Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yasmin Mumtaz

NIM : 1105213004
Kelas : TB-45-02

RESUME
BAB AKHLAK

Akhlaq berasal dari bahasa arab “Gül” bentuk jamak dari bentuk tunggalnya
“Z” yang berarti “budi pekerti.” Persamaannya adalah etika dan moral. Etika
berasal dari bahasa latin, etos yang berarti “kebiasaan', demikian juga moral berasal
dari bahasa latin, 'mores' artinya kebiasaan (Racmat Djatnika, Sistem Etika Islam,
1996 hal 20). Ibnu Maskawih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq mengatakan
bahwa, akhlak adalah "Akhlaq adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah
melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran.” (Ibn Maskawih
Tahdzib al-Akhlaq wa al-Tahriq al’araq). Imam al-Ghazali dalam buku (kitab) nya
yang sangat terkenal, Ihya ulum al-Din, mengatakan bahwa akhlak adalah “Akhlaq
adalah perangai suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan tidak membutuhkan pikiran.” (Imam al-
Ghazali Ihya ulum al-Din, Juz III hal 52). Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlaq,
mengatakan: “Akhlaq adalah membiasakan kehendak.” (Ahmad Amin, al-Akhlaq).
Iradah atau “kehendak” adalah menangnya keinginan seseorang, setelah dia
bimbang, dengan proses sebagai berikut: (1) timbulnya berbagai keinginan yang
cukup banyak, (2) timbul kebimbangan keinginan mana yang harus dipilih, (3)
mengambil keputusan yang pasti, itulah iradah.
Jenis-jenis akhlak terbagi dua macam yaitu akhlak mulia (akhlaqul karimah)
atau akhlak terpuji (akhlaqul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlaqul
madzmumah). Akhlak mulia adalah cerminan kesungguhan iman. Sebaliknya,
akhlak tercela merupakan refleksi lemahnya keimanan. Akhlak mulia atau husnul
khuluq (perangai baik ) merupakan segala sifat, watak, dan perilaku yang sangat
disukai Allah SWT dan disukai pula oleh manusia. Akhlak mulia wajib dimiliki dan
diamalkan. Tergolong akhlak mulia antara lain sebagai berikut: 1. Berbicara yang
baik.Ciri – ciri pembicara yang baik adalah mengandung hikmah, isinya
bermanfaat, membuat senang pendengarnya, tidak menyakiti hatinorang lain,
penggunaan kata – kata yang benar, baku, atau sesuai kaidah Bahasa yang berlaku.
Berkata jujur atau benar (shidqi), ”Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya”
(HR Ibnu Hibban). Malu (Haya') adalah perasaan untuk tidak ingin direndahkan
atau dipandang buruk oleh pihak lain. Mengenai persoalan harga diri atau gensi,
yang paling utama adalah malu kepada Allah SWT sehingga tidak berbuat sesuatu
yang menyesatkan diri dan melanggar aturan-Nya. Rendah Hati (Tawadhu'),
merupakan perasaan inferior, lemah, tidak punya kekuatan atau keistimewaan apa-
apa dan kecil di hadapan Allah Yang Mahabesar. ”Dan hamba-hamba Tuhan Yang
Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan
rendah hati...” (Q.S. Al-Furqon:63).”Sesungguhnya Allah telah mewahyukan
kepadaku: hendaklah kamu merendahkan hati supaya tidak ada yang saling
melewati batas dan tidak saling menyombongkan diri” (HR Muslim). Rasulullah
Saw sangat menganjurkan umatnya agar murah senyum, atau bermuka manis.
“Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah” (HR Bukhari). Sabar, ”Mukmin
yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka lebih baik daripada
yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka” (HR
Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Tingkat – Tingkat kesabaran adalah sabar dalam menghadapi musibah, sabar
dalam mematuhi perintah Allah SWT, dan sabar dalam menahan diri untuk tidak
melakukan maksiat. Kuat atau Tahan Banting, “Mukmin yang kuat lebih baik dan
lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah” (HR Muslim). Kuat artinya
memiliki ketahanan mental dan fisik yang tinggi. Pemaaf ( tidak dendam). ”Orang
yang paling dibenci Allah ialah orang yang paling menaruh dendam-kesumat” (HR
Bukhari dan Muslim)."Maafkanlah orang yang menzhalimimu” (HR Ahmad dan
Thabrani). Menahan Amarah, "Bukanlah orang yang gagah perkasa namanya ia
yang kuat bergulat, tetapi yang disebut gagah perkasa itu ialah orang yang dapat
mengendalikan nafsunya (dirinya) ketika sedang marah” (HR Bukhari dan
Muslim). Zuhud, “Berzuhudlah dari dunia, niscaya Allah menyukaimu dan
zuhudlah dari apa yang di tangan manusia, niscaya manusia menyukaimu” (HR
Ibnu Majah).Zuhud adalah sikap tidak terlalu mencintai dunia, bahkan
membencinya dalam batas-batas yang wajar. Qona’ah yaitu merasa cukup dengan
rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Wara’ yaitu menjauhi barang syubhat
karena takut jatuh kepada keharaman. Syubhat sendiri artinya tidak dapat dipastikan
halal-haramnya (berada antara halal dan haram). Nabi Saw mengatakan, siapa yang
menjauhi syubhat berarti ia membersihkan diri dan agamanya. Siapa yang
mendekati syubhat, maka dikhawatirkan termasuk pada hal haram (HR Muttafaq
‘Alaih). Suka menolong, “Siapa yang menghilangkan kesempitan orang mukmin
dalam masalah dunia, maka Allah akan mengilangkan kesempitannya besok di
akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan
memudahkannya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi aib orang mukmin,
maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan tetap menolong
hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya” (HR Muslim).
Akhlak tercela atau perangai buruk (su-ul khuluq) merupakan sifat, sikap,
atau perilaku yang dibenci Allah SWT dan merusak hubungan harmonis dengan
sesama manusia. Akhlak tercela wajib dijauhi umat Islam. Disebutkan dalam Q.S
Al-Hujurat ayat 12 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah
banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha
Penyayang.” Jenis – jenis akhlak tercela, menghina adalah mengeluarkan kata-
kata yang merendahkan dan menyakiti hati orang lain, termasuk mengolok-olok,
mencela, melaknat/mengutuk, memaki, dan mengejek. ”Cukuplah kejelekan
seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim” (HR Muslim). Buruk
sangka, “Jauhilah buruk sangka karena sesungguhnya prasangka itu
sedustadusta omongan” (HR Muttafaq ‘Alaih). Ghibah, membicarakan kejelekan
atau aib orang lain atau menyebut masalah orang lain yang tidak disukainya,
sekalipun hal tersebut benar-benar terjadi. Disebutkan dalam Q.S. al-Hujurat ayat
12 yang artinya “memakan daging mayat saudara sendiri” Dengki, "Jika kamu
memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat
bencana, mereka bergembira karenanya...” (Q.S. 3: 120). Serakah atau tamak
yaitu sikap tidak puas dengan yang menjadi hak atau miliknya, sehingga
berupaya meraih yang bukan haknya. "Jika seseorang sudah memiliki dua
lembah emas, pastilah ia akan mencari yang ketiganya sebagai tambahan dari
dua lembah yang sudah ada itu” (H.R. Bukhari dan Muslim). Kikir, "Dua perkara
tidak akan berkumpul pada seorang mukmin: sifat kikir dan perangai jelek” (HR
Tirmidzi). Riya’ sikap ingin dipuji orang lain. Lawan ikhlas ini haram hukumnya.
Nabi Saw menyebutnya sebagai syirik kecil (syirkul ashgar). Berdusta, merupakan
ciri – ciri orang munafik “Jauhilah kedustaan karena sesungguhnya kedustaan
(kadzib) itu memimpin kepada kedurhakaan dan kedurhakaan membawa ke
neraka” (HR Muttafaq ‘Alaih). Bermusuhan, “Janganlah kamu saling benci dan
saling berpaling muka” (HR Muslim). Mengadu domba, “Maukah kamu aku
beritahukan tentang ‘adh-hu? Yaitu mengumpat, mengadu-domba dengan
omongan di antara manusia” (HR Muslim). Sombong, ”Aku akan memalingkan
orangorang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang
benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku...” (Q.S. Al-A'raf: 146). Nongkrong di
pinggir jalan (Julus ‘Ala ath-Thuruqat) “Jauhilah duduk di jalan-jalan (nongkrong).
Mereka berkata: “Ya Rasulallah! Kami terpaksa memerlukan tempat-tempat
duduk yang kami beromong-omong padanya (nongkrong di jalan sambil
ngobrol)'. Sabada Nabi: “Jika kamu enggan, berilah kepada jalan itu haknya!'
Mereka bertanya: “Apakah hak itu?' Sabdanya: 'Menundukkan pandangan (dari
perempuan yang lewat), tidak mengganggu (pelalu-lalang), membalas salam,
dan mengajak pada kebaikan serta mencegah kemunkaran” (HR Muttafaq
'Alaih).

Perbedaan akhlak, etika, dan moral terletak pada tolak ukurnya dimana tolak
ukur akhlak adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, tolak ukur etika adalah pikirian atau akal
sedangkan moral tolak ukurnya adalah norma-norma pada kehidupan masyarakat. Ruang
lingkup akhlak, Akhlak Manusia terhadap Allah adalah Allah telah menciptakan kita dalam
sebaik-baik bentuk dan Allah telah memberi rezeki yang terbaik serta melebihkan kita atas
segala makluk-Nya. Akhlak Manusia terhadap Allah Kewajiban Uraian
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah itu adalah pencipta langit dan bumi
beserta isinya (tela'ah dan renungkan Q.S Al’araf: 54). Akhlak Manusia terhadap
Rasulullah Saw, “Belum dikatakan sempurna Iman seseorang kecuali jika aku (Rasulullah
Saw.) lebih lebih kamu cintai daripada anaknya, orangtuanya, dan seluruh manusia.” (HR.
Muslim). Akhlak Manusia terhadap Sesama Manusia, Akhlak kepada ibu dan bapak
(berbuat baik (berbakti) kepada ibu bapak yang meliputi segala perbuatan, perkataan, dan
tingkah laku. Akhlak suami istri (Firman Allah Swt. yang bermaksud: “Dan gaulilah olehmu
istriistri itu dengan baik.”). Akhlak terhadap anak (Sabda Rasulullah Saw. yang bermaksud:
“Anak-anak lelaki disembelih aqiqahnya pada pada hari ketujuh dari kelahirannya dan
diberi nama dengan baik-baik dan dihindarkan ia daripada perkaraperkara yang
memudharatkan. Apabila berusia enam tahun hendaklah diberi pengajaran dan
pendidikan akhlak yang baik.”) Akhlak terhadap kaum kerabat (Firman Allah yang
bermaksud: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan dan
memberi kepada kaum kerabat.”) Akhlak Manusia terhadap Makhluk Lain ( Akhlak
terhadap malaikat Akhlak Islam menuntut seorang Muslim supaya menghormati para
malaikat dengan menutup kemaluan walaupun bersendirian dan tidak ada orang lain yang
melihat. Akhlak terhadap golongan jin Dalam kaitan dengan akhlak terhadap golongan jin
antara lain Rasulullah melarang kencing di dalam lubang-lubang di bumi karena ia adalah
kediaman jin. Dan Hewan ternak atau hewan yang digunakan untuk kerja, tidak boleh
dibebani di luar kemampuannya atau dianiaya dan disakiti. )

Ukhuwah, dalam bahasa Arab (ukhuwah) terambil dari kata akha, dari sini
kemudian melahirkan beberapa kata al-akh, akhu, yang makna dasarnya “memberi
perhatian” dan kemudian berkembang artinya menjadi “sahabat, teman.”. ukhuwah
Islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah Swt. Ukhuwah
Insaniyah/Basvarīyah merupakan bentuk persaudaraan yang berlaku pada semua
manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, suku, dan aspek-aspek
kekhususan lainnya. Ukhuwah Wathoniyah merupakan bentuk persaudaraan yang diikat
oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat dan
budaya, dan aspek-aspek yang lainnya. Manfaat Ukhuwah, menumbuhkan sifat tolong
menolong, tumbuh rasa saling memahami, menimbulkan rasa tenggang rasa, dll.

Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang berarti toleransi yang mempunyai arti
bermurah hati, kata lain dari tasamuh adalah 'tasahul' yang memiliki arti bermudah-
mudahan. Manfaat tasamuh, mempererat persatuan dan kesatuan serta persaudaraan di
antara manusia, mengembangkan sikap hormat menghormati dan tenggang rasa
terhadap sesama manusia, menghindarkan dari tindakan kekerasan dan kekacauan, dll.
Contoh tasamuh, berlapang dada dalam menerima semua perbedaan, memberikan
kebebasan orang lain untuk memilih keyakinan, menghormati orang lain selama
beribadah, dll.

Anda mungkin juga menyukai