Anda di halaman 1dari 15

Urgensi Akhlaqul Karimah (Oleh: Ali Farkhan Tsani)

November 20, 2019

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA

Pengertian Akhlaq

Secara etimologis (bahasa), akhlaq berasal dari kata al-khuluq, yang berarti tabiat, budi pekerti,
kebiasaan.

Secara istilah akhlaq berarti sesuatu yang melekat pada jiwa manusia yang daripadanya lahir perbuatan-
perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan (spontanitas, otomatis).

Kata akhlaq berakar dari kata khalaqa atau khalqun yang berarti kejadian, bentuk, ciptaan, tampilan,
prilaku, tingkah laku.

Sepintas hanya berkonotasi lahiriyah. Padahal sebenarnya akhlaq itu meliputi yang bathiniyah (dalam) di
samping yang lahiriyah. Karena sikap batin termasuk materi kajian akhlaq. Sehingga boleh jadi seseorang
yang tutur katanya santun, tingkah lakunya sopan, tetapi dia tidak berakhlaq mulia sebab bisa jadi
demikian itu karena ingin mendapat pujian atau malah dalam rangka menipu.

Maka, akhlaqul Karimah adalah akhlaq yang baik dan terpuji, yaitu suatu aturan atau norma yang
mengatur hubungan antar sesama manusia, dengan Tuhan dan alam semesta.

Keagungan Akhlak Nabi


Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Kitab ad-Dalaa-il dan al-Wahidi, dengan sanad yang bersumber
dari ‘Aisyah bahwa tidak ada seorangpun yang memiliki akhlak yang lebih mulia daripada akhlak
Rasulullah saw. Apabila seseorang memanggil beliau, baik sahabat, keluarga, ataupun penghuni
rumahnya beliau selalu menjawab: “Labbaik (saya memenuhi panggilanmu)”. Ayat ini turun sebagai
penegasan bahwa Rasulullah saw memiliki akhlak yang sangat terpuji

Firman Allah Ta’ala :

‫َظيم‬ ٍ ُ‫َوإِنَّكَ لَ َعلَ ٰى ُخل‬


ِ ‫قع‬

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti (berakhlaq) agung”. (qs
Al-Qalam [68]: 4).

Keagungan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, digambarkan oleh Istri Nabi, ‘Aisyah
Radhiyallahu ‘anha, “Akhlak Nabi adalah Al-Quran”. (khuluuquhul Quran).

Pada ayat lain Allah menyebutkan:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
(QS Al-Ahzab:21).

Begitulah akhlak Nabi. Bahkan, Imam Ahmad menjelaskan, berdasarkan keterangan dari ‘Aisyah yang
telah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sama sekali tidak pernah memukulkan
tangannya kepada seorang pun dari pelayannya, dan tidak pernah sekalipun memukul seorang pun dari
istri beliau.
Juga tidak pernah memukulkan tangannya kepada siapa pun dari para sahabatnya atau murid-muridnya.
Tangannya bergerak menghadang orang lain kecuali dalam perang di jalan Allah.

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki akhlak yang paling sempurna dan agung. Beliau selalu
berada di puncak tertinggi pada masing-masing akhlak yang baik. Beliau adalah sosok yang lembut,
santun, mudah bergaul dan dekat dengan sahabat-sahabatnya. Beliau senang bersilaturrahim,
mendatangi undangan orang lain, memenuhi keperluan orang yang meminta sebagai pelipur lara orang
yang meminta, selalu memberi dan tidak pernah membiarkan orang lain pulang tidak membawa hasil.

Apabila sahabat-sahabat beliau menginginkan sesuatu dari Rasulullah, beliau mengiyakan dan mengikuti
mereka jika tidak ada halangan. Jika bertekad melakukan sesuatu, beliau senang berembug dan
berdiskusi dengan para sahabatnya.

Rasulullah adalah sosok yang menerima kebaikan orang, memaafkan kesalahan orang dan selalu
memperlakukan orang lain secara baik dan sempurna. Beliau tidak pernah bermuka musam, tidak
pernah berkata kasar, tidak pernah bersikap dingin, tidak pernah terselip lidah, dan tidak pernah
memendam dendam dengan perlakuan dingin orang lain terhadap dirinya. Namun justru beliau
membalas semua keburukan orang lain dengan kebaikan. Beliau sungguh sangat penyabar.

Karena memang demikianlah, Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus memang untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Seperti yang beliau tegaskan:

‫ق‬ َ ‫ت أِل ُتَ ِّم َم‬


ِ ‫صالِ َح اأْل َ ْخاَل‬ ُ ‫إِنَّ َما بُ ِع ْث‬

Artinya: “Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR Bukhari).

Karenanya, beliau menjanjikan bahwa orang yang paling dekat dengan beliau kelak di akhirat, adalah
orang yang paling bagus akhlaknya, seperti sabdanya:

‫ي َوأَ ْق َربِ ُك ْم ِمنِّي َمجْ لِسًا يَوْ َم القِيَا َم ِة أَ َحا ِسنَ ُك ْم أَ ْخاَل قًا‬
َّ َ‫إِ َّن ِم ْن أَ َحبِّ ُك ْم إِل‬
Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya
denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR AT-
Tirmidzi)

Bahkan dengan akhlak mulia, seseorang bisa memiliki kedudukan dan derajat menyamai orang yang
rajin berpuasa dan rajin shalat. Sebagaimana sabdanya:

‫ك بِ ُحس ِْن ُخلُقِ ِه َد َر َجةَ الصَّائِ ِم ْالقَائِ ِم‬


ُ ‫إِ َّن ْال ُم ْؤ ِمنَ لَيُ ْد ِر‬

Artinya: “Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat
dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Oleh karena itu, akhlak yang luhur dan mulia termasuk perkara yang ditekankan dalam agama Islam.
Dengan akhlak yang mulia inilah, akan tampaklah kesempurnaan dan ketinggian agama Islam ini, yaitu
agama yang indah dan sempurna, baik dari sisi ‘aqidah, ibadah, adab dan akhlak. Sehingga berbondong-
bondong orang tertarik, menetapi Islam, ikut mendukung perjuangan di jalan Allah, bahkan ikut di dalam
jihad fi sabilillah, karena akhlak kita.

Maka, dengan semakin kokoh ‘aqidah dan keimanan seseorang, seharusnya semakin baik pulalah
akhlaknya. Dengan bertambahnya ilmu dan imannya, bertambah luhur pula akhlaknya. Dan itulah
kesempurnaan iman, seperti sabdanya:

‫أَ ْك َم ُل ال ُم ْؤ ِمنِينَ إِي َمانًا أَحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬

Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR At-
Tirmidzi).

Oleh karena itu, jika ada di antara kita yang semakin bertambah ilmu agama Islamnya, tapi akhlaknya
tidak semakin baik. Maka waspadalah, mungkin ada yang salah dalam diri kita dalam belajar agama
Islam dan dalam mengamalkannya.
Jika kaum muslimin berhias dengan akhlak mulia serta menunaikan hak-hak saudaranya yang itu
menjadi kewajibannya. Maka hal itu merupakan pintu gerbang utama masuknya manusia ke dalam
agama Islam ini.

Ulama terkemuka, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz berkata, “Kaum muslimin pada hari ini, bahkan manusia
seluruhnya, sangat membutuhkan penjelasan tentang agama Allah, tentang keindahan dan hakikat
agama-Nya. Demi Allah, seandainya manusia dan dunia pada hari ini mengetahui hakikat agama ini,
niscaya mereka akan masuk Islam dengan berbondong-bondong sebagaimana mereka berbondong-
bondong masuk Islam setelah Allah membebaskan kota Mekkah untuk Nabi-Nya.

Adapun pada ujung akhirnya, dan ini yang sangat penting diperhatikan, bahwa tujuan utama kita berhias
dengan akhlak mulia dan menunaikan kewajiban kita terhadap sesama manusia adalah dalam rangka
taat kepada, dalam rangka mengharap ridha-Nya. Bukan untuk mendapatkan pujian dan perlakuan
balasan yang semisal dari orang lain. Dalam hal ini Allah menegur kita di dalam ayat-Nya:

ْ ُ‫إِنَّ َما ن‬
‫ط ِع ُم ُك ْم لِ َوجْ ِه هَّللا ِ اَل نُ ِري ُد ِم ْن ُك ْم َج َزا ًء َواَل ُش ُكورًا‬

Artinya: “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan
Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih.” (QS Al-Insaan
[76]: 9).

Oleh karena itu, janganlah kita berhias dengan akhlak yang mulia dengan mengharapkan mendapatkan
perlakuan yang semisal dan sebanding dari orang lain. Sehingga walau tak berpujian, bahkan justru
perlakuan buruk orang lain terhadap kita. Kita tetaplah harus berkahlak baik terhadap mereka.

Cakupan Akhlaq

Akhlaq secara umum mencakup empat hal, yaitu:

Akhlaq terhadap Allah


Akhlak terhadap Allah adalah akhlaq kita sebagai makhluk-Nya yang wajib mentaati-Nya, beribadah
kepada-Nya, dan mengabdi sebagai hamba-Nya.

Contoh akhlaq terhadap Allah adalah: bersikap tenang (khusyu’) ketika shalat, membiasakan istighfar
dan dzikir seusai shalat, berdoa, dan bertawakkal kepada-Nya.

Berhusnudzan (berbaik sangka) terhadap Allah, qana’ah (merasa cukup) dengan segala pemberian-Nya,
ikhlas melaksanakan dan menerima sesuatu hanya karena Alllah, syukur dan sabar atas pemberian Allah,
istiqomah (teguh pendirian) dalam keyakinan.

Itu semua bagian dari akhlaq terhadap Allah.

Dan akhlaq tertinggi kepada Allah adalah menyembah-Nya, dengan tidak menyekutukannya, tidak
berbuat syirik. Ya, tauhidullah, adalah akhlak tertinggi manusia terhadap Allah. Laa ilaaha illallaah.

Akhlaq terhadap diri sendiri

Akhlaq manusia terhadap dirinya adalah bahwa setiap kita berkewajiban memelihara diri kita sendiri
secara fitrah, memenuhi hak anggota tubuh kita. Maka, jika ada orang yang membiarkan dirinya
menderita, terjerembab dalam lembah nista, putus asa, apalagi sampai bunuh diri, ini dikategorikan
berdosa.

Termasuk akhlak terhadap diri sendiri adalah ada saatnya bekerja dengan baik, belajar dengan tekun,
dan ada jatahnya pula badan beristirahat dengan santai. Dianjurkan berpuasa sunah, tapi juga ada
saatnya berbuka. Memporsir diri tanpa asupan makanan yang memadai, rehat yang cukup, juga akhlaq
yang kurang pas pada diri sendiri.

Hidup bersih, berpakaian rapi, tertib dan teratur, itupun bagian dari akhlaq memperbagus kepribadian
diri. Sehingga kita tampil terbaik sebagai seorang Muslim.
Akhlaq terhadap sesama manusia

Akhlaq manusia terhadap sesama manusia, sangat jelas, di mana satu sama lain kita saling berhubungan
dan saling berkaitan. Karenanya manusia dengan sesamanya wajib saling membantu, tolong-menolong
dalam kebajikan, serta saling menjaga jiwa, kehormatan, serta harta benda sesamanya.

Maka, tidak boleh kita mengambil harta orang lain, mencuri, apalagi merampoknya. Jika hendak
memakainya, pun dengan seizin tuannya. Jika pinjam, kembalikan secara utuh. Apabila ada cacat
gantilah yang senilai.

Jika salah, mintalah maaf. Jika berjanji tepatilah. Jika ada perubahan janji, komunikasikanlah. Jika
berkata, yang jujurlah. Bersikap lapang dada, menghormati orang lain, menjalin persaudaraan, hidup
berjama’ah. Semua adalah wujud akhlaq terhadap sesamanya.

Akhlaq terhadap alam lingkungan

Akhlaq manusia terhadap makhluk lainnya, inilah keindahan Islam dalam ajarannya. Islam membawa
nilai-nilai kebaikan, kesejahteraan dan keselamatan terhadap makhluk-makhluk lainnya.

Dalam hal ini, bersih rumah dan lingkungan, penghijauan sekitarnya, tersedianya air jernih yang
mengalir, terpeliharanya binatang-binatang, terjaganya tumbuh-tumbuhan dari penggundulan
sewenang-wenang, itu semua akhlaq terhadap lingkungan.

Semoga kita dapat mengamalkannya. Aamiin. (A/RS2/P1)

Hubungan Aqidah, Syariah dan Akhlak

farislengkap farislengkap

3 years ago

Advertisements
Aqidah merupakan kepercayaan, keimanan mengenai keesaan Allah. Syariah (hukum) adalah jalan
menuju sesuatu yang benar. Akhlak adalah budi pekerti, sopan santun, dan perilaku.

Aqidah, Syariah dan Akhlak, ketiganya merupakan 3 pokok ajaran Islam. Ketiganya harus selalu
bersamaan dengan aqidah berjalan di depan. Istilahnya menurut dosen Hukum Islam saya, Akhlak dan
syariah mencantol pada aqidah.

Adapun filosofi lain, aqidah, syariah, dan akhlak bagaikan suatu pohon, di mana aqidah merupakan akar,
syariah merupakan batang dan akhlak adalah dedaunan. Syariah dan akhlak akan tumbang tanpa adanya
aqidah yang mengakarinya.

Aqidah mendasari hukum, hukum tanpa akhlak menjadi kezaliman. Berikut artikel singkat dari saya
tentang hubungan antara Aqidah, Syariah dan Akhlak. Semoga bermanfaat.

HUBUNGAN AKIDAH, SYARIAH DAN AKHLAK

Aqidah, Syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran Islam. Ketiga unsur
tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang
bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama.
Sementara syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan
akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.

Islam tidak hanya memberi tuntunan ritual, dalam rangka hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga
memberi bimbingan dalam hubungan antar manusia, bahkan hubungan manusia dengan alam dan
lingkungannya, baik lingkungan wujud nyata maupun yang tak nyata (Yaa ‘alimal ghaibi wa syahadah).

Tuntunannya bukan hanya menyangkut hal-hal besar melainkan juga yang kecil-kecil, dan boleh
dianggap remeh oleh sementara orang, lalu yang remeh itu pun dikaitkan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
Allah SWT. Aneka aktivitas, bahkan makan dan berpakaian, tidur, cara tidur, bangun tidur, mandi atau ke
wc, termasuk kaki mana yang hendaknya didahulukan melangkah ketika masuk dan keluar, semua ada
aturan dan tuntunannya, dan semua dikaitkan dengan Allah SWT.
Semua persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dapat ditemukan tuntunannya secara eksplisit atau
implisit dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Islam menyatukan dalam tuntunan akidah,
syariah dan akhlak, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan, dan di situlah letak
kekuatan Islam.

Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya
oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan
keragu-raguan. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati, dan ditolak
segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Aqidah dalam Al-Qur’an dapat di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15-16) yg berbunyi :

15

ٌ ِ‫م ِمنَ هَّللا ِ نُو ٌر َو ِكتَابٌ ُمب‬Uْ ‫ير قَ ْد َجا َء ُك‬


‫ين‬ ِ ‫ب قَ ْد َجا َء ُك ْم َرسُولُنَا يُبَيِّنُ لَ ُك ْم َكثِيرًا ِم َّما ُك ْنتُ ْم تُ ْخفُونَ ِمنَ ْال ِكتَا‬
ٍ ِ‫ب َويَ ْعفُو ع َْن َكث‬ ِ ‫يَا أَ ْه َل ْال ِكتَا‬

16

‫اط ُم ْستَقِ ٍيم‬ ِ ‫ور بِإِ ْذنِ ِه َويَ ْه ِدي ِه ْم إِلَ ٰى‬
ٍ ‫ص َر‬ ُّ َ‫يَ ْه ِدي بِ ِه هَّللا ُ َم ِن اتَّبَ َع ِرضْ َوانَهُ ُسب َُل ال َّساَل ِم َوي ُْخ ِر ُجهُ ْم ِمن‬
ِ ُّ‫الظلُ َمات إِلَى الن‬

Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi
Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.

16. dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

‫اط ُم ْستَقِ ٍيم‬


ٍ ‫ص َر‬ ُّ ‫َولِيَ ْعلَ َم الَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم أَنَّهُ ْال َح‬
ِ ‫ق ِم ْن َربِّكَ فَي ُْؤ ِمنُوا بِ ِه فَتُ ْخبِتَ لَهُ قُلُوبُهُ ْم ۗ َوإِ َّن هَّللا َ لَهَا ِد الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِلَ ٰى‬

“Dan agar orang-orang yg telah diberi ilmu meyakini bahwasannya Al-Qur’an itulah yg hak dari
Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah
Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yg beriman kepada jalan yang lurus.” (Al-Haj 22:54)

Aqidah, Syariah dan Akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur
tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai system kepercayaan yg
bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama.
Sementara syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan
akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yg hendak dicapai agama.

Muslim yang baik adalah orang yg memiliki aqidah yg lurus dan kuat yg mendorongnya untuk
melaksanakan syariah yg hanya ditujukan pada Allah sehingga tergambar akhlak yg terpuji pada dirinya.

Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yg melakukan suatu perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi
oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke dalam kategori kafir. Seseorang yg mengaku
beraqidah atau beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik.
Sedangkan orang yg mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yg
tidak lurus disebut munafik.

Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman menunjukkan makna
aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan akhlak.

Seseorang yg melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi Aqidah, maka perbuatannya hanya
dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg
didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh. Kerena
itu didalam Al-Qur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman.

Antara lain firman Allah dalam (An-Nur, 24:55)

‫َض ٰى لَهُ ْم‬ ِ ْ‫ت لَيَ ْست َْخلِفَنَّهُ ْم فِي اأْل َر‬
َ ‫ض َك َما ا ْست َْخلَفَ الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكن ََّن لَهُ ْم ِدينَهُ ُم الَّ ِذي ارْ ت‬ ِ ‫َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
َ‫اسقُون‬ ْ ُ َ
َ ِ‫َولَيُبَ ِّدلَنَّهُ ْم ِم ْن بَ ْع ِد َخوْ فِ ِه ْم أ ْمنًا ۚ يَ ْعبُدُونَنِي اَل يُ ْش ِر ُكونَ بِي َش ْيئًا ۚ َو َم ْن َكفَ َر بَ ْع َد َ‌ذٰلِكَ فَأولَ ٰـئ‬
ِ َ‫ك هُ ُم الف‬

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-
amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. Dan Barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.”
Akhlak Mahmudah

Akhlaq mahmudah yaitu segala tingkah laku yang terpuji, dapat disebut juga dengan akhlaq fadlilah ,
akhlaq yang utama. Al-Ghazali menggunakan istilah munjiyat yang berarti segala sesuatu yang
memberikan kemenangan atau kejayaan.[5] Akhlaq karimah (mahmudah) yang utama antara lain:
Amanah ( jujur, dapat di percaya ), Sidqu ( benar ) atau jujur, Wafa’ ( menempati janji ), Adil, Haya’
( malu ), Syaja’ah ( berani ), Al-Quwwah ( kekuatan ), Sabar, Kasih sayang, Hemat, Ikhlas, Pemaaf,
Tawadlu’ ( merendahkan diri ), Syukur nikmat, Tawakkal, dan lain-lain.

· Dari pembahasan tersebut kami menjelaskan beberapa akhlaq mahmudah yaitu :

1. Ikhlas

Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat dan berusaha agar sukses sekalipun dengan
menanggung resiko atau pengorbanan adalah banyak dan berbeda-beda. Ada yang dekat dan ada yang
rahasia yang tersembunyi di balik dasar kejiwaan, sehingga pengaruhnya hampir tidak dapat dirasakan
oleh pelakunya sendiri padahal itu sebenarnya inti yang mendorong untuk mengerjakan sesuatu atau
meninggalkannya.

Kebenaran niat dan keikhlasan hati kepada Allah itulah yang akan mengangkat derajat amal duniawi
semata-mata menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah.

) ‫ اإلنسان‬: 9( ‫انما نطعمكم لو جه هللا ال نريد منكم جزا ًء وال شكورًا‬

Artinya: “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mendapatkan keridaan
Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terimah kasih”.

Contoh :

- Di Fakultas Syari’ah dan Hukum mengadakan perlombaan pidato Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris, dan Dina salah satu mahasiwi dari Uinsa itu mengetahui info tersebut dan mengikuti
perlombaan itu dan dia juga mengajak temannya untuk mengikuti lomba tersebut. Ikutlah Dina dan
temannya dalam perlombaan tersebut, dan waktu perlombaan selesai pengumuman pemenang pun di
siarkan dan ternyata yang menang adalah temannya Dina dan bukan Dina yang menang. Tapi sikap Dina
tetap mengikhlaskan hal itu dan merasa senang pula atas kemenangan temannya itu dan memberikan
selamat kepada temannya itu.

Itulah salah satu contoh dari sikap ikhlas dari seorang mahasiswa yang kalah dalam perlombaan dan
yang menang malah teman yang di ajaknya itu.

2. Tawadlu’ ( Merendahkan Diri )

Yaitu tidak memandang pada diri sendiri lebih dari orang lainnya, bahkan memandangnya sama-sama
dan tidak menonjolkan diri.

)‫ الشوعرا‬: 216-215( ‫ فإن عصوك فقل إنّي برى ٌء م ّما تعملون‬.‫وخفض جناحك لمن ا تبعك من المؤمنين‬
Artinya: “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah; Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan”.

Contoh :

- Aan sekarang telah menjadi mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya ditahun sekarang, dan dia
termasuk mahasiswa yang cerdas dan aktif akan tetapi dia tidak pernah merasa dirinya itu istimewa
terutama di depan temannya yang kurang pintar, dan dia malah mengajari temannya yang belum bisa.

- Adi salah satu mahasiswa yang mudah akrab dengan orang yang baru dikenalinya, terutama kakak
kelasnya dan dosennya, akan tetapi dia tetap selalu menghormati mereka dan tetap menggunakan
sopan santunnya meskipun Adi sudah di anggap saudara sendiri oleh kakak kelas dan dosennya
tersebut.

3. Syukur

Yaitu mengangungkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan kenikmatan kepada kita dalam
batas-batas yang tidak menyimpang dari keridhoannya. Ada juga yang mengatakan bahwa syukur adalah
mengenal dan menyadari bahwa ia mendapatkan kenikmatan.

ّ
ّ ‫ؤاذتاذن ربكم لئن شكرتم الزيدنّكم ولئن كفرتم‬
) ‫ان عذا بي لشديد (ابراهيم‬

"Dan ingatlah juga, tatkalah tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti aku
akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatku maka sesungguhnya adzabku
sangat pedih” (QS : Ibrahim : 8)

Contoh : Ada seorang anak lulusan terbaik di SMAnya yang bernama Wahyu, dia seorang anak yang
kurang mampu, orang tuanya hanya seorang pedagang kaki lima, dan dia sangat berkeinginan untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun dalam keadaan orang tuanya tersebut,
Wahyu tidak mungkin untuk melanjutkan sekolahnya, akan tetapi dia mempunyai semangat yang tinggi
dan dia sejak awal sudah menabung dan Alhamdulillah uang tabungannya cukup untuk pendaftaran
awal masuk perkuliaan, dengan usaha serta doa yang sangat tinggi, singkat cerita ada seorang
dermawan yang mau membantu biaya perkuliannya, dia sangat besyukur kepada Allah. Mendengar
kabar tersebut, Wahyu langsung sujud syukur kepada Allah.

B. Akhlak Madzmumah

Akhlak madzmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia.
Akhlak madzmumah muncul dalam tingkah laku kejahatan, kriminal dan perampasan hak-hak orang lain.
Sifat ini telah ada sejak lahir, baik wanita atau pria, yang tertanam dalam jiwa setiap manusia. Akhlak
manusia secara fitrah adalah baik, namun dapat berubah menjadi akhlak buruk apabila manusia itu lahir
dari keluarga yang tabiat nya kurang baik, lingkungan buruk, pendidikan tidak baik, sehingga
menghasilkan akhlak yang buruk.

Akhlak Madzmumah (akhlak buruk) adalah suatu sifat yang tercela dan dilarang oleh norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seorang melaksanakannya niscaya mendapatkan nilai dosa
dari Allah, karena perbuata tersebut merupakan perbuatan yang tercela di hadapan Allah.

Kata dosa (adz-dzanbu) dalam bahasa Arab berarti al-itsm, al-jurm, dan al-ma’shiyah. Makna dosa
dalam syariat islam ialah melakukan sesuatu yang di larang, meninggalkan suatu perbuatan yang di
perintahkan. Jika agama menetapkan sanksi di dunia atas dosa, maka dosa itu adalah termasuk jinayah
(perkara pidana) yang pelakunya dapat di kenai sanksi.[6] Akhlak buruk menjadi musuh islam yang
utama, karena itu islam sangat konsisten untuk memerangi akhlak buruk tersebut.

SIFAT-SIFAT TERCELA

Sifat tercela, yaitu suatu kondisi batin/hati yang dapat merugikan orang lain dalam kehidupan sehari-
hari. Dalan ajaran islam sifat tercela ini sangat di benci allah, karena sifat tersebut sangat hina.

Oleh karena itu, Jauhilah akhlak yang tidak baik (akhlak madzmumah), hindarilah perbuatan yang dapat
merusak pergaulan. Ingat, barangsiapa yang melakukan perbuatan tercela, maka menandakan bahwa
hatinya juga tercela dan buruk. Allah tidak menyukai orang yang hati nya buruk. Allah berfirman:

‫قل الىستوي الخبيث والطيب ولواعجبك كثرة فاتقواهللا ياولي االلبب لعكم تفلحون‬

Artinya: “Katakanlah: tidak sama yang baik dengan yang buruk itu, meskipun yang buruk itu menarik
hatimu, maka bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan”.[7]

Sifat-sifat buruk dalam kehidupan manusia tergambar dari perkataan dan perbuatan.sifat sifat buruk itu
secara umum adalah sebagai berikut:

1. Sifat Dengki atau Iri Hati.

Ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan orang lain dan di sertai maksud agar nikmat itu hilang
atau berpindah kepadanya. Hukumnya haram, karena dapat merugikan orang lain. Tanda-tanda orang
yang bersifat dengki adalah:

(1) Tidak senang melihat orang lain berbahagia.

(2) Suka mencela, mefitnah orang lain.

(3) Jika berbicara selalu membuat sakit hati lawan bicara

(4) Suka mencaci bersikap angkuh, sombong dan congkak dalam ucapan atau perbuatan.

Adapun akibat dari sifat dengki yaitu:


(1) Hati merasa gusar atau tidak tenang

(2) Perasaan iri hati terus menerus menimbulkan percekcokan.

(3) Biasanya pelaku sering bohong akibat perbuatannya.

Contoh dari sifat di atas dalam masyarakat ialah apabila tetangga atau orang di sekitar mepunyai rezeki
dan membeli sesuatu (mobil) pasti yang di rasakan oleh orang dengki adalah tidak ikut merasa bahagia
bahkan sebaliknya dia akan merasa tidak tenang yakni menginginkan barang tersebut menjadi milik nya
dan berusaha mempunyai apa yang di punyai orang lain.

2. Sifat Angkuh (sombong)

Angkuh merupakan kepribadianseseorang yang telah melekat pada diri orang tersebut. Sombong adalah
sikap menganggap dirinya lebih dari pada yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau
mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih di hormati,lebih
mulia, dan lebih beruntung dari orang lainnya . biasanya, orang seperti ini memandang orang lain . lebih
buruk, lebih rendah dan tidak mau mengakui kelebihan seseorang, sebab perilaku tersebut menurutnya
sam dengan merendahkan dirinya sendiri.

ّ ‫إنّالذين‬
‫ وكذالك نجز المجرمين‬.‫كذبوْ ا بأياتِناوا ْستكبروْ اع ْنها التفتّ ُح لهم أبْوابُ السّماءواليدخلون الجنّة حتّى يلج الجمل فى س ّم الخياط‬
)40:‫(االعراف‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapNya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit (do’a dan amal mereka
tidak dterima Allah) dan tidak pula mereka masuk surga, sehingga unta masuk ke lubang jarum (mereka
tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkinnya untuk masuk ke lubang jarum). Demikianlah
Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan”.

Contoh sifat diatas dalam fakultas: Jibril adalah salah satu mahasiswa yang masih mempunya keturunan
bangsawan. Maka diri itu jibril merasa dirinya lebih tinggi derajatnya dari pada teman yang lain, disaat
bertemu dijalan jibril tiak mau menapa jika tidak di sapa dahulu.

3. Sifat Riya’

Riya’ ialah amal yang dikerjakan dengan niat yang tidak ikhlas dan variasinya bisa bermacam-macam.
Amal itu sengaja dikerjakan dengan maksud ingin di puji orang lain. Amal itu sengaja dikerjakan untuk
memikat orang yang dicintai.

Riya’ adalah beramal kebaikan karena didasarkan ingin mendapatkan pujian orang lain, karena ingin di
lihat oleh orang lain, agar di percaya orang lain. Riya’ merupakan penyakit rohani, yang biasanya
dilakukan sebab ngin mendapat pujian, sanjungan, tetapi dapat mengahalang-halangi manusia dari jalan
Allah.

‫فوي ٌل للمصلّين الذين ه ْم عن صالتهم ساهون الذين هم يراؤن‬


Artinya: “Maka celakalah orang-orang yang bersembahyang, yang lalai dari sholatnya dan berhati
riya’ (pamer) dengan itu”.[8]

Contoh sifat diatas dalam kampus: Rika adalah cewek yang suka di puji, maka dari itu dia senang
melakukan kebaikan seperi sholat atau menolong orang di waktu banyak orang karena ingin dianggap
bahwa dia adalah cewek yang baik hati dan sholeh padahal tiak selaras dengan hati.

https://minanews.net/urgensi-akhlaqul-karimah-oleh-ali-farkhan-tsani/

https://www.google.com/amp/s/farislengkap.wordpress.com/2017/02/15/hubungan-aqidah-syariah-
dan-akhlak/amp/

http://agungilhaamgrup.blogspot.com/2015/11/makalah-akhlakul-karimah-dan-akhlakul.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai