Anda di halaman 1dari 16

ILMU FIKIH

Dosen :

Dr. Muhammad Shuhufi, M.Ag

Disusun Oleh :

Sabrina H. Hamzah (60200118019)

Muh. Fikri Ramadhan (60200118009)

TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Makalah ini
memuat tentang “Thaharah (Bersuci)” dan berbagai penjelasannya. Makalah ini
disusun agar pembaca dapat mengetahui dan memperluas ilmu tentang Thaharah
(Bersuci), yang kami sajikan dari barbagai sumber yang telah kami susun dengan
maksimal dan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi bentuk maupun isinya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang bersifat membangun.
Tiada kata yang dapat kami sampaikan selain mengharapkan agar kiranya
Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya kepada
penyusun sendiri di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Makassar, 30 September 2018

Penyusun
(Kelompok 4)

Thaharah (Bersuci) 2
DAFTAR ISI

Halaman Depan

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

A. Pengertian Thaharah ........................................................................................................ 5

B. Dasar Hukum Thaharah .................................................................................................... 6

C. Macam-macamThaharah ................................................................................................. 8

D. Sarana Thaharah .............................................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

Thaharah (Bersuci) 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mana kita ketahui bahwa unsur utama yang harus di penuhi untuk
memenuhi syarat-syarat ibadah seperti sholat dan lain sebagai nya hendak lah di
awali dengan bersuci. Bersuci adalah syarat utama untuk mendirikan sholat atau
thawaf di baitullah al-haram. Bersuci bukan hanya menjadi pintu gerbang utama
dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT. berwudhu, mandi junub atau
tayammum adalah cara bersuci yang allah terangkan dalam al qur’an dengan jelas
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim
harus dan wajib mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah
bagi ummat islam, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal-hal
yang kotor sehingga sebelum memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau
beribadah haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu, mandi
maupun bertayammum. kalau kita melihat dan membaca dengan teliti hamper
seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah ini menunjukan kan
kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan menjukkan kepada
kita betapa pentingnya masalah thaharah ini.
Namun, walau pun menjadi hala yang mendasara bagi ummat islam namun
masih banyak dari ummat islam yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis
dan jenis-jenis air yang di gunakan untuk bersuci. makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah sekaligus mudah-mudahan dapat
membuat teman-teman Perbandingan Mazhab paham masalah yang mendasar ini
dan media belajar dan mempelajari masalah-masalah thaharah.

B. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian thaharah ?


2. Sebutkan dalil-dalil hukum thaharah ?
3. Bagaimana pembagian thaharah ?
4. Sebutkan sarana atau alat thaharah ?

Thaharah (Bersuci) 4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian thaharah

Thaharah berasal dari bahasa arab yakni ‫ طهرة‬-‫ يطهر‬-‫ طهر‬yang artinya bersih
atau bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah membersihkan diri, pakaian,
tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang
ditentukan oleh syariat islam.
Al-Imam ibnu Qodamah al Maqdisi mengatakan bahwa thaharah memiliki 4
tahapan yakni :
Pertama: menyucikan lahir dari hadats, najis-najis, dan kotoran-kotoran.
Kedua: menyucikan anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan.
Ketiga : menyucikan hati dari akhlak-akhlak tercela dan sifat-sifat buruk.
Keempat: menyucikan hati dari selain allah.
Prof. Dr. Zakiyah Darajat membagi thaharah menjadi dua bagian yakni lahir
dan batin :
Thaharah batin adalah mensucikan diri dari dosa dan kemasiatan.cara
mensucikan dengan cara bertaubat dengan sungguh-sungguh dari segala dosa dan
kemaksiatan dari kotoran kemusrikan, keraguan dan kebencian dengki, curang,
tipuan, takabur, ria caranya dengan bertindak ikhlas. Yakin, cinta kebaikan, benar,
thawadu’, hanya mengharapkan ridho allah bagi setiap perbutan
Thaharah lahir ialah bersih dari kotoran dan hadats. cara menghilangkannya
dengan menghilangkan kotoran (najis) itu pada diri sendiri,tempat ibadah, pakaian
yang di pakai. Sedangkan kebersihan dari hadats dilakukan dengan mengambil air
wudhu dan mandi.
Thaharah dari hadats ada tiga macam yakni mandi, wudhu, dan tayammum.
Alat yang digunakan untuk mandi dan wudhu adalah air dan tanah(debu) untuk
tayammum. Dalam hal ini air harus dalam keadaan suci lagi menyucikan atau di
sebut dengan air muthlak sedangkan tanah/debu harus memenuhi beberapa syarat
yang di tentukan

Thaharah (Bersuci) 5
B. Dasar hukum thaharah

H.abdul khaliq Hasan mengemukakan salah satu landasan hukum thaharah


adalah surah al Furqan ayat 11

Artinya : Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, dekat
sebelum kedatangan rahmatnya(hujan) dan kami turunkan air dari langit air yang
bersih (QS.Al-Furqan:48)

Wahbah az zuhaili dalam tafsir al munir menjelaskan, maksud ayat ini adalah
allah menurunkan air yang suci sebagai alat bersuci baik untuk tubuh, pakaian,
maupun yang lain sebab kata thahur berarti sesuatu yang digunakan untuk
thaharah(bersuci), sebagaimana kata wudhu yang di gunakan untuk
berwudhu.[14]

Dan perhatikanlah surah al mudatsir ayat 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut
َ َ‫الرجزَ فَاهجر َوثِيَا َبكَ ف‬
‫ط ِهر‬ ُّ ‫َو‬

Artinya : dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk berhala


jauhilah (QS.Al-Muddatsir:4,5)

Allah SWT menyuruh manusia untuk membersihkan pakaian dan segala


kotoran yang termasuk berhala. Membersihkan pakaian dapat di artikan dengan
membersihkan pakaian lahir dan pakaian batin. Jadi dengan ayat diatas, allah
megatakan bahwa kebersihkan dari lahir dan batin itu harus dipadukan, sebab
diantara keduanya harus di padukan dan saling berhubungan.

Thaharah (Bersuci) 6
Dan perhatikan lah hadits nabi

)‫تنظفوالكل مااستطعتم فاان هلل تعلى بنى السالم على النظافةواليدخل الجنة االنطيف(رواه الطبرانى‬

Artinya : janganlah selalu kebersihan sedapat mungkin, karna allah swt


membangun islam di atas kebersihan, dan tidak akan masuk surge kecuali orang-
orang yang bersih (H.R Athabrany)[18]

Kebersihan atau bersuci menjadi media utama mendekatkan diri kepada Allah
karena Allah mencintai orang-orang yang mensucikan dirinya, perhatikan lah
surah Al-Baqorah ayat 222

َ َ ‫إِ َّن ّللا َ ي ِحبُّ الت َّ َّوابِينَ َوي ِحبُّ المت‬


‫ط ِه ِري َن‬

Artinya : sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-


orang yang menyucikan diri (QS.Al-Baqarah:222).[19]

Ada pun dalil- dalil yang di kemukakan oleh Wahbah Az Zuhaily adalah nabi
muhammad saw bersabda

‫مفتح الصالة الطهوروتحريمهاالتكبيرويحليلها التسليم‬

Artinya : kunci sholat ialah suci, yang menyebabkan haram melakukan perkara
– perkara yang yang di halalkan sebelum sholat adalah takbiratul ihram dan
yang menghalalkan melakukan perkara yang diharamkan sewaktu sholat ialah
salam[20].

Prof.Dr. Zakiah Daradjad dalam bukunya mengemukakan dalil- dalil tentang


thaharah sebagai berikut

‫وان كنتم جنبا فاطهروا‬

Artinya : dan jika kamu junub maka bersucilah (mandi)

Thaharah (Bersuci) 7
C. Pembagian Thaharah

1. Thaharah Hadast
Hadas adalah “sesuatu yang baru datang, hadas berarti keadaan tidak suci
(bukan benda) yang timbul karena datangnya sesuatu yang ditetapkan oleh
hukum agama sebagai yang membatalkan keadaan suci”.

Dalam ilmu fiqh, hadas itu ada dua macam :


a. Hadas Kecil, Hadas kecil ini timbul karena salah satu sebab :
1. Keluarnya sesuatu benda (padat, cair atau gas) dari salah satu jalan
pelepasan (qubul/dubur).
2. Hilang akal/kesadaran, umpamanya karena mabuk, pingsan, tidur, gila dan
sebagainya.
3. Persentuhan kulit (tanpa benda pemisah) antara pria dan wanita bukan
mahram.
4. Memegang (dengan telapak tangan sebelah dalam) jalan pelepasan
(qubul/dubur). [Maimunah Hasan, Al-Qur'an dan Pengobatan Jiwa, Bintang
Cemerlang, Yogyakarta, 2001, hlm. 107] 24

b. Hadas Besar, Hadas yang timbul karena salah satu dari :


1) Keluarnya air mani (sperma).
2) Persetubuhan atau jima’ (coitus).
3) Haid (menstruasi).
4) Nifas (keluar darah sesudah persalinan).
5) Wiladah (persalinan).
6) Mati.

Bersuci dari hadas dapat dilakukan dengan cara:


1. Berwudhu (untuk hadas kecil)
2. Mandi (untuk hadas besar)
3. Tayammum (untuk hadas kecil dan besar, dengan sebab tertentu)

Thaharah (Bersuci) 8
2. Thaharah Najis

a. Pengertian Najis
Secara etimologi najis berarti sesuatu yang dapat mengotori,menjijikan.
Sedangkan menurut istilah syara’, najis adalah sesuatu yang kotor dan dapat
menghalangi keabsahan shalat selama tidak ada sesuatu yang meringankan.

b. Macam-Macam Najis
Najis terdapat terdiri dari beberapa macam baik berbentuk cairan maupun
berbentuk padat antara lain:

 Bangkai binatang yang hidup di darat kecuali belalang, sedangkan bangkai


binatang yang hidup di laut hukumnya suci.
 Darah. Termasuk dalam hal ini darah haid, darah nifas, dan darah
istihadhah.
 Segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur yaitu berupa kencing,
sebagaimana sabda nabi yang menyuruh sahabat untuk menyiram air seni
dari seorang badui yang kencing di masjid, kotoran atau tahi, madzi atau
cairan encer yang keluar tanpa syahwat yang kuat juga dihukumi najis,
wadzi yaitu cairan berwarna putih keruh yang keluar setelah kencing atau
sehabis melakukan pekerjaan berat, serta batu kemih yang keluar setelah
buang air kecil. Sedangkan sperma baik dari manusia atau binatang adalah
suci terkecuali sperma babi dan anjing. Dasar dari sperma adalah suci
adalah hadist dari aisyah ra. bahawa aisyah pernah menggaruk sperma
yang telah kering dari pakaian Rasulullah saw. kemudian pakaian itu
dipakai oleh Beliau untuk sholat. Sperma dapat dihukumi najis jika ketika
setelah kencing seseorang belum mencuci kemaluannya kemudian keluar
sperma atau ketika sparma bercampur dengan madzi, dan hal ini sering
terjadi. Sehingga agak susah membedakan madzi dan mani.
 Anjing dan babi dan segala yang bertalian dengannya.
 Khamr, atau minuman yang memabukkan. Hal ini didasarkan pada firman
Allah pd surah al maidah ayat 90
 Artinya : hai orang-orang beriman sesungguhnya meminum khamar,
berjudi, berqurban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah
adalah perbuatan keci dan termasuk perbuatan syeitan, maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung (QS-Al-Maidah,90)
 Kata rijs pada ayat tersebut menurut syara’ adalah najis. Segala minuman
yang memabukkan itu adalah najis. Sedangkan zat lain yang memabukkan
tapi tidak berbentuk cair seperti ganja dan shabu-shabu tidak dikategorikan
najis meskipun mengonsumsinya itu haram.

 Nanah. Dalam penyebutannya nanah terbagi dua yaitu qaih yaitu sejenis
nanah yang keluar dari jerawat dan bisul. Qaih dimasukkan dalam najis
karena sebenarnya nanah adalah darah yang sudah berubah dan tidak lagi
tercampur dengan darah, dan shaded yaitu sejenis nanah yang bercampur

Thaharah (Bersuci) 9
dengan darah. Termasuk juga cairan bisul serta cairan nanah entah baunya
amsih berbau darah atau sudah berubah.
 anggota yang dipotong dari bagian binatang yang masih hidup tanpa
melalui penyembelihan. hukumnya adalah sama dengan bangkai. Kecuali
sesuatu yang terpisah dari manusia, belalang, dan ikan. Misalnya rambut
manusia. Adapun hukum sesuatu yang terpisah dari binatang yang tidak
boleh dimakan dagingnya maka ia adalah najis. Jika kita ragu apakah
bagian itu berasal dari hewan yang boleh dimakan atau tidak, maka
hukumnya suci.

Semua jenis najis tidak dapat berubah suci kecuali pada tiga macam yaitu:
 khamr dengan tempatnya/wadahnya karena sudah menjadi cuka, yaitu
melalui proses fermentasi
 kulit yang najis dapat menjadi suci jika disamak baik again dalam
maupun bagian luarnya. Menyamak kulit didak bole dengan cara
menjemur,menggunakan debu,dipanggang atau di asinkan karena
semua cara ini tidak menghilangkannajis pada permukaan kulit.
 binatang yang muncul dari organ yang sudah mati adalah suci. M
Misalnya bangkai yang mengeluarkan belatung. Alasannya karena
terdapat unsure kehidupan di dalamnya.[31]

Najis juga dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:

a. Najis mukhafafah yaitu najis ringan, seperti kencing bayi laki-laki


yang belum berumur 2 tahun dan belum pernh makan sesuatu kecuali
air susu ibunya.[32] Untuk membersihkan nya tidak dicuci melainkan
hanya diperciki air saja. Adapun kencing bayi perempuan dihukumi
najis dan harus di siram atau di cuci hingga baunya hilang. Dalam
syarah Shahih muslim, Imam Nawawi mengatakan:Sesungguhnya
memercikkan air pada kencing bayi sudah memadai selama bayi
tersebut semata-mata hanya menyusui pada ibunya. Apabila bayi
tersebut sudah memakan makanan tambahan untuk
mengenyangkan,maka wajib mencucinya tanpa adaperbedaan pendapat
di kalangan ulama. Bagi bayi yang sejak lahir disupai kurma tidaklah
ada halangan untuk memerciki kencingnya,sebab yang demikian itu
tidaklah dianggap memakan makanan tambahan selain air susu
ibu.perbuatan menyuapi bayi dengan kurma adalah sunnah nabi. Jika
bayi memakan selain ASI seperti minum obat atau madu,namun untuk
tujuan tertentu,misalnya berobat maka, air kencingnya tetap
dipercikkan bukan di basuh atau di cuci.

b. Najis mutawasithah yaitu najis sedang. Yaitu najis selain dari bayi dan
ajing serta babi, seperti segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur

Thaharah (Bersuci) 10
manusia dan binatang, kecuali air mani, barang cair dan
memabukkan,susu hewan yang tidak hala dagingnya untuk dimakan,
bangkai, juga tulang dan bulunya,keculai bangkai ikan dan belalang.
Najis mutawasithah trbagi menjadi dua yaitu najis ‘ainiyah yaitu najis
yang dapat diketahui dengan indra atau berwujud. Yang kedua adlah
najis hukmiyah yaitu najis yang tidak Nampak, seperti bekas kencing
atau arak yang sudah kering. Menghilangkan najis ‘ainiyah hukumya
wajib hingga rasa warna dan bau najis tersebut hilang. Membersihkan
najis hukmiyah cukup dengan mengalirkan air di atas najis tersebut
dengan satu siraman tanpa disyaratkan niat.

c. Najis mugalladzah yaitu najis berat seperti anjing dan babi. Jilatan dari
kedua hewan ini harus dicuci sebanyak tujuh kali yang salah satunya
dicampur dengan tanah. Air liur anjing itu najis,jika ia menjilati sebuah
bejana maka bejana itu pun harus di cuci sebanyak tujuh kali yang salah
satunya dengan menggunakan tanah. Dalam hal ini najis terletak pada
mulut dan air liur anjing. Sedangkan bulunya tidak najis jika dalam
keadaan kering. Begitupun babi, keseluruhannya adalah najis
sebagaimana firman Allah dalam QS.Al An’am:145 dan
QS.Almaidah:3. Akan tetapi ulama memperbolehkan menjahit dengan
menggunakan bulu babi.

Thaharah (Bersuci) 11
D. Sarana (Alat-alat) Thaharah

1. Air

Ditinjau dari segi hukumnya, air dapat di bagi dalam empat bagian:

a. Air suci dan mensucikan, yaitu air mutlak artinya air yang masih
sewajarnya dikatakan air atau air yang masih murni, dapat digunakan untuk
bersuci tanpa ada makruh padanya. Air seperti ini disebut sebagai air mutlaq
karena jika ia dimutlakkan (pengertiannya tidak dibatasi), maka masih tetap
dinamakan air dan kondisinya serta karakternya sebagai air tidak berubah,
tetap pada kondisi aslinya. Jadi yang air mutlak (air yang suci mensucikan)
adalah air yang suci zat dan esensinya yaitu ketika dimasuki zat lain ia tidak
menjadi najis. Air yang termasuk dalam kategori ini ada tujuh macam yaitu
air hujan, air sumur, air laut, air sungai, air salju, air telaga, air embun. Pada
initinya jika air itu masih tetap dalam kondisi dan karakter awal sebagai air,
tidak berubah satupun dari rasa, warna dan bau maka hukum menggunakan
air ini adalah suci mensucikan tanpa ada keraguan padanya.

b. Air yang suci dan tidak menyucikan

‫عن ابى هريره رصى هللا عنه ان النبى صلى هللا علىه و سلم قال ال يغسل احدكم فى الماءالدائم‬
)‫يا اباهريره كيف يفعل ؟ يتناوله تناوال(رواه مسلم‬:‫وهوجنب فقالوا‬

Artinya :dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda : tidak seorang
pun diantara kalian mandi dalam air tergenang dalam keadaan junub.orang-
orang bertanya : hai Abu Hurairah bagaimana nabi mandi, ia menjawab :
beliau mengambil air dengan hati-hati (HR-Muslim 283)

Air suci tapi tidak mensucikan atau air musta’mal yaitu air yang telah
digunakan untuk menghilangkan najis meskipun rasa, warna, dan bau tidak
berubah. Air musta’mal tidak dapat digunakan untuk bersuci karena tidak
bisa menyucikan zat lain karena fungsi awalnya adalah sebagai air suci
mensucikan,namun setelah dipakai untuk bersuci maka fungsi tersebut telah
hilang,bergantilah ia menjadi air musta’amal yaitu air hasil atau bekas dari
bersuci, Meskipun air tersebut masih tetap dalam kondisi dan karakter awal
dari sebuah air. Namun jika air musta’mal tersedia dalam jumlah yang
banyak sehingga mencapai dua qullah maka hukumnya menjadi suci
mensucikan. Air yang mencapai dua qullah tidak menjadi najis karena ada
najis di dalamnya kecuali jika perubahan karakter sebuah air telihat dengan
jelas maka air tersebut menjadi najis. Contoh lain dari air ini adalah air suci
namun hanya tersedia dalam jumlah sedikit. Misalnya segelas atau hanya
segayung.

Thaharah (Bersuci) 12
c. Air makruh yaitu air suci (Air Musyammas),dapat mensucikan namun
makruh di gunakan. Air yang masuk dalam kategori ini adalah air
musyammas yaitu air yang menjadi panas atau di panaskan dengan matahari
dalam bejana logam, besi atau tembaga selain emas dan perak. Hukum
makruh yang di maksud adalah jika penggunaan air musyammas digunakan
untuk badan. Jika digunakan untuk tujuan lain seperti cuci baju, menyiram
bunga dan lain-lain maka hukumnya tidak makruh alias boleh-boleh saja.
Karena menurut dugaan menggunakan air musyammas dapat menyebabkan
penyakit kusta.

d. air mutanajis atau air najis yaitu air yang terkena najis sedang
jumlahnya kurang dari qullah atau mencapai dua qullah atau lebih tapi
karakternya sebagai air sudah berubah dengan jelas, baik dari segi rasa,
warna ataupun bau. Air dua qulllah atau air yang banyak menurut kebiasaan
tidak menjadi najis hanya karena ada najis yang memasukinya kecuali jika
terjadi perubahan pada air tersebut meskipun sedikit. Maka air ini tidak suci
dan tidak mensucikan. Jika perubahan terjadi dengan hilangnya perubahan
karena najis maka air tersebut menjadi suci, jika perubahan tersebut karena
penambahan air suci lain. Namun jika karena hal lain misalnya minyak
kesturi, minyak, debu dan lain-lain maka air tersebut tetap dalam keadaa
tidak suci.,Sedangkan air yang tidak mencapai dua qullah jika kemasuka
najis maka air itu dihukumi najis, meskipun air tersebut tidak berubah
sifatnya sama sekali. Ada beberapa pengecualian suatu air tidak menjadi
najis meskipun air tersebut kurang dari dua qullah. pengecualiannya sebagai
berikut:

1) Najis yang memasuki air tersebut adalah najis yang tidak dapat dilihat
dengan mata normal

2) Air tersebut kemasukan bangkai yang tidak memiliki darah mengalir


seperti lalat, nyamuk, semut, lebah, kutu binatang, kutu rambut,
kalajengking dan lain-lain. Kecuali jika bangkai tersebut mengubah air
tersebut, atau bangkai tersebut sengaja dilemparkan kedalam air. Jika
bangkai dilemparka dalam keadan hidup maka air tidak menjadi najis
meskipun pada akhirnya ia mati dalam air tersebut.

3) Jilatan kucing pada air menggenang atau pada air yang mengalir. Ini
dikarenakan kucing bukanlah hewan najis.

4) Asap dari barang najis dalam kadar yang sedikit.

5) Debu najis dari kotoran binatang. Debu kotoran tidak dapat menajiskan
anggota tubuh yang basah.

Thaharah (Bersuci) 13
Jika najis padat yang masuk dalam air yang mencapai dua qullah, maka
menurut pendapat yang azhar, diperbolehkan bagi seseorang mengambil air
tersebut dari sisi mana saja, tidak wajib menghindari sisi yang kena najis,
karena keseluruhan air tersebut hukumnya suci. Jika air tersebut merubah
sifat air, maka menurut pendapat yang shohih yaitu:jika jumlah air yang
tersisa tidak berubah sifatnya namun air tersebut kurang dari dua qullah
maka hukum air itu adalah najis. Jika sisa air tersebut tidak berubah dan
mencapai dua qullah atau lebih, maka air tersebut suci.[30]

2. Tanah

 Tanah yang suci, debu, atau pasir, atau batu, atau tanah berair.
Rasulullah saw. bersabda, "Dijadikan bumi itu sabagai masjid dan suci
bagiku." (HR Ahmad)
 Tanah dijadikan sebagai alat thaharah jika tidak ada air, atau tidak bisa
menggunakan air karena sakit, dan karena sebab lain.
 Allah berfirman, "…kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka
bertayammumlah kalian dengan tanah yang suci." (An-Nisa: 43)
 Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya tanah yang baik (bersih)
adalah alat bersuci seorang muslim, kendati ia tidak mendapatkan air
selama sepuluh tahun. Jika ia mendapatkan air, maka hendaklah ia
menyentuhkannya ke kulitnya." (HR Tirmizi, dan ia
menghasankannya).
 Rasulullah saw. mengizinkan Amr bin Ash r.a. bertayammum dari
jinabat pada malam yang sangat dingin, karena ia menghawatirkan
keselamatan dirinya jika ia mandi dengan air yang dingin." (HR
Bukhari)

Thaharah (Bersuci) 14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah yang kami buat ini kami simpulkan bahwa thaharah sangat
penting bagi seorang orang muslim dalam menjalani kehidupannya. Karena pada
dasarnya manusia itu fitrahnya adalah bersih dan membenci hal –hal yang kotor.
Oleh karena itu wajarlah jika ajaran islam menyuruh untuk berthaharah dan
menjaga kebersihan. Selain itu dengan thaharah seseorang diajarkan untuk sadar
dan mandiri dalam menjaga dirinya dari hal-hal kotor memahami arti dari sopan
santun karena seorang muslim harus suci ketika berhadapan dengan Allah dalam
sholatnya,karena Allah menyukai orang-orang yang taubat dan membersihkan
dirinya.
Mudah-mudahan ulasan dan penjelasan tentang thaharah, dasar hukum,
jenis air dan jenis najis yang di paparkan pada makalah ini menjadi
pengetahuan dan tambahan bagi kita dan mengingatkan kepada kita bahwa
jauh-jauh hari islam telah mengajarkan kepada kita tentang kebersihan oleh
karna sudah layak dan pantas lah kita sebagai kaum muslimin menjadi pelopor
dalam menjaga kebersihan baik itu kebersihan badan kita maupun kebersihan di
sekitar kita.
Mungkin dalam makalah ini banyak sekali kesalahan penyusun. Dengan
rendah hati kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, mudah-mudahan
menjadi manfaat bagi kita semua.Walhamdulillahirabbil ‘alamin

Thaharah (Bersuci) 15
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku
 Nasrul. 2018. Pengembangan Karakter Peserta Didik. Makassar: CV
manunggal halim jaya.
 Mubarok,Jaih.2002.Modifikasi Hukum Islam : studi tentang qawl qadim dan
qawl jadid. Terbitan: Raja grafindo Persada
 Ibnu Samir Al Hadhrami,Syekh Salim.Ilmu Fikih (safinatunnaja).
Terbitan:Sinar baru algensindo

B. Sumber Internet
 http://www.akidahislam.com/2017/03/bab-thaharah-pengertian-macam-
macam-dan.html
 http://mabatugas.blogspot.com/2016/04/makalah-tentang-thaharah.html
 https://fiqihwanita.com/pengertian-thaharah-bersuci-dan-pembagiannya/
 https://www.suherlin.com/thaharah/
 https://al-badar.net/pengertian-macam-dan-cara-thaharah/
 file:///E:/fikssemua-bersih-hidup-jadi-nyaman-thaharah-161205042150.pdf
 file:///E:/fiqhthaharah-rendrafr-170811042344.pdf
 file:///E:/pptthaharah-131021214749-phpapp01.pdf

Thaharah (Bersuci) 16

Anda mungkin juga menyukai