Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah. (Q.S. al-Ahzab [33]: 21)
Ayat ini menggambarkan secara umum dalam diri Rasulullah
terdapat Akhlak yang baik, dan dalam hadis sebelumnya
menunjukkan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.
Artinya, Al-Qur’an dan Rasulullah tidak bisa dipisahkan dan
saling menguatkan.
7. Quwwah al-‘Adalah
Menurut al-Ghazali, terbentuknya akhlak yang mulia pada diri
seseorang diperlukan lagi satu kekuatan, yaitu Al-Quwwah al-
‘Adalah, sebuah kekuatan penyeimbang dari ketiga kekuatan
jiwa sebelumnya (Al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din/Rubuu’ al-
Muhlikat, 2005; 935). Sementara Ibnu Miskawaih meskipun
tidak menyebutkan secara khusus adanya Al-Quwwah al-
‘Adalah, tetapi dalam penjelasannya juga mengkaitkannya
dengan ketiga kekuatan jiwa tersebut. Tiga kekutan jiwa
manusia yang menjadi dorongan tingkah lakunya akan menjadi
baik kalau bersinergi secara adil (keseimbang). Quwwah al-Ilmi
akan menjadi sumber kebaikan kalau sudah menuntun dengan
mudah untuk membedakan yang benar dan yang salah dalam
keyakinan, yang baik dan yang buruk dalam perbuatan serta
yang jujur dan yang bohong dalam berkata-kata. Atau dengan
kata lain ilmunya sudah menjadi hikmah.
E. Tawakkal
1. Pengertian Tawakkal
Menurut bahasa kata tawakkal diambil dari Bahasa Arab
)كل و التtawakkul) dari و ك لkata akar (wakala) yang berarti
lemah. Adapun )كل و التtawakkul) berarti menyerahkan atau
mewakilkan.
Secara istilah tawakal telah didefinisikan oleh ulama, antara lain
Imam al-Ghazali. Beliau menyebutkan dalam kitab Ihya’
Ulumuddin pada bab at-Tauhid wa at-Tawakkal, bahwa
tawakal itu adalah hakikat tauhid yang merupakan dasar dari
keimanan, dan seluruh bagian dari keimanan tidak akan
terbentuk melainkan dengan ilmu, keadaan, dan perbuatan.
Begitu Pula dengan sikap tawakal, ia terdiri dari suatu ilmu yang
merupakan dasar, dan perbuatan yang merupakan buah (hasil),
serta keadaan yang merupakan maksud dari tawakal. Tawakal
adalah menyerahkan diri kepada Allah tatkala menghadapi suatu
kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam kesulitan di luar
batas kemampuan manusia.
Berikutnya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dalam kitabnya
Madarij as-Salikin menjelaskan bahwa tawakal merupakan
amalan dan penghambaan hati dengan menyandarkan segala
sesuatunya hanya kepada Allah Swt.
3. Ciri-ciri Tawakal
Tawakal bukan berarti tinggal diam, tanpa kerja dan usaha,
bukan menyerahkan semata-mata kepada keadaan dan nasib
dengan tegak berpangku tangan duduk memekuk lutut, menanti
apa-apa yang akan terjadi. Memohon pertolongan dan
Bertawakal tidaklah berarti meninggalkan upaya, bertawakal
mengharuskan seseorang meyakini bahwa Allah yang
mewujudkan segala sesuatu, sebagaimana ia harus menjadikan
kehendak dan tindakannya sejalan dengan kehendak dan
ketentuan Allah Swt. Seorang muslim dituntut untuk berusaha
tetapi di saat yang sama ia dituntut pula berserah diri kepada
Allah Swt., ia dituntut melaksanakan kewajibannya, kemudian
menanti hasilnya sebagaimana kehendak dan ketentuan Allah.
Seorang muslim berkewajiban menimbang dan
memperhitungkan segala segi sebelum dia melangkahkan kaki
dan mengerjakan sesuatu. Tetapi bila pertimbangannya keliru
atau perhitungannya meleset, maka ketika itu akan tampil
dihadapannya Allah Swt., Tuhan yang kepada-Nya yakni
dengan bertawakal dan berserah diri