Hukum Berdebat Dan Meninggalkan Debat Dalam Islam
Hukum Berdebat Dan Meninggalkan Debat Dalam Islam
hukum berdebat
Secara umum, debat dalam menghilangkan keberkahan dari ilmu. Allah sendiri pun sangat
membenci orang yang paling keras dalam berdebat atau merasa diri paling benar. Orang
seperti ini hanya ingin dirinya menang, oleh karena itulah Allah sangat tidak menyukainya.
Perhatikan hadits nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berikut ini:
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Bukhari,
No. 4523)
Tujuan debat sejatinya hanyalah untuk mencari kebenaran. Maka ketika kebenaran sudah
diterima dengan akal sehat dan logika, maka tidak perlu ada lagi perdebatan yang panjang.
Contoh perdebatan yang tidak disukai adalah debat para pelaku bid’ah yang mendukung
kebid’ahannya. Saat berdebat ia hanya ingin menang tanpa berusaha mencari tujuan sama
sekali. Karena apa yang dicari hanyalah kemenangan diri sendiri, maka ilmunya yang banyak
tidak akan mendatangkan berkah sama sekali.
Oleh karena itu, siapa saja yang berdebat hanya untuk cari membenarkan dirinya sendiri, maka
Allah tidak akan memberikan keberkahan pada ilmunya. Namun bagi siapapun yang berdebat
hanya untuk mencari kebenaran dan ilmu, maka ia akan mendapatkannya.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah)
karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim
mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya
dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan
matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah: 258)
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut
kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia
kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras
siksa-Nya. (QS. Ar-Ra’d: 13)
Menyampaikan kebenaran islam dan Allah sebagai tuhan semesta alam memang kewajiban
seorang muslim. Namun jika ada orang kafir yang mendebatnya terus menerus setelah diberi
jawaban yang benar lebih baik tinggalkan perdebatan tersebut. Kita sebagai umat islam hanya
bertugas untuk menyampaikan saja, bukan yang menentukan beriman atau tidaknya seseorang
kafir.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)
Berdebat memang diperbolehkan jika diperlukan, tapi alangkah baiknya jika seorang muslim
menghindari perdebatan sekalipun dia berada di pihak yang benar. Karena debat hanya akan
menimbulkan amarah, menyebabkan dengki yang merupakan salah satu penyakit hati, serta
menimbulkan celaan terhadap orang lain. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan
perdebatan berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran (al haq), juga sebuah rumah di
tengah jannah bagi siapa saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia sedang bercanda,
serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa saja yang berakhlak mulia. (HR. Abu Daud,
No. 4800)
Seperti yang dijelaskan di hadits di atas, hukum berdebat khususnya meninggalkan perdebatan
sangat dianjurkan karena siapapun yang meninggalkannya akan diberi hadiah rumah di surga.
Maksud meninggalkan debat adalah bersikap mengalah meskipun kita ada di pihak yang benar.
Karena toh sebenarnya debat sendiri punya banyak kerugian, di antaranya: