Anda di halaman 1dari 2

Nama: Elda Arum Puspita

NIM: 2105056052

Prodi: PPKn B

Matkul: Hukum Adat

Sajen Kelahiran

Brokohan itu asal katanya dari bahasa Arab yaitu barokah yang artinya "mengharapkan berkah". Maka,
brokohan Tradisi Jawa ialah tradisi yang digelar ketika seorang Ibu melahirkan Anak. Di samping itu, juga
terdapat sesaji yang berupa sepasang ayam dewasa yang diletakkan dalam kurungan kranji. Sebelum
terbentuk, embrio berasal dari pertemuan benih laki-laki yang berupa sperma dengan benih perempuan
yang berupa sel telur.

Ketika keduanya bertemu muncullah bibit kehidupan atau embrio, yang disimbolkan dengan cendol atau
dawet dalam periuk kecil. Sajen ini diwujudkan dalam bentuk pisang raja setangkep yang buahnya
berjumlah genap pada masing-masing sisirnya. Sajen ini sebagai simbol dari bayi yang lahir ke dunia
masih dalam keadaan polos, bersih, dan suci lahir batin. Yang ia miliki hanyalah jiwa raga yang melekat
pada dirinya.

Sajen Pernikahan

Sajen ini diwujudkan dalam bentuk nasi kuning yang dilengkapi dengan lauk pauk, seperti abon, kedelai
hitam, bawang merah goreng, ayam goreng, irisan telur dadar, sambal goreng, mentimun, dan daun
kemangi. Sajen ini diwujudkan dalam bentuk sesajian yang berupa dua buah nasi golong, yang masing-
masing diselimuti atau dibalut dengan telur dadar, pecel panggang ayam, daun kemangi, dilengkapi
dengan jangan menir dan jangan padhamara. Khusus jangan menir dan jangan padhamara, masing-
masing ditempatkan terlebih dahulu dalam cuwo/cowek yang terbuat dari gerabah. Makna sajen ini
adalah menggambarkan kedua insan yang mempunyai niat saling membantu dalam membangun
mahligai rumah tangga.

Oleh karena itu, sega golong yang diselimuti oleh telur dadar sebagai simbol hubungan suami istri
tersebut. Didalam prosesi acara kematian juga terdapat beberapa sesajen yang dihadirkan, berikut
sesajen tersebut. Sajen ini diwujudkan dalam bentuk sesajian yang berupa tujuh buah apem, ketan, dan
kolak . Semuanya ditempatkan di dalam tampah 'nyiru' yang telah diberi alas daun pisang.

Makna sajen ketan kolak ini menggambarkan seseorang yang telah meninggal dunia dan siap kembali
menyatu dengan Sang Ilahi. Sajen ini juga sering dijumpai pada saat tradisi ruwahan, yang intinya
memohon kepada Tuhan agar arwah orang yang diselamati dapat kembali kepada Sang Ilahi dan tidak
nglambrang atau gentayangan. Makna sajen ini adalah menggambarkan sudah pulangnya kembali
arwah yang sudah meninggal di sisi Sang Ilahi, seperti sebelum dilahirkan. Dengan demikian, diharapkan
arwah tersebut dapat kembali menuju ke alam kelanggengan, atau dunia yang kekal abadi.

Menurut penjelasan antropolog Argo Twikromo, pemberian sesajen berasal dari masyarakat zaman
dahulu yang cenderung percaya pada ‘penghuni’ yang mendiami suatu tempat. Mereka merasa perlu
menjalin komunikasi yang harmonis maka dari itu dilakukan pemberian sesajen. Sesajen juga merupakan
tradisi yang sudah ada sejak lama, bahkan sebelum masuknya agama Islam, Hindu, dan Buddha. Sesajen
memang bukan sesuatu yang asing bagi masyarakat Jawa dan sudah menjadi tradisi yang melekat sejak
lama.

Sesajen merupakan persembahan berisi berbagai makanan yang dipersembahkan untuk leluhur.

Anda mungkin juga menyukai