HAERUL IHWAN
PAIF Kec. Cinangka dan Padarincang
Sholat adalah ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Sholat adalah
ibadah paripurna yang memadukan olah pikir, gerak, dan rasa. Ketiganya terpadu secara serasi
dan selaras dan saling melengkapi.
Dalam sholat terintegrasi proses latihan meletakkan kendali diri secara proporsional, mulai dari
gerakan, inderawi, aqal, dan pengelolaan nafsu yang pada akhirnya akan menghasilkan jiwa
yang bersifat muthma’innah. Orang yang memiliki jiwa muthma’innah inilah yang pada
akhirnya akan mampu mengaplikasikan nilai-nilai sholat dalam keseharian yaitu nilai-nilai yang
didominasi kesabaran paripurna.
Prakteknya tercermin dalam sikap penuh syukur, pemaaf, lemah lembut, penyayang, tawakal,
qana’ah, menjaga kesucian diri, istiqomah dan sebagainya. Dengan kata lain, orang yang
sholatnya baik dalam hidupnya akan dipenuhi sifat sabar yang tercermin dalam tingginya akhlak
dalam kehidupan sehari-hari.
Kata sabar lebih dari seratus kali disebut didalam Al Qur’an. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya makna sabar. Karena sabar merupakan poros, sekaligus inti dan asas segala macam
kemuliaan akhlak. Jika kita telusuri lebih lanjut ternyata hakekat seluruh akhlak mulia adalah
sabar. Sabar selalu menjadi asas atau landasaannya orang beriman.
Dengan kata lain secara psikologis kita bisa memaknai kesabaran sebagai suatu kemampuan
untuk menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan. Jadi bisa dikatakan sabar adalah upaya
menahan diri dalam melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk mencapai ridho
Allah SWT.
Maka orang yang sabar adalah orang yang mampu menempatkan diri dan bersikap optimal
dalam setiap keadaan. Sabar bukanlah sebuah bentuk keputus-asaan tapi merupakan optimisme
yang terukur. Ketika menghadapi situasi dimana kita harus marah misalnya maka marahlah
secara bijak dan diniatkan untuk kebaikan bersama.
Didalam QS Al Baqarah [2] ayat 153 Allah SWT berfirman, “
Oleh karena itu, semestinya seorang muslim memperbanyak doa saat bersujud, bertadharru’
(tunduk) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , supaya Dia menyingkirkan berbagai
permasalahan dan kesulitan, serta memberi kita anugerah kebaikan dunia dan akhirat.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan faidah shalat: “Shalat termasuk faktor dominan dalam
mendatangkan maslahat dunia dan akhirat, dan menyingkirkan keburukan dunia dan akhirat. Ia
menghalangi dari dosa, menolak penyakit hati, mengusir keluhan fisik, menerangi kalbu,
mencerahkan wajah, menyegarkan anggota tubuh dan jiwa, memelihara kenikmatan, menepis
siksa, menurunkan rahmat dan menyibak tabir permasalahan’.[
Shalat itu sendiri akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Dan seorang muslim,
ia akan menggapai ketenangan jika dekat dengan Allah Ta’ala. Disebutkan dalam firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :
Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki
orang-orang yang bertaubat kepadaNya. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram”. [ar Ra’du/13 : 27-28].
Wahai orang yang mencari ketenanganan ketenteraman, dan kesejukan mata, tujulah shalat
dengan penuh khusyu dan rasa hina di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana
dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, agar engkau dapat merengkuh
keinginanmu. Kalau tidak, maka janganlah mencela kecuali kepada dirimu sendiri.