Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


”Innama Bu”istu Lii Utammima Makarimal  Akhlak ‘’
Sesungguhnya Aku(nabi Muhammad) di utus ke dunia ialah untuk menyempurnakan
akhlak.
Dari hadist inilah,kita dapat mengetahui bahwa akhlak adalah sesuatu yang
istimewa,urgen dan mendasar bagi umat manusia khususnya umat islam. SehinggaAllah
SWT mengutus mahluk mulia dan terpuji (Nabi Muhammad) untuk menyempurnakan
akhlak di muka bumi ini.Agar orang islam biasa dapat mencapai tujuan hidup yang
sesungguhnya,yakni kebagiaan yang hakiki mengarah pada kebebasan
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW.
adalah untuk menyempurnakan akhlak  manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang
prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar  akhlak dan
keluhuran  budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai
bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan
akhirat.

B.     RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu :
1.      Apakah yang dimaksud akhlak islami ?
2.      Apakah yang menjadi sumber dan ciri-ciri akhlak islam ?
3.      Apa saja yang termasuk ruang lingkup akhlak islami ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN AKHLAK ISLAMI


ٌ ُ‫ ُخل‬ yang menurut bahasa
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ‫ق‬
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi
ٌ ‫خَ ْل‬ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya
persesuaian dengan perkataan khalqun ‫ق‬
ٌ ْ‫ َم ْخلُو‬ yang berarti
ٌ ِ‫خَ ال‬  yang berarti pencipta; demikian pula dengan akhluqun ‫ق‬
dengan khaliq‫ق‬
yang diciptakan
Secara sederhana akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran
islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam
hal menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah,
disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada islam. Dilihat dari segi
sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka
menjabarkan akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan
kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain Akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-
nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan
temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Sebagai contoh yaitu
menghormati kedua orang tua, adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan
bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu dapat dimanifestasikan oleh
hasil pemikiran menusia yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi di mana orang yang
menjabarkan nilai universal itu berada.
Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah
dikemukakan  terdahulu secara mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap
lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish
shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk
kepada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti aik dalam esensinya.
Demikian pula sebaliknya, tidak munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik,
karena kebohongan esensinya buruk.
B.     SUMBER DAN CIRI-CIRI AKHLAK ISLAMI
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang
muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak
secara utuh diukur dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan
pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu
kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia
diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang
datang dari Allah SWT.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada
Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri. Dengan
demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
merupakan sumber utama dari agama islam itu sendiri.
Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi
َ ‫ضلُّوْ ا ما َ تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬
‫َاب هللاِ َو ُسنَّةَ َو َرسُوْ لِ ِه‬ ُ ‫ تَ َر ْك‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ َ‫ت فِ ْي ُك ْم اَ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬ َ ‫ك قَا َل النَّبُّى‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن ماَل‬
ِ ‫ع َْن اَن‬
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian
dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu
Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban
manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental. Tujuan berakhlak yang
baik untuk mendapatkan kebahagiann di dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang
diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan
dunia saja.
Dalam ajaran Islam memelihara terhadap sifat terpuji. Dan ciri-ciri akhlak islamiyah
yaitu:
1.      Kebajikan yang mutlak
Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam telah menciptakan akhlak yang
luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk perorangan atau masyarakat pada setiap
keadaan, dan waktu bagaimanapun. Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat
menjamin kebaikan dan hanya mementingkan diri sendiri.
2.      Kebaikan yang menyeluruh
Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh manusia. Baik segala jaman, semua
tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak
dikerjakan oleh umat manusia di luar kmampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia,
sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.
3.      Kemantapan
Akhlak Islamiyah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada diri manusia. Ia
bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang
selalu memliharanya dengan kebaikan yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia
bersifat berubah-rubah dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam
satu jaman atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain
sebagainya.
4.      Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib ditaati manusia sebab ia mempunyai
daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga
tunduk pada kekuasaan rohani yang dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga
sebagai perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah
perbuatan jahat, karena takut skan siksaan Allah SWT.
5.      Pengawasan yang menyeluruh
Agama islam adalah pengawas hati nurani dan akal yang sehat, islam menghargai hati
nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha. Firman Allah dalam
surat Al-Qiyamah: 1-2 ; yang artinya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.

C.     RUANG LINGKUP AKHLAK ISLAMI


            Ruang lingkup Akhlak Islami sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/islami) mencakup
berbagai aspek, dimulai dari Akhlak terhadap ALLAH, hingga kepada sesama makhluk
(manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai
bentuk dan ruang lingkup Akhlak Islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut:

1)      Akhlaq Terhadap Allah Swt


Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.Sikap atau perbuatan
itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana stelah disebut diatas. Sekurang-
kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah:
Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan
manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk
Sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat At-Thariq ayat 5-7 yang Artinya : 5)
"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia tercipta
dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (At-Tariq:5-
7)

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa


pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang
kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, An-Nahl ayat, 78.
Yang Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar
kamu bersyukur. ( Q.S An-Nahl : 78)

Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat Al-
Jatsiyah ayat 12-13 yang Artinya (12) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu
supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari
sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia
menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada dibumi semuanya,
(sebagai rahmat) dari pada Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir. (Q.S Al-Jatsiyah :12-13 ).

Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya


kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70’
Yang Artinya:  "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami
angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. (Q.S Al-Israa : 70).
            Sementara itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki
sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan
mampu menjangkaunya.

            Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral dan Akhlak"
bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
            a.  Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
            b.  Berbaik sangka kepada Allah SWT.
            c.  Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
            d.  Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
            e.  Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
            f.  Senantiasa mengingat Allah SWT.
            g.  Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
            h.  Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.

            Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia
seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan
bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukanditujukan untuk memperoleh
keridhaan-Nya.

2)      Akhlaq Terhadap Manusia


Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan
sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-
hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang
benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib sesorang
dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah.
Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263 : 
Yang Artinya: "Perkataan yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya
Lagi Maha Penyantun.(Al-Baqarah :263) 

Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara
wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam,
dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, firman allah surat An-Nur ayat 24 :
Yang Artinya: "Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjaka.( An-Nur ayat 24 )
3)      Akhlak Terhadap Lingkungan
        Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang disekitar
manusia, baik binatang,tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
 Pada dasarnya Akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber
dari fungsi manusia sebaga manusia khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara
manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti
pengayoman, pemelihara’an, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptanya.
           Dalam pandangan islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi
kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan pencipta’annya..
    Binatang,tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan
oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk
menyadari bahwa semuanya adalah “umat”  Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan
baik.
Allah Berfirman yang artinya:
“Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri diatas
pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah dan agar ia membalas orang-orang fasik.
(QS.Al-Hasyr, 59:5)

             Selain itu Akhlak Islam juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang.
Nabi Muhammad SAW .Bersabda:
Yang artinya “Bertaqwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang,
kendarai lah dan beri makanlah dengan baik”.
Uraian tersebut diatas memperlihatkan bahwa akhlak islami sangat komprehensif,
menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang di ciptakan Tuhan. Hal yang demikian
dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satunsama lain saling
membutuhkan. Punah dan rusaknya salah-satu bagian dari makhluk Tuhan itu berdampak
negatif bagi makhluk lainnya

D.    PRIBADI SEBAGAI HAMBA ALLAH DAN PRIBADI SEBAGAI ANAK


1.      Pribadi sebagai Hamba Allah
Kenyataan di jagad raya (dunia) membuktikan bahwa ada kekuatan yang tidak
Nampak. Dia mengatur dan memelihara alam semesta ini.Juga Dialah yang menjadi sebab
adanya semua ini. Dalam pengaturan alam semesta ini terlihat ketertiban, dan ada suatu
peraturan yang berganti-ganti dan gejala dating dengan keteraturan-Nya.
Semua kenikmatan tersebut, bukan berarti “ Sang Pencipta mempunyai maksud
kepada manusia supaya membalas dengan sesuatu, itu tidak, tetapi Allah
SWT.memerintahkan manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan kholiknya.
Dalam masalah ketergantungan , hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada
yang lain. Dan tumpuan serta pokok ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang
Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah
Rabul ‘alamin, Allah Tuhan Maha Esa.
Ketergantungan manusia kepada Allah ini difirmankan Allah :

}2:‫ص َم ُد{اإلخالص‬
َّ ‫هللاُ ال‬
Artinya:
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.(QS.Al-Ikhlas:2)

Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridha Allah.
Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya.
Maka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus
mengikuti ketentuan-ketentuan dari Allah SWT.
Secara moral manusiawi, manusia mempunyai kewajiban kepada Allah sebagai
kholiknya, yang telah member kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Pada garis besarnya kewajiban manusia kepada Allah menurut hadits Nabi, yang
diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi Saw. Bersabda kepada Mu’

َّ ‫ هَلْ تَ ْد ِرىْ َح‬،‫ يا َ ُم َعا ُذ‬: ‫ار يُقَا ُل لَهُ ُعفَ ْي ٌر فَقَا َل‬
‫ق‬ ِ ‫صلَى هللاُ علي ِه وسلَّ َم َعلَى ِح َم‬ َ ‫ت ِر ْدفَ النَّبِى‬ ُ ‫ُك ْن‬
‫ فَ•ِإ َّن هللاِ َعلَى ْال ِعبَ••ا ِد اَ ْن‬: ‫ هللاُ و َرسُوْ لُهُ اَ ْعلَ ُم قَا َل‬: ‫ت‬ ُ ‫ َعلَى هللاِ ؟ قُ ْل‬ ‫ق ْال ِعبَا ِد‬َّ ‫هللاِ َعلَى ِعبَا ِد ِه َو َما َح‬
‫ يَ••ا‬: ‫ت‬ ُ ‫ قُ ْل‬, ‫ك بِ• ِه َش• ْيًأ‬َ ‫ب َم ْن اَل ي ُْش• ِر‬ ُّ •‫يَ ْعبُ ُدوْ هُ َواَل يُ ْشر ُكوا بِ ِه َش ْيًأ َو َح‬
َ ‫ق ال ِعبَ••ا ِد َعلَى هللاِ اَ ْن اَل يُ َع• ِّذ‬
‫ اَل تُبَ ِّشرْ هُ ْم فَيَتَّ ِكلُوْ ا‬: ‫اس؟ قَا َل‬ِ َّ‫ُول هللاِ ! اَفَاَل اُبَ ِّش ُر بِ ِه الن‬
َ ‫َرس‬
Artinya:
“Adalah aku duduk di belakang Nabi di atas sebuah keledai yang dinamai Ufair, maka
bersabda Nabi: Hai Mu’adz apakah engkau mengetahui hak Allah atas hamba-Nya dan apa
hak engkau mengetahui hak hamba terhadap Allah? Menjawab aku, Allah dan Rasul-Nya
yang lebih mengetahui. Bersabda Nabi: maka bahwasanya hak Allah atas para hamba, ialah
: Mereka menyembah-Nya dan tidak memperserikatkan Dia dengan sesuatu dan hak para
hamba terhadap Allah, Tiada Allah mengadzabkan orang yang tidak memperserikatkan Dia
dengan sesuatu. Mka berkata aku, ya Rasullah, apa tidak lebih baik saya menggembirakan
para manusia dengan dia? Bersabda Nabi, jangan kamu menggembirakan mereka yang
menyebabkan mereka akan berpegang kepada untung saja”.
(Al-Lu’la uwal Marjan I:8)
Jadi berdasarkan hadits ini kewajiban manusia kepada Allah pada garis besarnya ada
2( dua):
1.      Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrikkan-Nya kepada sesuatupun.

2. Beribadah kepada-Nya
Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan
diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipat bahkan dengan lipat ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia.

2.      Pribadi sebagai Anak


Kisah luqman yang diberi hikmah oleh Allah dijelaskan di dalam surat Luqman: 12:

‫َولَقَ ْد اَتَ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ اَ ِن ا ْش ُكرْ هَّلِل ِ َو َم ْن يَ ْش ُك ُر فَِإنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِه َو َم ْن َكفَ َر فَِإ َّن هللاَ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬
}12:‫{لقمان‬
Artinya:
“Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu bersyukurlah kepada
Allah. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya Lagi Maha Terpuji”.
(QS.Luqman: 12)
Kelanjutan kisah Luqman yang termuat dalam ayat di atas, bahwa beliau menasehati
dan member pesan kepada generasi selanjutnya (anak-anak) untuk mewarisi nilai-nilai akhlak
sebagai berikut:

a. Dilarang berbuat syirik (Menyekutukan) Allah (Luqman: 13)


b. Kewajiban berbakti kepada kedua oaring tua (Luqman: 14)
c. Keharusan tetap berbakti kedua orang tua di dunia(Luqman: 15)
d. Perintah menegakkan sholat, amar ma’ruf, nahi munkar dan sabar (Luqman: 17)
e. Tidak bersikap sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri (Luqman: 18)
f. Perintah bersikap sopan, santun dalam berjalan atau berbicara (Luqman: 19)

E.     AKHLAK PADA ORANG TUA DAN PADA MASYARAKAT


1.      Akhlak Pada Ayah dan Ibu
Betapa berat tanggungan seorang ibu dikala mengandung dan demikian pula kalau
sudah datang waktunya melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan
tenaga si ibu melahirkan jabang bayinya dengan harap-harap cemas.
Setelah jabang bayinya lahir, betapa kasih saying si ibu kepada anaknya, seakan-akan
segala yang ada pada si ibu adalah untuk anaknya
Mengapa demikian besar kasih sayang ibu kepada anaknya. Padahal sewaktu belum
mengandung seakan belum mau mempunyai anak. Atau karena anaknya sudah dua tiga ingin
tidak ada yang keempat. Tetapi karena dikarunia Tuhan anak yang selanjutnya kasih sayang
ibu tidak ada bedanya antar kepada yang pertama yang kedua dan seterusnya.
Dari mana datangnya cinta kasih sayang kepada putranya, padahal tiada pamrih. Lain
dengan cinta seorang kekasih kepada pacarnya, yang kalau kasihnya tiada terbalas bias
berbalik menjadi benci. Tetapi kasih ibu bagaimanapun tiada akan berubah dan hilang,
walaupun si anak tiada membalas kasih dan cinta ibu.
Memang itu karena “Hidayah”, anugerah dari pada Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Hidayah itu tersebut insting atau naluri, dalam ilmu agama disebut “Hidayah-
ghariziyyah”.
Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh seorang anak
kepada Orang tua yakni:
a.       Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya Lalim
Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya,
dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai seorang anak samapai menyinggung
perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tuanya berbuat lalim kepada anaknya,
dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik,
atau membalas atau mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya. Allah tidak
meridhoinya hingga orang tua itu meridhoinya.
b.      Berkata Halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah
Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut ajaran islam harus berbicara
sopan, lemah lembut dan mempergunakan kata-kata mulia hal ini dituturkan dalam Firman
Allah:

‫ك ْال َكبِ َر اَ َح ُدهُ َما اَوْ ِكالَهُ َما‬


g.      َ‫فَال‬ َ ‫ضى َربُّكَ اَاَّل تَ ْعبُ ُدوْ ا اَاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َولِ َد ْي ِن اِحْ َسانَا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬ َ َ‫َوق‬
َّ •‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَ••ا َح ال‬
ِّ‫•ذ ِّل الرَّحْ َم• ِة َوقُ••لْ َرب‬ ْ ‫ َو‬.‫ف َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬ ٍّ ُ‫تَقُلْ لَهُ َما ا‬
}24-23 :‫ص ِغ ْيرًا {االسراء‬ َ ‫ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى‬
Artinya: “Dan Tuhan telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain kepada-
Nya dan hendaknya kamu berbuat baik kepada ibu bapak kamu dengan seabaik-baiknya.
Jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya samapi berumur lanjut dalam
pemeliharaan kamu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh
kesayangan dan ucapakan doa:”Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka kedua, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”
(QS.Al-Isra: 23-24)
Dari ayat-ayat tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa sewajarnya seorang anak
untuk berbuat baik kepada orang tua baik berbicara dan yang lain- lain. Dengan cara tidak
menyinggung perasaan orang tua dan tidak berkata kasar kepada mereka.
c.       Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia
Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik, dan itu mudah
dilakukan dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat moaral, maupun yang bersifat
material.
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan atau ibunya yang sudah
tiada.Hal ini agama islam mengajarkan supaya seorang anak:
a.       Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah dari
segala dosa orang tua kita.
b.      Menepati janji kedua ibu bapak, Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji
kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut.
Umpamanya beliau akan naik haji, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban
anaknya untuk menunaikan haji untuk orang tuanya tersebut. Dan hal ini diperbolehkan
menurut hadits riwayat Al-Bukhari dari Ibnu Abbas:
h.    ‫ت اِ َّن تَ َح َّج فَلَ ْم‬ ْ َ‫صلَى هللاِ َعلَي ِه َو َسلَّ ِم فَقَال‬
ْ ْ‫ اِ َّن اُ ِّمى نَ َذر‬: ‫ت‬ ْ ‫امرَأةً ِم ْن ُجهَ ْينَةَ َجا َء‬
َ ‫ت اِلَى النَّبِى‬ َ ‫اَ َّن‬
َ َ‫َت َأفََأ ُح َّج َع ْنهَا؟ ق‬
‫ نَ َع ْم‬: ‫ال‬ ْ ‫ى َما ت‬ َّ ‫ ت ََح َّج َحت‬,
‫ق بِ ْال َوفَا ِء‬
َّ ‫ضيَهُ ؟ اُ ْقضُوا هللاَ فاهللُ اَ َح‬ ِ ‫ت لَو َكانَ َعلَى اُ ِّمكَ َدي ٌْن اَ َك ْن‬
ِ ‫ت قَا‬ ِ ‫حُجِّى َع ْنهَا َأ َرَأ ْي‬
{‫}رواه البخارى‬
Artinya:
“Bahwa seorang perempuan dari Juhainah dating kepada Nabi Saw, ia bertanya kepada
Rasullah: Bahwasannya ibu saya telah bernazar untuk berhaji, tapi ia tidak haji sampai
meninggal dunia. Apakah boleh saya menghajikannya? Jawab Rasullah:”ya, hajikanlah!
Apakah kau tahu, kalau seandainya ibu mempunyai hutang, apakah engkau
membayarkannya? Bayarkan (tepatilah) kepada Allah, sesungguhnya Allah lebih berhak
untuk ditepati!”
c.       Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan ayah, beliau-
beliau mempunyai teman-teman akrab, yang segulung-segalang orang tua kita dengan
temannya.
d.         Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dengan kedua orang
tua.

2.Akhlak kepada Anggota Masyarakat/ Jama’ah


Pokok utama kerasulan nabi Muhammad Saw adalah menyempurnakan akhlak yang
mulia. Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji dikalangan orang-orang
(masyarakat) yang bertaqwa. Di samping terpuji berdasarkan norma-norma yang ditetapkan
Allah SWT.
Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas jalur Al-Qur’an
dan perbuatan nabi Muhammad Saw. Dalam sikap dan perbuatan. Seperti di dalam Al-Qur’an
surat l-Qalam ayat 4.”Dan sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang
mulia”.
Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memlihara norma-norma (agama) di
masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-hari baik keluarga rumah tangga, kerabat,
tetangga dan lingkungan kemasyarakatan.
Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada Allah adalah perintah Allah, yang
dapat ditarik hokum wajib kepada setiap kaum muslimin dengan cara yang sesuai dengan
keadaan objek orang bersangkutan, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat
2:

}2:‫اونُوْ ا َعلَى ااِل ْث ِم َوال ُع ْد َوا ِن {المائدة‬


َ ‫اونُوا َعلَى البِرِّى َوالتَّق َوى َواَل تَ َع‬
َ ‫َوتَ َع‬
            Artinya:
                “ … dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa,
dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran/permusuhan”.
Dalam pergaulan yang sesuai dengan norma-norma agama, ada beberapa yang harus
di perhatikan yakni bagaimana cara berbahasa, cara salam, cara makan dan minum, cara di
majles pertemuan, cara minta ijin masuk, cara member ucapan selamat, cara berkelakar atau
becanda, cara menjenguk orang sakit, dan cara ta’ziah. Dan kesembilan tata cara diatas akan
diterangkan secara terperinci di bawah ini:
a.       Tata cara berbahasa
Setiap muslim (umat islam) dan semua orang diperintah untuk selalu berbahasa
dengan bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara, sesuai
tingkat usia, masyarakat dan tingkat kedudukannya. Di dalam islam ada peribahasa yang
menyatakan bahwa “bahasa menunjukkan taqwa”.
b.      Tata cara salam
Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara member salam, sebagaimana
juga dengan islam. “Salam” telah menempati kedudukan sendiri dalam Islam. Lebih istimewa
disbanding dengan agama di luar Islam.
Sebagaimana landasan salam di dalam firman Allah surat An-Nur ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang buka rumahmu
sebelum meminta ijin dan member salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu agar kamu(selalu) ingat”.
c.       Tata cara makan dan minum
Cara memegang sesuatu makanan dan minuman dengan tangan kanan. Dimulai
membasuh sebelum makan, membaca “basmallah” dan diakhiri mengucapkan
“Alhamdulillah”. Sikap yang dimiliki oleh orang yang sedang makan dan minum adalah
dengan duduk yang baik. Tanpa bersuara, tanpa bersandar sambil makan dan minum. Apabila
sifatnya undangan bagi yang mengundang mempersilahkan dengan bahasa yang sopan. Dan
bagi yang diundang dengan menyambut yang baik, mendoakan si pengundang,
mendahulukan orang yang lebih tua, jangan mencaci hidangan yang ada di depannya,
walaupun tak berselera.
Dalam adab minum, tidak boleh menggunakan peralatan dari emas dan perak, jangan
menarik nafas dan menghembuskan kembali ke dalam cangkir. Apabila menggunakan kendi
(dan sejenisnya) tidak boleh melekat pada mulut di bibir kendi.
d.      Tata cara di majelis pertemuan
Adab kita berada di majlis pertemuan adalah pertama kali baru masuk memberi
salam, kemudian baru dapat duduk yang telah disediakan, menyalami teman yang
mendahului duduk, jangan sekali-kali menggeser tempat duduk milik orang lain. Di samping
itu juga jangan menggunakan bahasa yang dapat menyinggung perasaan teman duduk. Ketika
ingin meninggalkan tempat minta ijin, juga bila ke luar membaca doa kifaratul majelis.
e.       Tata cara minta ijin masuk
Di dalam masyarakat dan Negara ada aturan-atauran tertentu baik ijin masuknya,
waktu maupun prosedurnya bagi setiap orang yang ingin memasuki kamar, rumah orang lain
atau Negara.
Aturan Islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain, maka paling awal
yang dilakukan adalah member salam. Apabila tidak baik kembali. Di dalam mengetuk pintu
dilakukan secara wajar, menyatakan nama diri. Tidak boleh berdiri tepat di tengah-tengah
pintu ketika dibukakan. Apabila ditolak tidak boleh sedih hati namun harus dikendalikan
dengan hati yang bersih.
f.       Tata cara member ucapan selamat
7 (tujuh) rangkaian (munasabah) yang ada dalam islam ketika mengucapkan salam
“ucapan salam”. Ketujuh rangkaian tersebut antara lain:
a.       Dalam rangka acara pernikahan
b.      Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya
c.       Kembalinya seorang musafir (yang berpergaian)
d.      Pulangnya seorang dari jihad
e.       Sekembalinya dari haji
f.       Pada hari raya idul fitri dan idul adha
g.      Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti kenaikan pangkat,
mendapat hadiah apa saja yang membuat seseorang merasakan kebahagiaan.

g.      Tata cara berkelar


Di dalam ajaran Islam, berkelar atau becanda diperbolehkan. Namun hal itu bukan
berarti bebas, sesuka hati, sehingga tak ingat norma social. Ada tiga syarat diperbolehkan
bercanda yaitu:
Ø  Tidak boleh berlebih-lebihan sehingga menjadikan lupa kepada Allah
Ø  Tidak boleh berkelar sehingga menyakiti baik yang bersifat jasmaniah dan rohaniah seperti
ucapan hinaan.
Ø  Tidak bersifat dusta atau penipuan dan kata-kata kotor.
h.      Tata cara menjenguk orang sakit
Seseorang yang hidup di masyarakat, mau mengunjungi orang sakit tetangganya
(jamaah) adalah suatu tindakan terpuji. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan, dalam
kunjungan orang sakit yaitu:
a.       Segera mungkin setelah ada orang sakit
b.       Mengungkapkan dengan kata-kata yang meringankan beban batinnya orang yang sakit.
c.       Ajarkan doa peringan perih pada bagian tubuh
d.      Mendoakan secara khusus bagi si sakit ketika masuk
e.       Duduk agak dekat dengan kepala si sakit
f.       Mintalah ia mendoakan kita
g.      Bila sudah gawat ajari si sakit dengan kalimat tauhid dan bacaan surat yasin.
h.      Tata cara ta’ziah
Ta’ziah dilakukan jamaah (masyarakat) dalam rangka meringankan beban lahir batin
bagi keluarga yang ditimpa musibah. Mka sikap dan tindakan tersebut bermaksud untuk
menentramkan hati mereka. Menurut ajaran islam, tata cara ta’ziah antara lain:
a.       Mengucapkan perkataan yang pernah diucapkan oleh nabi Saw. Dan para sahabatnya.
b.       Member makan keluarga yang terkena musibah
c.       Menunjukkan rasa belasungkawa
d.       Memberi nasehat yang baik

F.      AKHLAK DA’I DAN AKHLAK PEMIMPIN


1.      Akhlak Da’i
Dalam mempersiapkan diri yang telah mengikrarkan untuk berjalan mengikuti manhaj
para nabi dalam dakwah, maka para nabi harus membekali diri dengan akhlakul karimah.
Sebab Da’i/mubaligh di masyarakat menjadi suri tauladan secara langsung. Baik perilaku,
sikap perbuatan maupun perkataannya.
Jalan yang harus ditempuh selanjutnya, da’I harus berusaha terus membersihkan jiwa.
Segala apa yang mengganjal, menutup dan tersembunyi di hati nurani, Da’I harus berusaha
juga menerangi segala rahasia dirinya. Dan senantiasa mohon petunujuk dan pertolongan dari
Allah. Dengan demikian dirinya menjadi baik atas kuasa Allah SWT.
            Menurut Jamludin Kafie, sebagai Da’I, pelaksana dakwah harus memperhatikan
prinsip-prinsip kemimpinan yang baik yaitu:
a.       Sifat terbuka
b.       Berani berkorban
c.        Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat
d.       Sanggup menjadi pelopor dan perintis dalam kebajikan
e.       Mengembangkan sifat-sifat kooperatif, kemusiaan dan sikap-sikap toleransi, kebijaksanaan
dan keadilan social
f.        Tidak menjadi parasit atau membebani masyarakat
g.       Percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya
h.       Optimis dan tidak putus asa
            Dengan demikian sikap Da’I harus memahami kondisi dan situasi masyarakat yang
menjadi sasarannya. Juga perlu terus menambah wawasannya. Kerena beraneka ragam
budaya , kompleksitas permasalahan di masyarakat.

2.      Akhlak Pemimpin


Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa bernafaskan
amanat. Baik amanat dari masyarakat/ warga atau Negara. Bahkan agama. Agama islam
sangat memperhatikan masalah kepemimpinan. Menurut Islam. Semua pemimpin akan
dimintai pertanggung jawabnya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas kebahagiaan,
kesejahteraan keluarganya, pemimpin Negara/bangasa akan dimintai pertanggung jawabnya
oleh masyarakat dan lain sebagainya.
            Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah Rasullah Saw dan para sahabatnya
seperti Abu bakar sebagai orang yang berwibawa dan tenang. Orangnya penuh ramah tamah,
cinta sesama dan selalu membenarkan dan menepati pada rasul yang agung. Umar bin khotob
sebagai pemimpin yang mempunyai pendapat yang berbobot. Dia adalah orang yang
terpercaya terhadap rahasia-rahasianya. Utsman sebagai pengumpul firman Kitab Allah. Dia
adalah seorang pemimpin yang meluruskan akida. Sedangkan Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin yang pandai menyusun pasukan perang untuk mengalahkan orang-orang jahat.
Dan Ali adalah seorang pemimpin yang mampu sebagai pewaris ilmu rasullah dan
pemelihara janjinya.
            Demikianlah akhlak pemimpin yang dicontohkan kepada kita untuk menjadi
pemimpin sejati. Akhlak pemimpin baik, sebab sifat, perilaku dan sikapnya dapat
membahagiakan orang lain (umat manusia) dan menampakkan karismatiknya pada yang
dipimpin, jadi dapat dikemukakan di sini, bahwa pemimpin berakhlak baik apabila memiliki
kepribadian yang sesuai dengan tata aturan (ketentuan) agama, masyarakat, keluarga dan
Negara/bangsa.

G.    AKHLAK MAHMUDAH DAN AKHLAK MAZMUMAH


1.      Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji, dapat disebut juga dengan
akhlak fadhilah  (‫)فضيلة‬, akhlak yang utama.
Al-Ghazali menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu
sebagai berikut :
a)      Mencari hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik.
b)      Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahya dengan
akal untuk maju.
c)       Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya
dengan akal dan agama
d)      Berlaku adil. Adil sebagai misalnya, yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberi
haknya sesuai dengan fitrahnya atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan nafsu
syahwatnya untuk mendapatkan hikmah di balik peristiwa yang terjadi.
Bentuk-Bentuk Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya agar memiliki akhlak mahmudah (akhlak
terpuji). Allah SWT. menyukai sifat-sifat baik tersebut, diantaranya sebagai berikut :

1.      Sifat sabar


Menurut Drs. Moh. Amin dalam karangan bukunya yang berjudul 10 induk akhlak
terpuji, pengertian sabar adalah kekuatan jiwa seorang mukmin yang tenang dan yakin akan
rahmat Allah dan percaya kepada janji dan keadilan-Nya; jiwa yang takwa dan kuat,
mengalahkan dan menguasai nafsunya, serta takut akan kemurkaan Tuhan-Nya sehingga
dapat mengalahkan keinginannya.. Kesabaran dibagi menjadi empat kategori berikut ini:
a.       Sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban.
b.      Sabar menanggung musibah atau cobaan.
c.       Sabar menahan penganiayaan dari orang.
d.      Sabar menanggung kemiskinan.
2.      Sifat Benar atau Jujur (Shidiq)
Benar ialah memberitahukan (menyatakan) sesuatu yang sesuai dengan apa adanya,
artinya sesuai dengan kenyataan
3.      Sifat Amanah
Amanah menurut bahasa (etimologi) ialah kesetiaan, ketulusan hati,
kepercayaan(istiqamah) atau kejujuran.
4.      Sifat Adil
Adil adalah tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak. Bila seseorang
mengambil haknya dengan cara yang benar atau memberikan hak orang lain tanpa
mengurangi haknya, itulah yang dinamakan tindakan adil.

5.      Sifat Kasih Sayang


Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahmah) adalah fitrah yang dianugerahkan Allah
kepada makhluk-Nya.

6.      Sifat Hemat


Hemat (al-iqtishad) ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta
benda, waktu, dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang
dan tidak berlebihan.
7.      Sifat Berani (Syaja’ah)
Berani adalah suatu sikap mental seseorang yang dapat menguasai jiwanya dan
berbuat menurut yang semestinya.

8.      Bersifat Kuat (Al-Quwwah)


Kekuatan pribadi manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian :
a. Kuat fisik, kuat jasmaniah yang meliputi anggota tubuh.
b. Kuat jiwa, bersemangat, inovatif dan inisiatif serta optimistik.
c. Kuat akal, pikiran, cerdas dan cepat mengambil keputusan yang tepat
9. Sifat Malu (al-Haya’)
Rangkaian dari sifat ini ialah malu terhadap Allah dan malu kepada diri sendiri di kala
melanggar peraturan-peraturan Allah.
10.Menjaga kesucian diri
Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan
pada setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapatlah diri dipertahankan
untuk selalu berada pada status khair an-nas (sebaik-baik manusia).
11.Menepati Janji
Janji ialah suatu ketetapan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang lain
atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya

            Selain 11 sifat diatas Drs. Moh. Amin juga menjelasakan bahwa ikhlas, syukur, khauf
(takut), taubat, tawakkal, zuhud (menghindari kesenangan dunia), dan dzikrul maut
(mengingat kematian) merupakan bagian dari akhlak terpuji. Jadi, semua niat atau perbuatan
yang mengingatkan kita kepada Allah merupakan bagian dari akhlak mulia atau
mahmudah.    

2.      Akhlak Mazmumah


          Akhlak mazmumah ialah perangai atau tingkah laku yang tercermin pada diri manusia
yang cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain.
          Dalam beberapa kamus dan ensiklopedia dihimpun pengertian “buruk” sebagai berikut:
a)      Rusak atau tudak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok, jelek.
b)      Perbuuatan yang tidak sopan, kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan.
c)      Segala yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus, perbuatan yang bertentangan
dengan norma-norma atau agama, adat istiadat, dan masyarakat yang berlaku.

 Macam-macam akhlak mazmumah


a)   Sifat dengki
Dengki menurut bahasa (etmologi) berarti menaruh perasaan marah karena sesuatu
yang amat sangat kepada kekurangan orng lain.
b)   Sifat iri hati
Iri berarti merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain, kurang senang melihat
orang lain beruntung , cemburu dengan keberuntungan orang lain, tidak rela apabila orang
lain mendapat nikmat dan kebahagiaan.
c)   Sifat angkuh
Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari orang lain sehingga ia berusaha
menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya,
lebih pintar, lebih dihormati, dan lebih beruntung dari yang lainnya.
d)   Sifat riya
Riya yaitu berbuat amal karena didasarkan ingin mendapat pujian dari orang lain, agar
dipercayai orang lain, agar ia dicintai orang lain, karena ingin dilihat orang lain.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Berdasarkan materi yang telah diuraikan dalam makalah diatas maka dapat
disimpulkan :
1.      Akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging
dan sebenarnya yang didasarkan pada islam.
2.      Dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan
sumber utama dari agama islam itu sendiri.
3.      Dan ciri-ciri akhlak islamiyah diantaranya :
Ø  Kebajikan yang mutlak
Ø  Kebaikan yang menyeluruh
Ø  Kemantapan
Ø  Kewajiban yang dipatuhi
Ø  Pengawasan yang menyeluruh
4.      Ruang lingkup Akhlak Islami sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya
yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/islami) mencakup berbagai
aspek, dimulai dari Akhlak terhadap ALLAH, hingga kepada sesama makhluk (manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).

B.SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat memberikan manfaat kepada kita untuk
lebih memahami tentang akhlak dan menjadikannya pedoman berperilaku di kehidupan kita
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://astro-remaja.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-akhlak-islami.html
http://edipurwantosapudi.blogspot.co.id/2014/01/v-behaviorurldefaultvmlo_5800.htm
http://citrariski.blogspot.co.id/2011/02/makalah-akhlak-islami.html
http://mazroat.blogspot.co.id/2013/12/akhlak-mahmudah-dan-akhlak-madzmumah.html
http://syiruptz.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-akhlak-mahmudah-dan-akhlak.html

Anda mungkin juga menyukai