Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pelaksanaan Thaharah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan


Bimbingan Ibadah

Disusun Oleh :
Kelompok 2
NURRAHAYU : 2520052
TASYA PUTRI MELISA : 2520045

Dosen Pengampu :
DR.M.YEMMARDOTILLAH,MA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

TP : 2021 /2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat kehadirat
rahmat dan hidayah-nyalah sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
tepat waktu guna memenuhi tugas mata kuliah bimbingan ibadah. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada pemimpin paling mulia,manusia yang
paling baik akhlaknya yaitu Nabi Muhammad SAW , kepada keluarganya, para
sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Amiin

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan yang terdapat pada


makalah ini, maka dari itu kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun
dari teman-teman sekalian.kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
orang yang membaca makalah ini meskipun terdapat banyak kekurangan di
dalamnya. Akhir kata, kami ucapkan kepada teman-teman yang senantiasa
mendukung dan memotivasi kami untuk meyelesaikan makalah ini dengan baik.

Langkat,14 September 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2


A. Pengertian Wudhu ............................................................................. 2
B. Pengertian Mandi ............................................................................... 9
C. Pengertian Tayammum ..................................................................... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14


A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
B. Saran.................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagai mana kita ketahui bahwa unsur utama yang harus di penuhi untuk
memenuhi syarat-syarat ibadah seperti sholat dan lain sebagai nya hendak lah di
awali dengan bersuci. Bersuci adalah syarat utama untuk mendirikan sholat atau
thawaf di baitullah al-haram. Bersuci bukan hanya menjadi pintu gerbang utama
dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT. berwudhu, mandi junub atau
tayammum adalah cara bersuci yang allah terangkan dalam al qur’an dengan jelas.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim
harus dan wajib mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah
bagi ummat islam, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal-hal yang
kotor sehingga sebelum memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau beribadah
haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu, mandi maupun
bertayammum. kalau kita melihat dan membaca dengan teliti hamper seluruh kitab-
kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah ini menunjukan kan kepada kita
betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan menjukkan kepada kita betapa
pentingnya masalah thaharah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian wudhu ?
2. Apa yang dimaksud dengan mandi ?
3. Apa yang dimaksud dengan tayamum ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui tata cara berwudhu yang baik dan benar sesuai dengan
ajaran dan hukum islam yang berlaku agar ibadah shalat kita menjadi sah.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mandi.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tayammum.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN WUDHU

Menurut bahasa wudhu’ berarti bersih dan indah. Sedangkan menurut syara’,
wudhu berarti membersihkan anggota tubuh tertentu (muka, kedua tangan, kepala
dan kedua kaki) dari najis dan mensucikan diri dari hadats kecil sebelum
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.Wudhu’ adalah suatu syarat untuk sahnya
shalat yang dikerjakan sebelum orang mengerjakan shalat.

Kata wudhu merupakan kata serapan dari Bahas Arab yang sudah lazim
diucapkan dengan fasih oleh kaum muslim Indonesia. Adapun artinya, dalam
kamus bahasa Indonesia tertulis : menyucikan diri (sebelum sembahyang) dengan
membasuh muka, tangan, kepala, dan kaki. Sedangkan dalam bahasa Arab kata
wudhu’ merupakan turunan dari kata kerja (fi;il) wadhu’ayadha’u yang artinya:
bersih. Kemudian, ketika kata ini menjadi istilah dalam fikih (hukum islam), arti
kata wudhu’ adalah: perbuatan mengambil wudhu, yaitu menggunakan air yang
suci lagi menyucikan untuk meratakannya pada anggota-anggota tubuh tettentu
sebagaimana yang di jelaskan dan di syari’atkan (ditetapkan) oleh Allah s.w.t serta
diajarkan oleh Rasulullah s.a.w 1

Ayat Al-Qur’an tentang melakukan wudhu adalah sebagai berikut :

َ‫س ُحوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوأ‬


َ ‫ام‬ ِ ِ‫صال ِة فَا ْغ ِسلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ْال َم َراف‬
ْ ‫ق َو‬ َّ ‫ياأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِذَا قُ ْمت ُ ْم إِلَى ال‬
‫ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن‬

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan


shalat2, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki". (Al-Maidah :6)

1
http://www.fauzulmustaqim.com/2015/12/makalah-wudhu.html?m=1 Blogger.com
2
Maftuhin,Anis .2006.Rahasia-Rahasia Besar Di Balik Perintah Wudhu.Bekasi:Rabhita
Press

2
Hadist tentang melakukan wudhu’ adalah sebagai berikut :

Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,:
َ َ‫ص َالة ُ أ َ َح ِد ُك ْم ِإذَا أَ ْحد‬
‫ث َحتَّى َيت ََوضَّأ‬ َ ‫َل ت ُ ْق َب ُل‬
“Tidak akan diterima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadats hingga
dia berwudhu” [Muttafaqun alaihi, Bukhari (135), Muslim (225)]
Hadits dari Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
َّ ‫ِإنَّ َما أُمِ ْرتُ ِب ْال ُوضُوءِ ِإذَا قُ ْمتُ ِإلَى ال‬
‫ص َالة‬
“Hanya saja aku diperintah untuk berwudhu apabila hendak melakukan
shalat” [HR. Abu Dawud (3760), Tirmidzi (1848)]
Ini juga hadis yang menunjukkan bahwa bersuci adalah syarat diterimanya
shalat. Sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk berwudhu
ketika hendak melaksanakan sholat. Karena shalat tanpa berwudhu, maka akan sia-
sia dan tidak diterima.
Dari Abu Sa’id radhiyallahu Anhu Dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda،
‫ص َالةِ مِ ْفتَا ُح‬
َّ ‫ور ال‬ ُّ ‫ير َوتَحْ ِري ُم َها ال‬
ُ ‫ط ُه‬ ُ ِ‫التَّ ْسلِيم َوت َ ْحلِيلُ َها الت َّ ْكب‬
“Kunci shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir, penutupnya adalah
salam” [HR. Abu Dawud (60), Tirmidzi (3), Ibnu Majah (275), dan yang lainnya.
Syeikh Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahihul Jami’ (5761)]
Adapun keistimewaan wudhu’ yaitu :

Terdapat hadis yang panjang, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya sebagai
berikut :
“Bila seorang hamba berwudhu lalu berkumur-kumur, maka keluarlah dosa-dosa
dari mulutnya ; jika ia membersihkan hidung, maka dosa-dosanya akan keluar dari
hidungnya, begitu juga tatkala ia membasuh muka, maka dosa-dosanya akan keluar
dari mukanya sampai-sampai dari bawah pinggir kelopak matanya. Jika ia
membasuh kedua tangan, maka dosa-dosanya akan keluar dari kedua tangan ia

3
sampai-sampai dari bawah kukunya, demikian pula halnya dengan ia menyapu
kepala, maka dosa-dosanya akan keluar dari kepala bahkan dari kedua telinganya.
Begitupun tatkala ia membasuh kedua kaki, maka keluarlah dosa-dosa tersebut dari
dalamnya, sampai-sampai bawah kuku jari-jari kakinya. Kemudian tinggallah
perjalanannya ke masjid dan shalatnya menjadi pahala yang bersih baginya “(HR.
Malik, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim).

FARDHU WUDHU

Tidaklah sah apabila seseorang yang meninggalkan salah satu rukun


(fardunya) wudhu. Adapun rukun-rukun wudhu itu adalah :

1. Niat Untuk mengerjakan wudhu. Niat itu letaknya di dalam hati. Adapun
niatnya yaitu :

‫ّلِل تَعَالَى‬
ِ ‫صغ َِر فَ ْرضًا ِ ه‬ ِ َ‫ن ََويْتُ ْال ُوض ُْو َء ل َِر ْف ِع ْال َحد‬
ْ َ‫ث اْل‬

“Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardu karena Allah Ta’ala”

2. Membasuh seluruh muka, yakni antara tempat tumbuh rambut kepala yang
wajar hingga ke bawah janggut dan secara melintang antara kedua belah daun
telinga3
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Membasuh kepala
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
6. Tertib (berurutan) artinya mendahulukan anggota wudhu yang seharusnya
didahulukan dan mengakhiri yang seharusnya diakhiri.

SYARAT SAH WUDHU4

• Islam orang yang tidak beragama islam tidak sah melaksanakan wudhu.
• Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan
• Tidak berhadats besar
• Dengan air suci, lagi mensucikan (air mutlak)

3
Abdul Aziz Muhammad Azzam. Ilmu Fiqih.(Jakarta.2010). hlm. 36.
4
http://maqollah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-wudhu.html?m=1

4
• Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu, misalnya
getah, cat dan sebagainya
• Tidak ada najis pada tubuh, sehingga merubah salah satu sifat air yang suci
lagi mensucikan.

Dan ada beberapa Syarat – Syarat Wudu’ diantaranya yaitu :


• Air yang digunakan untuk berwudu’ harus air yang mutlaq / suci.
• Air yang halal, bukan hasil ghasab (hasil curian)
• Suci anggota wudu’ dari najis
• Untuk sah nya wudu’, disyaratkan adanya waktu yang cukup untuk wudu’
dan salat, dalam arti bahwa setelah berwudu’ yang bersangkutan masih
memungkinkan untuk melaksanakan shalat yang dimaksud pada waktunya
yang telah ditentukan. Sedangkan jika waktunya sempit, dimana jika ia
berwudu’ maka keseluruhan salatnya atau sebahagian salatnya berada diluar
waktu salat yang telah ditentukan, sementara jika ia tayammum maka
keseluruhan salatnya masih bias ia laksanakan, maka dalam hal ini ia wajib
tayammum, maka apabila ia berwudu’, maka batallah wudu’nya.
• Melaksanakan wudu sendiri, tidak boleh diwakilkan oleh orang lain
• Diwajibkan adanya urutan di antara anggota – anggota wudu’.
• Wajib bersifat segera. Artinya, tidak ada tenggang waktu yang panjang dalam
membasuh nggota wudu yang satu dengan yang lain, sebelum kering. Kecuali
airnya kering karena terkena sinar matahari, ataupun panas badan.

Yang Membatalkan Wudhu Menurut Beberapa Madzhab

• Pendapat Madzhab Syafi’i


Imam Syafi’i membagi penyebab batalnya wudhu seseorang menjadi 4
perkara. Empat perkara tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keluarnya sesuatu melewati satu dari dua jalan


Segala sesuatu yang keluar melalui salah satu jalan keluarnya najis (qubul dan
dubur) merupakan penyebab batalnya wudhu seseorang. Akan tetapi, menurut
Imam Syafi’i, air mani yang keluar dari tubuhnya sendiri (bukan air mani yang

5
menempel) bukan penyebab batalnya wudhu. Ini karena jika seseorang
mengeluarkan air mani maka dia wajib mandi. Air mani adalah air yang memancar
keluar dari kemaluan, biasanya pada saat berhubungan intim.

2. Hilang akal
Hilang akal merupakan salah satu penyebab wudhu seseorang batal. Hilang
akal di sini dapat disebabkan oleh pingsan, gila, atau tidur. Namun, tidur yang
dilakukan dalam posisi duduk tidak membatalkan wudhu.

3. Bertemunya dua kemaluan antara laki-laki dan perempuan


Penyebab lain batalnya wudhu seseorang adalah bertemunya dua kemaluan
laki-laki dan perempuan. Baik yang terjadi secara disengaja ataupun tidak.

4. Menyentuh kemaluan
Hal terakhir yang membatalkan wudhu adalah menyentuh kemaluan dengan
telapak tangan.

Pendapat Madzhab Hambali5

1. Semua yang keluar dari qubul dan dubur


Madzhab Hambali berpendapat bahwa semua yang keluar dari dua jalan,
yaitu qubul dan dubur adalah penyebab batalnya wudhu. Hal ini dikecualikan bagi
orang yang sedang berhadats. Dengan demikian, wudhu orang tersebut tidak batal.
Hal tersebut merupakan keringanan baginya atas kesulitan yang dihadapi.

2. Sesuatu yang keluar selain dari qubul dan dubur


Najis yang keluar dari badan (selain dari qubul dan dubur) tidak membatalkan
wudhu, kecuali jika keluar dalam jumlah yang banyak.

3. Hilang akal
4. Imam Ahmad berpendapat, hilang akal yang disebabkan oleh pingsan, gila,
mabuk (ringan ataupun berat), serta tidur ringan dalam posisi rukuk, sujud,
ataupun berbaring adalah hal yang dapat membatalkan wudhu.
5. Menyentuh kemaluan atau dubur

5
http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/hal-hal-yang-membatalkan-wudhu.html?m=1

6
Menyentuh kemaluan atau dubur dengan menggunakan telapak tangan dalam
ataupun luar dan tanpa alas dapat membatalkan wudhu. Baik itu disengaja
ataupun tidak disengaja.
6. Menyentuh kemaluan
Menyentuh kemaluan laki-laki atau perempuan dengan syahwat merupakan
hal yang membatalkan wudhu. Kecuali, menyentuh kemaluan anak kecil di bawah
usia 7 tahun tanpa adanya syahwat.

7. Memandikan jenazah
Maksud memandikan jenazah di sini adalah orang yang turut serta memegang
jenazah secara langsung. Bukan yang menyiramkan air ke tubuh jenazah.Hal
tersebut dapat membatalkan wudhu karena orang yang memegang tubuh jenazah
pada umumnya akan menyentuh bagian kemaluan si jenazah.

8. Wajib wudhu dalam hal yang diwajibkan mandi


Menurut Imam Ahmad, hal-hal yang menyebabkan seseorang wajib mandi
otomatis menyebabkan orang tersebut wajib berwudhu pula. Di
antaranya:Berhubungan badan,Keluar mani,Islamnya orang kafir,Orang murtad
yang kembali memeluk Islam6

Pendapat Madzhab Maliki

Imam Malik membagi penyebab batalnya wudhu menjadi 3 garis besar. Tiga
garis besar tersebut adalah ahdats, asbaab, dan ar- riddah wa asy-syak. Berikut ini
penjelasannya.

1. Al- Ahdats
Ahdats yaitu apapun yang dapat keluar dari dubur (lubang bagian belakang)
dan qubul (kemaluan) adalah najis. Misalnya:Kotoran,Air seni,Angin (baik yang
disertai dengan suara ataupun tidak),Wadi (air putih kental yang keluar ketika
buang air kecil),Madzi (air yang keluar dari kemaluan karena syahwat),Mani (air
yang memancar keluar dari kemaluan, biasanya pada saat berhubungan intim),Hadi
(air yang keluar dari kemaluan seorang wanita pada saat melahirkan),Darah

6
https://almanhaj.or.id/754-wudhu.html

7
istihadhoh (darah yang keluar secara terus-menerus di luar darah haid, atau biasa
disebut darah karena penyakit)

Apakah jika yang keluar dari dubur dan qubul merupakan sesuatu yang tidak
umum dapat membatalkan wudhu juga? Imam Malik berpendapat, jika dari kedua
lubang tersebut keluar sesuatu yang tidak umum – seperti cacing, kerikil, darah dan
nanah – ini tidak membatalkan wudhu karena bukan merupakan najis.

2. Al- Asbab
Dalam pandangan Madzhab Maliki, Al-Asbaab adalah batalnya wudhu
seseorang yang disebabkan oleh faktor di luar badan. Al-Asbaab ini dibagi menjadi
3 golongan, di antaranya adalah sebagai berikut.

• Hilang akal
Hilang akal di sini, dapat disebabkan oleh pingsan, gila, ataupun mabuk yang
disebabkan mengkonsumsi minuman keras.

• Menyentuh kemaluan
Menyentuh kemaluan dengan menggunakan telapak tangan atau ibu jari yang
disertai dengan syahwat dan tanpa menggunakan alas menyebabkan wudhu
seseorang batal.

• Berciuman
Berciuman baik yang disertai dengan syahwat atau pun tidak akan
membatalkan wudhu.

3. Ar-Riddah wa Asy-Syak

Imam Malik berpendapat bahwa Ar-Riddah dan Asy-Syak merupakan


perkara yang membatalkan wudhu seseorang. Apa yang dimaksud dengan Ar-
Riddah dan Asy-Syak?

Ar-Riddah adalah orang yang keluar dari Islam (murtad).

Asy-Syak adalah munculnya perasaan ragu-ragu pada seseorang apakah ia


sedang dalam keadaan berwudhu atau sedang hadats. Jadi, jika Anda merasa ragu-

8
ragu mengenai thaharoh badan Anda, menurut Madzhab Maliki ini diwajibkan
untuk wudhu kembali. Hingga Anda merasa yakin.7

B. PENGERTIAN MANDI
Menurut bahasa, mandi adalah mengalirkan air pada sesuatu. Sedangkan
menurut istilah syara’, mandi adalah mengalirkan air keseluruh anggota tubuh
dengan diniati mandi. Mandi tidak wajib dilakukan dengan spontan, sekalipun
penyebab kewajibannya dikerjakan sebagai pendurhakaanya. Berbeda halnya
dengan mencuci najis yang mengenai sebagai akibat pendurhakaanya (ma’siat)
Sebab-sebab mandi ada enam, tiga di antaranya biasa terjadi pada laki-laki
dan perempuan, dan tiga lagi tertentu (khusus) pada perempuan saja.
1. Bersetubuh, keluar mani ataupun tidak.
2. Keluar mani, baik keluarnya sebab bermimpi atau sebab lain dengan sengaja
atau tidak, dengan berbuatan sendiri atu bukan.
3. Mati, orang islam yang mati, fardlu kifayah atas muslimin yang hidup
memandikannya, terkecuali orang yang mati syahid.
4. Haidh, apabila seorang perempuan telah berhenti dari kain kotor, ia wajib
mandi agar ia dapan sholat dan dapat campur dengan suaminya. Juga dengan
mandi itu badanya dapat segar dan sehat.
5. Nifas, yang dinamakan nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan
perempuan sesudah melahirkan anak. Darah itu darah haidh yang berkumpul
tidak keluar sewaktu perempuan itu mengandung.
6. Melahirkan, baik anak itu cukup umur ataupun tidak, seperti keguguran.

Fardhu Mandi

1. Niat. Orang yang junub hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan


hadast junubnya, perempuan yang baru selesai haidh, hendaklah berniat
mnghilangkan hadats kotoranya dan seterusnya.

7
https://almanhaj.or.id/754-wudhu.html

9
2. Menyampaikan air keseluruh tubuh.

Sunah-Sunah Mandi

1. Diawali dengan basmalah.


2. Membuang kotoran badan.
3. Kencing sebelum mandi.
4. Berwudlu.
5. Tidak menanggung hadats selama mandi.
6. Bersungguh-sungguh dalam membasuh anggota.
7. Mengulangi semua basuhan tiga kali.
8. Menghadap kiblat, sambung-menyambung, tidak berbicara yang tak perlu,
tidak menyeka air mandi.
9. Berdo’a sesudah mandi.
10. Menggunakkan air yang mengalir.

Mandi sunah

1. Mandi sholat Jumat, bagi orang yang bermaksud akan mengerjakan sholat
Jumat, agar baunya yang busuk tidak mengganggu orang di sekitar
duduknya.
2. Mandi pada dua Hari Raya.
3. Mandi orang gila, apabila ia sembuh dari gilanya, karena ada sangkaan
(kemungkinan) ia keluar mani.
4. Mandi ketika hendak ihram haji atau umrah.
5. Mandi sehabis memandikan mayat.
6. Mandi seorang kafir setelah memeluk agama islam, karena beberapa orang
sahabat ketika masuk islam, mereka disuruh mandi oleh Nabi.
Hikmah Mandi

Dari pensyariatan mandi ini dapat di petik beberapa hikmah, diantaranya:

10
1. Dapat mendekatkan diri kepada allah, sebab mandi adalah ibadah dan
setelah itupun seseorang dapat menjalankan ibadah seperti Sholat, membaca
Al-Quran dan sebagainya.
2. Dapat menyegarkan badan dan memulihkan kekuatan yang dapat pula
berpengaruh pada kesegaran jiwa. Karena iitu dalam pratek penyembuhan
penyakit, ketagihan “Narkoba” ada yang menggunakan cara memandikan
pasien.
3. Membangkitkan kepercayaan diri dan membuka peluang persahabatan.
Sebab orang yang sudah mandi akan merasa tidak mengganggu ketenangan
orang lain.

C. PENGERTIAN TAYAMMUM
Tayamum adalah mengusap tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum merupakan pengganti wudhu atau mandi,
sebagai rukhshah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena
beberapa halangan (udzur):
1. Udzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya, menurut keterangan dokter atau dukun yang telah
berpengalaman tentang penyakit serupa itu.
2. Karena dalam perjalanan.
3. Karena tidak ada air.

Firman Allah swt.:


‫سآ َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا‬ ِ ‫سفَر اَ ْو َجآ َء اَ َحد ِم ْن ُك ْم ِمنَ الغَآ ِئ ِط اَ ْولَ َم ْست ُ ُم‬
َ ‫الن‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ضى اَ ْو‬ َ ‫َو ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم َّم ْر‬ .4

(6 ‫ج ْوهِكث ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِم ْن َها – )المائدة‬ ُ ‫س ُح ْوا ِب ُو‬


َ ‫ام‬ َ ‫ص ِع ْيدًا‬
ْ َ‫ط ْيبًا ف‬ َ ‫َمآ ًء فَتَ َي َّم ُم ْوا‬
“Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari
tempat buang air, atau bersentuh dengan perempuan, lalu kamu tidak
mendapat air, maka hendaklah kamu tayammum dengan tanah suci.
Sapulah tanganmu dan kedua tanganmu dengan tanahh tersebut,” (Al-
Maidah: 6)

11
Syarat-syarat tayammum
Dibolehkan bertayammum dengan syarat:

1. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu.
2. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang apabila
menggunakan air akan kambuh sakitnya.
3. Telah masuk waktu shalat.
4. Dengan debu yang suci, tidak musta’mal, tidak bercampur benda
5. Menyapu muka dan dua tangan dengan dua kali pindah

Beberapa Masalah Yang Bersangkutan Dengan Tayammum


1. Oranng yang tayaammum karena tidak ada air, tidak wajib mengulangi
sholatnya apabila mendapat air. Alasannya ialah ayat tayammum di atas.
Tetapi oraang yang tayammum sebab junub, apabila mendapat air, ia wajib
mandi bila ia hendak mengerjakan sholat berikutnya, karena tayammum tidak
mengangkatkan (menghilangkan) hadats hanya boleh karena darurat.
2. Satu kali tayammum boleh dipakai untuk beberapa kali sholat, baik sholat
fadhu maupun sholat sunnah. Kekuatanya sama dengan wudhu, karena
tayammum itu adalah pengganti wudhu bagi orang yang tidak dapat memakai
air. Jadi hukumnya sama dengan wudhu. Demikian pendapat sebagian ulama.
Yang lain berpendapat bahwa satu kali tayammum hanya sah buat satu kali
sholat fardhu dan beberapa sholat sunnah, tetapi golongan ini tidak dapat
memberikan dalil yang kuat atas pendapat mereka.
3. Boleh tayammum sebab luka atau hari sangat dingin, karena luka itu
termasuk dalam arti sakit. Demikian juga bila memakai air ketika hari sangat
dingin, mungkin menyebabkan jadi sakit.
Sunnah Tayammum
1. Membaca bismillah.
2. Mendahulukan anggota tangan kanan mengakhirkan anggota tangan kiri.
3. Berulang-ulang.

12
Hal-Hal Yang Membatalkan Tayaammum

1. Tiap-tiap perkara yang membatalkan wudhu.


2. Melihat air ada di selain waktu sholat.
3. Murtad.

Hikmah Tayamum

Tayammum merupakan cara pengganti bersuci untuk menghilangkan hadats.


Cara ini tidak menggunakan air sebagaimana lazimnya bersuci, tetapi
menggunakan debu atau tanah. Disini dapat dimaklumi bahawa tanah dijadikan
pengganti air sesuci dari hadats, sebab hadats padaa hakikatnya najis hukmi. Karena
itu dapat dikaji beberapa hikmah tayammum, diantaranya:
a. Memudahkan umat islam karena debu atau tanah mudah didapatkan, sehingga
ajaran islam ini tidak memberatkan pemeluknya.
b. Untuk mengingat asal mula manusia, yaitu dari tanah, sehingga tidak patut
berlaku sombong karena juga nanti akan kembali ke tanah.
c. Mengajarkan kedisiplinan dalam melakukan peraturan.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berwudhu adalah tindakan yang harus dilakukan seorang Muslim sebelum


melaksanakan shalat, karena wudhu sendiri merupakan salah satu syarat sah
shalat.Pengertian wudhu sendiri menurut syara’ adalah, membersihkan anggota
wudhu untuk menghilangkan hadats kecil. Menurut bahasa, mandi adalah
mengalirkan air pada sesuatu. Sedangkan menurut istilah syara’, mandi adalah
mengalirkan air keseluruh anggota tubuh dengan diniati mandi. Mandi tidak wajib
dilakukan dengan spontan, sekalipun penyebab kewajibannya dikerjakan sebagai
pendurhakaanya.

Berbeda halnya dengan mencuci najis yang mengenai sebagai akibat


pendurhakaanya (ma’siat). Tayamum adalah mengusap tanah ke muka dan kedua
tangan sampai siku dengan beberapa syarat. Tayamum merupakan pengganti
wudhu atau mandi, sebagai rukhshah (keringanan) untuk oorang yang tidak dapat
memakai air karena beberapa halangan (udzur).

B. SARAN
Jika kita hendak melaksanakan sholat,maka berwudhu lah dengan syarat sah
yang telah dianjurkan oleh nabi,karena syarat sah sholat adalah suci dari hadas besar
dan kecil. Kami menyadri bawasannya, penyusun dari hasil revisi makalah ini
hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan
kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga dalam penulisan
dan penyusunannya revisi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu kami sebagai pemakalah memohon maaf yang sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abu syuja’ ahmad bin husain bin ahmad al-ashfihan.ghoyah wa taqrib.Tuban:
Bangilan.
As’ad, Drs. H. Aliy. 1980. Fathul mu’in. Kudus: Menara Kudus.
Muhammad Azzam, Abdul Aziz, 2010. Fiqih Ibadah.Jakarta : Amzah.
Drs.H.Moh. RifaI, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. (Semarang : PT. Karya Toha Putra,
1978).
Mz.Labib, 2000. Rangkuman Shalat Lengkap.Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Maftuhin Anis, 2006. Rahasia-Rahasia Besar Di Balik Perintah Wudhu.Bekasi:
Rabhita Press
Rasyid H.Sulaiman, 1992. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru.
http://zulkhulafair.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/rukun-wudhu.html?m=1
http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/hal-hal-yang-membatalkan-
wudhu.html?m=1
http://maqollah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-wudhu.html?m=1
http://surat-alquran.blogspot.co.id/2012/09/wudhu.html?m=1
http://fikihumatislam.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-wudhu.html?m=1
https://almanhaj.or.id/754-wudhu.html

15

Anda mungkin juga menyukai