‬ ِ ِّ‫سي‬ َّ ‫ت أ‬ُ ‫ فَ َح ِس ْب‬،ُ‫ فـَلَ َّما قـََرأَهُ َم َّزقَه‬،‫يم البَ ْح َريْ ِن إِ َل كِ ْس َرى‬ ِ
َ ُ‫َن ابْ َن امل‬ ُ ‫َعظ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أَ ْن ُيََّزقُوا ُك َّل مََُّز‬ َِّ ‫ول‬ ُ ‫ «فَ َد َعا َعلَْي ِه ْم َر ُس‬:‫ال‬
َ ‫الل‬ َ َ‫ق‬
Ishaq menceritakan kepada »‫ٍق‬
kami, ia berkata: Ya’qub bin Ibrahim menceritakan kepada
kami, ia berkata: bapakku menceritakan kepada kami dari
Shaleh dari Ibn Syihab, ia mengatakan ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah
menceritakan kepadaku bahwa Ibn ‘Abbas memberitahukannya
bahwa Rasulullah Saw. telah mengirim surat kepada Kisra
melalui ‘Abdillah bin Khuzafah al-Sahmi. Rasulullah Saw.
memerintahkannya untuk menyerahkan surat tersebut kepada
pembesar Bahrain, kemudian akan diserahkan kepada Kisra.
Ketika Kisra telah membacanya, ia merobek-robek surat tersebut.
Kemudian aku menyangka bahwa Ibnu Musayyib mengatakan:
Maka Rasulullah menyumpahkannya agar mereka akan dirobek-

robek seperti robekan surat tersebut.

Kisra yang telah merobek-robek surat Nabi Saw. dibunuh


oleh anak laki-lakinya. Sebelum matinya, Kisra mengetahui bahwa ia
dibunuh oleh anaknya sendiri, Syairuwiyah, maka ia memerintahkan
2013), hlm. 267-275, cet. I

HADIS KELUARGA 123


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kepada pembantunya yang setia untuk membunuh anaknya
setelah ia mati. Berselang enam bulan sejak kematian bapaknya,
Syairuwiyah-pun mati dengan cara diracun. Pada saat itu tidak ada
yang menggantikan kedudukan raja, karena disamping membunuh
ayahnya Syairuwiyah juga membunuh saudara-saudaranya yang
lain karena ambisi untuk menduduki tahta kerajaan, kecuali anak
perempuannya, Buran binti Syairuwiyah bin Kisra bin Barwiz. Anak
perempuan inilah yang kemudian menduduki tahta kerajaan. Tidak
lama kemudian kekuasaannya hancur berantakan, sebagaimana
sumpah Nabi Saw. kepada mereka.
Dalam konteks inilah Nabi Saw. bersabda: “Tidak akan
pernah beruntung bangsa yang diperintah oleh perempuan”. Hadis
ini diungkapkan dalam kerangka pemberitahuan, hanya sebuah
informasi yang disampaikan Nabi Saw. dan bukan dalam kerangka
legitimati hukum dan tidak memiliki relevansi hukum.
Dengan demikian hadis di atas harus dipahami dari sisi
esensinya dan tidak dapat digeneralisasi, akan tetapi lebih bersifat
spesifik untuk kasus bangsa Persia pada saat itu. Poin yang paling
esensial dalam kepemimpinan adalah kemampuan dan intelektualita,
dua hal yang dapat dimiliki oleh siapa saja, baik laki-laki maupun
perempuan. Kaidah fiqh “Al-‘Ibrah bi ‘Umum al-Lafzh la bi Khusus
al-Sabab” dapat dijadikan dasar hukum sepanjang essensinya
tepat. Di samping itu, persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
kemasyarakatan dan politik yang paling penting adalah factor
kemashlahatan. Kaidah fiqh menyatakan: “Tasharruf al-Imam
‘ala al-Ra’iyyah Manuthun bi al-Maslahah” (Kebijakan penguasa
atas rakyatnya harus didasarkan atas kemaslahatan mereka).
Kemaslahatan dalam kekuasaan publik antara lain dapat ditegaskan
melalui cara-cara kepemimpinan demokratis dan berdasarkan
konstitusi, serta perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
bukan kekuasaan tiranik dan otoriter. Kepemimpinan publik tidak

124
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ada kaitannya dengan masalah jenis kelamin, melainkan pada
kualifikasi pribadi dan system yang mendukungnya.103
Kalau hadis Abi Bakrah mengatakan bahwa tidak akan
bahagia suatu kaum yang mengangkat perempuan sebagai
pemimpin mereka, maka Al-Qur’an mengatakan justru sebaliknya.
Al-Quran memaparkan kisah seorang ratu yang memimpin
kerajaan yang besar, yaitu Ratu Balqis, di negeri Saba’. Hal ini
disebutkan dalam Al-Quran Surah Saba’ ayat 15:

ٍ َ‫ني وِش‬
‫ال ُكلُوا ِم ْن ِرْز ِق َربِّ ُك ْم‬ ِ ِ ِ ِ
َ ٍ ‫سبٍَإ ِف َم ْس َكن ِه ْم آيَةٌ َجنـَّتَان َع ْن َي‬ َ ‫لََق ْد َكا َن ل‬
‫ور‬ ٌّ ‫َوا ْش ُك ُروا لَهُ بـَْل َدةٌ طَيِّبَةٌ َوَر‬
ٌ ‫ب غَ ُف‬
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan)
di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri. Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya,
(negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan
Yang Maha Pengampun. (QS. Saba’; 15)

Informasi adanya negeri Saba’ yang dipimpin seorang ratu


bernama Ratu Balqis diterima Nabi Sulaiman as. dari pasukan
burung hud-hud. Kemegahan negeri Saba’ digambarkan oleh
ratunya yang mempunyai singgasana yang indah dan megah, dan
beraneka macam hiasan dan mutiara yang tidak dapat dihitung
banyaknya. Dia memiliki kekuasaan, kekuatan dan harta benda
yang banyak, tetapi dia dan kaumnya menyembah matahari. Hal
ini sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an:

ِ ‫ت ِمن ُك ِل َشي ٍء وَلا َعر‬ ِ


‫) َو َج ْدتـَُها‬23(‫يم‬ ٌ ‫ش َعظ‬ ٌ ْ َ َ ْ ّ ْ ْ َ‫ت ْام َرأَ ًة تَْل ُك ُه ْم َوأُوتِي‬ ُ ‫إِِّن َو َج ْد‬
ِ ‫س ِمن ُد‬
َِّ ‫ون‬ َّ ِ‫َوقـَْوَم َها يَ ْس ُج ُدو َن ل‬
‫ص َّد ُه ْم‬ َّ ‫الل َوَزيَّ َن َلُ ُم‬
َ َ‫الش ْيطَا ُن أَ ْع َما َلُ ْم ف‬ ْ ِ ‫لش ْم‬
ِ ِ‫السب‬
‫يل فـَُه ْم َل يـَْهتَ ُدو َن‬ َّ ‫َع ِن‬
103 Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci, hlm. 278-281, cet. I

HADIS KELUARGA 125


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
“Sesungguhnya aku menjumpai seorang perempuan yang
memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu
serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia
dan kaumnya menyembah matahari selain Allah, setan telah
menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan
mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga
mereka tidak dapat petunjuk. (QS. An-Naml: 23-24)

Mendengar laporan itu, Nabi Sulaiman berkata,


sebagaimana dikisahkan Allah dalam Al-Qur’an surah An-Naml
ayat 27 dan 28:

‫ب بِ ِكتَ ِاب َه َذا فَأَل ِْق ْه‬ ِ ِ َ ‫ْت أَم ُك ْن‬


َ ِ‫ت م َن الْ َكاذب‬
ْ ‫) ا ْذ َه‬27( ‫ني‬ ْ َ ‫َص َدق‬ َ ‫ال َسنـَْنظُُر أ‬ َ َ‫ق‬
‫إِلَْي ِه ْم ُثَّ تـََو َّل َعنـْ ُه ْم فَانْظُْر َما َذا يـَْرِجعُو َن‬
“Berkata Sulaiman, akan kami lihat, apa kamu termasuk orang-
orang yang berdusta. Pergilah dengan membawa suratku ini, lalu
jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka.
(QS. An-Naml: 27-28)

Setelah surat Nabi Sulaiman itu disampaikan kepada Ratu


Balqis, ia berkata sebagaimana disinggung dalam firman Allah
Swt dalam surah An-Naml: 29-32:

‫) إِنَّهُ ِم ْن ُسلَْي َما َن َوإِنَّهُ بِ ْس ِم‬29( ٌ‫اب َك ِرمي‬ ِ ََّ ِ‫ت ي أَيـُّها الْم َلُ إِِّن أُل ِْقي إ‬
ٌ َ‫ل كت‬ َ َ َ َ ْ َ‫قَال‬
ِ ِ َّ ‫الر ْح ِن‬ َِّ
‫ت َي أَيـَُّها‬ ْ َ‫) قَال‬31( ‫ني‬ َ ‫) أ ََّل تـَْعلُوا َعلَ َّي َوأْتُ ِون ُم ْسل ِم‬30( ‫الرح ِيم‬ َ َّ ‫الل‬
)32( ‫ون‬ ِ ‫اطعةً أَمرا ح َّت تَ ْش َه ُد‬ ِ ُ ‫الْم َلُ أَفـت ِون ِف أَم ِري ما ُك ْن‬
َ ً ْ َ َ‫ت ق‬ َ ْ ُْ َ
Berkata ia (Balqis), “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya
telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang berharga.
Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)
nya: Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayng. Janganlah kamu sekalian berlaku sombong
terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri. Berkata Balqis, “Hai pembesar-pembesar, berilah
aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah

126
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
memutuskan sesuatu persoalan pun sebelum kamu berada dalam
majelis (ku)” (QS. An-Naml: 29-32)

Dari ayat-ayat itu, tampak jelas betapa dalamnya pemikiran


Ratu Balqis, betapa besar usahanya untuk mengungkapkan
apa yang belum ia ketahui tentang Nabi Sulaiman sehingga ia
mengadakan musyawarah dengan para pembesar dikerjaannya
untuk meminta pandangan dan pendapat dari mereka. Dalam
musyawarah ini, mereka mengatakan bahwa mereka siap
bertempur melawan Nabi Sulaiman karena mereka merasa
memiliki kekuatan, baik pasukan tempur maupun logistik.
Demikian hanya beberapa ayat saja yang dapat kami
paparkan, kisah mengenai Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis dalam
Al-Qur’an. Al-Qur’an bercerita tentang kepemimpinan seseorang
perempuan dengan memberikan contoh historis Ratu Balqis
di Negeri Saba’ yang merupakan gambaran perempuan yang
mempunyai kecemerlangan pemikiran, ketajaman pandangan,
kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, dan strategi politik
yang baik. Waktu ia mendapat surat dari Nabi Sulaiman, ia
bermusyawarah dengan para pembesar. Walaupun merasa
kuat dan siap menghadapi perang melawan Sulaiman, namun
ia mempunyai pandangan yang jauh, ia tidak ingin negerinya
hancur dan rakyat menjadi korbannya karena ia mempunyai
intuisi bahwa Sulaiman raja yang amat kuat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kaum perempuan


berhak berhak untuk memimpin suatu negara (presiden atau perdana
menteri), sebagaimana halnya kaum laki-laki, bila mereka memiliki
kriteria persyaratan sebagai pemimpin. Jadi, kalau hadis Abi Bakrah di
atas mengatakan bahwa tidak bahagia suatu kaum yang mengangkat
pemimpin mereka seorang perempuan, Al-Quran justru menyebutkan
sebaliknya.104
104 Huzaimah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, hlm. 51-56

HADIS KELUARGA 127


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
G. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perempuan
diperbolehkan menjadi kepala negara atau kepala pemerintahan (perdana
menteri) selama dalam suatu negara, di mana system pemerintahan
berdasarkan musyawarah, seorang kepala negara tidak lagi harus bekerja
keras sendirian, tetapi dibantu oleh tenaga-tenaga ahli, sesuai dengan
bidang masing-masing (menteri dan staf ahlinya). Oleh karena itu, tidak
ada halangan bagi seorang perempuan untuk menjadi kepala negara atau
kepala pemerintahan (perdana menteri), yang penting adalah perempuan
yang diangkat untuk menduduki jabatan tersebut mampu dan kapabel
untuk menjalankan tugas-tugasnya. Untuk itu perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Perempuan yang melaksanakan pekerjaannya di luar rumah perlu
menjaga kode etik ajaran Islam yang bertujuan untuk menjaga
kehormatan perempuan, seperti menjaga kehormatan dirinya dari
kaum laki-laki yang tidak baik
2. Perempuan seyogyanya tidak dibebani dengan pekerjaan yang berat
yang biasa dilakukan kaum laki-laki
3. Perempuan dapat menjabat sebagai karyawan biasa atau pejabat
tinggi di Pemerintahan sesuai dengan kemampuan baik fisik dan
kecerdasannya.

128
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
WANITA PENYEBAB TIMBULNYA FITNAH

A. LATAR BELAKANG
Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang
dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal
menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme.
Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah
hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-
bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat
makanan. Berkata seorang sahabat, “Apakah karena kita sedikit pada saat
itu? Rasullah saw. bersabda, Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi
kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati
musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam
hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat,Apakah Wahn itu wahai
Rasulullah saw ? Rasulullah saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati”
(HR Abu Dawud)
Para ulama menjelaskan, tatkala Allah menjadikan dunia
terlihat indah di mata manusia, ditambah dengan berbagai aksesorisnya
yang memikat, mulailah jiwa dan hati condong kepadanya. Dari sini
manusia terbagi menjadi dua kubu sesuai dengan pilihannya. Sebagian
orang menjadikan seluruh anugerah tesebut sebagai tujuan hidupnya.
Seluruh pikiran dan tenaga dikerahkan demi meraihnya, hal itu sampai
memalingkan mereka dari ibadah. Akhirnya mereka tidak peduli
bagaimana cara mendapatkannya dan untuk apa kegunaannya. Ini adalah
golongan orang-orang yang kelak menerima azab yang pedih. Sedangkan
golongan yang kedua adalah orang-orang yang sadar bahwa tujuan
penciptaan dunia ini adalah untuk menguji manusia, sehingga mereka
menjadikannya sarana untuk mencari bekal akhirat. Inilah golongan
yang selamat dari fitnah, merekalah yang mendapat rahmat Allah
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan
menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan. Namun pada

HADIS KELUARGA 129


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kesempatan kali ini kali kami pemakalah akan lebih khusus mengkaji
tentang fitnah wanita.

B. PENGERTIAN FITNAH
Secara etimologi fitnah itu artinya kesesatan, dan secara istilah syara fitnah
adalah menyebarkan berita bohong / jelek dalam suatu hal / orang lain, baik
secara diam-diam maupun secara terang-terangan. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia,fitnah diartikan sebagai perkataan yang bermaksud menjelekkan orang.
Fitnahinimunculkarenabeberapafaktoryaitukebencian,kemunafikandankedustaan.
Fitnah bertujuan untuk menjatuhkan martabat dan membuat kesengsaraan kepada
sesorang atau kelompok tertentu. dalam Al-qur’an
kata fitnah mempunyai arti yang berbeda-beda, Menurut Al-Raghib al-
asfahani, kata fitnah berasal dari kata fatana yang pada mulanya berarti membakar
emas untuk mengetahui kadarnya. Kata tersebut digunakan dalam Al-Qur’an
dalam arti “azab” seperti dalam QS Az-Zariyat 14

14(( ‫ذُوقُوا فِتـْنـَتَ ُك ْم َه َذا الَّ ِذي ُكنـْتُ ْم بِ ِه تَ ْستـَْع ِجلُو َن‬
‘Rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dulu kamu minta untuk disegerakan.

Kata fitnah, dalam Al-qur’an, juga digunakan dengan arti “Menguji”, baik
ujian itu berupa nikmat (kebaikan) maupun kesulitan (keburukan) sebagaimana
yang disebutkan di dalam QS. Al-Anbiya : 35.

)35( ‫الَ ِْي فِتـْنَةً َوإِلَيـْنَا تـُْر َجعُو َن‬


ْ ‫لش ِّر َو‬ ِ ‫س َذائَِقةُ الْمو‬
َّ ‫ت َونـَبـْلُوُك ْم ِب‬ َْ ٍ ‫ُك ُّل نـَْف‬
Artinya : tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengankeburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan
hanya kepada kamilah kamu dikembalikan”.

C. PEREMPUAN MENJADI FITNAH TERBESAR UNTUK KAUM LAKI-LAKI

َّ ‫ت أ ََب عُثْ َما َن النـَّْه ِد‬


‫ َع ْن‬،‫ي‬ ُ ‫ َِس ْع‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن ُسلَْي َما َن التـَّْي ِم ِّي‬،ُ‫ َح َّدثـَنَا ُش ْعبَة‬،‫آد ُم‬
َ ‫َح َّدثـَنَا‬

130
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
‫ت بـَْع ِدي‬
ُ ‫«ما تـََرْك‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ :‫ال‬ ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،‫اللُ َعنـْ ُه َما‬
َ ‫َّب‬ َّ ‫ض َي‬ِ ‫أُسامةَ بْ ِن َزيْ ٍد ر‬
َ ََ
»‫س ِاء‬ ِ ِ ِ ِ ‫ض َّر َعلَى‬
َ ّ‫الر َجال م َن الن‬ ّ َ َ‫فِتـْنَةً أ‬
“Telah menceritakan Adam, telah menceritakan kepada kami Syu’bah
dari Sulaiman at-Taimi ia mengatakan, Aku mendengar dari Abu Usman
An-Nahdi dari Usamah bin Zaid bahwa Nabi bersabda: Sepeninggalku,
tidak ada ujian berat yang membahayakan bagi kaum laki-laki melebihi
(godaan) kaum wanita”(HR.Bukhari:5096)

Hadits ini menunjukkan bahwasannya fitnah yang disebabkan


wanita merupakan fitnah terbesar daripada fitnah lainnya. Hal itu
dikuatkan dengan firman Allah:

….‫س ِاء‬ ِ ِ ِ َّ ‫ب‬


َ ّ‫الش َه َوات م َن الن‬ ِ ‫ُزيِّ َن لِلن‬
ُّ ‫َّاس ُح‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita..”

Dalam hadits dan ayat di atas dengan jelas dinyatakan bahwa


manusia memiliki kecenderungan syahwat keduniaan terutama terhadap
wanita. Maka tak heran jika ada laki-laki yang bersemangat mencari
nafkah dan melakukan berbagai amalan baik bagi wanita ataupun istri
mereka. Namun tak sedikit pula dari mereka rela melakukan pekerjaan
tercela hanya demi wanita. Sungguh wanita adalah makhluk lua biasa,
dari rahimnya bisa lahir manusia semulia Rasulullah saw. dan juga sehina
Fir’aun.
Rasulullah juga bersabda:

،ُ‫ َح َّدثـَنَا ُش ْعبَة‬،‫ َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر‬:‫ قَ َال‬،‫شا ٍر‬ َّ َ‫ َو ُمَ َّم ُد بْ ُن ب‬،‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن ال ُْمثـَ َّن‬
‫صلَّى‬ ٍ ‫ث َعن أَِب س ِع‬ ِ ُ ‫ َِس ْع‬:‫ال‬
َ ‫َّب‬ ِّ ِ‫ َع ِن الن‬،‫ي‬ ِّ ‫الُ ْد ِر‬
ْ ‫يد‬ َ ْ ُ ‫ ُيَ ّد‬،‫ض َرَة‬ ْ َ‫ت أ ََب ن‬ َ َ‫ ق‬،َ‫َع ْن أَِب َم ْسلَ َمة‬
‫ف‬َ ‫ فـَيـَْنظُُر َك ْي‬،‫ َوإِ َّن هللاَ ُم ْستَ ْخلِ ُف ُك ْم فِ َيها‬،ٌ‫ض َرة‬
ِ ‫الدنـْيا حلْوةٌ َخ‬
َ ُ َ ُّ ‫ «إِ َّن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
»‫س ِاء‬ ِ
َ ّ‫ت ِف الن‬ ْ َ‫يل َكان‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫الدنـْيَا َواتـَُّقوا النِّس‬
َ ‫ فَإ َّن أ ََّو َل فتـْنَة بَِن إ ْس َرائ‬،‫اء‬ َ ُّ ‫ فَاتـَُّقوا‬،‫تـَْع َملُو َن‬

HADIS KELUARGA 131


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dari Sa’id al-Khudri r.a, Rasulullah saw bersabda “sesungguhnya
dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian
untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian.
Karenanya jauhilah fitnah dunia dan fitnah wanita, sebab sesungguhnya
fitnah Pertama kali dikalangan Bani Israil adalah masalah wanita”
Al- Mubarakfuri berkata: ‘Sisi bahaya fitnah wanita bagi kaum
lelaki adalah karna pada umumnya tabiat seorang lelaki adalah sangat
mencintai wanita. Ada yang terjerumus ke dalam perkara haram karna
wanita, bahkan ada peperangan dan pembunuhan yang disebabkan oleh
wanita. Setidaknya seorang wanita (istri) dapat menjadikan lelaki (suami)
berambisi terhadap dunia. Ujian apa yang lebih berbahaya daipada
dunia?”
Rasulullah juga bersabda:

،‫الزبـَِْي‬ُّ ‫ َع ْن أَِب‬،‫هللا‬ ِ ‫شام بن أَِب عب ِد‬ ِ ِ


ْ َ ُ ْ ُ َ ‫ َح َّدثـَنَا ه‬،‫ َح َّدثـَنَا َع ْب ُد ْالَ ْعلَى‬،‫َح َّدثـَنَا َع ْم ُرو بْ ُن َعل ٍّي‬
‫ َو ِه َي‬،‫ب‬ ِ ِ َ ‫َن رس‬
َ َ‫ فَأَتَى ْام َرأَتَهُ َزيـْن‬،ً‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َرأَى ْام َرأَة‬َ ‫ول هللا‬ ُ َ َّ ‫ أ‬،‫َع ْن َجابِ ٍر‬
‫ورِة‬
َ‫ص‬ ُ ‫ «إِ َّن ال َْم ْرأَةَ تـُْقبِ ُل ِف‬:‫ال‬َ ‫ فـََق‬،‫َص َحابِ ِه‬
ْ ‫ ُثَّ َخ َر َج إِ َل أ‬،ُ‫اجتَه‬
َ ‫ضى َح‬ َ ‫ فـََق‬،‫س َمنِيئَةً َلَا‬ُ ‫تََْع‬
‫ك يـَُر ُّد‬ َ ِ‫ فَِإ َّن َذل‬،ُ‫ْت أ َْهلَه‬
ِ ‫ فَِإ َذا أَبصر أَح ُد ُكم ْامرأَةً فـلْيأ‬،‫ان‬
َ َ َ ُ َ ََ ْ
ٍ َ‫ وتُ ْدبِر ِف صورِة َش ْيط‬،‫ان‬
َ ُ ُ َ َ‫َش ْيط‬
ٍ
»‫َما ِف نـَْف ِس ِه‬
“Sesungguhnya wanita ittu datang dalam bentuk setan dan berlalu dalam
bentuk setan pula. Apabila salah seorang dari kalian melihat seorang
wanita (dan bangkit syahwatnya) maka hendaknya dia mendatangi
istrinya (menggaulinya) karena hal itu akan mengembalikan apa yangada
pada dirinya (meredakan syahwatnya).”

Imam Al-Nawawi dalam mengomentari hadits tersebut mengutip


pendapat para ulama, bahwa maknanya adalah penampilan wanita
dapat membangkitkan syahwat dan mengajak kepada fitnah. Hal ini
telah ditetapkan oleh Allah SWT., sehingga laki-laki merasa nikmat
dalam melihat kecantikan wanita. Maka dari itu lebih lanjut Al-Nawawi
menambil faedah hukum, bahwasanya hendaknya seorang wanita tidak
keluar dari rumahnya dan berada di antara laki-laki, kecuali dalam

132
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
keadaan darurat. Sebaliknya, lelaki juga hendaknya menundukkan
pandangannya serta tidak berbaur denan perempuan yang bukan
mahram.
Allah SWT berfirman:

‫اللَ َخبِريٌ ِبَا‬ َّ ‫ك أَ ْزَكى َلُ ْم إِ َّن‬ َ ِ‫وج ُه ْم َذل‬ ِ ‫قُل لِلْم ْؤِمنِني يـغُضُّوا ِمن أَب‬
َ ‫صا ِره ْم َوَْي َفظُوا فـُُر‬ َْ ْ َ َ ُ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ
ِ َ‫) وقُل للْم ْؤمن‬30( ‫صنـعو َن‬
‫ين‬
َ ‫وج ُه َّن َوَل يـُْبد‬ َ ‫ْن فـُُر‬ َ ‫صا ِره َّن َوَْي َفظ‬
َ ْ‫ض َن م ْن أَب‬ ْ ‫ض‬
ُ ْ‫ات يـَغ‬ ُ ْ َ َُ ْ َ‫ي‬
‫ين ِزينـَتـَُه َّن إَِّل لِبـُعُولَتِ ِه َّن‬ ِ ِِ ِ ِ ْ ‫ِزينـتـه َّن إَِّل ما ظَهر ِمنـها ولْي‬
َ ‫ض ِربْ َن بُ ُم ِره َّن َعلَى ُجيُوب َّن َوَل يـُْبد‬ َ َ َْ َ َ َ َُ َ
ِِ ِِ ِ ِ
‫آبء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَائِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَاء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َوان َّن أ َْو بَِن إِ ْخ َوان َّن أ َْو‬ ِ ‫أَو‬
َ ‫آبئ ِه َّن أ َْو‬
َ ْ
ِ ‫الر َج‬ ِ ِ ِ ْ ‫سائِ ِه َّن أ َْو َما َملَ َك‬ ِ ِِ
‫ال‬ ِّ ‫ال ْربَة م َن‬ ِْ ‫ُول‬ ِ ‫ني غَ ِْي أ‬َ ‫ت أ َْيَانـُُه َّن أَ ِو التَّابِع‬ َ ‫بَِن أَ َخ َوات َّن أ َْو ن‬
‫ني ِم ْن‬ ِ ِ ِ ْ َ‫س ِاء َوَل ي‬
َ ‫ض ِربْ َن ِب َْر ُجل ِه َّن ليـُْعلَ َم َما ُيْف‬ ِ ِ
َ ّ‫ين َلْ يَظ َْه ُروا َعلَى َع ْوَرات الن‬
ِ َّ ِ
َ ‫أَ ِو الطّْف ِل الذ‬
)31( ‫ج ًيعا أَيُّهَ ال ُْم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُحو َن‬ َِ ‫الل‬َِّ ‫ِزينتِ ِه َّن وتُوبوا إِ َل‬
ُ َ َ
Dari ayat diatas diketahui bahwa laki-laki dan wanita sama-
sama diperintah menundukkan pandangan dari lawan jenis yang bukan
mahram. Dengan kata lain, masin-masin menjadi fitnah (ujian) bagi yang
lain. Jika yang disebut Pertama dalam rangkaian hal-hal yang dicintai
manusia (al-syahawat) pada surah Ali-Imran ayat 14 diatas adalah
wanita yan menempati urutan kedua adalah anak laki-laki.
Kata ‘wanita’ dan ‘anak laki-laki’ pada ayat tersebut menimbulkan
pertanyaan, apakah lelaki dan anak perempuan tidak dicintai oleh
manusia, atau kata manusia disini khusus pria? Quraish Shihab
menjelaskan bahwa manusia yang dimaksud oleh ayat ini adalah semua
putri Adam, lebih-lebih yang dewasa baik pria maupun wanita.
Peringatan agar waspada terhadap sesuatu, bukan berarti
semua hal yang berkaitan dengan wanita adalah buruk, akan tetapi
menunjukkan bahwasannya wanita memilki pengaruh yang cukup
besar dalam kehidupan seseorang. Kesibukan dengan wanita dapat
menjauhkan ia dari Allah SWT. Serta memalingkan seseorang tersebut

HADIS KELUARGA 133


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dari urusan akhirat.
Al-Qur’an pun menyebutkan bahwa hara dan anak-anak yang
merupakan kenikmatan hidup dunia dan perhiasannya sebagai fitnah
yang harus diwaspadai, sebagaimana firman Allah:

….ٌ‫إِ َّنَا أ َْم َوالُ ُك ْم َوأ َْوَل ُد ُك ْم فِتـْنَة‬


“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)..”
(QS. Al-Thagabun: 15)

Peringatan untuk berhati-hati terhadap wanita dalam hadis-hadis


yang telah disebutkan sebelumnya tidak berbeda dengan peringatan
berhati-hati terhadap kenikmatan harta, kemakmuran, dan kesenangan
hidup seperti yang telah disebutkan pada ayat diatas. Wanita-wanita itu
menjadi fitnah apabila mereka menjadi alat untuk membangkitkan nafsu
serta syahwat dalam hati kaum laki-laki. 105
Untuk itu hendaklah setiap orang yang Beriman, lelaki dan
wanita lebih bisa menjaga diri dalam pergaulan, berpenampilan sopan
sesuai syariat, menghindari khalwah (berduaan) dengan yang bukan
mahramnya, dan tidak mengobral janji manis serta mengumbar rayuan
maut yang dapat menjerumukan pada hal-hal yang diharamkan.

D. Perempuan Pembawa Sial

َِّ ‫ أَ ْخبـرِن س ِال بن عب ِد‬:‫ال‬


َّ ‫ أ‬،‫الل‬ ِ
‫َن َع ْب َد‬ ْ َ ُ ْ ُ َ ََ َ َ‫ ق‬،‫ي‬ ِّ ‫الزْه ِر‬
ُّ ‫ َع ِن‬،‫ب‬ ٌ ‫ أَ ْخبـََرَن ُش َع ْي‬،‫َح َّدثـَنَا أَبُو اليَ َمان‬
‫ « إِ َّنَا‬:‫ول‬ ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يـَُق‬ َّ ِ‫ت الن‬ ُ ‫ َِس ْع‬:‫ال‬ َّ ‫ض َي‬ ِ ‫الل بْن عُمر ر‬ ِ
َ ‫َّب‬ َ َ‫ ق‬،‫اللُ َعنـْ ُه َما‬ َ َ َ َ َّ
)‫الدا ِر « (رواه خباري‬ َّ ‫ َو‬،‫ َواملَْرأ َِة‬،‫س‬ِ ‫ ِف ال َف َر‬:‫الش ْؤ ُم ِف ثَالَثٍَة‬
ُّ
Riwayat dari ‘Abdullah ibn ‘Umar ra. berkata: Aku mendengar Rasullah

105 Lembaga penelitian dan pengkaji ilmiah (LPPI) Institut ilmu Al-Qur’an,Laporan
Penelitian Tingkat Pemahaman dan Penerimaan Kaum Perempuan terhadap hadis-hadis
misoginis studi terhadap mahasiswi IIQ,(Jakarta:2013) hal. 124-130

134
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
saw. bersabda: “Anggapan sial itu ada pada 3 hal: pada kuda, perempuan
dan rumah.”

Hadits ini tidak diragukan lagi keshahihannya dari segi sanad,


karena telah memenuhi persyaratan hadits shahih yang ditetapkan oleh
Bukhari dan Muslim. Hadits ini terkesan misoginis karna memposisikan
kaum perempuan saderajat dengan kuda (hewan) dan rumah (benda)
dalam mendatangkan kesialan bagi manusia.
Al-Khattabi berpendapat bahwa keberuntungan dan kesialan
adalah 2 pertanda yang menunjukkan kebaikan dan keburukan pada
manusia, namun semua itu tidak akan terjadi kecuali karna ketetapan
Allah SWT. Penyebab 3 aspek di atas masuk kedalam kategori yang
mendatangkan sial karena 3 hal ini biasanya (ghalib) tidak terlepas dari
kehidupan sehari-hari. Sehingga banyak orang yang beranggapan jika 3
hal ini tidak dapat menghasilkan manfaat lagi atau tidak berjalan lancar,
maka mereka mengaitkannya dengan hadits di atas.
Sebagian ulama berpendapat bahwa kesialan pada wanita dapat
disebabkan beberapa alasan, yaitu:
1. Mandul (tidak dapat menghasilkan keturunan)
2. Mas kawin (mahar)
3. Akhlaknya yang buruk
Sedangkan kesialan rumah disebabkan oleh kesempitannya serta
tetangga yang jahat. Lalu, kesialan kuda terletak jika ia sudah tidak dapat
dimanfaatkan dan tidak dapat dikendalikan (liar) lagi. Menurut Ibn
Qutaibah, latar belakang hadits ini adalah orang-orang Arab jahiliyah
selalu melakukan Tathayyur, kemudian Nabi melarang mereka, namun
mereka tidak menaati sepenuhnya larangan itu. Sehingga tersisalah 3
hal yang disebutkan oleh hadits tersebut. Tathayyur adalah salah satu
fenomena syirik yang menjadi salah satu misi utama para Nabi untuk
menghapuskannya.
Sebagian ulama memberikan komentar terhadap kesialan wanita
yang disebabkan oleh kemandulan. Penjelasan ini jelas sangat ironis jika

HADIS KELUARGA 135


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
melihat kehidupan Rasulullah saw. yang menikahi 14 perempuan sebagai
suri tauladan yang baik bagi umatnya. Dari 14 orang istri Rasulullah
saw. terdapat beberapa istrinya yang tidak dapat memberikan keturunan.
Namun, nabi tidak mendiskriminasikannya atau menambahkan
menganggapnya sebagai pembawa sial.
‘Aisyah menolak hadits di atas dengan hadits berikut:

‫ َد َخ َل‬،‫ي‬ ِ ْ َ‫َن َر ُجل‬َّ ‫ أ‬،‫سا َن ْالَ ْع َر ِج‬َّ ‫ َع ْن أَِب َح‬،َ‫ادة‬ َ َ‫ َع ْن قـَت‬،‫ َح َّدثـَنَا َس ِعي ٌد‬،‫ح‬ ٌ ‫َح َّدثـَنَا َرْو‬
:‫ول‬ ُ ‫ َكا َن يـَُق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ب‬ َّ ‫ث أ‬
َّ َِ‫َن ن‬ ُ ‫ إِ َّن أ ََب ُه َريـَْرةَ ُيَ ِّد‬:‫شةَ فـََق َال‬َ ِ‫َعلَى َعائ‬
َ ‫الل‬
‫ َو ِش َّقةٌ ِف‬،‫الس َم ِاء‬ َّ ‫ت ِش َّقةٌ ِمنـَْها ِف‬ ْ ‫ فَطَ َار‬:‫ال‬ َ َ‫الدا ِر» ق‬ َّ ‫ َو‬،‫الدابَِّة‬ َّ ‫ َو‬،‫«إِ َّنَا ال ِطّيـََرةُ ِف ال َْم ْرأ َِة‬
َّ َِ‫ َولَ ِك َّن ن‬،‫ول‬
‫ب‬ ُ ‫اس ِم َما َه َك َذا َكا َن يـَُق‬ ِ ‫ والَّ ِذي أَنـز َل الْ ُقرآ َن َعلَى أَِب الْ َق‬:‫ت‬ ِ ‫ْال َْر‬
ْ َْ َ ْ َ‫ فـََقال‬،‫ض‬
‫ ال ِطّيـََرةُ ِف ال َْم ْرأ َِة‬:‫اهلِيَّ ِة يـَُقولُو َن‬
ِ ‫ « َكا َن أ َْهل ا ْل‬:‫ول‬ ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكا َن يـَُق‬ َِّ
َ ُ َ ‫الل‬
‫ض َوَل ِف أَنـُْف ِس ُك ْم إَِّل‬ ِ ‫صيبَ ٍة ِف ْال َْر‬ ِ ‫ {ما أَصاب ِمن م‬:ُ‫شة‬ ِ ْ ‫الدابَِّة « ُثَّ قـرأ‬ َّ ‫الدا ِر َو‬َّ ‫َو‬
ُ ْ َ َ َ َ ‫َت َعائ‬ ََ
‫آخ ِر ْاليَِة‬ِ ‫] إِ َل‬22 :‫اب} [احلديد‬ ٍ َ‫ِف كِت‬
“Rauh menceritakan kepada kepada kami ia berkata: Sa’id menceritakan
kepada kami dari Qatadah dari Abi Hasan, bahwa ada 2 orang laki-laki
datang kepada ‘Aisyah, keduanya berkata: “sesungguhnya Abu Hurairah
bercerita bahwa Nabi pernah bersabda: ‘Kesialan itu terdapat pada
perempuan binatang dan rumah.’ Maka terbanglang sebagian lanbung
‘Aisyah ke langit dan sebagian lagi ke bumi (gambaran kemarahan
yang memuncak dari ‘Aisyah setelah mendengar cerita tersebut). ‘Demi
yangtelah menurunkan Al-Qur’an kepada Abi Al-Qasim (Nabi saw),
bukan seperti itu yang beliau sabdakan, akan tetapi Nabi saw bersabda:
‘Orang-orang Jahiliyah mengatakan bahwa kesialan terdapat pada
perempuan, binatang dan rumah,’ Kemudian ‘Aisyah membaca ayat:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudabah bagi Allah.(QS. Al-Hadid:22)”

Dalam riwayat Abu Daud Al-Thayalisi, ‘Aisyah langsung


mengkritik hadits Abu Hurairah disebabkan ia (Abu Hurairah) tidak

136
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
mendengarkan hadits tersebut secara keseluruhan (lengkap).106 Kritikan
‘Aisyah dengan menggunakan ayat Al-Qur’an terhadap periwayatan Abu
Hurairah menjadikan hadits yang dibawakannya (yang termasuk hadits
dha’if) tersebut menjadi “tandingan yang seimbang”bila disandingkan
dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang di kutip oleh
Al-Bukhari, yaitu QS. Al-Hadid:22. Insyaallah ‘Aisyah lebih mendekati
kebenaran , karena lebih sesuai dengan larangan Nabi Saw secara umum
tentang Tathuyyur.

E. KESIMPULAN
Definisi Fitnah menurut para ahli bahasa bermakna ujian atau
cobaan dalam berbagai macam bentuknya. Ada ujian yang buruk seperti
siksaan, kesusahan, penderitaan, penyakit, dsb. Dan ada ujian dalam
bentuk kebaikan seperti harta, wanita, kedudukan, popularitas . Fitnah
juga bermakna kegagalan dari sebuah ujian dan berakibat pada keburukan
seperti syirik, kejahatan, kemungkaran, kerusakan, perselisihan, saling
bunuh,dsb
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadits, sebagaimana yang telah terlampir diatas. Fitnah wanita dapat
menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari
kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan
kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena
faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai
dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam
Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang
hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois.
Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka
banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan

106 Lembaga penelitian dan pengkaji ilmiah (LPPI) Institut ilmu Al-Qur’an,Laporan
Penelitian Tingkat Pemahaman dan Penerimaan Kaum Perempuan terhadap hadis-hadis
misoginis studi terhadap mahasiswi IIQ,(Jakarta:2013) hal.77-81

HADIS KELUARGA 137


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu wanita selain istrinya,
maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah
inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam.
Berbicara tentang wanita jelas tidak akan ada habisnya dan
tulisan-tulisan tentang wanita pun banyak terpapar dalam jurnal maupun
karya-karya tulis saat ini. Namun, jika kita membahas kenyataan yang
ada pada saat ini fitnah pun tidak hanya dapat ditimbulkan oleh wanita
semata namun kaum pria pun dapat menjadi penyebab timbulnya fitnah
itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh lemahnya tingkat keimanan
atau faktor lingkungan yang mendukung untuk terjadinya fitnah itu.
Dikarenakan fitnah dapat muncul dari segala macam aspek maka
dari itu alangkah lebih baiknya kita sebagai kaum wanita yang menjadi
objek utama pembahasan ini lebih dapat menjaga diri, dan kehormatan
keluarga kita.

138
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
KESAKSIAN WANITA

A. LATAR BELAKANG
Syahadah atau persaksian bagi wanita merupakan salah satu isu
yang sering diragukan tentang keadilan Islam di dalamnya. Islam datang
menggumbar kesetaraan dan persamaan hak antarmanusia. Namun,
dalam hak persaksian kaum hawa, cenderung tergambarkan diskriminatif
sebagai pilihan kedua setelah pria, atau dua saksi wanita baru sebanding
dengan satu saksi pria.
Satu sisi, banyak kalangan memahami bahwa Islam menempatkan
kedudukan wanita lebih rendah dibanding pria. Islam juga dianggap telah
memberikan perlakuan istimewa kepada pria dalam hak-hak individual
dan sosial yang tidak diberikan kepada wanita. Tetapi juga banyak
kalangan yang memberikan interpretasi serba positif melalui ayat-ayat
al-Qur’an dan hadis serta pemikiran ulama tentang hak wanita.
Klaim dan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar ini sejak awal telah
muncul, dan sejak itu telah mendapat jawaban dan sanggahan tersirat
pada mereka yang mempertanyakannya. Salah seorang sahabat wanita
bertanya tentang kekurangan pada mereka. Rasul saw. mengungkapkan
kaum wanita kurang akal dan kurang agamanya. Hal ini, disebabkan
karena wanita amat perasa, tidak tegas hingga kesekasian seorang wanita
belum cukup untuk diterima. 
Pada banyak hal, Islam juga dianggap agama yang tidak menghormati
wanita. Dalam sejarah Islam, Rasulullah saw. pada banyak kesempatan
memuliakan dan mengutamakan kaum wanita. Wanita sebagai makhluk
ciptaan Tuhan memiliki ciri dan sifat mendasar seperti perasa, ragu,
tidak tegas, penakut. Sifat ini tidak berubah walaupun kondisi saat ini
telah berbeda dan berkembang. Ruang-ruang yang biasanya dipenuhi
oleh kaum adam, saat ini telah mulai diisi oleh kaum hawa. Mereka
berdagang, berbisnis, berkantor, bahkan masuk dalam rana politik dan

HADIS KELUARGA 139


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
pemerintahan. 
Untuk itu, dalam pembahasan ini, kita akan memaparkan tentang
hadis mengenai persaksian wanita, alasan mengapa persaksian wanita
dinilai setengah dari persaksian laki-laki, dan bagaimana hukum
persaksian wanita dalam islam.

B. PERSAKSIAN
1. Pengertian

Persaksian (bisa dibaca juga kesaksian) atau ‫ الشهادة‬berasal dari


kata ‫ شاهد – يشاهد – شهادة‬yang berarti melihat/menyaksikan. Al-Jauhari
mengatakan, kesaksian berarti berita pasti. Musyahadah artinya
sesuatu yang nyata, karena saksi adalah orang yang menyaksikan
sesuatu yang orang lain tidak mengetahuinya. Dikatakan juga, bahwa
kesaksian berarti seseorang yang memberitahukan secara benar atas
apa yang dilihat dan didengarnya.
Hukum pemberian kesaksian ini fardhu kifayah bagi orang yang
ditujukan memberikannya. Allah swt berfirman:

‫ضا فـَْليـَُؤِّد‬ ُ ‫ضةٌ فَِإ ْن أ َِم َن بـَْع‬


ً ‫ض ُك ْم بـَْع‬ َ ‫َوإِ ْن ُكنـْتُ ْم َعلَى َس َف ٍر َوَلْ َِت ُدوا َكاتِبًا فَ ِرَها ٌن َم ْقبُو‬
ِ َّ ‫الَّ ِذي ْاؤُتِ َن أ ََمانـَتَهُ َولْيـَت َِّق‬
ُ‫ادةَ َوَم ْن يَ ْكتُ ْم َها فَِإنَّهُ آثٌ قـَلْبُه‬ َّ ‫اللَ َربَّهُ َوَل تَ ْكتُ ُموا‬
َ ‫الش َه‬
ِ
)283( ‫يم‬ ٌ ‫اللُ ِبَا تـَْع َملُو َن َعل‬َّ ‫َو‬
“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan
seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang
dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya
(utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya.
dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian.
Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya
ia adalah orang yang berdosa hatinya....” (QS. Al-Baqarah: 283).

2. Syarat-Syarat Syahadah
a. Berakal Sehat dan Baligh (Dewasa)

140
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Seorang saksi disyaratkan memenuhi kualifikasi berakal
sehat dan baligh berdasarkan kesepakatan fukaha, sehingga
kesaksian orang yang tidak berakal sehat tidak dapat diterima
secara ijmak, seperti orang gila, orang mabuk, dan anak kecil yang
belum dewasa karena tidak dapat diperoleh kepercayaan melalui
perkataan mereka.
Saksi sejumlah anak untuk bersaksi sesama mereka,
dibolehkan oleh Imam Malik dalam kasus menyakiti atau
melukai anak yang lain. Hal ini berbeda dengan Jumhur, yang
menyebutkan ketidakbolehan saksi anak secara mutlak masih
diragukan keterangan mereka.107
b. Merdeka
Ulama Hanafi, Maliki, dan Syafi’i sepakat bahwa saksi
harus orang yang merdeka sehingga kesaksian budak tidak
diterima. Namun demikian, pengertian merdeka dalam hal ini pada
hakikatnya adalah tidak ada ancaman atau pun tekanan terhadap
saksi. Saksi bebas mengungkapkan hal-hal yang dibutuhkan
dalam persaksian tanpa ada intimidasi dari pihak lain, bahkan dia
juga tidak boleh bersikap superior dan emperior.
c. Islam
Fukaha sepakat bahwa saksi harus beragama Islam,
sehingga tidak diterima kesaksian seorang kafir terhadap orang
Islam. Akan tetapi, ulama Hanafi dan Hanbali membolehkan
kesaksian seorang kafir dalam masalah wasiat yang dibuat dalam
perjalanan. Ahl al-Z|immah juga diperbolehkan kesaksiannya
terhadap sesama dalam pandangan Hanafiyah ketika dianggap
taat pada kepercayaannya.108
Keabsahan saksi non-muslim dalam praktek hukum acara
yang berlaku di lingkungan peradilan agama, dipertimbangkan
berdasarkan kedudukan saksi tersebut, apakah sebagai syarat
107 Ibnu Qayyim al-Jauzi, al-Qawanin al-Fiqhiyah,(Makkah: Abbas) h. 202
108 Ibnu Najjar, Muntaha al-Iradat, (Terj. Alim al-Kutub) h. 158 jil. II

HADIS KELUARGA 141


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hukum atau sebagai alat pembuktian. Dalam hal saksi sebagai
alat pembuktian, yang diperlukan dalam proses pemeriksaan di
pengadilan untuk memperjelas suatu peristiwa dan kejadian yang
dipersengketakan oleh para pihak yang berperkara. Hal ini, bukan
masalah yang berhubungan dengan agama seperti dua orang saksi
beragama Islam sebagai syarat hukum untuk sahnya perkawinan,
maka kesaksian non-muslim dapat diterima.109
d. Tidak buta
Tidak perkenankan saksi seorang yang buta disebabkan
ketidak mampuannya dalam membedakan seseorang walaupun
memilik pendengaran yang kuat. Malikiyah dan Hanabilah
membolehkannya dengan syarat yakin akan pemilik suara.110
e. Tidak bisu
Imam Malik membolehkan saksi bisu dengan syarat cakap
dalam isyarat dan dapat dipahami. Sementara sebagian besar ahli
fikih menganggap syarat diterimanya saksi itu adalah tidak bisu. 
Dalam konteks kemajuan teknologi saat ini, banyak
kalangan yang berkebutuhan khusus, seperti bisu atau tuli dapat
turut andil dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Mereka
menggunakan alat-alat canggih sehingga mampu menutup
sebahagian kekurangannya. Hal ini, sejalan pendapat Imam Malik
sebagai tinjauan sah diterima persaksian orang bisu.
f. Adil
Adil yang dimaksud adalah antonim kata fasiq yang
bermakna terjaga dari perbuatan dosa-dosa besar, dan menjaga
muru’ah (kehormatan). 
g. Netral (tidak ada kepentingan)
Adapun kesaksian berdasarkan jenis kelamin menurut
ulama fikih dikategorikan ke dalam syarat-syarat khusus, yang
109 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata dilingkungan Peradilan
Agama¸(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 381, cet. IV
110 Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-
Fikr) hal.564, cet. III

142
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
akan dibahas selanjutnya.

C. Hadis-Hadis tentang Persaksian

1. Hadis tentang Persaksian

ِ ‫ عن عب ِد‬،‫ك‬ ِ
‫ َع ْن‬،‫هللا بْ ِن أَِب بَ ْك ٍر‬ ْ َ ْ َ ٍ ‫ت َعلَى َمال‬ ُ ْ‫ قـََرأ‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫وح َّدثـَنَا َْي َي بْ ُن َْي َي‬ َ
‫ َع ْن َزيْ ِد‬،‫ي‬ ِ ِ ِ
َ ْ‫ َع ِن ابْ ِن أَِب َع ْم َرةَ ْالَن‬،‫ َع ْن َع ْبد هللا بْ ِن َع ْم ِرو بْ ِن عُثْ َما َن‬،‫أَبِيه‬
ِّ ‫صا ِر‬
‫الش َه َد ِاء‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُّ ‫ «أ ََل أُ ْخِبُُك ْم ِبَ ِْي‬:‫ال‬ َ ‫َّب‬ َّ ‫ أ‬،‫بْ ِن َخالِ ٍد ا ْلَُه ِِن‬
َّ ِ‫َن الن‬ ّ
ِ ِ
»‫ادته قـَْب َل أَ ْن يُ ْسأَ َلَا‬ َ ِ‫الَّ ِذي َيِْت ب‬
َ ‫ش َه‬
Artinya:
Dari Zaid Ibnu Khalid al-Juhany, Bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Maukah kalian aku beritahukan tentang sebaik-baik saksi? Yaitu
orang yang datang menjadi saksi sebelum diminta memberikan
kesaksian.” (HR Muslim)

Biografi Zaid bin Khalid al-Juhani


• Nama : Zaid bin Khalid al-Juhani
• Tahun wafat : 68 H
• Profil : Beliau adalah seorang sahabat Nabi Saw
yang ikut dalam Perdamaian Hudaibiyah. Pada hari penaklukan
kota Mekah, ia dipercaya memegang bendera Suku Juhainah.
Ia termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadis Nabi
yang termuat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Pembahasan Hadis
Dikatakan orang yang baik dalam persaksiannya adalah orang
yang memberi kesaksian sebelum diminta, karena orang tersebut
dirasa sangat siap untuk melakukan persaksian. Sekian banyak
kita lihat bahwa orang-orang yang menjadi saksi biasanya mereka
canggung untuk menyampaikan apa yang benar-benar terjadi.
Kecanggungan itu bisa muncul karena belum siap menjadi saksi
atau mendadak dipanggil menjadi saksi sehingga kesiapan dalam

HADIS KELUARGA 143


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bersaksi sangat kurang dan memungkinkan apa yang disampaikan
sangat kurang tidak sesuai dengan harapan.
Maka sebaik-baik saksi ialah seseorang yang jujur akan
kesaksiannya dan siap untuk menyatakan kesaksian sebagaimana
kenyataan yang terjadi. Bahkan lebih baik jika menawarkan atas
inisiatif sendiri, baik laki-laki maupun perempuan.
2. Hadis tentang kesaksian Wanita

‫ أَ ْخبـََرِن َزيْ ٌد ُه َو‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ أَ ْخبـََرَن ُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫َح َّدثـَنَا َس ِعي ُد بْ ُن أَِب َم ْرَي‬
ٍِ َِّ ‫اض ب ِن عب ِد‬ ِ
‫ول‬
ُ ‫ َخ َر َج َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ي‬ ِّ ‫ َع ْن أَِب َسعيد اخلُ ْد ِر‬،‫الل‬ ْ َ ْ ِ َ‫ َع ْن عي‬،‫َسلَ َم‬ ْ ‫ابْ ُن أ‬
،‫س ِاء‬ ِ
َ ّ‫ فَ َم َّر َعلَى الن‬،‫صلى‬
َّ َ ُ‫ض َحى أ َْو فِطْ ٍر إِ َل امل‬ ْ َ‫صلى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِف أ‬ َ ‫الل‬
َِّ
‫ َوِبَ َي‬:‫ْن‬ ِ ِ‫شر الن‬
َ ‫ْن فَِإِّن أُ ِريتُ ُك َّن أَ ْكثـََر أ َْه ِل النَّا ِر» فـَُقل‬َ ‫ص َّدق‬
َ َ‫ساء ت‬ َ ّ َ َ ‫«ي َم ْع‬ َ :‫ال‬ َ ‫فـََق‬
‫ات َع ْق ٍل‬ ِ ‫ت ِمن َنقِص‬ ِ ‫ وتَ ْك ُفر َن‬،‫ «تُ ْكثِر َن اللَّعن‬:‫ال‬ َِّ ‫ول‬
َ ْ ُ ْ‫ َما َرأَي‬،‫ري‬ َ ‫العش‬
َ ْ َ َْ ْ َ َ‫الل؟ ق‬ َ ‫َر ُس‬
‫صا ُن ِدينِنَا َو َع ْقلِنَا‬ ِِ ِ ‫وِدي ٍن أَ ْذه‬
َ ‫ َوَما نـُْق‬:‫ْن‬ َ ‫ قـُل‬،»‫الر ُج ِل احلَا ِزم م ْن إِ ْح َدا ُك َّن‬ َّ ‫ب‬ ِّ ُ‫ب لل‬ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
،‫ بـَلَى‬:‫ْن‬ َ ‫الر ُج ِل» قـُل‬
َّ ‫ادة‬ َ ‫صف َش َه‬ ْ ‫ادةُ املَْرأَة مثْ َل ن‬ َ ‫س َش َه‬ َ ‫ «أَلَْي‬:‫ال‬ َ َ‫الل؟ ق‬َّ ‫ول‬َ ‫َي َر ُس‬
َ ‫س إِ َذا َحا‬ ِ ِ ‫ك ِمن نـ ْق‬ ِِ
:‫ْن‬َ ‫ص ْم» قـُل‬ ُ َ‫ص ِّل َوَلْ ت‬
َ ُ‫ت َلْ ت‬ ْ ‫ض‬ َ ‫ أَلَْي‬،‫صان َع ْقل َها‬ َ ُ ْ ‫ «فَ َذل‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬
»‫ان ِدينِ َها‬ِ ‫ك ِمن نـ ْقص‬ ِِ
َ ُ ْ ‫ «فَ َذل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫بـَلَى‬
Artinya:
Dari Abu Sa’id al-Khudriy, Rasulullah SAW Bersabda: “Wahai kaum
perempuan!sesungguhnya aku melihat kalian adalah penghuni
neraka yang paling banyak”, mereka bertanya : “Apa sebabnya,
Ya Rasulullah?”, Rasulullah menjawab, “Kalian banyak melaknat
dan ingkar kepada suami, Aku tidak pernah melihat orang yang
kurang akal dan agamanya dapat mengalahkan kaum laki-laki
yang mempunyai kecerdasan dan kekuatan diabndingkan kalian”,
mereka bertanya: “Ya Rasulullah! Apa yang menyebabkan kami
kurang akal dan agama?”, Rasulullah menjawab , “Bukankah
kesaksian perempuan setengah dibandingkan kesaksian laki-laki?,
mereka menjawab “Betul”, “Itulah kekurangan kalian”, “Bukankah
kalian tidak shalat dan tidak puasa pada saat kalian sedang haid?”,
“Betul”,”Itulah kekurangan agama kalian”. (HR. Bukhari)

144
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Biografi Abu Sa’id al-Khudriy
• Nama Lengkap : Sa’ad Al-Khudry Al-Khazraji Al-Anshar
• Lahir – Wafat : 8 SH-74 H
• Profil : Abu Sa’id Al-Khudry dikenal
sebagai sahabat yang alim dan zahid. Dalam jajaran
periwayatan hadis beliau menduduki posisi yang ke-7 dengan
jumah 1170 hadis.
Pembahasan dan dalil ayat Al-Qur`an tentang kesaksian wanita
Kurang akal yang dimaksudkan dalam hadis di atas, secara
langsung berkaitan dengan persaksian kaum perempuan yang
disebutkan dalam ayat surat Al-Baqarah: 282 karena satu saksi laki-
laki berbanding dengan dua saksi perempuan. Allah berfirman111:

‫ي فـََر ُج ٌل َو ْام َرأ ََت ِن ِمَّ ْن‬ َ ‫استَ ْش ِه ُدوا َش ِهي َديْ ِن ِم ْن ِر َجالِ ُك ْم فَِإ ْن َلْ يَ ُك‬
ِ ْ َ‫ون َر ُجل‬ ْ ‫و‬......
َ
.....‫اهَا ْالُ ْخ َرى‬ ُ ‫اهَا فـَتُ َذ ّكِ َر إِ ْح َد‬ ِ
ِ َ‫الش َه َداء أَ ْن ت‬
ُ ‫ض َّل إِ ْح َد‬ ِ
ُّ ‫ض ْو َن م َن‬ َ ‫تـَْر‬
)282(
Artinya:
“....Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki diantara
kamu. Jika tidak ada (Saksi) dua orang laki-laki, maka (Boleh)
seorang laki-laki dan dua orang perempuan diantara orang-orang
yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika seorang lupa
maka yang seorang lagi mengingatkannya…” (QS. AL-Baqarah:282)

Ayat tersebut terdapat perdebatan yang sangat sengit. Karena


mengandung arti bahwa kesaksian wanita dinilai setengah dari
kesaksian seorang laki-laki. Jika dilogikakan, bagaimana mungkin
kesaksian seorang perempuan doktor dinilai lebih rendah daripada
kesaksian seorang laki-laki yang buta hurf yng menjadi pembantu
perempuan tersebut?
Pandangan yang seperti itu lahir dari logika yang cacat,
111 Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Fiqih Wanita, (Pena Pundi Aksar: Jakarta,
2006) hal 277-278 cet. II

HADIS KELUARGA 145


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
mereka tidak memahami makna kesaksian dan implikasi hukumnya.
Karena:
a. Dalam kata kesaksian (Syahadah), terkandung pengertian
tentang sesuatu yang bisa dilihat dengan mata dan tidak
membutuhkan pemikiran panjang, teori ilmiah dan gelar
akademik. Saksi adalah orang yang menyaksikan suatu
kejadian, bukan orang yang menyusun teori tentang sebuah
peristiwa. Dengan demikian, tidak ada perbedaan yang
esensial antarak kesaksian seorang doktor dengan kesaksian
seorang buta huruf.
b. Seorang saksi tidak harus memiliki sederet gelar akademik
atau kapasitas intelektual tertentu. Yang diminta hanyalah
kejujuran dan kebenaran.
Sekarang, kita mencoba berfikir tentang watak juga fitrah
dasar seorang wanita. Jika, misalnya, terjadi pertengkaran di tengah
jalan, apakah para wanita akan bergegas mencari tahu apa yang
terjadi dan berkumpul bersama orang-orang yang menyaksikannya?
Sementara itu, wanita dituntut untuk tidak berkerumun bersama
laki-laki?
Jawabannya adalah tidak. Para wanita cenderung menghindar
dari pertikaian karena alasan-alasan berikut:
a. Wanita adalah makhluk yang lemah dan tidak bertarung fisik.
b. Wanita memiliki perasaan yang halus. Perasaannya akan
sangat terganggu melihat perkelahian dan pemukulan.
c. Wanita dituntut untuk menjaga kehormatannya dengan tidak
berkumpul bersama kaum lelaki.
Perasaan wanita yang halus adalah sumber kasih sayang
bagi keluarga dan masyarakat. Wanita tidak diminta untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di wilayah publik.
Semua itu adalah cermin dari pembagian tugas yang jelas antara
laki-laki dan wanita.

146
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Karena wanita memiliki watak dasar dan tugas-tugas tertentu
yang bersifat khusus, maka islam menetapkan bahwa kesaksiannya
bernilai separuh kesaksian laki-laki. Dengan alasan itu pula bisa
dikatakan bahwa dalam persoalan ini, perbandingan antara
wanita yang bergelar doktor dan lelaki yang buta huruf adalah
perbandingan yang bukan pada tempatnya.
Allah menegaskan:

ُ ‫اهَا فـَتُ َذ ّكِ َر إِ ْح َد‬


)282(.....‫اهَا ْالُ ْخ َرى‬ ِ َ‫أَ ْن ت‬......
ُ ‫ض َّل إِ ْح َد‬
Artinya:
“…agar jika yang seorang lupa maka yang seorang lagi
mengingatkannya…” (Al-Baqarah: 282)

Kata lupa dalam dalam ayat tersebut menunjuk pada


kekurangtelitian. Maksudnya, wanita cenderung mengabaikan
detail-detail kesaksian karena dia memang lebih suka untuk tidak
terlibat dalam pertikaian.
Musthafa Abd al-Wahid berpendapat bahwa pemahaman
terhadap ayat di atas tidaklah berarti kaum perempuan tidak dapat
menjadi saksi sendirian, karena masalah kesaksian bisa dilakukan
baik dengan laki-laki maupun perempuan yang dapat memenuhi
syarat. Walaupun demikian kaum perempuan mempunyai perasaan
yang lembut dan kasih sayang yang tinggi yang dapat memalingkan
kesaksian dan menutupi kebenaran dengan sebab perasaan yang
dimiliki oleh perempuan akan menutupi kebenaran yang tidak
sesuai dengan perasaannya.
Menilik perhatian Musthafa al-Maraghi dan Muhammad
Rasyid Ridha mengarah pada aktifitas rutin kaum perempuan pada
saat ayat tersebut turun. Yang mana aktifitas perempuan fokusnya
lebih banyak mengarah pada permasalahan rumah tangga dan
lebih kuat ingatannya dibanding laki-laki. Sehingga kegiatan yang
selalu dilakukan akan sangat kuat mengakar pada diri dan ingatan

HADIS KELUARGA 147


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
seseorang. Sebaliknya, kegiatan yang jarang dilakukan akan sangat
lemah dalam ingatannya.
Rasyid Ridha berpendapat bahwa kata “dhalal” dalam ayat
tersebut bukan berarti kaum perempuan mempunyai sifat pelupa,
tetapi perhatian kaum perempuan pada masalah mu’amalah tidak
seperti perhatian kaum laki-laki terhadap masalah tersebut.

D. PENDAPAT ULAMA’ FIQIH TENTANG KESAKSIAN WANITA


Seluruh ulama fikih sepakat bahwa persaksian wanita dapat
digandengkan dengan persaksian dari pria. Hal ini berdasarkan firman
Allah dalam QS. al-Baqarah (2): 282. Namun demikian, mereka berbeda
pendapat pada persaksian wanita berdasarkan jenis haknya, apakah hak
bersaksi dalam kasus pidana (hubungan publik), atau haknya dalam
kasus perdata (pribadi atau ibadah).
Persoalan pidana di sini berkaitan dengan hudud dan qisas. Ahli
Fikih memiliki pandangan yang berbeda sehubungan dengan saksi wanita
dalam persoalan huquq jazaiyah (hak-hak pidana). Mereka terbagi dalam
dua kelompok:
1) Kelompok yang menafikan hak saksi wanita pada persoalan
pidana. Mereka adalah Jumhur Fukaha, di antaranya; Hanafiyah,
Malikiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah
2) Kelompok yang membolehkan saksi wanita. Pendapat ini
diperpegangi oleh Zahiriyah. Kesaksian wanita secara umum baik
pidana maupun persoalan perdata.

E. SAKSI PEREMPUAN TANPA BERSAMAAN DENGAN LAKI-LAKI


Ulama berbeda pandangan dalam hal boleh tidaknya perempuan
tidak bersama pria dalam hal kesaksian:
Jumhur Ulama membolehkan adanya kesaksian perempuan tanpa
pria. Hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah saw.

148
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
‫ي ِم ْن بـَْع ِد ِه‬
ِ َْ‫هللا صلى هللا عليه وسلم َواْخلَلِيـَْفتـ‬ ِ ‫السنةُ ِمن لَ ُد ْن رسو ُل‬
ُْ َ ْ َ َّ ‫ت‬ ْ ‫ض‬َ ‫قول الزهري َم‬
‫س ِاء َوعُيُوبِِ َّن‬ ِ ِ ِ
َ ّ‫ريُه َّن م ْن ِوَل َدات الن‬
ِ َِّ ِ ِ ِّ‫ادةُ الن‬
َ َ ‫أَ ْن جتوز َش َه‬
َ َ‫ساء ف ْي َما َليَطل َع َعلَيه غ‬
Artinya: “Merupakan sunnah Rasul dan dua khalifah setelahnya bolehnya
saksi wanita yang tidak mungkin digantikan oleh pria, seperti melahirkan,
dan rahasia wanita”.

Masalah yang tidak diketahui kecuali oleh kaum perempuan,


kesaksian kaum perempuan saja dapat diterima tanpa harus bersama
kesaksian kaum laki-laki. Namun mengenai batas-batas masalah yang
dimaksud ulama berbeda pendapat
a. Menurut ulama Hanafi, kesaksian kaum perempuan saja dapat
diterima dalam masalah kelahiran, keperawanan, dan cacat yang
dimiliki kaum perempuan, tetapi dalam masalah penyusuan,
dan tangis bayi pada saat kelahiran dalam hubungannya untuk
mendapat warisan, kesaksian kaum perempuan saja tidak diterima.
b. Menurut ulama Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, kesaksian perempuan
saja dapat diterima dalam masalah yang tidak diketahui oleh kaum
laki-laki secara umum seperti keperawanan, kegadisan, kelahiran,
haid, penyusuan, tangis bayi pada saat kelahiran, dan cacat yang
dimiliki kaum perempuan dibalik pakaian. Hal ini didasarkan
hadis Rasulullah sebelumnya berkaitan kesendirian wanita dalam
saksi.
Ulama berbeda pendapat mengenai jumlah saksi perempuan
tersebut. Ulama Hanafi dan Hanbali berpendapat kesaksian seorang
perempuan saja yang adil dapat diterima. Sementara ulama Maliki
mensyaratkan dua orang saksi perempuan. Sedangkan ulama Syafi’i
berpendapat minimal empat orang saksi perempuan.
Ketentuan hukum bagi pria dan wanita yang tergambar dalam
wacana pemikiran fikih klasik menunjukkan adanya persamaan dan
sekaligus perbedaan. Sejauh menyangkut ibadah fisik, misalnya, hampir
bisa dikatakan sama dan tidak mengenal namanya diskriminatif. Ibnu

HADIS KELUARGA 149


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Qayyim al-Jauziyah tentang masalah tersebut terdapat persamaan antara
pria dan wanita dalam sebagian hukum tetapi terdapat perbedaan pada
sebagian lainnya.

F. KESIMPULAN
Maka pemahaman yang dapat diambil dari teks hadis di atas
adalah yang dilakukan ulama hadis, tafsir, atau fiqih tidak menunjukkan
adanya indikasi merendahkan atau melemahkan posisi kaum perempuan
dalam pergaulan sosial. Teks tersebut berkaitan langsung dengan kasus
persaksian. Pemahaman yang diangkat telah dikondisikan dengan ruang
dan waktu. Oleh karena itu hal persaksian ini harus dipahami secara
tekstual dan kontekstual.
Teks hadis tentang persaksian perempuan dan relevansinya dengan
surat Al-Baqarah 282 harus dipahami dengan ta’abbudiy, sehingga
hukum yang telah ditetapkan Tuhan tidak berubah, yaitu satu laki-laki
berbanding dua permpuan. Dan ketetapan tersebut tidak mengindikasikan
kelemahan kaum perempuan dibanding laki-laki.112

112http://www.tongkronganislami.net/2016/04/saksi-dan-persaksian-wanita-
dalam-islam.html

150
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
KAUM PEREMPUAN MAYORITAS PENGHUNI NERAKA
(BANYAK MELAKNAT DAN MENGINGKARI KEBAIKAN SUAMI)

A. LATAR BELAKANG
Suatu perkara yang pasti bahwa surga dan neraka adalah dua tempat
balasan yang Allah SWT ciptakan. Surga diciptakan-Nya sebagai tempat
tinggal yang abadi bagi kaum mukmin, dan neraka sebagai tempat tinggal
bagi kaum musyrik dan pelaku dosa yang Allah SWT telah melarangnya.
Setiap muslim yang mengerti keadaan surga dan neraka tentunya sangat
berharap untuk dapat menjadi penghuni surga dan terhindar jauh dari
neraka, inilah fitrah.
Membicarakan neraka dan penghuninya, seringkali disebutkan
bahwa mayoritas penghuninya adalah wanita. Sebab apakah wanita
menjadi mayoritas penghuni neraka?, dalam makalah ini insyaAllah akan
kami bahas.

B. DALIL AL-QUR’AN

ِ َ ْ َ‫الدنـْيا وِزينـتـ َها فـتـعال‬ َُّ ْ‫ك إِ ْن ُكنـ‬ ِ ‫َّب قُل ِلَ ْزو‬
‫ُس ِّر ْح ُك َّن‬
َ ‫ي أ َُمتّ ْع ُك َّن َوأ‬ ََ َ َ َ َ َ ُّ َ‫ت تُ ِر ْد َن ا ْلَيَاة‬ َ ‫اج‬ َ ْ ُّ ِ‫َي أَيـَُّها الن‬
)28( ‫ج ًيل‬ َِ ‫سراحا‬
ً ََ
Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, “ jika kamu menginginkan
kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar kuberikan
kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.”
Sabab Nuzul
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Jabir bahwa Abu Bakar
minta izin kepada Rasulullah untuk menghadap beliau, tetapi juga banyak
orang duduk di muka pintu menunggu izin untuk hal yang sama, sehingga
Rasulullah saw belum mengizinkannya menghadap. Kemudia datang pula
Umar bin Khattab meminta izin untuk menghadap dan Rasulullah juga

HADIS KELUARGA 151


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
belum mengizinknnya. Kemudian Rasululllah mengizinkan Abu Bakar
dan Umar menghadap, maka keduanya pun masuk. Waktu itu Rasulullah
sedang duduk dikelilingi istri-istrinya, dan beliau dalam keadaan diam.
Umar berkata kepada Rasulullah dengan maksud agar beliau tertawa,
“Bagaiamana pendapat engkau jika putri si Zaid (maksudnya istri Umar)
minta nafkah kepadaku, lalu aku pukul kuduknya dengan tanganku?”
Mendengar itu Rasulullah saw tertawa, hingga kelihatan gerahamnya
yang paling belakang, dan beliau berkata, “Istri-istriku ini duduk
disekelilingku meminta nafkah.” Mendengar ucapan Rasulullah itu, maka
Abu Bakar pergi kepada ‘Aisyah karena hendak memukulnya, dan Umar
pergi kepada Hafsah seraya berkata, “Kamu meminta kepada Rasululah
sesuatu yang tidak dimilikinya.” Rasulullah lalu melarang keduanya. Para
istri beliau menjawab, “Mulai saat ini kami tidak akan meminta kepada
Rasulullah sesuatu yang tidak dimilikinya.”113

ِ ‫الل غَ ُف‬ ِ ِ‫ي أَيـُّها الن‬


)1( ‫يم‬ ٌ َُّ ‫ك َو‬
ٌ ‫ور َرح‬
ِ ‫ات أَ ْزو‬
َ ‫اج‬ َ َ ‫ض‬ َ ‫ك تـَبـْتَ ِغي َم ْر‬
َ َ‫اللُ ل‬ َ ‫َّب لَ ُتَِّرُم َما أ‬
َّ ‫َح َّل‬ ُّ َ َ
Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan
Allah bagimu? Engkau menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah
Maha Pengampun , Maha Penyayang.
Sabab Nuzul
‘Aisyah meriwayatkan bahwa suatu kali Nabi saw menginap
bersama Zainab binti Jahsy, lalu beliau meminum madu di sisinya. Setelah
itu, Aku (‘Aisyah) dan Hafsah saling sepakat bahwa siapa di antara kami
yang lebih dulu didatangi Nabi gilirannya, maka hendaklah mengatakan
kepada beliau, “Aku mencium bau tidak sedap dari sesuatu yang engkau
makan.” Lalu beliau mendatangi salah satu dari keduanya, sehingga salah
satu dari keduanya mengatakan hal tersebut. Maka Nabi ssaw, “Bukan,
tetapi aku hanya minum madu di sisi Zainab binti Jahsy. Aku tidak akan
memakannya kembali.” Kemudian turun ayat ini. (HR. Al-Bukhari)114
113 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: PT. Sinergi
Pustaka Indonesia, 2012), h. 647-648, Jilid.7
114 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, h. 198, Jilid. 10

152
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Menurut riwayat, setelah kejadian tersebut Nabi menyendiri
(‘uzlah) dari istri-istri beliau selama 29 hari karena peristiwa rekayasa
Hafsah. Nabi bersabda: ‘Aku tidak akan menggauli mereka selama
sebulan, karena sangat marah atas perlakuan mereka terhadap beliau
ketika Allah menegur Nabi. Setelah 29 hari Nabi menjumpai ‘Aisyah.
‘Aisyah bertanya: Wahai Rasulallah!, bukankah enkau telah bersumpah
tidak akan menggauli kami selama satu bulan, aku menghitungnya hari
ini adalah hari yang ke 29. Rasulullah menjawab: “Satu bulan adalah 29
hari. 115

ٍ ‫ات َتئِب‬ ٍ َ‫ات م ْؤِمن‬


ٍ َ‫ات قَانِت‬ ٍ ِ ِ ِ
‫ات‬َ ً ‫سى َربُّهُ إِ ْن طَلَّ َق ُك َّن أَ ْن يـُْبدلَهُ أَ ْزَو‬
ُ ‫اجا َخيـًْرا م ْن ُك َّن ُم ْسل َم‬ َ ‫َع‬
ٍ ‫ات ثـيِب‬ ٍ ِ ٍ
)5 :‫ات َوأَبْ َك ًارا ( التحرمي‬ ََّ ‫َعابِ َدات َسائ َح‬
Jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh jadi Tuhan kana akan memberi
ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, perempuan-
perempuan yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang
beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.

Sabab Nuzul
Diriwayatkan oleh Anas dari ‘Umar bahwa ia berkata, “Telah
sampai kepadaku bahwa sebagian istri-istri Nabi bersikap keras
kepada Nabi dan menyakiti hati beliau. Maka saya selidiki hal itu. Saya
menasihatinya satu-persatu dan melarangnya menyakiti hati Nabi saw,
saya berkata, “Jika kalian tetap tidak mau taat maka boleh jadi Allah
memberikan kepada nabi, istri-istri baru yang lebih baik dari kalian. Dan
setelah saya menemui Zainab, ia berkata, ‘Wahai Ibnu Khattab! Apakah
tidak ada Rasulullah untuk menasihati istri-istrinya? Maka nasihatilah
mereka sampai mereka itu tidak diceraikan,’ maka turunlah ayat ini.”
Ayat ini berisi peringatan dari Allah terhadap istri-istri yang
menyakiti hati Nabi saw. Jika Nabi menceraikan mereka, boleh jadi Allah
menggantinya dengan istri-istri baru yang lebih baik dari mereka, baik

115 Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci, Kritik atas hadis-hadis


Shahih (Jakarta, Transpustaka, 2013), Cet. Ke-I, h.166

HADIS KELUARGA 153


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
keislaman maupun keimanannya, yaitu istri-istri yang tekun beribadah,
bertaubat kepada Allah, patuh kepada perintah-perintah Rasul.116

C. CARA MEMAHAMI HADIS KAUM PEREMPUAN MAYORITAS


PENGHUNI NERAKA

‫ أَ ْخبـََرِن َزيْ ٌد ُه َو ابْ ُن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ أَ ْخبـََرَن ُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫َح َّدثـَنَا َس ِعي ُد بْ ُن أَِب َم ْرَي‬
‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ٍِ َِّ ‫اض ب ِن عب ِد‬ ِ
َ ‫الل‬ ُ ‫ َخ َر َج َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ي‬ ِّ ‫ َع ْن أَِب َسعيد اخلُ ْد ِر‬،‫الل‬ ْ َ ْ ِ َ‫ َع ْن عي‬،‫َسلَ َم‬ ْ‫أ‬
‫ش َر‬
َ ‫«ي َم ْع‬ َ :‫ال‬ َ ‫ فـََق‬،‫س ِاء‬ ِ
َ ّ‫ فَ َم َّر َعلَى الن‬،‫صلى‬
َّ َ ُ‫ض َحى أ َْو فِطْ ٍر إِ َل امل‬ ْ َ‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِف أ‬
‫ «تُ ْكثِ ْر َن‬:‫ال‬ َِّ ‫ول‬ َ ‫ َوِبَ َي َر ُس‬:‫ْن‬ ِ ِ‫الن‬
َ َ‫الل؟ ق‬ َ ‫ْن فَِإِّن أُ ِريتُ ُك َّن أَ ْكثـََر أ َْه ِل النَّا ِر» فـَُقل‬
َ ‫ص َّدق‬
َ َ‫ساء ت‬ َّ
‫الر ُج ِل احلَا ِزِم ِم ْن‬
َّ ‫ب‬ ِ ‫ات َع ْق ٍل وِدي ٍن أَ ْذه‬
ِّ ُ‫ب لل‬ َ َ َ
ِ ‫ت ِمن َنقِص‬
َ ْ ُ ْ‫ َما َرأَي‬،‫ري‬
ِ ‫ وتَ ْك ُفر َن‬،‫اللَّعن‬
َ ‫العش‬َ ْ َ َْ
‫ادةُ املَْرأ َِة ِمثْ َل‬
َ ‫س َش َه‬ َ ‫ «أَلَْي‬:‫ال‬ َ َ‫الل؟ ق‬َِّ ‫ول‬ َ ‫صا ُن ِدينِنَا َو َع ْقلِنَا َي َر ُس‬ َ ‫ َوَما نـُْق‬:‫ْن‬ َ ‫ قـُل‬،»‫إِ ْح َدا ُك َّن‬
ِ ِ ‫ك ِمن نـ ْق‬ ِِ َّ ‫اد ِة‬
‫ت‬ ْ ‫ض‬ َ ‫س إِ َذا َحا‬ َ ‫ أَلَْي‬،‫صان َع ْقل َها‬ َ ُ ْ ‫ «فَ َذل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ بـَلَى‬:‫ْن‬ َ ‫الر ُج ِل» قـُل‬ َ ‫ف َش َه‬ ِ‫ص‬ ْ ِ‫ن‬
ِ ‫ك ِمن نـ ْقص‬
»‫ان ِدينِ َها‬ ِِ
َ ُ ْ ‫ «فَ َذل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ بـَلَى‬:‫ْن‬ َ ‫ص ْم» قـُل‬ ُ َ‫ص ِّل َوَلْ ت‬
َ ُ‫َلْ ت‬
117

Riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah saw. keluar pada waktu
shalat idul Adha atau shalat idul Fitri menuju tempat shalat. Beliau
melewati tempat kaum perempuan sambil bersabda: “Wahai kaum
perempuan bersedekahlah! Sesungguhnya akua melihat kalian adalah
penghuni neraka yang paling banyak”. Mereka bertanya: “Apa sebabnya
ya Rasulallah?” Rasulullah saw. menjawab: “Kalian banyak melaknat dan
ingkar kepada suami. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal
dan agamanya dapat mengalahkan kaum laki-laki yang mempunyai
kecerdasan dan kekuatan dibandingkan kalian”. Mereka bertanya: “Ya
Rasulallah! Apa yang menyebabkan kami kurang akal dan agama?”.
Rasulullah saw. menjawab: “Bukankah kesaksian perempuan setengah
dibandingkan kesaksian laki-laki?.” Mereka menjawab: “Betul”. “Itulah
kekurangan kalian”. “Bukankah kalian tidak shalat dan tidak puasa pada
saat kalian sedang haidh?”. “Betul”. “Itulah kekurangan agama kalian”.

Secara tekstual hadis ini terkesan sangat misoginis karena


116 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, h. 201, Jilid. 10
‫ اجلامع املسند الصحيح املختصر من أمور رسول هللا صلى هللا‬،‫حممد بن إمساعيل أبو عبدهللا البخاري اجلعفي‬ 117
68 .‫ ص‬،1 ‫ ج‬،)‫ه‬1422 ،‫ (دار طوق النجاة‬،‫عليه وسلم وسننه وأايمه = صحيح البخاري‬

154
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
memposisikan kaum perempuan sebagai mayoritas penghuni neraka
disebabkan banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suami. Di
samping itu perempuan diposisikan pula sebagai kaum yang kurang
akal dan agamanya.118 Menurut Abdul Halim Abu Syuqqah pemahaman
misoginis terhadap hadis di atas adalah kesalahan dalam memahami
hadis shaheh tentang karakter perempuan.119
Pemahaman hadis di atas harus dipisahkan antara pemahaman
secara umum dan secara khusus. Pemahaman secara umum dari
perkataan Nabi “Tidak pernah aku lihat perempuan yang kurang akal
dan agamanya dapat meluluhkan hati laki-laki yang kokoh dan perkasa
daripada kalian”. Pernyataan ini perlu dikaji ulang relevansinya dengan
situasi pada saat hadis tersebut diucapkan dan rangkaian kalimatnya,
sehingga jelas posisi kaum perempuan pada saat itu.
Ditinjau dari sisi relevansinya dengan situasi pada waktu itu,
pernyataan yang dikemukakan oleh Rasulullah saw. dalam kaitan
beliau memberikan peringatan kepada kaum perempuan pada saat hari
raya. Obyek yang diajak bicara pada saat itu adalah kaum perempuan
penduuduk Madinah yang kebanyakan adalah golongan Anshar.
Perempuan-perempuan Anshar mendominasi terhadap laki-laki,
sedangkan kaum perempuan Muhajirin lebih didominasi oleh laki-laki.
Kaum perempuan uhajirin telah melakukan interaksi sosial yang cukup
lama dengan kaum Anshar, maka terjadilah akulturasi sehingga kaum
perempuan Muhajirin terpengaruh oleh budaya kaum perempuan
Anshar. Akibatnya mereka berani mendebat suami mereka setelah lama
tinggal di Madinah. Padahal sikap seperti ini tidak pernah terjadi sewaktu
mereka tinggal di kota Makkah. Perubahan ini membuat ‘Umar bin
Khattab gusar, dan ternyata perubahan sikap seperti itu dialami juga oleh
istri-istri Nabi saw. dan Nabi mentolerir sikap istri-istri beliau.
Sikap Rasulullah mentolerir kenyataan tersebut menunjukkan
118 Fatimah Mernisi, Menengok Kontroversi Peran Wanita dalam Politik,
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), Diterjemahkan oleh M. Masyhur Abadi, Cet.ke-1, h. 152
119 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), diterjemahkan oleh Chairul Halim Lc., Cet. Ke-II, h. 269

HADIS KELUARGA 155


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bahwa Rasulullah tidak mungkin merendahkan kemuliaan perempuan
ketika beliau memberikan nasehat pada hari raya. Hadis tersebut dapat
dikatakan temporal dan kondisional pada saat hadis tersebut diucapkan.
Kenyataan seperti inilah yang melatar belakango Rasulullah
bersabda kepada mereka: “Tidak pernah aku melihat orang yang
dapat meluluhkan hati laki-laki yang kokoh dan perkasa daripada
kalian”. Rangkaian kalimat tersebut bukanlah penegasan suatu kaidah
hukum yang umum, melainkan lebih dekat sebagai pernyataan kagum
terhadap adanya peristiwa kontradiktif yang terjadi dalam hal dominasi
kaum perempuan atas kaum laki-laki yang kokoh dan kuat, padahal
sebelumnya kaum laki-laki yang mendominasi kaum perempuan ketika
berada di Mekkah. Pernyataan ini juga tidak menunjukkan adanya
sikap kelembutan yang universal terhadap perempuan, karena karakter
perempuan Mekkah (Muhajirin) berbeda dengan karakter perempuan
Madinah (Anshar). Keterpengaruhan perempuan Muhajirin terhadap
perempuan Anshar lebih disebabkan oleh letak geografis kota Madinah
yang agraris dan sejuk dan fokus sosial budaya setempat, di samping
faktor dominasi (mayoritas dan minoritas) juga sangat menentukan.120
Kata-kata “kurang akal dan agama” hanya terungkap sekali dalam
rangka menggugah dan pendekatan khusus kepada kaum perempuan
untuk bersedekah. Setelah itu tidak pernah kalimat seperti itu terungkap
kembali dalam bentuk penegasan, baik dihadapan kaum perempuan
maupun laki-laki.121

D. PENJELASAN HADIS TENTANG PEREMPUAN MAYORITAS


PENGHUNI NERAKA
1. BANYAK MELAKNAT
Melaknat adalah menuduh seseorang jauh dari rahmat Allah. Ulama
sepakat bahwa melaknat adalah perbuatan yang diharamkan. Melaknat
120 Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci, Kritik atas hadis-hadis
Shahih Cet. Ke-I, h.167
121 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Waanita, h.275

156
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dibolehkan apabila teks syar’i telah menyatakan bahwa orang tersebut
adalah kafir, seperti Abu Jahal dan Iblis. Melaknat pada sifat seseorang
bukan pada esensi (jati diri) seseorang tidak diharamkan, selama sifat-
sifat tersebut telah dijelaskan oleh teks-teks syar’i, seperti sifat-sifat orang
zhalim, orang gasik dan orang kafir.122
Islam sangat melarang keras seseorang mengucapkan kata-kata
laknat. Perbuatan tersebut mengakibatkan seseorang mendapat siksa dari
Allah. Bahkan melaknat binatang sekalipun dilarang dalam ajaran Islam.123
Hadis ini pada hakikatnya menjelaskan bahwa melaknat adalah
perbuatan dosa yang meyebabkan seseorang masuk neraka, tidak hanya
berlaku bagi kaum perempuan.

‫ َع ْن َْي َي بْ ِن‬،‫ َح َّدثـَنَا َعلِ ُّي بْ ُن املُبَ َار ِك‬،‫ َح َّدثـَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن عُ َم َر‬،‫شا ٍر‬ َّ َ‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن ب‬
َّ ‫ أ‬:ُ‫الش َج َرِة َح َّدثَه‬
‫َن‬ َّ ‫اب‬ ِ ‫َص َح‬ ِ ِ َّ ‫ت بن الض‬ ِ َّ ‫ أ‬:َ‫ َع ْن أَِب قِالَبَة‬،‫أَِب َكثِ ٍري‬
ْ ‫ َوَكا َن م ْن أ‬،‫َّحاك‬ َ ْ َ ‫َن َثب‬
،‫ال‬ َ َ‫ف َعلَى ِملَّ ٍة غَ ِْي ا ِإل ْسالَِم فـَُه َو َك َما ق‬ َ َ‫«م ْن َحل‬َ :‫ال‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ‫الل‬
َِّ ‫ول‬َ ‫َر ُس‬
‫ب بِ ِه يـَْوَم‬ ِ ُّ ‫ش ْي ٍء ِف‬
َ ‫الدنـْيَا عُ ّذ‬ َ ِ‫سهُ ب‬ َ ‫ َوَم ْن قـَتَ َل نـَْف‬،‫ك‬ ُ ِ‫يما الَ يَْل‬ ِ
َ ‫آد َم نَ ْذ ٌر ف‬ َ ‫س َعلَى ابْ ِن‬ َ ‫َولَْي‬
»‫ف ُم ْؤِمنًا بِ ُك ْف ٍر فـَُه َو َك َق ْتله‬
124 ِ ِ
َ ‫ َوَم ْن قَ َذ‬،‫ َوَم ْن لَ َع َن ُم ْؤِمنًا فـَُه َو َك َق ْتلِ ِه‬،‫القيَ َام ِة‬
ِ

Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, ia berkata


Usman bin’Umar menceritakan kepada kami ia berkata ‘Ali bin Mubarak
menceritakan kepada kami dari Yahya bin Abi Katsir dari Abi Qilabah
bahwasanya Tsabit bin Dahhak ia adalah salah seorang Ashhab al-
Syajarah (orang yang ikut serta dalam melakukan sumpah setia kepada
Nabi saw. di bawah pohon Ridhwan di Hudaibiyah), bercerita bahwa
Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang bersumpah bukan berdasar ajaran
Islam, maka dia termasuk apa yang dia ucapkan (dalam sumpahnya). Dan
janganlah seorang bernazar dengan sesuatu yang bukan miliknya. Siapa
yang bunuh diri di dunia dengan menggunakan sesuatu maka ia akan
disiksa di hari kiamat dengan menggunakan sesuatu yang digunakan
untuk bunuh diri sewaktu di dunia. Siapa yang melaknat seorang mu’min,
122Al-Kirmani, Syarh Shahih bukhari, Jilid III, h. 129
123 An-Nawawi, syarh Shahih Muslim, (Cairo: al-Maktabah al-Misriyyah,
tth), Jilid II, h. 67
124 Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid VIII, h. 15, Kitab al-Adab, Bab
Ma Yunha min al-Sabab wa al-La’an.

HADIS KELUARGA 157


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
maka seolah-olah ia telah membunuhnya. Siapa yang menuduh kafir
terhadap seorang muslim, maka dia seolah-olah telah membunuhnya.
Seorang perempuan banyak melakukan laknat karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang mendukung:
a. Rutinitas Sosial. Kegiatan perempuan pada masa Rasulullah saw.
lebih terkonsentrasi pada lingkungan mereka sendiri (rumah
tangga) atau hubungan sesama kaum perempuan, sehingga
rutinitas mereka dangat sempit dan terbatas.
b. Aktifitas Sosial. Kegiatan kaum perempuan pada masa Rasulullah
saw. belum banyak disibukkan dengan aktifitas dunia publik,
seperti: ekonomi, politik, militer dan sebagainya, sehingga banyak
waktu luang.
Pengaruh lingkungan dan kurang kesibukan adalah salah satu
faktor yang menyebabkan kaum perempuan banyak melaknat. Kesibukan
dan rutinitas akan mengurangi kesempatan seseorang untuk untuk
melakukan aktifitas yang tidak bermanfaat, karena konsentrasi mereka
tertuju pada aktifitas dan rutinitas yang mereka jalankan.125
Dua faktor ini tidak hanya berlaku bagi kaum perempuan, kaum
laki-laki yang mempunyai potensi pada dua faktor ini akan mengalami
kemungkinan yang sama dengan kaum perempuan.
Banyak melaknat tidaklah didominasi oleh kegiatan kaum
perempuan. Dan tidak menjadi alasan bahwa mereka disiksa dengan
sebab banyak melaknat. Hukum ini berlaku bagi semua orang siapapun
yang melakukan hal yang sama, maka kan mendapatkan hukum yang
sama pula. Perbedaannya hanyalah kualitas dan kuantitas dari perbuatan
tersebut.

2. MENGINGKARI KEBAIKAN SUAMI

‫ َع ِن ابْ ِن‬،‫سا ٍر‬ ِ ِ ِ


ٍ ِ‫ َعن مال‬،َ‫الل بْن مسلَمة‬
َ َ‫ َع ْن َعطَاء بْ ِن ي‬،‫َسلَ َم‬
ْ ‫ َع ْن َزيْد بْ ِن أ‬،‫ك‬ َ ْ َ ْ َ ُ َّ ‫َح َّدثـَنَا َع ْب ُد‬
125 Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci, Kritik atas hadis-hadis
Shahih h.169-170

158
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ِ ِ ِ َ ‫يت الن‬ ُ ‫ «أُ ِر‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ُّ ِ‫ال الن‬ ٍ َّ‫َعب‬
،ُ‫ساء‬ َ ّ‫َّار فَإ َذا أَ ْكثـَُر أ َْهل َها الن‬ َ ‫َّب‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫اس‬
‫ت إِ َل‬ ِ ‫ « ي ْك ُفر َن‬:‫ال‬ ِ ِ
َ ‫س ْن‬
َ ‫َح‬
ْ ‫ لَ ْو أ‬،‫سا َن‬ َ ‫ َويَ ْك ُف ْر َن ا ِإل ْح‬،‫ري‬ َ ْ َ َ َ‫ أَيَ ْك ُف ْر َن ِب َّلل؟ ق‬:‫يل‬
َ ‫العش‬ َ ‫يَ ْك ُف ْر َن» ق‬
ُّ َ‫ك َخيـْرا ق‬ ِ ُ ‫ ما رأَي‬:‫ت‬ َ ‫َت ِم ْن‬
«‫ط‬ ً َ ‫ت م ْن‬ ْ َ َ ْ َ‫ قَال‬،‫ك َشيـْئًا‬ ْ ‫ ُثَّ َرأ‬،‫الد ْه َر‬ ُ ‫إِ ْح َد‬
َّ ‫اه َّن‬
126

‘Abdullah bin Maslamah menceritakan kepada kami dari Malik


dari Zaid bin Aslam dari ‘Atha’ bin Yasr dari Ibnu Abbas ra. berkata:
“Rasulullah saw. bersabda: ‘Aku diperlihatkan neraka, penghuninya
mayoritas adalah perempuan, sebab mereka ingkar.’ Apakah mereka
ingkar kepada Allah?, Rasulullah menjawab: Mereka ingkar kepada
suami dan kebaikan orang. Jikalau kamu berbuat baik kepada mereka
sepanjang masa, kemudian mereka (kaum perempuan) melihat sesuatu
yang tidak baik dari diri kamu, maka mereka akan mengatakan “Aku
tidak pernah memperoleh kebaikan sedikitpun dari kamu.”

Kesimpulan hukum dari hadits tersebut adalah mengingkari ni’mat


(kebaikan) merupakan perbuatan dosa besar yang dapat mengakibatkan
pelakunya masuk neraka. Khitab ini berlaku untuk semua manusia.127
Firman Allah SWT.

)7( ‫ش ِدي ٌد‬


َ َ‫َوإِ ْذ َتَذَّ َن َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َك ْرُْت َلَ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َك َف ْرُْت إِ َّن َع َذ ِاب ل‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 17)

Teks hadis di atas tidak hanya ditujukan pada keingkaran terhadap


suami tetapi keingkaran pada seluruh kebaikan. Ingkar terhadap kebaikan
berarti tidak dapat bersyukur terhadap yang memberikan kebaikan. Salah
seorang yang memberikan kepada istri adalah suami. Hadis tersebut
menyatakan bahwa kaum perempuan tidak pandai berterima kasih

126 Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 1, h. 15, Bab Kufran al-‘Asyir
wa Kufr duna Kufr.
127 Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci, Kritik atas hadis-hadis
Shahih, h 171

HADIS KELUARGA 159


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kepada suami atau kebaikan lainnya, karena posisi perempuan adalah
sebagai penerima dan suami sebagai pemberi.
Perubahan waktu akan sangat memungkinkan kaum perempuan
dan laki-laki mempunyai kesetaraan peranan (bilateral) dalam keterlibatan
mereka pada aktifitas publik. Bahkan memungkinkan kaum perempuan
akan menjadi qowwamun terhadap laki-laki. Pada posisi seperti ini, laki-
laki akan berperan sebagai penerima dan wajib mensyukuri apa yang
diberikan oleh istri.
Teks hadis dapat dipahami secara kontekstual sehingga kesan
misoginis dapat dihindari.

‫العربة خبصوص السبب ال بعموم اللفظ‬


Pemahaman seperti ssangat relevan dengan teks Al-Qur’an surat
Ibrahim {14}:7

)7( ‫ش ِدي ٌد‬


َ َ‫َوإِ ْذ َتَذَّ َن َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َك ْرُْت َلَ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َك َف ْرُْت إِ َّن َع َذ ِاب ل‬
maka siapapu akan terkena azab Allah apabila tidak dapat mensyukuri
nikmat yang diberikan kepadanya.

E. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas bahwa,
hadis di atas harus diapahami secara tekstual dan kontekstual, jika hanya
dipahami secara tekstual maka akan mengarah kepada perendahan
dan pendeskreditan pada kaum perempuan. Jika dilihat dari sabab
wurud hadis di atas bahwa, pada waktu itu kaum perempuan memang
mendominasi dari kaum laki, maka pada hadis di atas Nabi mengatakan
bahwa kaum perempuan mayoritas penghuni neraka.

160
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
PEREMPUAN KURANG DALAM HAL AKAL DAN AGAMA SERTA
PEREMPUAN PENYEBAB TERPUTUSNYA SHOLAT

A. LATAR BELAKANG
Kekurangan perempuan yang disebutkan oleh Rasulullah saw,
merupakan suatu petunjuk kemungkinan besar maksud kekurangan
tersebut adalah dalam bidang-bidang tertentu baik secara secara alamiah
maupun insidental. Namun kekurangan dibidang apapun tidak akan
mengurangi kemampuan intelektual dan tanggung jawab yang harus
mereka pikul. Diantaranya dalam hadis disebutkan mengenai bahwa
perempuan adalah termasuk orang yang kurang akal dan agamanya.
Namun pada hal ini kekurangan yang disebutkan dalam hadis tidak
mengarah kepada perendahan dan pendeskriditan (misoginis) pada
kaum perempuan. Kekurangan yang disebutkan dalam hadis tidak
hanya dipahami secara tekstual, tetapi sisi kontekstual juga menjadi
pertimbangan dalam memahami sebuah hadis. Pada pembahasan kali
ini, kami akan membahas mengenai kekurangan pada wanita dalam hal
agama yang disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw.

B. HADIS TENTANG WANITA KURANG DALAM HAL AKAL DAN


AGAMA

‫ أَ ْخبـََرِن َزيْ ٌد ُه َو ابْ ُن‬:‫ال‬


َ َ‫ ق‬،‫ أَ ْخبـََرَن ُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫َح َّدثـَنَا َس ِعي ُد بْ ُن أَِب َم ْرَي‬
‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ٍِ َِّ ‫اض ب ِن عب ِد‬ ِ
َ ‫الل‬ ُ ‫ َخ َر َج َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ي‬ِّ ‫ َع ْن أَِب َسعيد اخلُ ْد ِر‬،‫الل‬ ْ َ ْ ِ َ‫ َع ْن عي‬،‫َسلَ َم‬ ْ‫أ‬
‫ش َر‬ َ ‫«ي َم ْع‬َ :‫ال‬ َ ‫ فـََق‬،‫س ِاء‬ ِ
َ ّ‫ فَ َم َّر َعلَى الن‬،‫صلى‬
َّ َ ُ‫ض َحى أ َْو فِطْ ٍر إِ َل امل‬ ْ َ‫هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِف أ‬
‫ «تُ ْكثِ ْر َن‬:‫ال‬ َِّ ‫ول‬ َ ‫ َوِبَ َي َر ُس‬:‫ْن‬ ِ ِ‫الن‬
َ َ‫الل؟ ق‬ َ ‫ْن فَِإِّن أُ ِريتُ ُك َّن أَ ْكثـََر أ َْه ِل النَّا ِر» فـَُقل‬
َ ‫ص َّدق‬
َ َ‫ساء ت‬ َّ
‫الر ُج ِل احلَا ِزِم‬
َّ ‫ب‬ ِ ‫ات َع ْق ٍل وِدي ٍن أَ ْذه‬
ِّ ُ‫ب لل‬ َ َ َ
ِ ‫ت ِمن َنقِص‬
َ ْ ُ ْ‫ َما َرأَي‬،‫ري‬
ِ ‫ وتَ ْك ُفر َن‬،‫اللَّعن‬
َ ‫العش‬ َ ْ َ َْ
ِ‫ادةُ املَرأَة‬ ِ ِ
َ ‫صا ُن ِدينِنَا َو َع ْقلنَا َي َر ُس‬ ِ
ْ َ ‫س َش َه‬ َ ‫ «أَلَْي‬:‫ال‬َ َ‫الل؟ ق‬َّ ‫ول‬ َ ‫ َوَما نـُْق‬:‫ْن‬ َ ‫ قـُل‬،»‫م ْن إِ ْح َدا ُك َّن‬

HADIS KELUARGA 161


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ِ ِ ‫ك ِمن نـ ْق‬ ِ ِ‫ «فَ َذل‬:‫ال‬ َّ ‫اد ِة‬ ِ
‫س إِ َذا‬
َ ‫ أَلَْي‬،‫صان َع ْقل َها‬
َ ُ ْ َ ‫الر ُج ِل» قـُل‬
َ َ‫ ق‬،‫ بـَلَى‬:‫ْن‬ َ ‫ف َش َه‬ ِ‫ص‬ ْ ِ‫مثْ َل ن‬
128 ِ ِ ِ ِ ِِ
‫صان دين َها‬
َ ‫ «فَ َذلك م ْن نـُْق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ بـَلَى‬:‫ْن‬ ُ َ‫ص ِّل َوَلْ ت‬
َ ‫ص ْم» قـُل‬ َ ُ‫ت َلْ ت‬ْ ‫ض‬َ ‫َحا‬
Artinya: Riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah saw. Keluar pada
waktu shalat idhul adha atau shalat idul fitri menuju tempat shalat.
Beliau melewati tempat kaum perempuan sambil bersabda: “Wahai kaum
perempuan bersedekahlah! Sesungguhnya aku melihat kalian adalah
penghuni neraka yang paling banyak”. Mereka bertanya: “Apa sebabnya
ya Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab: “kalian banyak melaknat
dan ingkar kepada suami. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang
akal dan agamanya dapat mengalahkan kaum laki-laki yang mempnyai
kecerdasan dan kekuatan dibandingkan kalian”. Mereka bertanya: “Ya
Rasulullah! Apa yang menyebabkan kami kurang akal dan agama?”.
Rasulullah saw. menjawab: “Bukankah kesaksian perempuan setengah
dibandingkan kesaksian laki-laki?”. Mereka menjawab: “Betul”. “itulah
kekurangan akal kalian”. “Bukankah kalian tidak shalat dan tidak puasa
pada saat kalian sedang haidl?”. “Betul”. “itulah kekurangan agama
kalian”.(HR. Al-Bukhari)

11)Biografi Sahabat
Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak
meriwayatkan hadist dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.  Telah
meriwayatkan 1.170 hadits. Orang orang pernah memintanya agar
mengizinkan mereka menulis hadits hadits yang mereka dengar
darinya. Ia menjawab “ Jangan sekali kali kalian menulisnya dan jangan
kalian menjadikan sebagai bacaan, tetapi hapalkan sebagaimana aku
menghapalnya”.
Abi Sa’id lebih dikenal dengan nama aslinya adalah Sa’ad bin
Malik bin Sinan. Ayahnya Malik bin Sinan syahid dalam peperangan
Uhud, Ia seorang Khudri nasabnya bersambung dengan Khudrah bin
Auf al-Harits bin al-Khazraj yang terkenal dengan julukan “Abjar”.
Ketika perang Uhud pecah ayahnya (malik) membawanya
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan meminta agar

128 Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Tt: Dar Thuq al-
Najah, 1422 H), juz 1, h. 68, hadis no. 304

162
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
anaknya diikutkan dalam peperangan. Pada waktu itu Jabir masih
berusia 13 tahun, namun ayahnya menyanjung kekuatan tubuh
anaknya:” Dia bertulang besar ya Rasulullah” tetapi, Rasulullah tetap
menganggapnya masih kecil dan menyuruh membawanya pulang.
Abu Sa’id al-Khudri adalah salah seorang diantara para sahabat
yang melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam
mereka berikrar tidak akan tergoyahkan oleh cercaan orang dalam
memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa ta’ala, mereka tergabung
dalam kelompok Abu Dzarr al-Ghifari, Sahl bin Sa’ad, Ubaidah bin ash
Shamit dan Muhammad bin Muslimah.
Abu Sa’id al-Khudri bersama Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam dalam perang Bani Musthaliq, perang Khandaq dan
perang perang sesudahnya, secara keseluruhan ia mengikuti 12 kali
peperangan.
Riwayatnya dari para sahabat lain banyak sekali namun sumber
yang paling terkenal adalah bapaknya sendiri Malik bin Sinan,
saudaranya seibu Qatadah bin an-Nu’man, Abu Bakan, Umar, Utsman,
Ali, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Salam.
Sedangkan orang orang yang meriwayatkan hadits darinya
adalah anaknya sendiri Aburahman, istrinya Zainab bin Ka’ab bin
Ajrad, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Thufail, Nafi’ dan
Ikramah.
Abu sa’id membawa putranya Abdurahman ke tanah pemakaman
Baqi, dan berpesan agar ia nanti dimakamkan di bagian jauh dari tempat
itu. Katanya: “Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia kelak,
kuburkanlah aku disana, Jangan engkau buat tenda untuk, jangan
engkau mengiringi Jenazahku dengan membawa api, Jangan engkau
tangisi aku dengan meratap-ratap, dan jangan memberitahukan
seorangpun tentang diriku”. Kemudian beliau wafat pada tahun 74 H

HADIS KELUARGA 163


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
2) Penjelasan hadis
Secara tekstual, hadis ini terkesan sangat misoginis karena
memposisikan kaum perempuan sebagai mayoritas penghuni neraka
disebabkan banyak melaknat, mengingakari kebaikan suami, kurang
akal dan agamanya.129
Pemahaman hadis di atas harus dipisahkan antara pemahaman
secara umum dan secara khusus. Pemahaman secara umum dari
pernyataan Nabi “Tidak pernah aku lihat perempuan yang kurang
akal dan agamanya dapat meluluhkan hati laki-laki yang kokoh
dan perkasa daripada kalian”. Pernyataan ini perlu dikaji ulang
relevansinya dengan situasi pada saat hadis tersebut diucapkan dan
rangkaian kalimatnya, sehingga jelas posisi perempuan pada saat itu.130
Hadis ini terjadi pada saat Rasul berbicara di hadapan para
wanita Anshar di Madinah, yang padahal secara kultur, kebiasaan para
wanita Madinah berbeda dengan para wanita Makkah sebelum hijrah.
Para wanita di Makkah di dominasi oleh para laki-laki yang lebih
kuat, perkasa dan menguasai sektor-sektor sosial lainnya. Sementara
para wanita Anshar di Madinah memang berbeda, di sini mereka suka
menuntut ilmu131

a. Kurang akal
kurang akal di sana dapat ditafsirkan dengan dua pengertian,
yaitu pertama, kurangnya kemampuan akal mengingat kondisi
wanita bangsa Arab dulu tidak terdidik, terjajah dalam budaya
patriarkhi. Kedua, kurangnya aktivitas akal dimana saat itu sangat
langka wanita yang berkemampuan dan berkreasi. Ini dapat
129 Tim Peneliti Lembaga Penelitian dan Pengkaji Ilmiah (LPPI) Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum
Perempuan Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, (Jakarta:
2013), h. 55
130 Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum Perempuan
Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, h. 55
131 Dewi Sa’diyah, Isu Perempuan (Dakwah dan Kepemimpinan Perempuan
Dalam Kesetaraan Gender), Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12 Juli – Desember 2008, h.
313

164
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dimaklumi mengingat wanita baru mendapat kebebasan hidup
dan penghargaan~ketika Islam datang, sejak Muhammad diangkat

sebagai Rasul.132
Kemudian, Kurang akal yang dimaksudkan dalam hadis ini,
berkaitan dengan persaksian kaum perempuan karena satu saksi
laki-laki berbanding dua perempuan. Sebagaimana firman Allah

dalam QS. Al-Baqarah: 282133

‫ي فـََر ُج ٌل َو ْام َرأ ََت ِن ِمَّ ْن‬ َ ‫استَ ْش ِه ُدوا َش ِهي َديْ ِن ِم ْن ِر َجالِ ُك ْم فَِإ ْن َلْ يَ ُك‬
ِ ْ َ‫ون َر ُجل‬ ْ ‫و‬...
َ
...‫اهَا ْالُ ْخ َرى‬ ِ ُ ‫ض َّل إِ ْح َد‬
ُ ‫اهَا فـَتُ َذ ّك َر إِ ْح َد‬ ِ
ِ َ‫الش َه َداء أَ ْن ت‬ ِ
ُّ ‫ض ْو َن م َن‬ َ ‫تـَْر‬
“…Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki (di antaramu). Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu
ridlai, supaya jika seorang lupa, Maka seorang mengingatkannya…”

Menurut Ahmad Fudhaili dalam bukunya “Perempuan


di Lembaran suci”, pemahaman terhadap teks hadis naqish al-
aql (kekurangan akal) yang dilakukan oleh ulama hadis, tafsir
atau fiqh tidak menunjukkan adanya indikasi merendahkan atau
melemahkan kaum perempuan dalam pergaulan social. Pemahaman
yang mereka lakukan sangat dikondisikan dengan ruang dan
waktu. Oleh karena itu, pemahaman mereka harus dipahami secara
kontekstual dan tekstual. Menurutnya, pemahaman teks hadis dan
relevansinya dengan QS. Al-Baqarah: 282 yang berkaitan dengan
masalah kesaksian perempuan harus dipahami secara ta’abbudy
(vertikal), sehingga hukum yang telah ditetapkan Tuhan tidak
berubah, yaitu satu laki-laki berbanding dua perempuan. Ketetapan
ini tidak mengindikasi kelemahan kaum perempuan dibandingkan
132 Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir
Qur’an(Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 62
133 Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci, (Jakarta: Transpustaka,
2013), h. 172

HADIS KELUARGA 165


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kaum laki-laki, dengan alas an:
1. Adanya rahasia-rahasia syari’at (asrar al-Tasyri’) yang telah
ditentukan oleh Allah. Rahasia ini tidak dapat diketahui
secara pasti oleh manusia, hanya bersifat dugaan dan ini tidak
menjadikan berubahnya suatu hukum.
2. Pemahaman tidak hanya dilakukan secara kontekstual, akan
tetapi pemahaman tekstual juga sangat dibutuhkan dan tidak
dapat dikalahkan satu dengan yang lainnya. Pemahaman
kontekstual tidak akan pernah terjadi tanpa adanya
pemahaman tekstual.
3. Berubahnya situasi dan kondisi (kontesktual) tidak secara
otomatis dapat merubah hukum, karena hukum Tuhan
berlaku secara universal, sedangkan situasi dan kondisi yang
terjadi secar temporal, kecuali sebab-sebab khusus yang
disebut dharurat (terpaksa) yang menyebabkan berlakunya
hukum dharurat. 134

Tidak memudahkan suatu hukum karena perubahan situasi


dan kondisi. Pada waktu tertentu kaum perempuan mendominasi
kaum laki-laki dan hokum tentang persaksian perempuan berubah
dengan membolehkan saksi perempuan menduduki posisi yang
sama dengan laki-laki. Pada wakru dan tempat yang berbeda situasi
tersebut berubah kembali, laki-laki mendominasi perempuan,
kemudian hokum berubah kembali dengan memposisikan satu
laki-laki sama dengan dua perempuan. Akibatnya hokum bukan
lagi ditentukan oleh syari’at tetapi ditentukan oleh kepentingan
manusia secra parsial dan al-Qur’an hanya sebuah buku bacaam
yang bersifat holistic (suci).135
Jadi, apabila kekuragan akal dihubungkan dengan kualitas
persaksian, sementara persaksian itu berhubungan dengan faktor
134 Perempuan di lembaran suci, h. 162
135 Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum Perempuan
Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, h. 69

166
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
budaya, maka bisa saja dipahami yang dimaksud “kekurangan akal”
dalam hadis tadi adalah keterbatasan penggunaan fungsi akal bagi
perempuan karena adanya pembatasan-pembatasan budaya di
dalam masyarakat. Jadi sifatnya bukan permanen atau alamiah.136

b. Kurang Agama
Perkataan Nabi tentang naqsh din (kurang agama) hanya
mengindikasikan kepada hal-hal yang sangat terbatas yaitu kurang
shalat dan puasa pada bulan Ramadhan ketika haid137 atau nifas138.
Pernyataan ini menunjukkan:
1. Kekurangan tersebut terbatas dibidang ibadah, bahkan hanya
sebagian dari syari’at, karena perempuan yang sedang haid
masih dapat mengerjakan ibadah-ibadah yang lain seperti
melaksanakan seluruh manasik haji kecuali thawaf di
baitullah (bagi yang sedang melaksanakan haji) dan masih
dapat berdzikir kepada Allah. Bahkan untuk puasa yang
ditinggalkan dapat diganti pada hari-hari lain diluar bulan
Ramadhan sebanyak hari yang ditinggalkannya dibulan
Ramadhan.
2. Kekurangan tersebut adalah kekurangan temporer, tidak
sepanjang hidup kaum perempuan, hanya beberapa saat saja.
Haid tidak terjadi selama masa hamil sekitar sembilan bulan
dan haid akan terhenti sama sekali ketika masa monoupause139.
3. Kekurangan tersebut bukan rekayasa atau keinginan kaum
perempuan yang mengalaminya. Bahkan perempuan-
perempuan mukmin terkadang menyesal karena terhalang
melaksanakan shalat dan puasa. Penyesalan mereka semakin
besar ketika datangnya haid140 saat akan menyelesaikan
136 Imam al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh Imam Nawawi, juz IV (Bairut: Dar
al- Fikr, 1992), h. 89.
137 Haid adalah
138 Nifas adalah
139 Monopause adalah
140 Hasil riset pakar biologi dan anatomi membuktikan bahwa pada masa haid,

HADIS KELUARGA 167


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
manasik haji yang tidak dapat dilakukan setiap saat, hanya
pada waktu-waktu tertentu dan dengan dana yang cukup
mahal, tetapi mereka dengan rela dan sabar menjalani semua
itu sebagai kodrat yang telah ditentukan oleh Allah. Mereka
melaksanakan ibadah shalat dan puasa adalah karena Allah,
begitu pula mereka meninggalkan ibadah tersebut juga
karena Allah.141
Disamping itu kekurangan agama yang dimaksud terjadi
karena beberapa faktor:
1. Beberapa kaum perempuan yang lemah imannya terkadang
merasa gembira ketika datangnya haid karena merasa
terbebas dari kewajiban shalat dan puasa ketika itu, seakan-
akan mereka memperoleh keringanan dari beban yang
sangat berat dan melakukan aktivitas lainnya tanpa merasa
terganggu dengan kewajiban shalat atau puasa.
2. Kekurangan yang muncul karena meninggalkan shalat tidak
hanya pada masalah pahala atau kewajiban, tetapi akan
mengurangi kekhusyuan (konsentrasi) hati seorang mu’min
karena terhalang untuk tunduk dihadapan Tuhan, terlebih
bila tidak diganti dengan ibadah-ibadah lainnya, baik yang
bersifat mahdhah (berhubungan langsung dengan Tuhan
seperti shalat) atau ghair mahdhah (ibadah yang tidak secara
langsung berhubungan dengan Tuhan seperti kegiatan sosial).

wanita mengalami beberapa perubahan sebagai berikut:


1. Daya tahan suhu tubuh semakin menurun sehingga suhu dan temperature
tubuhnya rendah.
2. Denyut jantung semakin pelan, tekanan darah menurun, dan sel-sel darah
merahnya berkurang.
3. Alat cerna terganggu, pita suara mengalami perubahan, dan kekuatan
tarikan nafas melemah.
4. Indera perasa melemah, anggota tubuh terasa tak bergairah.
5. Ingatan dan kecerdasan berkurang, sementara pemusatan pikiran
bertambah.(lihat: Fada Abdur Razak al-Qashir, Wanita Muslimah: Antara
Syariat Islam dan Budaya Barat(Yogyakarta: Darussalam, 2004), hlm. 156.
141 Perempuan di lembaran suci, h.187

168
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
3. Kurangnya potensi untuk memerangi “kemungkaran”, karena
shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar,
terlebih bila tidak diganti dengan ibadah-ibadah lainnya,
maka semakin besar tingkat kekurangan yang dialami kam
perempuan.142
Jadi banyaknya perempuan di dalam neraka menurut
penglihatan Nabi saw mungkin saja karena populasi perempuan
lebih besar ketimbang laki-laki, bukan karena kurang ibadahnya.
Sebab, laki-laki dan perempuan, keduanya mempunyai potensi
dan peluang yang sama untuk menjalankan ibadah dengan baik,
dan menjadikan diri mereka untuk mencapai derajat muttaqun.
Pencapaian derajat muttaqun ini, tidak dikenal adanya perbedaan
jenis kelamin, suku bangsa, atau kelompok etnis tertentu. Al-Qur’an
menegaskan bahwa hamba yang paling ideal ialah para muttaqun
(QS. al-Hujurat/49:13).

‫وب َوقـَبَائِ َل لِتـََع َارفُوا‬ ِ


ً ُ‫َّاس إِ َّن َخلَ ْقنَا ُك ْم م ْن ذَ َك ٍر َوأُنـْثَى َو َج َعلْنَا ُك ْم ُشع‬
ُ ‫َي أَيـَُّها الن‬
)13( ٌ‫يم َخبِري‬ ِ َّ ‫الل أَتـ َقا ُكم إِ َّن‬ ِ ِ
ٌ ‫اللَ َعل‬ ْ ْ َّ ‫إِ َّن أَ ْك َرَم ُك ْم ع ْن َد‬
“Wahai Manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

Demikian pula dipahami bahwa dalam kapasitas sebagai


hamba, laki-laki dan perempuan masing-masing akan berhak
mendapatkan pengharhaan dari Tuhan sesuai dengan kadar
pengabdiannya (QS. al- Nahl/16: 97).143

142 Perempuan di lembaran suci, h.186


143 Wahyuddin Naro, Artikulasi kesetaraan Jender Dalam Pendidikan (Perspektif
Islam), Jurnal Diskursus Islam Volume 3 Nomor 2, Agustus 2015, h. 319

HADIS KELUARGA 169


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
‫الًا ِم ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنـْثَى َو ُه َو ُم ْؤِم ٌن فـَلَنُ ْحيِيـَنَّهُ َحيَا ًة طَيِّبَةً َولَنَ ْج ِزيـَنـَُّه ْم‬
ِ ‫من َع ِمل ص‬
َ َ َْ
)97( ‫س ِن َما َكانُوا يـَْع َملُو َن‬ ْ ‫َج َرُه ْم ِب‬
َ ‫َح‬ ْ‫أ‬
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik144 dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan”.

3) Ibrah (Pelajaran)
Dengan demikian, dalam memahami hadis wanita kurang akal
dan agama secara tekstual lebih dominan kepada pendapat para ulama
yang menyatakan bahwa kurang akal dan agama wanita dalam hadis
ini harus dipahami sesuai dengan situasi dan kondisi. Kurang akal dan
agama wanita bukan suatu alasan untuk merendahkan wanita dan
meninggikan laki-laki. Karena kurang akal dan agama wanita dalam
hadis ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu, bukan sifat dan
krakter yang melekat pada diri wanita. Penyebab kurang akal dan
agama dalam hadis ini pun terkait dengan hukum fikih, dan ketentuan
yang diberikan Allah swt. sesuai dengan kodrat dan peran wanita,
faktor psikologis dan sosiologis145 wanita yang berbeda dengan laki-
144 Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal kebajikan harus disertai iman.
145 Dari faktor psikologis, juga dapat dijelaskan dengan pendapat Cleo Dalson
seorang psikolog wanita dalam Zan-e Ruz. Menurutnya, psikologi wanita dan laki-laki
itu berbeda. Perasaan wanita itu lebih kuat daripada perasaan laki-laki, oleh karena itu
wanita cepat emosi daripada pria, pengaruh emosi wanita juga lebih kuat dibanding
laki-laki, kemauan wanita lebih lemah dibanding laki-laki, dan keberanian wanita juga
lebih rendah daripada laki-laki. Menurutnya, keinginan wanita itu di bawah perintah
perasaannya, sedangkan laki-laki tunduk pada pertimbangan pikirannya. Sedangkan dari
faktor sosiologis dapat dijelaskan bahwa posisi perempuan masih sering dikontraskan
dengan posisi laki-laki. Posisi perempuan selalu dikaitkan dengan lingkungan domestik
yang berhubungan dengan urusan keluarga dan kerumahtanggaan. Sementara posisi
laki-laki sering dikaitkan dengan lingkungan publik, yang berhubungan dengan
urusan-urusan di luar rumah. Dalam struktur sosial, posisi perempuan yang demikian
itu sulit mengimbangi posisi laki-laki. Wanita yang ingin berkiprah di lingkungan
publik, masih sulit melepaskan diri tanggung jawab di lingkungan domestik. Dalam
masyarakat modern-industri yang memberikan kesempatan kepada perempuan untuk

170
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
laki.146

C. HADIS TENTANG PEREMPUAN MENJADI SEBAB TERPUTUSNYA


SHALAT

ٍ ‫ص ب ِن ِغي‬
‫ َح َّدثـَنَا‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ش‬ ُ ‫ َح َّدثـَنَا األَ ْع َم‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ َح َّدثـَنَا أَِب‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫اث‬ َ ْ ِ ‫َح َّدثـَنَا عُ َم ُر بْ ُن َح ْف‬
‫ َع ْن‬،‫وق‬ ٍ ‫ َعن مسر‬،‫ وح َّدثَِن مسلِم‬،‫ األَ ْعمش‬:‫ال‬ َ َ‫ ح ق‬،َ‫شة‬ َ ِ‫ َع ْن َعائ‬،‫َس َوِد‬ ْ ‫ َع ِن األ‬،‫يم‬
ِ ِ
ُْ َ ْ ٌ ْ ُ ََ ُ َ ُ ‫إبـَْراه‬
‫ون ِبحلُ ُم ِر‬ َ ‫ َشبـَّْهتُ ُم‬:‫ت‬ ْ َ‫ فـََقال‬،ُ‫ار َواملَْرأَة‬ ِ
ُ ‫ْب َواحل َم‬ُ ‫الصالَةَ ال َكل‬َّ ‫ ذُكِ َر ِع ْن َد َها َما يـَْقطَ ُع‬،َ‫شة‬ َ ِ‫َعائ‬
َّ ‫صلِّي َوإِِّن َعلَى‬ ِ َِّ ‫ و‬،‫ب‬ ِ
ُ‫الس ِري ِر بـَيـْنَه‬ َ ُ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ي‬ َّ ِ‫ت الن‬
َ ‫َّب‬ ُ ْ‫الل «لََق ْد َرأَي‬ َ ِ َ‫َوالكال‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه‬ َّ ِ‫ي الن‬ ِ ِ ‫ فَأَ ْكرهُ أَ ْن أ‬،ُ‫ فـتـب ُدو ِل احلاجة‬،ً‫ضطَ ِجعة‬ ِ ِ ْ ‫وبـ‬
َ ‫َّب‬ َ ‫ فَأُوذ‬،‫س‬ َ ‫َجل‬ ْ َ ََ َْ َ َ ْ ‫ي القبـْلَة ُم‬ َ ََ
147 ِ ِ ِ ِ
»‫س ُّل م ْن ع ْند ِر ْجلَْيه‬ َّ
َ ْ‫ فَأَن‬،‫َو َسل َم‬
‘Amr bin Hafs menceritakan kepada kami, ia berkata: bapakku telah
menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-‘A’mas bercerita kepada
kami, ia berkata: Ibrahim menceritakan kepada kami dari al-Aswad dari
‘Aisyah ra.-tahwil al-sanad (pindah sanad)-. Al-‘A’mas berkata: Muslim
telah menceritakan kepada kami dari Masyruq dari ‘Aisyah ra., diceritkan
kepadanya bahwa yang dapat memutuskan shalat adalah anjing, himar,
dan perempuan. ‘Aisyah menjawab: ‘‘Kalian mempersamakan kami
dengan himar dan anjing?, Demi Allah. Aku pernah melihat Nabi saw
sedang shalat dan aku berbaring di hadapan beliau menghalangi kiblat.
Kemudian aku ada keperluan, tapi aku enggan untuk duduk kerena akan
mengganggu nabi, maka aku bergerak perlahan dari sisi kaki beliau.”
(HR. Bukhari)

beremansipasi lebih luas ke berbagai bidang, pada kenyataannya masih sulit menghindari
suatu pertanyaan mendasar “kalau perempuan diizinkan untuk mengejar karir, siapa
yang akan memelihara anak-anaknya?”, karena dalam masyarakat industri tetap
dipisahkan antara urusan keluarga dan produksi. (lihat selengkapnya di: “Pemahaman
Hadis Wanita Kurang Akal Dan Agama Menurut Ulama Negara Kabupaten Hulu
Sungai Selatan”, h. 82-83)
146 “Pemahaman Hadis Wanita Kurang Akal Dan Agama Menurut Ulama
Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan”, h. 82
147 Shahih al-Bukhari, juz. I, h. 109, nomor hadis 514

HADIS KELUARGA 171


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
11. Biografi Sahabat
Aisyah ra adalah isteri Rasulullah saw dan puteri dari Abu Bakar
ra dan ibunya bernama Ummu Ruman binti ‘Amir ibn ‘Uwaimir al-
Kinaniyah. Aisyah adalah wanita yang telah membuktikan, sejak
empat belas abad yang lalu, bahwa wanita bisa menjadi lebih unggul
daripada laki-laki dan bisa menjadi politkus, bahkan prajurit perang.
Hisyam ibn ‘Urwah meriwayatkan dari ayahnya, ia berkata,
“Aku pernah bersahabat dengan Aisyah. Aku tidak pernah melihat
seorang pun yang lebih memahami suatu ayat yang turun, suatu
kewajiban, suatu sunnah, atau sebuah syair-syair-tidak pula ada yang
lebih kuat dalam meriwayatkannya, atau suatu hari yang berjalan di
kalangan bangsa Arab, nasab, tentang hukum, maupun kedokteran
dibandingkan dengan Aisyah. Selanjutnya aku bertanya kepadanya,
‘Wahai bibi, dari manakah engkau memahami perihal kedokteran?’
Aisyah menjawab, ‘Aku pernah sakit lalu Nabi menjelaskan sesuatu
kepadaku kemudian ada orang sakit lalu nabi menjelaskan sesuatu
kepadanya. Aku mendengar orang saling mengabarkan satu sama lain
dan aku menghafalnya.
Diceritakan dari al-A’masy, dari adh-Dhuha, dari Masruq,
ia berkata, kami bertanya kepadanya: ‘Apakah Aisyah memahami
faraidh? Ia menjawab: ‘Demi Allah, aku telah melihat para sahabat
besar Rasulullah saw bertanya kepada Aisyah tetang faraidh”.
Aisyah ra wafat pada hari selasa, 10 Ramadhan 57 H dalam usia
66 tahu. Jenazahnya dishalatkan oleh Abu Hurairah ra sesuai dengan
wasiat Aisyah sendiri. Jazadnya di makamkan di tanah Baqi bersama
Ummahatul mu’mini lainnya. Aisyah juga meriwayatkan hadis
rasulullah dengan jumlah yang banyak yakni 2.110 hadis.148

22. Penjelasan Hadis


Dalam membahas hadis ini, Fatima Mernissi149 lebih menekankan
148 Bassam Muhammad Hamami, Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah
Islam, (Jakarta: Qisthi press, 2015), h. 45-59
149 Fatimah Mernissi Fatima Mernissi adalah tokoh pemikir muslimat yang

172
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
pada pengertian kiblat, menurutnya kiblat adalah suatu arah yang
menuju kerarah ka›bah, tempat suci yang diambil alih oleh Islam pada
tahun 8 H (630 M.), sebelumnya sebagai pusat pemujaan berhala oleh
orang-orang kafir quraisy. Kiblat disini memberikan sasaran spiritual
maupun sasaran pragmatis (disiplin), yang dapat menghubungkan
seseorang kepada pencipta semesta alam, ka›bah sebagai arah kiblat
tidak selalu menjadi arah kiblat umat Islam, karena selama 16 bulan
di Madinah, Rasulullah bersama umatnya melakukan shalat dengan
kiblat Yerussalem, walaupun kemudian kembali ke kiblat ka›bah.150
Dalam buku “Perempuan di Lembaran Suci” Ahmad Fudhaili
mengatakan Fatimah Mernissi melakukan kesalahan dalam mengkritik

sangat radikal dan keras, terutama dalam membahas teks-teks keagamaan yang berkaitan
dengan perempuan dan kedudukannya ia lahir di sebuah Harem pada tahun 1940 di Fez,
salah satu wilayah di Maroko.Masa kanak-kanak Mernissi dilalui bersamaan dengan
situasi kekacauan yang terjadi di Maroko akibat seringnya pertempuran antara pasukan
Kristen Spanyol dan Prancis. Mernissi menerima pendidikan pertama secara tidak
formal dari neneknya, Lalla Yasmina. Yasmina banyak memberikan pelajaran tentang
sejarah Islam, termasuk kisah Nabi Muh}ammad dan kondisi-kondisi perempuan
sebelum Islam. Ajaran dari neneknya itulah yang kemudian mengarahkannya pada
fokus kajiannya, yaitu tentang perempuan.
Mernissi mempunyai cara tersendiri dalam mengkritisi hadis-hadis misoginis,
yaitu dengan kajian pendekatan historis dan metodologis. Pertama, pendekatan historis
(historical/sosiological approuch) untuk meneliti kapan hadis itu diriwayatkan oleh
Rasulullah, siapa dan kapan hadis itu diriwayatkan kembali oleh rawi pertama. Pada
sesi ini, Mernissi menyoroti perawi pertama dari hadis, baik dalam hal kredibilitas
maupun intelektualitasnya. Tentu ini merupakan suatu hal yang tidak biasa dalam
dunia hadis, karena kebanyakan ulama hadis selalu melewatkan perawi pertama yang
notabene adalah sahabat (untuk hadis marfû„) dalam proses al-jarh wa al-ta„dîl dan
merasa cukup dengan slogan “setiap sahabat itu adil”. Lebih penting lagi, pendekatan
historis dilakukan Mernissi untuk mendapatkan gambaran sosiologis di sekitar hadis,
sehingga akan dengan mudah untuk melanjutkan kajiannnya pada pendekatan yang
kedua. Kedua, yaitu proses verifikasi dengan menerapkan kaidah-kaidah metodologis
yang telah didefinisikan oleh para ulama, misal syarat-syarat perawi yang telah diajukan
oleh Imâm Mâlik. Menurut Imâm Mâlik, sebagaimana dikutip Mernissi, kualifikasi
perawi hadis tidak hanya dilihat dari kapasitas intelektualnya, tetapi yang lebih penting
dari itu adalah moral. (lihat selengkapnya: Limmaatus Sauda’, Hadis Misoginis Dalam
Perspektif Hemeneutika Fatima Mernissi, Mutawâtir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis
Volume 4, Nomor 2, Desember 2014, h. 292)
150 Anisatun Muthi’ah, Realibilitas Riwayat Sahabat Pembacaan Ulang atas
Doktrin Keadilan Sahabat: Analisis Pemikiran Fatima Mernissi Tentang Hadis-
HadisMissogini , Jurnal: Dhiya al-Afka rVol. 2 No. 01 Juni 2014, h. 80-81

HADIS KELUARGA 173


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hadis di atas. Dia ter-apriori terhadap al-Bukhari dan dan Abu Hurairah
yang menurutnya (sering memunculkan hadis-hadis misoginis. Dan
mengabaikan hadis-hadis tandingannya (anti misoginis) sekalipun
lemah. Fatimah Mernissi mengutip sebuah hadis yang berbunyi: “Nabi
saw. pernah bersabda bahwa anjing, himar, dan perempuan dapat
membatalkan shalat jika mereka melintas di hadapan orang mu’min
yang menempatkan diri mereka di antara (orang tersebut) dan qiblat”.151
Hadis seperti ini tidak pernah diriwayatkan oleh Imam al-
Bukhari. Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari adalah riwayat dari
‘Aisyah yang menunjukkan penolakan ‘Aisyah terhadap hadis terkesan
misoginis. Imam al-Bukhari bahkan memberi judul bab tersebut “Man
Qala la Yaqtha’ ash-Shalah Syai” (orang yang berpendapat tidak ada
sesuatu yang dapat memutuskan shalat). Judul bab ini menunjukkan
bahwa Imam al-Bukhari menampilkan hadis anti misoginis yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah dan menganggap lemah hadis lawannya
(misoginis)152
Kesalahan kedua Fatima Mernissi adalah kritikannya terhadap
Abu Hurairah sebagai Perawi Hadis. Imam al-Bukhari tidak
meriwayatkan hadis melalui jalur Abu Hurairah. Hadis yang dikutip
Fatima Mernissi adalah riwat dari Imam Muslim melalui Jalur Abu
Hurairah.153
Kesalahan ketiga, Fatima Mernisssi seakan-akan belum
memahami teks dan konteks hadis dan belum memahami juga jalan
keluar yang harus dilakukan terhadap hadis-hadis yang terkesan
kontradiktif. Fatima Mernissi terlalu jauh memahami teks hadis
dengan arah kiblat kaum muslimin sebagai tempat yang suci dan
sakral. Padahal hadis tersebut dipahami oleh imam al-Bukhari, Imam
Muslim atau ulama hadis lainnya sebagai perintah untuk membuat
sutra (dinding) bagi orang yang akan melaksanakan shalat.154
151 Perempuan dilembaran Suci, h. 191
152 Perempuan di Lembaran Suci, h. 191-192
153 Perempuan di lembaran Suci, h. 192
154 Perempuan di Lembaran Suci, h. 192

174
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Hadis riwayat al-Bukhari adalah penolakan ‘Aisyah terhadap
pernyataan para sahabat tentang sesuatu yang dapat memutuskan
shalat, yaitu anjing, himar, dan perempuan. Kesan misoginis dalam
riwayat ini akan muncul ketika ada pertanyaan apakah pernyataan
“Anjing, himar, dan perempuan dapat memutuskan shalat” merupakan
ungkapan sahabat (ijtihad) atau pernyataan yang dilontarkan oleh
nabi saw.?155
Para sahabat tidak mungkin mengungkapkan pernyataan seperti
itu atau melakukan ijtihad sendiri ketika Nabi masih hidup. Tanpa
berkonsultasi langsung dengan Nabi saw. sebagaimana diriwayatkan
oleh imam Muslim melalui jalur Abu Hurairah ra.:

‫اح ِد َو ُه َو ابْ ُن‬ ِ ‫ ح َّدثـنا عب ُد الْو‬،‫ومي‬ ِ ِ ِ ِ


َ ْ َ ََ َ ُّ ‫ أَ ْخبـََرَن ال َْم ْخ ُز‬،‫يم‬ َ ‫َو َح َّدثـَنَا إ ْس َحا ُق بْ ُن إبـَْراه‬
‫ َع ْن أَِب‬،‫َص ِّم‬ ِ ِ ِ ٍ
َ ‫ َح َّدثـَنَا يَ ِزي ُد بْ ُن ْال‬،‫َص ِّم‬
َ ‫ َح َّدثـَنَا عُبـَْي ُد هللا بْ ُن َع ْبد هللا بْ ِن ْال‬،‫ِزَيد‬
ِ َّ ‫ «يـَْقطَ ُع‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
ُ ‫الص َلةَ ال َْم ْرأَةُ َوا ْل َم‬
‫ار‬ َ ‫ول هللا‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫ُه َريـَْرة‬
156 ِ
»‫الر ْحل‬َّ ‫ك ِمثْ ُل ُم ْؤ ِخ َرِة‬ َ ِ‫ َويَِقي َذل‬،‫ْب‬ُ ‫َوالْ َكل‬
Artinya: Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, ia berkata:
Al-Makhzumiy menceritakan kepada kami, ia berkata: Abd
al-Wahid (Ibn Ziyad) menceritakan kepada kami: ia berkata:
‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin al-‘Asham menceritakan kepada
kami, ia berkata Yazid bin al-‘Asham menceritakan kepada
kami dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Perempuan, himar, dan anjing dapat memutuskan shalat. Berilah
jarak sekedar ukuran unta atau himar dapat lewat”.

Imam Muslim Juga meriwayatkan dari Jalur Abu Dzar


dengan redaksi:

155 Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum Perempuan


Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, (Jakarta: 2013), h. 93
156 Muslim ibn Hajjaj al-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr,
1993), h. 231, hadis nomor: (511) 266

HADIS KELUARGA 175


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ِ ِ
‫ َو َح َّدثَِن ُزَهيـُْر‬:‫ال‬ َ َ‫ ح ق‬،َ‫يل ابْ ُن عُلَيَّة‬ ُ ‫ َح َّدثـَنَا إ ْسَاع‬،َ‫َح َّدثـَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشيـْبَة‬
‫ َع ْن‬،‫ َع ْن ُحَْي ِد بْ ِن ِه َل ٍل‬،‫س‬ ِ ِ ِ ِ ٍ
َ ُ‫ َع ْن يُون‬،‫يم‬َ ‫يل بْ ُن إبـَْراه‬ ُ ‫ َح َّدثـَنَا إ ْسَاع‬،‫بْ ُن َح ْرب‬
:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن أَِب َذ ٍّر‬،‫ت‬ ِ ‫الص ِام‬
َّ ‫هللا بْ ِن‬ ِ ‫عب ِد‬
َ ‫ول هللا‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َْ
ِ ‫ فَِإنَّه يستـره إِ َذا َكا َن بـي ي َدي ِه ِمثْل‬،‫«إِ َذا قَام أَح ُد ُكم يصلِّي‬
َّ ‫آخ َرِة‬
ْ‫ فَِإ َذا َل‬،‫الر ْح ِل‬ ُ ْ َ َ َْ ُ ُُ ْ َ ُ َُْ َ َ
ِ َّ ‫آخ َرِة‬ ِ ‫ي ُكن بـي ي َدي ِه ِمثْل‬
ُ ‫ َوالْ َكل‬،ُ‫ َوال َْم ْرأَة‬،‫ار‬
‫ْب‬ ُ ‫ص َلتَهُ ا ْل َم‬َ ‫ فَِإنَّهُ يـَْقطَ ُع‬،‫الر ْح ِل‬ ُ ْ َ َ َْ ْ َ
‫ْب‬ِ ‫َحَ ِر ِم َن الْ َكل‬ ْ ‫ْب ْال‬ ِ ‫َس َوِد ِم َن الْ َكل‬
ْ ‫ْب ْال‬ِ ‫ َما َب ُل الْ َكل‬،‫ َي أ ََب َذ ٍّر‬:‫ْت‬ ُ ‫َس َو ُد» قـُل‬ْ ‫ْال‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َك َما َسأَلْتَ ِن‬ ِ َ ‫ْت رس‬ ِ َ َ‫َص َف ِر؟ ق‬
َ ‫ول هللا‬ ُ َ ُ ‫ َسأَل‬،‫ َي ابْ َن أَخي‬:‫ال‬ ْ ‫ْال‬
»‫َس َو ُد َش ْيطَا ٌن‬
ْ ‫ْب ْال‬ُ ‫ «الْ َكل‬:‫ال‬ َ ‫فـََق‬
157

Setelah dipastikan bahwa ungkapan tersebut adalah sabda


Rasulullah saw. mengapa ‘Aisyah seolah-olah mengingkari
keberadaan hadis tersebut dengan mengatakan: “Apakah kalian
menyamakan kami dengan himar dan anjing?”. Dua hadis yang
diriwayatkan oleh imam al-Bukhari melalui jalur ‘Aisyah dan riwayat
Muslim melalui jaul Abu Hurairah dan Abu Dzar mengandung
pemahaman yang terkesan misiginis dan kontradiktif. Permasalahn
misoginis akan terpecahkan melalui pemahaman antara dua
hadis yang kontradiktif. Jalan keluar yang dapat ditempuh untuk
memahami antara dua hadis atau lebih yang terkesan kontradiktif
adalah:158
a. Metode Kompromi ( jama’)159
Perempuan yang diriwayatkan Abu Dzar dan Abu
Hurairah mengandung pengertian umum, sedangkan hadis
riwayat ‘Aisyah adalah khusus bagi dirinya sendiri sebagai
157 Shahih Muslim, Juz I, h. 365, hadis nomor: (510) 265
158 Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum Perempuan
Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, (Jakarta: 2013), h. 94
159 Metode kompromi adalah metode penyelesaian pertentangan antara hadits
mukhtalif dengan cara menelusuri titik temu kandungan makna masing-masingnya
sehingga makna essensial yang dituju oleh haditshadits tersebut dapat diungkap. Melalui
pemahaman ini maka makna yang dikandung masing-masing hadis dapat diamalkan
sesuai dengan tuntutannya.

176
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
istri nabi saw. Maka pengertian “memutuskan shalat”
dapat dipahami apabila yang lewat adalah perempan asing
(ajnabiyyah) karena dikhawatirkan akan menimbulkan
fitnah.
Menurut Ibn Baththal hadis riwayat ‘Aisyah berlaku
khusus untuk nabi, karena nabi dapat mengendalikan
emosi dan hawa nafsunya, sedangkan hadis riwayat Abu
Dzar berlaku secara umum bagi orang yang tidak dapat
mengendalikan emosi dan hawa nafsunya.
Metode ini juga dapat dilihat dari sisi illat hukum. Illatnya
adalah mengacaukan (menggaggu) orang yang sedang shalat,
sedangkan rumah masa Nabi belum memakai lampu. Maka
illatnya hilang tidak berlaku lagi hukum tersebut.160
b. Metode Tarjih (memilih yang paling tepat)161
Hadis riwayat Abu Dzar ditarjih oleh hadis riwayat
‘Aisyah karena ‘Aisyah sebgai istri Nabi dan sebgai orang
yang mengalami langsung peristiwa tersebut.
Menurut sebagian ulama madzhab Hanabilah hadis
riwayat ‘Aisyah lebih tepat untuk diamalkan daripada hadis
riwayat Abu Dzar162
c. Metode Ta’wil
Metode ta’wil menggambarkan bahwa lewatnya sesuatu
yang disebutkan dalam hadis atau lainnya dapat mengganggu
konsentrasi orang yang sedang shalat. Hukum ini berlaku
secara umum baik laki-laki maupun perempuan.
Metode ini akan menghilangkan kesan misoginis pada
hadis, bahwa apapun yang lewat dihadapan orang yang
sedang shalat dapat mengganggu konsentrasi shalat.163
160 Perempuan dilmbaran suci, h. 194
161 tarjih adalah suatu upaya komparatif untuk menentukan mana yang lebih
kuat dari hadits-hadits yang tampak ikhtilaf.
162 Perempuan dilembarab suci, h. 195
163 Perempuan dilembaran suci, h. 195-196

HADIS KELUARGA 177


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Ulama-ulama mujtahid seperti Imam Malik, Abu
Hanifah, Imam Syafi’i dan mayoritas ulama salaf dan khalaf
berpendapat bahwa shalat tidak batal dengan lewatnya sesuatu
di hadapan orang shalat, baik tiga hal yang disebutkan dalam
hadis ataupun lainnya, mereka berselisih pendapat tentang
hukum orang yang lewat dihadapan orang yang sedang
shalat.164 Hadis yang mengungkapkan behwa shalat dapat
terputus dengan lewatnya tiga hal tersebut, yang dimaksud
adalah mengurangi kekhusuan (konsentrasi) shalat, bukan
membatalkan shalat. Paradigma fiqih tidak mengindikasikan
pemahaman tersebut terkesan misoginis, apabila pemahaman
seperti apa adanya, maka ulama fiqh menganggap bahwa
lewatnya sesuatu dihadapan orang yang shalat adalah salah
satu yang menyebabkan batalnya shalat. 165
d. Metode nasakh (pembatalan)166
Menurut ‘Izzuddin Husein hadis-hadis yang terkesan
164 Menurut madzab Hanafiyah dan Malikiyah, hukum orang yang lewat di
hadapan orang yang sedang shalat dengan tanpa alasan, sekalipun tidak menggunakan
sutra (pembatas) adalah haram, begitu pula haram hukumnya orang shalat tanpa sutrah
di tempat orang biasa lalu-lalang, bahakan orang yang sedang shalat mendapat dosa
(tidak yang lewat) apabila ada orang lewat di hadapannya.
1. Menurut madzab Syafi’iyah tidak haram hukumnya dan tidak berdosa lewat di
hadapan orang yang sedang shalat. Dan dimakruhkan shalat di tempat orang biasa
lalu lalang, baik ada yang lewat maupun tidak ketika ia shalat.
2. Menurut Madzab Hanabilah makruh hukumnya secara mutlak, shalat di tempat
orang biasa lalu lalang, baik ada yang lewat maupun tidak.
Hukum mencegah orang lewat di hadapan orang yang sedang shalat:
1. Menurut madzab Hanafiyah dan Hanabilah: disunnahkan bagi orang yang sedang
shalat mencegah orang lain lewat di hadapannya, baik dengan isyarat, mata kepala,
tangan atau apapun yang mudah dilakukan dengan syarat gerakan yang dilakukan
tidak merusak (membatalkan) kegiatan shalat.
2. Menurut madzab Malikiyah diharuskan mencegah orang lewat dihadapan orang
yang sedang shalat. (footnote Perempuan di Lembaran Suci, h.197-198)
165 Perempuan dilembaran suci, h.196-197
166 Secara bahasa, kata “ naskh” mengandung arti: menghilangkan, sebagai suatu
istilah, naskh sebagaimana dirumuskan para ulama adalah:” diangkatnya suatu hukum
syar’iy oleh syari’ berdasarkan dalil syari’ yang datang kemudian”. Maksudnya adalah
bahwa suatu hukum yang sebelumnya berlaku, kemudian dinyatakan tidak berlaku lagi
oleh syari’, yakni dengan datangnya dalil syar’iy baru, yang membawa ketentuan hukum
lain dari yang berlaku sebelumnya

178
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kontradiktif ini termasuk dalam katagori nasakh. Hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Dzar dan Abu Hurairah telah dinasakh
oleh hadis riwayat Ibn Abbas dan Aisyah.:

‫ َوأ ََن يـَْوَمئِ ٍذ‬،‫ْت َراكِبًا َعلَى ِحَا ٍر أ ََت ٍن‬ ُ ‫ «أَقـْبـَل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اس‬ ٍ َّ‫الل بْ ِن َعب‬ َِّ ‫عن عب ِد‬
َْ ْ َ
‫صلِّي ِبِ ًن إِ َل غَ ِْي‬ ِ َِّ ‫ول‬ُ ‫ َوَر ُس‬،‫ت ِال ْحتِالَ َم‬
َ ُ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ي‬َ ‫الل‬ ُ ‫قَ ْد َن َه ْز‬
‫ْت‬
ُ ‫ فَ َد َخل‬،‫ْت األ ََت َن تـَْرتَ ُع‬ ُ ‫ َوأ َْر َسل‬،‫ف‬ِّ ‫الص‬
َّ ‫ض‬ ِ ‫ي يَ َد ْي بـَْع‬َ َْ‫ت بـ‬ ُ ‫ فَ َم َرْر‬،‫ِج َدا ٍر‬
»‫ك َعلَ َّي‬ َ ِ‫ فـَلَ ْم يـُْن َك ْر َذل‬،‫ف‬ ِّ ‫الص‬
َّ ‫ِف‬
167

Artinya: Riwayat dari ‘Abdullah Bin ‘Abbas berkata: “Aku


dating dengan berkendaraaan himar perempuan, ketika itu
umurku hampir baligh (dewasa), Rasulullah saw. sedang
shalat di Mina’ tanpa dinding (sutrah), aku lewat di depan
sebagian shaf (barisan) shalat, kemudian aku lepas himarku
di daerah yang subur dan aku masuk ke dalam barisan (shaf),
tidak ada seorang pun yang mencegahku.

ٌ‫صلِّي َوأ ََن َراقِ َدة‬ ِ


َ ُ‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ي‬ َ ‫َّب‬ ُّ ِ‫ « َكا َن الن‬:‫ت‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
ْ َ‫ قَال‬،َ‫شة‬
168
»‫ت‬ ِ ‫ضةٌ َعلَى فِر‬
َ ‫ فَِإ َذا أ ََر‬،‫اش ِه‬
ُ ‫اد أَ ْن يُوتَِر أَيـَْقظَِن فَأ َْوتـَْر‬ َ ‫ُم ْع َِت‬
َ
Riwayat Aisyah ra. Brkata: Rasulullah saw. sedang shalat
dan aku tidur melintang dihamparannya, apabila ia akan
melakukan shalat witir ia membangunkan aku, kemudian
aku shalat witir.

Hadis riwayat Ibn Abbas dianggap telah menasakh


(mebatalkan) hadis riwayat Abu Dzar dan Abu Hurairah,
karena hadis Ibn Abbas dating be;akangan yaitu ketika
haji Wada’. Hadis Ibn Abbas dapat dimungkinkan sebagai
perlakuan khusus, karena Ibn ‘Abbas ketika itu belum baligh

167 Shahih al-Bukhari, h.99


168 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bary bi Syarh al-Bukhari Juz 3, (Kairo:
Maktabah al-Qahiriyah, 1978), h. 129

HADIS KELUARGA 179


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
(dewasa) sdhingga belum terkena beban (taklif) hukum.169
Metode nasakh ini didukung oleh Ath-Thabari, akan
tetapi pendapat ini ditentang oleh al-Asqalani, karena antara
hadis Abu Hurairah dengan hadis ‘Aisyah tidak diketemukan
secara historis yang lebih dahulu antara dua hadis tersebut.
Di samping itu metode kompromi dan ta’wil masih dapat
dilakukan. 170
Menurut Imam al-Nawawi, metode kompromi (jama;)
dan ta’wil adalah metode yang terbaik dibandingkan dengan
nasakh.171

3. Ibrah
Jadi, ibrah yang dapat diambil dari hadis perempuan
penyebab terputusnya shalat adalah perempuan bukanlah menjadi
penyebab batalnya shalat melainkan hanya mengurangi kekhusu’an
(konsentrasi). Kemudian berilah jarak yang cukup atau membuat
pembatas saat akan shalat agar apapun bisa lewat sehingga tidak
mengurangi kekhusu’an saat mendirikan shalat.

169 Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum Perempuan


Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, (Jakarta: 2013), h. 97
170 Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum Perempuan
Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, (Jakarta: 2013), h. 97
171 Perempuan di Lembaran Suci, h.197

180
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
DAFTAR PUSTAKA

‘Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al-


Kautsar, 1998
Abu Syuqqah, Abdul Halim. Kebebasan Wanita, diterjemahkan oleh
Chairul Halim Lc. Jakarta: Gema Insani Press. 1999
Abdul Muhaimin, Abdul Wahab. Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan
dalam Perkawinan dan Perceraian. Jakarta: Gaung Persada Press
Jakarta. 2013
al- Ja’fy, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari. al-Jâmi’
al-Musnad ash-Shahîh al-Mukhtashar min Umûri Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam wa sunanihi wa ayyâmih. Dâr Thauq
an-Najâh, 1422 H
al-asqalani, Ibnu Hajar . Fathul Bari Jilid Jakarta: Pustaka Azzam, 2010
Al-Barudi, Syaikh Imad Zaki, Tafsir Wanita. Jakarta Timur: Pustaka al-
Kautsar, 2005
al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah. Shahih al-Bukhari.
Damaskus: Dar Thuqa an-Najah. 1422H
Al-Faifi, Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya. Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid
Sabiq. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013
al-Hasyimi, Abdul Mun’im. Kisah Para Tabi’in. Jakarta: Ummul Qura.
2015
Al-Jauzi, Ibnu Qoyyim. al-Qawanin al-Fiqhiyah. Makkah: Abbas. T.td
Al-Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progressif. 1997
al-Naisaburi, Muslim ibn Hajjaj. Shahih Muslim. Beirut: Dar al-Fikr1.
1993
al-Nawawi, Imam. Shahih Muslim bi Syarh Imam Nawawi. Bairut: Dar
al- Fikr. 1992
Al-Qardhawi, Yusuf . fatwa-fatwa Kontemporer. Jakarta: Gema Insani.

HADIS KELUARGA 181


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
1995
al-Qardhawi, Yusuf. Fatwa-fatwa Kontemporer. terj. As’ad Yasin. Jakarta:
Gema Insani. 2013
Al-Zuhayli, Wahbah. al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu. Damaskus: Dar
al-Fikr. T.td
an-Naisaburi, Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Hasan al-Qusyairi. al-Musnad
as-Shahih al-Mukhtashar Minas-Sunan bin Naqli al-‘Adl ‘anil ‘Adl
‘an Rasulillah, Beirut: Dar al-Ihya. T.td
an-Naisabury, Muslim bin Hajjaj Abu al- Hasan al-Qusyairy. al-
Musnad ash-Shahîh al-Mukhtashar bi naqli al-‘Adli ‘an al-‘Adli ilâ
Rasûlillâh Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Beirut: Dâr Ihyâ at-Turâts
al- ‘Araby. T.td
An-Nawawi, syarh Shahih Muslim. Cairo: al-Maktabah al-Misriyyah, tth
ar- Razi, Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husain at
Taimy. Mafatih al—Ghaib; Juz 6. Beirut: Dar Ihya at- Turats al-
Araby. 1420 H
as-Sa’di, Abdurrahman bin Nashir. Syarah Umdatul Ahkam. Jakarta:
Darussunnah Press. 2016
as-Sijistani, Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin
Amar al-Azdi. Sunan Abi Dawud. Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyah
as-Sulami, Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahdak.
al-Jami’ al-Kabir Sunan at-Tirmidzi. Beirut: Darul Gharib al-Islami
asy-Syaibani, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal
bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas
bin ‘Auf bin bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Zyhl bin Tsa’labah
adz-Dzuhli. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal
Ayyub, Hasan. Etika Islam Menuju Kehidupan yang Hakiki. Bandung:
Trigenda Karya. 1994
Ayyub, Hasan. Fikih Keluarga. penerjemah: M. Abdul Ghoffar. Jakarta:
Pustaka al-Kautsar. 2001
Ayyub, Syekh Hasan .Fikih Keluarga. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

182
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, t.t.
Fahru, Ahmad. Iddah dan Ihdad Wanita Karier; Persfektif Hukum Islam
dan Hukum Positif. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2015
Fudhaili, Ahmad. Perempuan di Lembaran Suci. Jakarta: Transpustaka,
2013.
H. Anshori. Penafsiran Ayat-ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab. Jakarta: Visindo Media Pustaka, 2008.
Hamami, Bassam Muhammad. Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir
Sejarah Islam, (Jakarta: Qisthi press, 2015), h. 45-59
Hasan, Hamka. Tafsir Jender. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2009.
ibn Asad, Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal
Musnad al Imam Ahmad bin Hanbal, (Muassasah al Risalah, 2001
Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Dimasyqi. Asbabul wurud.terj.
Suwarta Wijaya dan Zafrullah salim. Jakarta:Kalam Mulia.
Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan relasi Jender menurut Tafsir Al-
Sya’rawi. Jakarta: PT Mizan Publika, 2004.
Istibsyaroh. Hak-hak Perempuan. Jakarta Selatan: Penerbit TERAJU. 2004
Jad, Syaikh Ahmad, Fikih Sunnah Wanita, Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2009, Cet. 2
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: PT. Sinergi
Pustaka Indonesia, 2012), h. 647-648, Jilid.7
Khaliq, Abdul. Pendidikan anak Putri dalam Keluarga. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar,1994.
Lajnah Pentashihan mushaf al-Qur’an badan Litbang dan Diklat Depag
RI, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik, Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009
M. Quraish Shihab, M. Quraish. Perempuan. Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata dilingkungan Peradilan

HADIS KELUARGA 183


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Agama¸(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 381, cet. IV
Masykur Khair.“Catatan Mahram”,Kediri: Duta Karya Mandiri, 2012.
Mernisi, Fatimah. Menengok Kontroversi Peran Wanita dalam Politik,
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), Diterjemahkan oleh M. Masyhur
Abadi, Cet.ke-1, h. 152
Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera,
1999
Muhammad bin Ismail, Abu Abdullah, Shahih Bukhari Kitab Tafsir Al-
Qur`an. Bairut: Dar al-garbi al-islamiy, 1998.
Muhammad’uwaidah, Syeikh Kamil. penerjemah: M.Abdul Goffar.Fiqih
Wanita. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016.
Mulia, Siti Musdah Membangun Surga di Bumi, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2011
Mutawalli Sya’rawi, Muhammad. Fiqih Wanita, (Pena Pundi Aksar:
Jakarta, 2006) hal 277-278 cet. II
Muthi’ah, Anisatun. Realibilitas Riwayat Sahabat Pembacaan Ulang atas
Doktrin Keadilan Sahabat: Analisis Pemikiran Fatima Mernissi
Tentang Hadis-HadisMissogini , Jurnal: Dhiya al-Afka rVol. 2 No.
01 Juni 2014, h. 80-81
N Muallamah, Gambaran Umum Tentang Wanita Karier, https://www.
google.co.id/search?q=pengertian+wanita+karir&oq=pengertian+w
anita+karir&aqs=chrome..69i57.9165j0j7&sourceid=chrome&ie=U
TF-8, di akses pada tanggal 1 April 2017 pukul 22.21 Wib
Najieh, Ahmad Fiqih Wanita Shalehah menurut qur’an dan Hadis.
Surabaya: Menara Suci Surabaya,2012
Najieh, Ahmad. Fiqih Wanita Sholehah Menurut al-Qur’an dan al-Hadits.
Surabaya: Menara Suci Surabaya. 2012
Najjar, Ibnu. Muntaha al-Iradat. Terj. Alim al-Kutub
Naro, Wahyuddin. Artikulasi kesetaraan Jender Dalam Pendidikan
(Perspektif Islam), Jurnal Diskursus Islam Volume 3 Nomor 2,
Agustus 2015, h. 319

184
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Sa’diyah, Dewi. Isu Perempuan (Dakwah dan Kepemimpinan Perempuan
Dalam Kesetaraan Gender), Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12 Juli –
Desember 2008, h. 313
sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta:PT.Pena Pundi Aksara,2009
Salim, Abu Malik Kamal Bin Sayyid, Shahih Fiqih Sunnah Wanita,
Sukaharjo: Penerbit Al-Hambara, 2015
Sarwat, Ahmad. Seri Fiqih Kehidupan; Pernikahan. Jakarta: Rumah Fiqih
Indonesia. 2012
Shihab, M. Quraish, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Ciputat: Penerbit
Lentera Hati, 2004
Shihab, Quraish .“Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah”. Jakarta: Lentera
Hati, 2006.
Shihab, Quraish, Perempuan. Jakarta: Lentera Hati, 2005.
Subhan, Zaituna. Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur’an.
Yogyakarta: LKiS, 1999
Subhan, Zaitunah. Al-Qur’an dan Perempuan. Jakarta: PRENADAMEDIA
GRUP. 2015
Sunarto, Achmad Kamus Arab Indonesia Al Kabir. Surabaya: Karya
Agung,2010
Tahido Yanggo, Huzaimah. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2010.
Thawilah, Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam, Panduan berbusana Islami,
Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007
Tim peneliti lembaga penelitian dan pengkaji ilmiah (LPPI) Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Laporan Penelitian Tingkat Pemahaman
dan Penerimaan Kaum Perempuan Terhadap Hadits-hadits Misogini
Studi Terhadap Mahasiswa IIQ. Jakarta. 2013.
Umar, H. Nasaruddin. Ketika Fikih Membela Wanita. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2014
Yanggo, Huzaemah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2010

HADIS KELUARGA 185


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Yanggo, Huzaimah Tahido Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010.
http://bio.or.id/biografi-ummu-salamah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ramlah binti Abu Sufyan
https://id.wikipedia.org/wiki/Zainab_binti_Jahsy
Kbbi.web.id
www.belajarbersama.ml/2013/06/peran-dan-tugas-perempuan-
dalam-keluarga.html?m=1 diakses pada tanggal 21 Maret 2017,
pukul 19:45
http://www.tongkronganislami.net/2016/04/saksi-dan-persaksian-
wanita-dalam-islam.html

186
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
NAMA KELOMPOK
1. AURAT
Uli Rif’atul Millah, Sarah Maharani, dan Siti Nurjannah
2. PERHIASAN
Syarah Sofiah Arifin, Yuniawati, dan Siti Masyithah Ibrahim
3. HAK PEREMPUAN MEMILIJH SUAMI IDEAL
Yukhanit dan Sri Rahayu
4. PERANAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA
Zakiyatun Nufus dan Ulfa Dwi Novitasari
5. HAK DAN KEWAJIBAN TALAK
Ulfah Rahmadianti, Resti Mawaddah, dan Selvina Adistia Utami
6. IDDAH DAN IHDAD
Ririn Zakia dan Siti Saidatus Suaidah
7. WANITA KARIR
Rofiatul Khairiyah N dan Yunia Nur Halimatus S
8. KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Salma Millaty, Siti Kholipah, dan Siti Ruqayah
9. PEREMPUAN PENYEBAB TIMBULNYA FITNAH
Nur Indah Yuliani dan Rifda Rizka Camilah
10. KESAKSIAN PEREMPUAN
Umiarti Karimah dan Shufrotul Khasana
11. MAYORITAS KAUM WANITA PENGHUNI NERAKA
Sofwatun Nada dan Riefa noor Aliyaturrahmah
12. WANITA KURANG DALAM HAL AKAL DAN AGAMANYA
Sahela Mustika, Qumil Laila, dan Entin Sholihat

HADIS KELUARGA 187


Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
188
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita

Anda mungkin juga menyukai