Anda di halaman 1dari 28

Makalah

“THAHARAH DAN SHALAT”

DI Susun Oleh (kelompok 2) :

Eko Susilo 2230111450


Ahmad Labib 2220151447

INSTITUT AGAMA ISLAM KHOZINATUL ULUM BLORA


2023
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Bismillahirrohmanirrohim...
Ahamdulillah Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Fiqih-
Ushul Fiqh dari Dosen Pengampu Bapak. Hafidz Taqiyuddin M.Ag H.K dan juga
untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami selaku Kelompok 4 sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan
pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Fiqih
yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan......................................................................................2

BAB II Pembahasan

A. Thaharah.........................................................................................................3
B. Najis dan Hadas.............................................................................................11
C. Shalat............................................................................................................13

BAB III Penutup

A. Kesimpulan....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk berangkat ibadah


shalat. Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka. Sungguh tanpa
thaharah, ibadah shalat, baik yang fardlu juga yang sunnah, tidak sah.

Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim
yang akan melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan
juga harus tahu dan terampil dijalankannya jadi thaharahnya itu sendiri jarak
sah menurut ajaran ibadah syar’iah.

Dalam seumur hidup umat islam masyarakat percaya ini dan tahu bahwa
shalat merupakan perintah yang harus dilakukan atau dianjurkan oleh ummat
islam itu sendiri dalam pelaksanaan shalat ada beberapa hal yang harus
dilakukan sseorang yang pergi melakukan shalat seperti memiliki wudlu suci
tempat atau pakaiannya. Karena kedua hal

tersebut merupakan salah satu dari syarat sah shalat jadi kompilasi
seseorang melakukan shalat dan sisa ditinggalkan maka hal tersebut bisa
membatalkan shalat seseorang karena kompilasi salah satu sah nya shalat
disisi maka secara langsung shalatnya itu tidak diterima oleh Allah baik itu
shalat yang wajib atau shalat sunnah yang antara itu tidak pernah
dilakukan/dipraktikan oleh nabi muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sehingga sampai sekarang hal itu dilakukan secara berkelanjutan.1

1
Academia, ”Makalah Thaharah dan Shalat, ”Document,
https://www.academia.edu/5470817/MAKALAH_THAHARAH_DAN_SHALAT (akses
September 15, 2019).

1
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Thaharah, Wudhu, Mandi, dan Tayamum ?


2. Apa itu Najis dan Hadas ?
3. Apa sajakah alat-alat Thaharah dan bagaimana tata caranya ?
4. Pengertian Shalat dan macam-macamnya?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan Makalah ini yaitu untuk menjelaskan mengenai


aspek-aspek dalam Ibadah mulai dari mengetahui apa itu pengertian thaharah,
membahas mengenai apa saja yang termasuk najis dan hadas. Juga
menjelaskan apa sajakah alat-alat Thaharah dan bagaimana tata caranya.
Selain itu penulisan ini akan menerangkan apa itu definisi Shalat, maca-
macam Shalat dan cara pelaksanaanya.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang bisa diambil dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengulang kembali pengetahuan terkait thaharah dan shalat. memahami apa
itu Thaharah dan Shalat yangdi mana penjelasannya ini kami kelompok 4
selaku penulis mengambil dari beberapa sumber referensi mulai dari kitab,
buku, dan juga jurnal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Thaharah
a. Pengertian Thaharah

Pengertian thaharah menurut bahasa ialah an nadzafatu ( membersihkan),


sedangkan menurut syara (istilah) ialah membersihkan/mengangkat hadas
besar maupun kecil dan menghilangkan najis dengan berwudhu,tayamum dan
tajdidul wudhu.2 Pengertian Tharah menurut empat mazhab:

1. menurut madzhab hanafi

Taharah menurut syara ialah bersih dari hadas baik hadas besar
maupun kecil, hadas kecil seperti sesuatu yang membatalkan wudhu
yaitu keluarnya kotoran dari dua jalan (kubul dan dubur).hadas besar
ialah hadas yang mewajibkan mandi seperti junub.3

2. menurut imam maliki

Thaharah ialah sebuah hukum sifat yang diwajibkan kepada yang


disifatinya tujuannya untuk membolehkan shalat seperti pakaian atau
tempat yang digunakan untuk shalat.4

3. menurut imam syafi’i

Thaharah menurut syara terbagi dua yang pertama mengerjakan


sesuatu yang bertujuan untuk bolehnya melaksanakan shalat seperti
wudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis. Yang kedua
mengankat hadas atau menghilangkan najis, seperti tayamum, baik
mandi wajib atau sunah maka thaharah bisa disebut juga yang bersifat
manawi yang sudah diatur atas pekerjaannya. Maka cara
menghilangkan hadas

2
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini, Kifayatul Akhyar (Surabaya,
Indonesia: CV Bina Iman P.O Box, 1137), 6.
3
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba’ah, (Beyrouth, Lebanon:
darul kutub al-ilmiah, 2003), 5.
4
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba’ah, (Beyrouth, Lebanon:

3
darul kutub al-ilmiah, 2003), 7.

4
dengan berwudhu jika hadas tersebut kecil, jika hadas besar cara
menghilangkannya dengan cara mandi.5

4. menurut madzhab imam hambali

Mengangkat hadas atau menghilangkan najis yakni mengangkat


hadas yaitu sifat yang mencegah untuk shalat.6

Thaharah (bersuci) menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua


yaitu :

1. Bersuci lahiriyah
Thaharah (bersuci) yang bersifat lahiriyah adalah membersihkan diri,
tempat tinggal, lingkungan dengan segala bentuk kotoran hadas dan
najis. Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan badan,
pakaian, dan tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau
dan warnanya.
2. Bersuci Batiniah
Thaharah (bersuci) batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran
batin berupa dosa dan perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur
dan sombong. Cara membersihkannya dengan taubatan nasuha (taubat
yang sungguh-sungguh) yaitu memohon ampun kepada Allah SWT
dan berjaji tidak akan mengulangi kembali perbuatan tersebut.7

Macam-macam air yang boleh digunakan untuk bersuci yaitu ada tujuh yaitu :

1. Air hujan
2. Air laut
3. Air telaga
4. Air sungai
5. Air salju

5
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba’ah, (Beyrouth, Lebanon:
darul kutub al-ilmiah, 2003), 7.
6
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba’ah, (Beyrouth, Lebanon:
darul kutub al-ilmiah, 2003), 8.
7
Jamaluddin, “ Fiqh Al-bi’ah ramah lingkungan : Konsep Thaharah dan Nadhafah dalam
membangun budaya bersih, “ Thaharah 29, no. 2 (Juli-Desember 2018): 333-334,
https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/600

5
6. Air embun
7. Air sumur8

Pembagian air ada empat yaitu :

1. Air mutlak adalah ‫“ طاهر مطهر غير مكروه‬Air yang suci yang tidak di anggap

makruh”, Air mutlak ini ialah air yang bisa dipakai bersuci dan
mensucikan yang dimana air yang sepi (belum tercampur) dari benda
mukholit,dan benda najis.Adapun didalam pembahasan mengenai air
mutlak bahwa sanya madzhab imam syafi’i menyatakan bahwa air yang
dikategorikan sebagai air mutlak ialah air yang lebih dari dua qulah dan
kurang dari dua qulah.Adapun hitungan air yang lebih dari dua qulah
menurut hitungan iraq ialah 500 liter adapun hitungan menurut alat ukur
ialah 60 cm panjangnya,60 cm lebarnya,60 cm dalamnya.Dan ketika air
sudah lebih dari dua qulah ketika berwudhunya boleh tidak menggunakan
mighrofah (gayung) dan ketika air kurang dari dua qulah maka ketika
berwdhunya pun harus menggunakan mighrofah.Adapun madzhab selain
ima syafi’i tidak membahas masalah air dua qulah dan kurang darri dua
qulah.

2. Air musyamas adalah ‫ مكروه مطهر طاهر‬Air yang suci bisa mensucikan namun

makruh untuk digunakan. Adapun proses terjadinya air musyammas ialah


air yang berada pada wadah yang berbahan alumunium,besi kemudian
tepanaskan oleh cahaya matahari.Dan hukum bersuci menggunakan air
musyammas ada berbagai pendapat menurut imam syafi’i bahwa bersuci
menggunakan air musyammas ialah makruh dengan alasan ketika
menggunakan air tersebut menyebabkan penyakit kulit dari dzat yang ada
pada alumunium tersebut. Adapun menurut imam nawawi bahwa bersuci
dengan air musyammas tidak makruh karena melihat ketika air yang
terkena panas itu sudah dingin maka boleh dipakai untuk bersuci.9

8
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya,
Indonesia: CV Bina Iman P.O Box, 1137), 7.
9
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya,

6
Indonesia: CV Bina Iman P.O Box, 1137), 7.

7
3. Air musta’mal ‫ طاهر غ ير مطهر‬Air musta’mal adalah air yang suci tetapi
tidak

dapat mensucikan pada yang lain, yaitu air musta’mal yang sudah dipakai
menghilangkan hadas, atau najis dengan catatan jika air terebut tidak
berubah dan tidak bertambah kadar beratnya dari asal mulanya (sebelum
dipakai) setelah diperkirakan adanya air yang meresap pada sesuatu yang
suci.
4. Air mutanajis, Air mutanajis dibagi menjadi dua bagian :
a. Air sedikit yang kurang dari dua kulah kemasukan najis, baik air tadi
berubah atau tidak masuknya kedalam air bangkai (binatang) yang
tidak mempunyai darah yang mengalir ketika sedang dibunuh atau
sedang dibelah. Contohnya seperti lalat. Semut, nyamuk dll.
b. Air yang banyak (dua kulah keatas) lalu berubah sebab kena sesuatu
baik berubahnya itu seikit atau cukup banyak. Contohnya seperti air
yang diperoleh dengan cara ghasab dipakai untuk wudhu atau air yang
disediakan ditepi-tepi jalan untuk minum lalu dipakai untuk wudhu.10

Pengertian Wudhu

Secara Bahasa kata wudhu ‫ الوضوء‬dalam bahasa arab berasal dari kata al-wadha’ah
Q‫ الوضاءة‬kata ini bermakna an-Nadhzafah yaitu kebersihan.

Imam nawawi mengatakan dalam kitab al-majmu syarh al-muhdzadzab.

‫واماالوضوءفهومن الوضاءةبالمدوهيالنضاافة‬

Adapun kata wudhu berasal dari wadha’ah yang maknanya adalah kebersihan
adapun secara istilah syari menurut imam asy-syirbin (w. 977 H) dalam kitab
Mughnil Muhtaj Ilaa Ma’rifati Ma’aani Alfadzi al-Minhaj mengatakan:

10
Asy-Syekh Muhammad Bin Qosim Al-Ghazy, Terjemah Fathul Qorib, jilid.1 (Surabaya:
Al-hidayah, tth), 23.

8
‫وامافي الشرع فهو افعال مخصوصة مفتتحة بانية اواستعمال الماء في اعضاء‬

‫مخصوصة مفتتحا با لنية‬

Adapun wudhu menurut istilah syar’a adalah aktivitas khusus yang diawali
dengan niat. Atau aktivitas menggunaklan air pada anggota badan khusus yang
diawali dengan niat.11

Dalil tentang wudhu


َ
َ ْ
ْ َّ ْ ْ َ َ َّ َ َ
‫ُم‬ ُّ
‫يايها ال ِذين ا ن ا ِاذا قمتم ِالى الصلو ِة فاغ ِسلوا وجوهكم واي ِديكم ِالى المرا ِف ِق وامسحوا ِبرءو‬
‫ِسكم‬

ْ َ ْ
٦ .…‫ْ ك ع ب ي ِن‬ َ
‫كم‬ ْ
‫وار‬
َ
‫ِالى ال‬ ُ
‫جل‬

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat,


maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki…. (QS. Al-Maidah :6)
Syarat sah wudhu
a. Islam
b. Tamyiz
c. Air mutlak
d. Tidak yang menghalangi, baik hissy maupun syar’i
e. Masuk waktu shalat

Fardhu (rukun) wudhu


a. Niat
Niat adalah fardhu atau rukun wudhu dan merupakan bagian dari
padanya.tanpa niat, berarti wudhu tidak lengkap sehingga tidak sah.
Dikarenakan niat adalah yang menentukan sah atau tidak sahnya
ibadah itu.
Firman allah surah al ayat 5 ْ َّ
bayinnah, َ

9
َ ُ َ ْ ْ َ ْ َ
‫حنف ۤا ء‬ ‫و مْٓا ا ِم ُر ْٓوا ِالا ِل ي ع ّٰلل مخ ِل ِص ي ن ل ه‬
٥ َْ ُ
ۙ‫ال ِدي ن ە‬ ‫بدوا ا‬

11
Muhammad Ajib, Fiqih Wudhu Versi Madzhab Syafi’iy, cet. 1 (Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing, 2019), 6.

1
Artinya:
5. Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas
menaati- Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar
melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus
(benar)12.

b. Membasuh muka
Membasuh muka diwajibkan berdasarkan perintah membasuh muka
pada surat al-maidah, ayat 6
ْ ‫ُج‬ ُ ْ َ
‫مو‬ ‫ل‬ ‫س‬
َ ْ ِ ‫ فا‬.........
‫غ‬
Artinya: ‫ك‬٦ ‫ْ و ه‬
6. “maka basuhlah wajahmu”13 ‫وا‬
‫و‬

Adapun wajah mempunyai batasan, yaitu dari pangkal kenig hingga


ujung dagu, dan diantara dua anak telinga. Maka batasan itu harus
terkena air ketika membasuh wajah.
c. Membasuh tangan
d. Menyapu kepala
e. Membasuh kaki
f. Tartib.14

Sunah-sunah wudhu
a. Membaca basmallah, pada permulaan, dan jika lupa disunahkan
membacanya ditengah-tengah
b. Menggosok gigi dengan menggunakan siwak
c. Mencuci dua telapak tangan sampai pergelangan
d. Berkumur-kumur
e. Memasukan atau mengisap air kedalam hidung dan mengeluarkannya
kembali
f. Menyapu kedua telinga
g. Menyilang-nyilangi jenggot yang tebal
h. Menyilang-nyilangi jari tangan dan jari kaki
i. Membasuh dan menyapu setiap anggota wudhu, dilakukan tiga kali
j. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri
k. Berturut-turut membasuh anggota15

12
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Bogor : Adhwaul Bayan, tth), 598.
13
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Bogor : Adhwaul Bayan, tth), 108.
14
Ibn Rusyd al-Qur’an, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashi (Barut: D’ar al-Fikr,
tth), 6.
15
Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Alshodiq, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah dalam Islam

1
(Jakarta: Prenada Media, 2003), 149.

1
Pengertian Mandi

Mandi menurut Bahasa al-ghusl atau al-ghasl berarti mengalirnya alir pada
sesutu. Menurut istilah mengalirnya air keseluruh tubuh dengan niat.

Hal-hal yang mewajibkan mandi

Rukun Mandi

a. Niat
b. Mengalirkan air keseluruh

tubuh Wajib Mandi

a. Niat
b. Berkumur dan Istinsaq
c. Membasuh seluruh badan dengan air yang suci dan mensucikan
d. Menggosok tangan

kebadan Sunah Mandi

a. Membaca basmalah
b. Wudhu sebelum mandi
c. Menggosok tangan kebadan
d. Al-Muawaalah
e. Tertib
f. Menyiram badan sebanyak 3 kali

Makruh Mandi

a. Berlebihan dalam menggunakan air


b. Terlalu irit dalam menggunakan air
c. Berbicara saat mandi
d. Diharamkan membuka aurat kecuali dihadapan yang diperbolehkan
seperti istri

1
e. Meninggalkan sunah dari sunah yang dianjurkan.16

Pengertian Tayamum

Tayamum secara harfiyah memiliki arti menyengaja. Sedangkan menurut


syara menempelkan debu yang suci pada tangan sebagai pengganti wudhu, mandi,
atau membasuh anggota tubuh dengan syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat tayamum

Diperbolehkan tayamum dengan syarat:

a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudhu atau mandi wajid


dengan tayamum
b. Sudah masuk waktu shalat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat ditubuh
e. Mengunakan tanah atau debu yang suci17

Fardhu tayamum

a. Niat

‫نويت التيمم لاستباحت الصلاة فرضااّٰلل تعالى‬

b. Mengusap muka dengan debu\tanah, dengan dua kali usapan. (yang


dimaksud usapan disini ialah cukup menyapukan saja dan bukannya
mengoles-oles hingga rata seperti menggunakan air dalam
berwudhu)
c. Menyapu kedua tangan dengan debu/tanah.18

Sunah tayamum

a. Membaca dua kalimah syahadat ketuka hendak bertayamum

16
Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2011), 98-100.

17
Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’I Kitab Fathul Qorib Al-Mujib (Jakarta: Al-
Maghfirah, 2012), 18

1
18
Aliy As’ad, Terjemah Fat-hul Mu’in, Jilid. 1 (Yogyakarta: Menara Kudus, 1980), 52.

1
b. Membaca ta’awudz dan basmalah
c. Menipiskan debu yang ada ditelapak tangan
d. Merenggangkan jari-jari tangan
e. Menghadap kiblat
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudhu) 19

Yang membatalkan tayamum

a. Semua yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum


b. Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum
shalat)
c. Kemampuan menggunakan air saat bertayamum yang sebelumnya
tidak mampu menggunakan air.20

B. Najis dan Hadas

a. Pengertian najis

An-najasah (Najis) adalah lawan dari thaharah (suci). Najis menurut


bahasa berarti sesuatu yang kotor. Dan menurut syara’ adalah kotoran-kotoran
yang bisa mencegah sahnya shalat.

Najis terbagi dua macam yaitu:

1. Najis hakikiyah atau ‘Ainiyah, yaitu segala sesuatu yang kotor yang dari
shalat seperti darah dan kencing, najis jenis ini selamanya tidak bisa jadi
suci.
2. Najis hukmiyah atau ma’nawiyah adalah tentang seseorang yang tidak suci
yang membutuhkan shalat, termasuk pembatal wudhu, dan mewajibkan
untuk mandi. Najis hukmiyyah ini suci dengan wudhu dan mandi.

19
Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf (Surabaya: Mutiara Ilmu,
2013), 64.
20
Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2011), 120.

1
yang cairan. Asalnya semua benda jamad itu suci, dimana jamad itu bukan
bagian dari hewan, dan bukan dihasilkan dari hewan. Sebagai hewan dan
cairan sebagiannya njis, dan asalnya suci.

Bentuk Najis diantaranya;

1. Kencing dan kotoran manusia, kencing hewan dan kotorannya.

2. Darah yang mengalir

3. Bangkai

4. Dzat yang memabukan (khomr)

5. Anjing dan babi

6. Muntah dan air bisul mani juga air 21

Didalam Fiqh najis dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu Najis


Mukhaffafah, Najis Mutawasitthah, dan Najis Mughaladzah. Berikut
penjelasan serta tata cara (Thaharah) mensucikannya:

1. Najis Mukhafafah yang merupakan air kencingnya bayi laki-laki yang


belum makan dan minum selain ASI dan belum berumur 2 tahun. Cara
mensucikannya dapat disucikan dengan cara memercikkan air ke tempat-
tempat yang dikunjungi najis. Cara memercikkan air ini harus dengan
percikan yang kuat dan air keseluruh tempat yang dituju najis setelah itu
barulah diperas atau dikeringkan. Najis Mukhaffafah dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Mafu’anhu fiil badan adalah ketika seseorang mempunyai bisul atau
luka kemudian seorang itu melaksanakan sholat kemudian
dipertengahan sholat luka tersebut keluar darah mengenai baju orang
tersebut maka hukumnya najis mafu’anhu.

21
Rumaysho, “ Safinatun najah mengenal mcam-macam najis, “ Thaharoh,
https://rumaysho.com/20770-safinatun-najah-mengenal-macam-macam-najis.html (akses
September 15, 2019).

1
b. Mafu’anhu fiil Mai (air) adalah najis/bangkai (serangga) jatuh
kedaalam air yang kurrang dari dua kulah maka air tersebut masih sah
bila digunakan untuk berwudhu.
2. Najis Mutawasithah merupakan najis sedang yang keluar daari orang yang
sudah baligh. Cara membersihkannya disiram dengan air.
3. Najis Mugaladzhoh merupakan najis besar yaitu najis yang berasal dari
anjing dan babi atau salah satu keturunan anjing dan babi. Cara
membersihkannya yaitu dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak
tujuh kali basuhan dari salah satu dari tujuh itu harus dibasuh dengan tanah
(lumpur).22

b.Pengertian Hadas

Hadas adalah keadaan tidak suci pada seorang muslim yang menyebabkan
tidak boleh sholat, tawaf dan lain sebagainya. Hadas menurut cara
mensucikannya dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Hadas besar adalah hadas yang harus disucikan dengan cara mandi.
Contoh haid,junub, nifas dan air mani.
2. Hadas kecil adalah hadas yang bisa disucikan dengan cara berwudhu atau
tayamum. Contoh buang air kecil, buang air besar, atau keluar udara dari
dubur.23

C. Shalat

a. Pengertian Shalat

syara menurut Shalat ‫وهى لغة الدعاءوةشرعاكماقل الرافعي اقوال وافعا ل مفتتحة با لتكبير‬

‫مخصوصة‬ ‫مختتمة با لتسليم بشرا ئط‬ Pengertian shalat dari tinjauan bahasa ialah berdo’a

sedangkan menurut syara ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali
dengan ucapan takbir dan diakhiri dengan ucapan salam, hal mana dikerjakan

22
Syekh Muhammad Bin Qasim Al-Ghozi, terjemah Fathul Qorib, Terj. Achmad Sunarto,
Jilid 1 (Surabaya: Al-Hidayah, 1991), 28.
23
Wikipedia, “ Hadas, “ wiki, https://id.wikipedia.org/wiki/Hadas (akses September 15,
2019).

1
dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.24 Shalat dikatakan
sebagai doa karena esensi dari seluruh bacaan shalat mengandung maka doa
kepada allah. Karena shalat adalah proses medekatkan diri kepada allah
dengan rasa hormat dan taat, serta semata-mata mecari ridoh allah.25

Syarat syah shalat yaitu suci anggota badan dari hadas kecil dan besar,.
berada ditempat yang suci, menutup aurat, sesuai dengan waktu masuk shalat
dan menghadap kiblat.26

Dalil Shalat dalam Al-qur’an

َ
ُ ْ
‫ْ َ ف ا ِق ي موا‬ ْ ‫ج ك‬ ْ ُ ُ َّ ً َ ُ ْ ُ ُ ْ َ
‫ط َم أ ن‬ ُ
‫عو‬ ‫ق يا ما و ق‬ ُ
‫فا ذ ك روا‬ ‫م‬ ‫ضيت‬ ‫ف ِا ذا ق‬
‫م‬ْۚ ‫ن‬ ٰ َ َ ٰ َّ
ْ ُ ْ
‫ع لى‬
َّ ً
‫دا و‬ َ‫ه‬ ‫ال ص لو ة‬
‫ن ت م ف ِا‬ ْ ‫ا ّٰلل‬
‫ِو ب‬
َ
‫ذا ا‬

ً ْ ُ ْ َّ ً ٰ
٣٠١ ‫ك ت با م و ق و تا‬ ْ ُ ْ ‫كا‬ َ ٰ ّ َ َّ َ ٰ ّ َ
‫ا ل م ؤ ِم ِن‬ َ ‫ال ص لو ۚة ِان ال ص لو ة‬
َ ‫نت‬
َ ْ
‫ي ن ع لى‬

Artinya:
103. Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah
ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian,
apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana
biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.
1. Menurut imam maliki dan hambali

Definisi shalat adalah pekerjaan yang dekat seperti salam dan sujud yakni
pekerjaan yang dekat ialah suatu pekerjaan yang mendekatkan diri kepada
allah.27

24
Syekh Ibrahim AL-baijuri, Kitab Al-bajuri atusyarah Fathul Qarib (Surabaya:

1
Imarotullah, tth), 112.
25
Ibnu Hajar ansori, Nailul Hubbah Harisah, Mohammad Fathan Asyrofi, dan Ahmad
Khoirul Rooziqiin, “Psikologi shalat, “ Shalat 3, no. 1 (September 27, 2019): 31,
https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/spiritualita/article/view/1512
26
Syekh Ibrahim AL-baijuri, Kitab Al-bajuri atusyarah Fathul Qarib (Surabaya:
Imarotullah), 112.
27
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba’ah, (Beyrouth, Lebanon:
darul kutub al-ilmiah, 2003), 160.

2
2. Menurut imam hanafi

Shalat wajib ada enam (yaitu shalat lima waktu dan shalat witir) Shalat
terbagi menjdai empat bagian yaitu :

a. shalat yang difardukan (fardhu ain) seperti shalat lima waktu

b. shalat yang difardhu kifayahkan seperti shalat jenazah

c. shalat wajib seperti shalat witir, shalat idul adha, shalat idul fitri

d. shalat sunah seperti shalat rawatib.28

3. menurut imam syafi’I

shalat tebagi menjadi dua yaitu :

a. shalat yang mencakup atas rukuk dan sujud seperti shalat fardhu dan
sunah

b. shalat yang tidak meliputi rukuk dan sujudnya seperti shalat jenazah
akan tetapi meliputi takbir dan salam.29

b. Macam-macam shalat dan cara melakukan shalat:

1). Shalat wajib/fardu

adalah shalat yang wajib dilaksanakan berarti jika dilaksanakan dapat


pahala dan jika dilaksanakan mendapat dosa. Shalat wajib ada 5 yakni :
shalat Isya, subuh, lohor, ashar dan maghrib.

Rukun shalat ada 18:

Niat, Takbir, Berdiri Membaca Al-fatihah, Ruku’Tuma’nin ah, I’tidal,


Tuma’ninah Sujud, Tuma’ninah Duduk antara dua sujud, Tuma’ninah
Tasyahud akhir membaca tahiyat, membaca sholawat nabi, mengucap
salam, niat keluar dari shalat tertib.

28
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba’ah, (Beyrouth, Lebanon:
darul kutub al-ilmiah, 2003), 160-161.
29
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba’ah, (Beyrouth, Lebanon:
darul kutub al-ilmiah, 2003), 161.

2
2). Shalat sunnah

adalah shalat yang dianjurkan untuk dikerjakan tapi tidak diwajibkan


jadi tidak berdosa jika ditinggalkan. Shalat sunnah menurut hukum terdiri
dari dua golongan yaitu:

a. sunnah muakad, adalah shalat sunah yang dianjurkan dengan kuat


untuk dilakukan (mendekati wajib). Contohnya shalat hari raya, witir
dan thawaf.

b. sunnah ghairu muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tapi


tidak ditekankan dengan kuat. Contohnya shalat sunah rawatib dan
salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung keadaan, seperti salat
kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).30

Shalat sunnah ada 4 yaitu


1. Shalat hari raya (idul fitri/adha)
Shalatnya dilakukan dengan dua rakaat
- Pada rakaat pertama melakukan tujuh kali takbir tidak termaksuk
takbiratul ihrom.
- Pada rakaat kedua melakukan lima kali takbir tidak termaksuk
takbiratul ihrom.
- Melakukan dua Khutbah setelah shalat idul fitri/adha.
2. Shalat khusuf (gerhana bulan)
- Dilakukan ketika gerhana bulan.
- Shalatnya dillakukan dua rakaat.
- Pada setiap satu raakaat dilakukan dua kali berdiri dan dua kali rukuk.
- Sunah membaca surat yang panjang.
- Sunah memanjangkan bacaa tasbih.
- Dan malakukan dua khutbah setelah shalat tersebut.
- Disunahkan mengeraskan suara bacaan shalat.

30
Wikipedia, “Shalat Sunah, “ Wiki, https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_sunah (Akses
September 15, 2019).

2
3. Shalat kusuf (gerhana matahari)
- Dilakukan ketika gerhana bulan.
- Shalatnya dillakukan dua rakaat.
- Pada setiap satu raakaat dilakukan dua kali berdiri dan dua kali rukuk.
- Sunah membaca surat yang panjang.
- Sunah memanjangkan bacaa tasbih.
- Dan malakukan dua khutbah setelah shalat tersebut.
- Disunahkan mengecilkan suara bacaan shalat.
4. Shalat istisqa (Shalat meminta turun hujan)
- Shalat 2 raka’at, raka’at pertama takbir 7 kali sebelum membaca surat
al fatihah.
- Raka’at ke dua takbir lima kali sebelum membaca surat al fatihah.
- Khutbah dua kali atau sekali sebelum atau (setelah) shalat khutbah
setelah shalat lebih utama.
- Sebelum mauk khutbah pertama khotib membaca istighfar 9 kali.
- Sebelum masuk khutbah ke dua khotib membaca istighfar 7 kali.
- Perbanyak do’a dalam khutbah ke dua. 31

31
Imam Taqiyuddin Abi Bakar Bin Muhammad Al-husaini, kitab Kifayatul Akhyar (Darul
Ihya Al-kutub Al-‘arobiyah Indonesia, tth), 86.

2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Thaharah adalah membersihkan/mengangkat hadas besar maupun kecil dan


menghilangkan najis dengan berwudhu, tayamum dan tajdidul wudhu. Air yang
dapat digunakan ada tujuh, air hujan, laut, telaga, sungai, salju, embun, dan
sumur. Dan pembagian air ada empat, air mutlak, musyamas, musta’mal,
mutanajis.

Wudhu adalah aktivitas khusus yang diawali dengan niat. Atau aktivitas
menggunakan air pada anggota badan khusus yang diawali dengan niat. Syarat
syahnya wudhu ada 4. Rukun wudhu niat, membasuh muka, membasuh tangan,
menyapu kepala, mambasuk kaki, dan tertib.

Mandi adalah mengalirnya air keseluruh tubuh dengan niat. Rukun mandi niat,
dan mengalirkan air keseluruh tubuh. Wajib mandi ada 5. Sunah mandi membaca
basmalah wudhu sebelum mandi mengosok tangan kebadan, dan lain-lain.

Tayamum adalah menempelkan debu yang suci pada tangan sebagai pengganti
wudhu, mandi, atau membasuh anggota tubuh dengan syarat-syarat tertentu.
Syarat- syarat tayamum ada 4.. Wajib tayamum nait, mengusap muka dengan
debu atautanah, menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah.

Najis dan hadas, najis adalah sesuatu yang kotor. Najis terbagi 3 yaitu najis
muhafafah, mutawasito, mugaladzhoh. Hadas adalah keadaan tidak suci, Hadas
tebagi dua yaitu hadas besar dan kecil.

Shalat ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan ucapan
takbir dan diakhiri dengan ucapan salam dengan memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan. Syarat syah shalat ada 5. Macam-macam shalat ada dua yaitu
wajib dan sunah.

2
DAFTAR PUSTAKA

Academia, ”Makalah Thaharah dan Shalat, ”5470817.


https://www.academia.edu/5470817/MAKALAH_THAHARAH_DAN_S
HALAT (akses September 15,2019).
Al-baijuri, Ibrahim, kitab Al-bajuri atusyarah Fathul Qarib, (Surabaya:
Imarotullah).
Al-Jaziri, Abdurrahman. Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba’ah, (Beyrouth, Lebanon:
darul kutub al-ilmiah, 2003).

Bin Qasim Al-GhozI, Muhammad, Terjemah Fathul Qorib Jilid 1. (Surabaya; Al-
Hidayah. 1991) Terj. Achmad Sunarto
Ibnu Hajar ansori, Nailul Hubbah Harisah, Mohammad Fathan Asyrofi, dan
Ahmad Khoirul Rooziqiin, “Psikologi shalat,“ Shalat
3, no. 1
https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/spiritualita/article/view/1512
(akses September 25,2019).
Jamaluddin, “ Fiqh Al-bi’ah ramah lingkungan : Konsep Thaharah dan Nadhafah
dalam membangun budaya bersih, “ Thaharah 29, no. 2 (Juli-Desember
2018): hlm. 333-334. https://ejournal.iai-
tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/600 (akses September
25,2019).
Muhammad Bin Qosim Al-Ghazy, Asy-Syekh, Terjemah Fathul Qorib,
(Surabaya: Al-hidayah jilid 1)
Rumaysho, “ Safinatun najah mengenal mcam-macam najis , “ Thaharoh,
https://rumaysho.com/20770-safinatun-najah-mengenal-macam-macam-
najis.html (akses September 15, 2019).
Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini, Imam, Kifayatul Akhyar,
(Surabaya-Indonesia: CV Bina Iman P.O Box 1137)
Taqiyuddin Abi Bakar Bin Muhammad Al-husaini, Imam, Kitab Kifayatul
Akhyar, (Darul Ihya Al-kutub Al-‘arobiyah Indonesia)

Wikipedia, “ Hadas, “ wiki. https://id.wikipedia.org/wiki/Hadas (akses September


15, 2019).

Wikipedia, “Shalat Sunah, “ Wiki. https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_sunah


(Akses September 15, 2019).

Anda mungkin juga menyukai