PENDIDIKAN AGAMA
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Usrail Husein S.Ag.,MM.
THAHARAH
(Tata Cara Bersuci)
Disusun oleh:
IKA CAHYANINGRUM
Nim: 22231012
Kami bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah-Nya yang telah memberikan
rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Pendidikan Agama ini dengan baik dan sesuai dengan tenggat waktu yang telah
ditentukan. Seperti yang kita ketahui bersama, pentingnya “pengetahuan tentang
bersuci” bagi kita terutama sejak usia dini. Dalam makalah ini kami membahas
tentang tata cara bersuci (thaharah).
Tugas ini kami susun untuk memberikan pelajaran tentang tharahah bagi kita
semua. Harapannya, makalah ini akan berkontribusi dalam memperluas
pengetahuan tentang thaharah. Kami sadar bahwa masih ada kelemahan dalam
penyusunan makalah ini.
Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
meningkatkan kualitas makalah ini. Kami juga ingin berterimakasih kepada
bapak Usrail Husein S.Ag.,MM selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan
Agama dan semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menghargai perhatian dan waktu yang telah diberikan. Terima kasih
banyak.
Penyusun
Ika Cahyaningrum
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN THAHARAH............................................................................................................6
2.2 KETENTUAN DALAM TAHARAH...................................................................................................6
2.3 ALAT-ALAT THAHARAH...............................................................................................................7
2.4 MACAM-MACAM NAJIS DAN CARA MENSUCIKANNYA..............................................................8
BAB III....................................................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................................9
4.1 KESIMPULAN................................................................................................................................9
4.2 SARAN........................................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Umat Islam sangat memerhatikan thaharah bahkan para Alim Ulama fiqih
beranggapan bahwa thaharah adalah salah satu syarat sahnya ibadah. Untuk bisa
menentukan sah atau tidaknya dalam beribadah diperlukan thaharah sesuai
dengan ajaran agama Islam. Dengan adanya thaharah dapat memengaruhi
kualitas ibadah seorang umat muslim. Thaharah mengajarkan seseorang yang
mengikuti hukum Islam dalam setiap harinya baik dalam bentuk lahiriyah
maupun batiniyah.
PEMBAHASAN
b. Air musta’mal
Yaitu air yang telah dipakai untuk berwudhu atau mandi. Hukumnya air
semacam ini tetap bersuci lagi mensucikan.
2. Debu, yaitu debu atau tanah yang bersih , yang tidak bercampur dengan
najis. Seperti debu yang kita jumpai diatas almari, di dinding rumah, pada
dinding bagian dalam bis, kereta api, pesawat udara, pada mobil dan
sebagainya.
3. Benda padat, yaitu benda-benda padat yang suci dari asalnya lagi pula tidak
terkena najis semisalbatu, batu merah, tanah kertas (padas), kayu
kering, kertas resap atau tisue dan sebagainya.
1. Air
Mengutip dari buku Fiqih Thaharah, air yang bisa digunakan untuk
thaharah adalah air suci yang menyucikan. Air ini disebut juga dengan air
mutlak. Air mutlak adalah air murni yang belum tercampuri oleh suatu najis.
Berdasarkan ayat dan hadist, ada beberapa jenis air mutlak yang bisa digunakan
untuk bersuci, di antaranya air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air es, dan
air embun.
2. Debu
Jika seorang Muslim hendak bersuci, namun ia tidak bisa menemukan air,
maka diperbolehkan baginya untuk thaharah menggunakan debu yang
suci. Bersuci dengan debu ini dalam Islam disebut juga dengan istilah tayamum.
2.Mutawassithoh (sedang)
Yang termasuk najis ini adalah darah, kotoran manusia dan binatang,
muntah- muntahan, bangkai dan minuman yang memabukkan. Najis
mutawassithoh sendiri dibagi menjadi 2 yaitu najis ainiyah (najis yang dapat
diketahui dengan indra) dan najis hukmiyah (najis yang tidak dapat diketahui
namun kita yakin najis itu ada).
Cara mensucikan najis ainiyah dengan menggunakan air yang mengalir
sampai hilang warna dan bentuknya. Cara mensucikan najis hukmiyah
dengan menggunakan air suci yang mengalir tanpa harus hilang warna
dan bentuknya karena memang tidak kelihatan.
3. Mugholladhoh (berat)
Yang tergolong najis ini adalah sesuatu yang bersumber dari anjing dan
babi, baik jilatannya, air kencing, kotoran, daging, tulang maupun
satu dari 7 kali tersebut harus dicampur dengan debu yang suci sampai hilang
warna dan bentuk, bau dan rasanya.
BAB III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah,
merupakan masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal
dalam beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan dengan
Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang
dilakukan oleh syariat Islam, karena syariat Islam menganjurkan
manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan
bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya
yang mengharuskan berwudhu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran
pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu
sangat menjijikkan bagi manusia.
4.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari mungkin
terdapat kekurangannya. Untuk itu penulis menerima setiap saran yang
membangun dari pembaca agar makalah ini jadi lebih baik.