Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Ilmu Kalam ( Aliran Teologi Dalam Islam) Dr. H. Hasni Noor, S.Ag, M.Pd

SEJARAH MUNCULNYA KAUM KHAWARIJ DAN SEKTE-SEKTENYA

OLEH :

KELOMPOK 4 :

M. Ziqri Rayhan 200101010829


Desy Oktaviani 200101010545

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Karena berkat
rahmat dan hidayah-nya, kami dapat menyelsaikan tugas makalah mata kuliah
“Ilmu Kalam (Aliran Teologi Dalam Islam)”.
Shalawat dan salam tidaklah lupa kita sampaikan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad Saw. Beserta keluarga, kerabat, sahabat dan pengikut
beliau hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu
dalam menyelsaikan makalah ini karena tanpa bantuan dan dukungan dari mereka
mungkin kami tidak dapat menyelsaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih memiliki kekurangan baik
dari segi bacaan, isi, tulisan dan sebagainya. Karena hal tersebut kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kiranya dapat membantu
makalah ini agar menjadi lebih baik.
Kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Allah swt. Sedangkan
manusia merupakan tempatnya kekurangan dan salah. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih apabila ada salah kata kami mohon maaf.

Banjarmasin, 24 Februari 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Sejarah Munculnya Kaum Khawarij ....................................................................... 3
B. Perkembangan Khawarij.......................................................................................... 4
C. Sekte-Sekte Kaum Khawarij.................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu kalam memang mambahas tentang sifat-sifat Allah, tentang


firman-firman Allah, tentang keimananan, dan tentang dosa besar. Selain itu,
ilmu kalam juga membahas tentang khilafah, polemik yang bermula dari
ketidakpuasan kelompok tertentu mengenai pengganti Khalifah setelah
Utsman bin Affan wafat. Sehingga masalah munculnya aliran-aliran
sepeninggal Utsman bin Affan merupakan bagian dari pembelajaran ilmu
tauhid.

Sepeninggal khalifah Utsman bin Affan, pemerintahan dipegang oleh


Ali bin Abi thalib. Namun, dikarenakan adanya suatu hal, pada masa itu
terjadi perselisihan yang mengakibatkan munculnya beragam aliran,
diantaranya ada aliran Khawarij, aliran Murji’ah, aliran Qadariyah, aliran
jabariyah, aliran Mu’tazilah dan lain sebagainya. Tiap aliran-aliran tersebut
intinya saling membenarkan salah satu aliran itu, dan menyalahkan aliran yang
yang lain dengan menganggap dirinya yang benar, yang lain salah bahkan
disebut kafir.

Seperti halnya aliran-aliran pada umumnya, sebenarnya aliran


terbentuk dari kesatuan kelompok yang utuh, namun dikarenakan adanya
suatu hal sehingga terpecah menjadi beberapa aliran-aliran dan sekte-sekte.
Tiap-tiap aliran memiliki paham masing-masing sesuai yang dianggap benar
oleh aliran tersebut sehingga tiap-tiap aliran mempunyai cirri khas masing-
masing, begitu pula aliran yang datang di kala kekhalifahan tersebut.

Aliran Khawarij merupakan salah satu aliran yang telah muncul dari
masa kehalifahan Ali.Aliran ini popular dengan sebagai aliran yang ekstrim.
Aliran ini juga memiliki paham yang berbeda dengan aliran-aliran yang

1
lainnya. Aliran ini terbentuk juga bukan karena suatu kebetulan, akan tetapi
pasti ada faktor-faktor yang mendorong terbentuknya aliran ini.

Oleh karena itu penting bagi kita mengetahui sejarah munculnya aliran
khawarij ini, tak hanya itu kita juga perlu membahas bagaimana
perkembangan aliran ini, beserta sekte-sektenya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah munculnya kaum Khawarij?


2. Bagaimana perkembangan Khawarij?
3. Apa saja sekte-sekte aliran Khawarij?

C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah munculnya kaum Khawarij.


2. Mengetahui perkembangan Khawarij.
3. Mengetahui sekte-sekte aliran Khawarij.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Kaum Khawarij

Kata khawarij secara etimologis berasal dari bahasa arab kharaja yang
berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Berkenaan dengan
pengertian etimologis ini, syahrastani menyebut orang yang memberontak
imam yang sah disebut sebagai khawarij. Berdasarkan pengartian etimologi ini
pula, khawarij berarti setiap muslim yang memiliki sikap laten ingin keluar
dari kesatuan umat islam.

Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah


sekte atau kelompok atau aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan barisan karena tidak sepakat terhadap Ali yang menerima
arbitrase atau tahkim dalam perang Siffin pada tahun 37 H/648 M dengan
kelompok bughat atau (pemberontakan) Mu’awiyah bin Abu sufyan perihal
persengketaan khalifah. Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali
dan pasukannya berada pada pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah
yang sah yang telah dibai’at mayoritas umat islam. Sementara Mu’awiyah
berada pada pihak yang salah karena memberontak kepada khalifah yang sah.
Lagi pula berdasarkan estimasi khawarij, pihak Ali hampir memperoleh
kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya licik
ajakan damai Mu’awiyah, kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib.

Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik kata damai


kelompok Mu’awiyah, sehingga pada mulanya Ali menolak permintaan itu.
Akan tetapi, karena desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra’,
seperti Al-Asy’ats bin Qais, mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid bin
Husein At-Tha’i, dengan terepaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan
pasukan Ali) untuk menghentikan peperangannya.

3
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan
Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam)-nya, tetapi orang-
orang khawarij menolaknya dengan alasan bahwa Abdullah bin Abbas adalah
orang yang berasal dari kelompok Ali. Mereka lalu mengusulkan agar Ali
mengirim Abu Musa Al-Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara
berdasarkan kitab Allah. Keputusan tahkim yaitu Ali diturunkan dari
jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya, sementara Mu’awiyah dinobatkan
menjadi khalifah oleh delegasinya pula sebagai pengganti Ali, akhirnya
mengecewakan orang-orang khawarij. Sejak itulah orang-orang khawarij
membelot dengan mengatakan, “Mengapa kalian berhukum kepada manusia?
Tidak ada hukum selain hukum yang ada pada sisi Allah.” Mengomentari
perkataan mereka, Imam Ali menjawab, “itu adalah ungkapan yang benar,
tetapi mereka artikan dengan keliru.” Pada waktu itulah orang-orang khawarij
keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura, sehingga khawarij
disebut juga dengan nama Hururiah. Kadang-kadang mereka disebut dengan
syurah dan Al-Mariqah.

Di Hurura, kelompok khawarij melanjutkan perlawanan selain kepada


Mu’awiyah juga kepada Ali. Di sana mereka mengangkat seorang pimpinan
definitif yang bernama Abdullah bin Sahab Ar-Rasyibi. Sebelumnya mereka
dipandu Abdullah Al-Kiwa untuk sampai ke Hurura. 1

B. Perkembangan Khawarij

Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij, subsekte


Khawarij yang besar hanya ada 8, yaitu:

a. Al-Muhakkimah,

b. Al-Azriqah,

1Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag & Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag, Ilmu Kalam (
Bandung: Pustaka Setia 2012), h. 63-65.

4
c. An-Najdat,

d. Al-Baihasiyah,

e. Al-Ajaridah,

f. As-Saalabiyah,

g. Al-Abadiyah,

h. As-Sufriyah.

Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum orang yang


berbuat dosa besar, apakah masih mukmin atau telah menjadi kafir.
Tampaknya, doktrin teologi tetap menjadi primadona pemikiran mereka,
sedangkan doktrin-doktrin yang lain hanya merupakan pelengkap. Pemikiran
subsekte ini lebih bersifat praktis daripada teoretis, sehingga kriteria bahwa
seseorang dapat dikategorikan sebagai mukmin atau kafir tidak jelas. Hal ini
menyebabkan -dalam kondisi tertentu- seseorang dapat disebut mukmin
sekaligus pada waktu yang bersamaan disebut sebagai kafir.

Tindakaan kelompok Khawarij di atas telah merisaukan hati semua


umat Islam saat itu. Sebab, dengan cap kafir yang diberikan salah satu
subsekte tertentu Khawarij, jiwa seseorang harus melayang, meskipun oleh
subsekte yang lain orang bersangkutan masih dikategorikan sebagai mukmin
sehingga dikatakan bahwa jiwa seorang Yahudi atau Majusi masih lebih
berharga dibandingkan dengan jiwa seorang mukmin. Meskipun demikian, ada
sekte Khawarij yang agak lunak, yaitu sekte Najdiyat dan Ibadiyah. Keduanya
membedakan antara kafir nikmat dan kafir agama. Kafir nikmat hanya
melakukan dosa dan tidak berterima kasih kepada Allah. Orang seperti ini,
kata kedua sekte di atas, tidak perlu dikucilkan dari masyarakat.

Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut,


dikategorikan sebagai aliran Khawarij, selama terdapat indikasi doktrin yang
identik dengan aliran ini. Berkenaan dengan persoalan ini, Harun meng-

5
identifikasi beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai aliran
Khawarij masa kini, yaitu:

a. Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka


walaupun orang itu adalah penganut agama Islam;

b. Islam yang benar adalah Islam yang mereka pahami dan amalkan,
sedangkan Islam sebagaimana yang dipahami dan diamalkan golongan
lain tidak benar;

c. orang-orang Islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali
ke Islam yang sebenarnya, yaitu Islam seperti yang mereka pahami dan
amalkan;

d. karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka


adalah sesat, mereka memilih imam dari golongannya, yaitu imam dalam
arti pemuka agama dan pemuka pemerintahan;

e. mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan


kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuannya.2

C. Sekte-Sekte Kaum Khawarij

Khawarij pada umumnya terdiri dari orang-orang Arab Badui.


Golongan Khawarij merupakan golongan yang paling gigih membela
mazhabnya dan mempertahankan pendapatnya serta pada umumnya ketat
beragama dan mudah menyerang pihak lain. 3

Maka tak jarang jika dalam kalangan mereka sendiri mudah terjadi
perbedaan pandangan sehingga timbul sejumlah golongan dan sekte yang

2Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag & Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag, Ilmu Kalam (
Bandung: Pustaka Setia 2012), h. 69-70.

3 Amat Zuhri, Warna-Warni Teologi Islam ( Pekalongan: STAIN Press, 2010), h. 30.

6
memiliki paham dan ajaran tersendiri yang saling berbeda dan bertentangan.
Macam-macam sekte dalam kaum khawarij yaitu sebagai berikut:

1. Al-Muhakkimah

Sekte ini merupakan generasi pertama dan terdiri dari pengikut-


pengikut Ali dalam perang Shiffin. Namun mereka keluar dari barisan Ali dan
melakukan pemberontakan kepadanya. Para pemimpin mereka adalah
Abdullah ibnu Kawwa’. Attab ibn al-A’war, Abdullah ibn Wahhab ar-Rasibi,
Urwah ibn jarir, Yazid ibn ‘Ashim al-Muharibi dan Harqush ibn Zuhair al-
Bajali.

Mereka disebut al-Muhakkimah sesuai dengan prinsip golongan


mereka “la hukma ila Allah” (tidak ada hukum selain hukum Allah). Dengan
prinsip tersebut, mereka berpandangan bahwa tidak sah menetapkan hukum
selain hukum Allah yaitu Al-Qur’an.

Pada mulanya golongan al-Muhakkimah ini mendasarkan pada dua


persoalan yang fundamental. Yang pertama adalah pembaruan yang berkenaan
dengan imamah karena mereka memperbolehknya kepada orang lain selain
orang Quraisy. Kedua adalah karena mereka mempertahankan pandangan
bahwa Ali bin Abi Thalib bersalah lantaran mengizinkan arbitrase sebab pada
waktu itu dia menunjuk seseorang menjadi hakim terhadap suatu masalah,
padahal Allah adalah satu-satunya hakim.4

2. Al-Azariqah

Pemberian nama sekte ini dinisbahkan pada pendirinya,Abi Rasyid


Nafi’ bin al-Azraq. Dia khalifah pertama yang oleh pengikutnya diberi gelar
Amirul Mu’minin.

Menurut para ahli sejarah,sekte ini dikenal paling ekstrim dan radikal
dari pada sekte lainnya di kalangan Khawarij. Hal ini ditandai dengan
dipergunakannya term musyrik bagi orang yang melakukan dosa besar,

4 Amat Zuhri, Warna-Warni Teologi Islam ( Pekalongan: STAIN Press, 2010), h. 31.

7
sedangkan sekte lain dari Khawarij hanya menggunakan term kafir. Term
musyrik dalam Islam merupakan dosa yang paling besar melebihi dosa kafir.
Jadi, pada sekte ini menyebut musyrik bagi mereka yang tak mengikuti paham
al-Azariqah.

3. Al-Najdah

Nama sekte ini berasal dari nama pemimpin mereka, Najdah bin Amir
al-Hanafi. Sekte ini merupakan sekte yang kontra terhadap sekte al-Azariqah
karena mereka tidak setuju dengan term musyrik. Di antara pandangan sekte
an-Najdah adalah sebagai berikut:

a. Orang yang melakukan dosa besar menjadi kafir dan kekal di dalam
neraka, namun apabila yang melakukan hal tersebut adalah
pengikutnya akan mendapat siksa tetapi tidak di dalam neraka
jahanam.

b. Bila melakukan dosa kecil secara terus menerus akan berakibat pada
dosa besar yang nantinya bisa menjadi musyrik, tetapi melakukan zina,
minum khamer yang dilakukan secara tidak tidak terus-menerus tidak
termasuk musyrik bila sepaham dengan mereka.

c. Manusia pada hakekatnya tidak membutuhkan imam.

d. Diperbolehkan taqiyah baik dalam perbuatan maupun perkataan.

4. Al-Ajaridah

Al-Ajaridah adalah pengikut Abdul Karim bin Ajrad. Dia adalah


pemimpin sekte khawarij yang lebih lunak dibandingkan pemimpin sekte
khawarij lainnya. Menurut mereka, hijrah bukan merupakan kewajiba, tetapi
kebajikan sehingga bila pengikutnya tinggal di luar kekuasaan mereka, tidak
dianggap kafir.

Sekte ini terbagi atas tiga sub sekte, yaitu:

8
a. Shilatiyah, kelompokini memisahkan pandangannya dari sub sekte yang
lain dengan pernyataan bahwa seseorang tidak bisa mewarisi dosa orang
tuanya dan seseorang tidak dapat dimusuhi sebelum menerima dakwah
Islam.

b. Maimunawiyah, berpendapat bahwa perbuatan manusia ditentukan


oleh kehendak manusia sendiri dengan potensi yang diberikan oleh
Allah.5

c. Asy-Syu’aibiyah dan al-Hazmiyah. Kelompokini bertentangan dengan


pendapat yang menyatakan bahwa Allahlah yang menetukan perbuatan
manusia.

5. Ash-Sufriyah

Pemimpin golongan ini ialah Zaid Ibn al-Asfar. Dalam faham, mereka
dekat dengan golongan al-Azariqah dan oleh karena itu mereka juga tergolong
ekstrim pula. Namun ada hal-hal yang membuat mereka kurang ekstrim dari
yang lain adalah sebagai berikut:

a. Orang Sufriyah yang tidak berhijrah tidak dipandang kafir.

b. Mereka tidak berpendapat bahwa anak-anak kaum musyrik boleh


dibunuh.6

c. Tidak semua mereka berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar
adalah musyrik.

d. Daerah golongan Islam yang tak sefaham dengan mereka bukan daerah
yang boleh diperangi.

e. Kufur dibagi dua: kufr bi inkar al-ni’mah yaitu mengingkari rahmat


Tuhan dan kufr bi inkar al-rububiyah yaitu mengingkari Tuhan. Dengan
demikian term kafir tidak selamanya harus berarti keluar dari Islam. 7

5 Amat Zuhri, Warna-Warni Teologi Islam ( Pekalongan: STAIN Press, 2010), h. 34.
6 Harun Nasution, Teologi Islam (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1972),
h.17.

9
6. Al-Ibadiyah

Golongan ini merupakan golongan yang paling moderat dari seluruh


golongan khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad, yang pada tahun
636 M, memisahkan diri dari golongan al-Azariqah. Paham moderat mereka
dapat dilihat dari ajarran-ajaran berikut:

a. Orang Islam yang tak sefaham dengan mereka bukanlah mukmin dan
bukanlah musyrik, tetapi kafir. Dengan orang Islamyang demikian boleh
diadakan hubungan perkawinan dan hubungan warisan, syahadat mereka
dapat diterima. Membunuh mereka adalah haram. 8

b. Daerah orang Islam yang tak sefaham dengan mereka, kecuali camp
pemerintah merupan dar tawhid, daerah orang yang meng-Esa kan
Tuhan, dan tak boleh diperangi. Yang merupakan dar-kufr, yaitu daerah
yang harus diperangi, hanyalah ma’askar pemerintah.9

c. Orang Islam berbuat dosa besar adalah muwahhid, yang meng-Esa kan
Tuhan, tetapi bukan mukmin dan kalaupun kafir hanya merupakan kafir
al-ni’mah dan bikan kafir al-millah, yaitu kafir agama.

d. Yang boleh dirampas dalamperang hanyalah kuda dan senjata. Emas dan
perak harus dikembalikan kepada yang punya. 10

7 Harun Nasution, Teologi Islam (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1972),
h. 18.
8 Harun Nasution, Teologi Islam (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1972),
h. 35.
9 Harun Nasution, Teologi Islam (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1972),
h. 19.
10 Amat Zuhri, Warna-Warni Teologi Islam ( Pekalongan: STAIN Press, 2010), h. 14.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai